Anda di halaman 1dari 24

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAHAYA MEROKOK SETELAH MAKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan


Dosen Pengampu Maisje Marlyn Kuhu, SKM, MPH

Oleh :
Yuyun Desi Saputri
P1337420214003
2C

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan

: PHBS

Sub Pokok Bahasan

: Bahaya Merokok Setelah Makan

Sasaran

: Siswa Kelas X XII SMA N 2 Purwokerto

Hari/ Tanggal

: Rabu, 23 Maret 2016

Waktu

: 10.00 10.50 WIB ( 50 menit )

Tempat
Penyuluh

I.

: Bangsal SMA N 2 Purwokerto


: Yuyun Desi Saputri

Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan terhadap siswa kelas X XII SMA N 2
Purwokerto diharapkan peserta memahami bahaya merokok setelah makan

serta termotivasi untuk berhenti merokok bagi yang sudah merokok.


II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan (health education), siswa
menyebutkan:
a. Pengertian perilaku merokok
b. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku merokok
c. Zat-zat yang terkandung dalam sebatang rokok
d. Bahaya merokok setelah makan
e. Cara mencegah kebiasaan merokok setelah makan

III. Ciri Peserta


Siswa siswi kelas X XII SMA N 2 Purwokerto berjumlah 364
IV. Materi Penyuluhan (Terlampir)
a. Pengertian perilaku merokok
b. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku merokok
c. Zat-zat yang terkandung dalam sebatang rokok
d. Bahaya merokok setelah makan

mampu

e. Cara mencegah kebiasaan merokok setelah makan


V. Proses Penyuluhan
No. Tahap / Waktu
1.

Pembukaan
5 menit

Kegiatan
Penyuluh
Audience (siswa SMA)
1. Mengucapkan
1. Menjawab salam
salam pembuka
2. Menjelaskan
2. Mendengarkan
tujuan
penjelasan tentang
penyuluhan
3. Apersepsi

2.

Kegiatan inti

Melakukan ceramah

tujuan penyuluhan
3. Menjawab
Mendengarkan penjelasan

atau

tentang:

tentang :

penyuluhan

1. Pengertian

1. Pengertian

20 menit

perilaku merokok
2. Faktor-faktor

perilaku merokok
2. Faktor-faktor yang

yang

menyebabkan

menyebabkan

perilaku merokok

perilaku merokok
3. Zat-zat yang

3. Zat-zat yang
terkandung dalam

terkandung dalam
sebatang rokok
4. Bahaya merokok
setelah makan
5. Cara mencegah

sebatang rokok
4. Bahaya merokok
setelah makan
5. Cara mencegah
kebiasaan

kebiasaan
merokok setelah
merokok setelah
makan
3.

Pemutaran

makan
Melakukan pemutaran

Menonton video yang

4.

video

video yang memberikan

15 menit

motivasi untuk berhenti

Penutup

merokok
1. Melakukan

10 menit

diputar oleh penyuluh

1. Menjelaskan

evalusi setelah

kembali materi

penyuluhan

yang terlah

dengan cara

diberikan

menanyakan
kembali materi
penyuluhan yang
diberikan
2. Mengucapkan
2. Menjawab salam
salam penutup
VI. Metode
Metode yang digunakan yaitu:
a. Ceramah
b. Pemutaran video
c. Tanya Jawab
VII.Media
Media yang digunakan yaitu:
a. Power Point
b. Laptop / LCD
c. Leaflet
d. Video
VIII. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Peserta hadir di tempat penyuluhan
2. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di bangsal SMA N 2
Purwokerto
3. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
b. Evaluasi Proses
1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan

3. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara


benar
c. Evaluasi Hasil
1. Siswa mengerti tentang pengertian perilaku merokok
2. Siswa memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
pada seseorang
3. Siswa dapat menyebutkan zat-zat yang terkandung dalam sebatang
rokok
4. Siswa mengerti tentang bahaya merokok setelah makan
5. Siswa mengerti tentang cara mencegah kebiasaan merokok setelah
makan
IX. Daftar Pustaka
1. Husaini, A. (2006). Tobat Merokok (Rahasia dan Cara Empatik
Berhenti Merokok). Pustaka Iman
2. Komasari dan Helmi, F. (2011). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku
Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi. No. 1 Hal 37-47
3. Mardjun, Y. (2012). Perbandingan Keadaan Tulang Alveolar antara
Perokok dan Bukan Perokok. (Skripsi). Universitas Hasannudin.
Makasar.
4. Muhibah, F.A.B. (2011). Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah
Menengah Sains Hulu Selangor Mengenai Efek Rokok Terhadap
Kesehatan. (KTI). Universitas Sumatera Utara. Medan.
5. Mutadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologi pada
Remaja. www.e-psikologi.com (diakses pada tanggal 11 Maret 2016)
6. http://log.viva.co.id/news/read/591205-bahaya-merokok-setelahmakan (diakses pada tanggal 11 Maret 2016)
7. Nasution, KI. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Medan : Universitas Sumatra Utara Medan

8. Poerwadarminta. (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :


Balai Pustaka
9. Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
10. Tawbariah, L., dkk. (2014). Hubungan Konsumsi Rokok dengan
Perubahan Tekanan Darah pada Masyarakat di Pulau Pasaran
Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Bandar
Lampung. J of Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
11. Trim. (2006). Merokok itu Konyol. Jakarta: Ganeca Exact
12. Ulhaq. (2008). Hubungan antara Kontrol Diri dengan Perilaku
Merokok pada Siswa Siswi SMA N 1 Parakan
13. Wulandari, D. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Merokok Dewasa Awal. Jurnal Arkhe. Yh. 2 No. 2 Hal 91-100

Purwokerto, 23 Maret 2016


Menyetujui
Pembimbing

Mahasiswa/penyuluh

Maisje Marlyn Kuhu, SKM, MPH

Yuyun Desi Saputri

NIP. 196303221982102001

NIM. P1337420214003

Lampiran 1

MATERI PENYULUHAN
BAHAYA MEROKOK SETELAH MAKAN

A. Pengertian Perilaku Merokok


Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam
menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku
manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok
merupakan hal yang biasa dilihat di berbagai tempat dan kesempatan.

Kebiasaan merokok dilakukan oleh orang dewasa dan ternyata telah


merambah juga ke dunia anak-anak. Pengertian Merokok menurut Sitepoe
(2000) adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik
menggunakan

rokok

maupun

menggunakan

pipa.

Sedangkan

Poerwadarminta (2004) mendefinisikan merokok sebagai menghisap


rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut
daun nipah atau kertas. Subanada (2004) menyatakan merokok adalah
sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok,
namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si
perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya.
Menurut Armstrong
(dikutip
dalam
Nasution,

2007)

mendefinisikan merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar


ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Pendapat lain
dari Levy (dikutip dalam Nasution, 2007, h.6) menyatakan bahwa perilaku
merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan
menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh
orang-orang di sekitarnya.
Menurut Sumarno (Mulyadi, 2007) menjelaskan cara merokok
yang lazim dibedakan menjadi dua cara yaitu cara yang pertama dengan
menghisap dan menelan asap rokok ke dalam paru-paru kemudian
dihembuskan. Cara yang kedua dilakukan dengan lebih moderat yaitu
hanya menghisap sampai mulut kemudian dihembuskan melalui mulut
atau hidung. Perilaku merokok merupakan salah satu kebiasaan yang dapat
merugikan kesehatan dan menyebabkan ketergantunagn pada perokok.

Menurut Ogawa (Ulhaq, 2008) dahulu rokok disebut sebagai kebiasaan


atau ketagihan. Dewasa ini, merokok disebut sebagai Tobacco
Depedency atau ketergantungan pada tembakau. Ketergantungan pada
tembakau atau tobacco dependence didefinisikan sebagai perilaku
penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari bungkus
rokok per hari, dengan tambahan adanya distres yang disebabkan oleh
kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku
merokok adalah suatu aktivitas membakar rokok dan kemudian
menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan
asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya serta dapat
menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun
orang-orang disekitarnya.
B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Merokok.
Awalnya sih coba-coba, penasaran seperti apasih rasanya merokok
itu, kayaknya enak ngeliat orang orang ngerokok. Pertama batuk-batuk,
lama-lama ketagihan. Begitulah kutipan dalam Merokok itu Konyol
(Trim, 2006) mengenai penuturan sebagian orang ketika ditanya
bagaimana awal mula merokok. Rokok memang benar-benar sudah
menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat. Bahkan untuk sebagian
orang, mereka lebih memilih untuk tidak makan ditimbang tidak merokok.
Faktanya, banyak faktor bagi seseorang untuk mencoba merokok terutama
untuk remaja yang secara psikologis masih labil dan serba ingin tahu.
Menurut Lewin (Komalasari&Helmi, 2000) perilaku merokok
merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku

merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan


faktor lingkungan. Menurut Leventhal (dikutip dalam Nasution, 2007, h.8)
bahwa merokok tahap awal itu dilakukan dengan teman-teman (64%),
seorang anggota keluarga bukan orang tua (23%), tetapi secara
mengejutkan bagian besar juga dengan orang tua (14%). Hal ini
mendukung hasil penelitian Komalasari dan Helmi (2000) yang
mengatakan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada
remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orangtua terhadap
perilaku merokok remaja dan pengaruh teman sebaya. Sedangkan hasil
penelitian

Wulandari

(2007)

mengatakan

bahwa

faktor

yang

mempengaruhi perilaku merokok pada dewasa awal yaitu afeksi negatif,


lingkungan (teori belajar sosial), persepsi kontrol perilaku, sikap dan
norma-norma subyektif. Riset mengungkapkan sebanyak 54,59% remaja
dan perempuan merokok dengan tujuan mengurangi ketegangan dan stres.
Lainnya beralasan untuk bersantai 29,36%, merokok sebagaimana
dilakukan pria 12,84%, pertemanan 2,29%, dan agar diterima dalam
kelompok 0,92%.
Subanada (2004) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan
perilaku merokok:
1. Faktor Psikologis
Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan
kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat

ingin tahu, stress, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakan halhal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu, individu
dengan

gangguan

cemas

bisa

menggunakan

rokok

untuk

menghilangkan kecemasan yang mereka alami.


2. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat mempengaruhi seseorang untuk mempunyai
ketergantungan

terhadap

rokok.

Faktor

lain

yang

mungkin

mengkontribusi perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan


adanya efek bermanfaat dari nikotin. Proses biologinya yaitu nikotin
diterima reseptor asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke
jalur imbalan dan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan
merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok
akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan
mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik, zat ini akan
mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang
mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan
rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang
menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah
ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat
yang diperolehnya akan berkurang.
3. Faktor Lingkungan

Berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara


kandung maupun teman sebaya yang merokok, terpapar reklame
tembakau, artis pada reklame tembakau di media. Orang tua
memegang peranan terpenting, selain itu juga reklame tembakau
diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh
orang tua atau teman sebaya, hal ini mungkin karena mempengaruhi
persepsi mahasiswa terhadap penampilan dan manfaat rokok.
4. Faktor Regulatori
Peningkatan harga jual atau diberlakukan cukai yang tingi, akan
menurunkan pembelian dan konsumsi. Pembatasan fasilitas untuk
merokok, dengan menetapkan ruang/daerah bebas rokok, diharapkan
mengurangi konsumsi. Tetapi kenyataannya terdapat peningkatan
kejadian memulai merokok pada mahasiswa, walaupun telah dibuat
usaha-usah untuk mencegahnya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa banyak
faktor yang dapat menyebabkan seseorang merokok, antara lain yaitu
faktor eksternal, kepribadian, psikologis, dan juga biologis.
Menurut Mutadin (dalam Nasution, 2007) mengemukakan beberapa
faktor yang menyebakan remaja merokok, antara lain:
1. Pengaruh Orangtua

Menurut Baer & Corado (dikutip dalam Nasution, 2007) mengatakan,


bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak
bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya
dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi
perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan
rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga
konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik
dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang
permisif dengan penekanan pada falsafah kerjakan urusanmu sendirisendiri", dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua
sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anakanaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok
lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua
(single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok
bila ibu mereka merokok dari pada ayah yang merokok, hal ini lebih
terlihat pada remaja putri.
2. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja
merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh
teman-temannya

atau

bahkan

teman-teman

remaja

tersebut

dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua


menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula
dengan remaja non perokok.
3. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari
kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial.
Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial
lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang
memiliki skor yang rendah.
4. Pengaruh Iklan
Menurut Mutadin (2002) mengatakan bahwa, melihat iklan di media
massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok
adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali
terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.
C. Zat-zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok

Menurut Muhibah (2011) Zat yang merupakan racun utama pada rokok
adalah nikotin, tar dan karbon monoksida.
1. Nikotin
Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirrilidin yang terdapat dalam
Nicotina tabacum, Nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintesisny
yang bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungaan.
Nikotin bersifat sangat adiktif dan beracun, tidak berwarna. Nikotin
yang dihirup dari asap rokok masuk ke paru paru dan masuk ke
dalam aliran darah kemudian masuk ke dalam otak perokok dalam
tempo 7 10 detik. Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah
sebesar 0.5 3 nanogram dan semuanya diserap sehingga di dalam
cairan darah ada sekitar 40 50 nanogram nikotin setiap 1 mlnya.
Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Hasil pembusukan
panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol dan
nitrosaminelah yang bersifat karsinogenik. Pada paru paru, nikotin
akan menghambat aktivitas silia. Selain itu, nikotin juga memiliki efek
adiktif dan psikoaktif. Seketika itu, nikotin merangsang terjadinya

sejumlah

reaksi

kimia

yang

mempengaruhi

hormon

dan

neurotransmitter seperti adrenalin, dopamine dan insulin sehingga


membuat sensasi yang nikmat pada rokok seketika tetapi sensasi ini
hanya berlangsung seketika. Nikotin dapat meningkatkan adrenalin
yang membuat jantung berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras,
frekuensi jantung meningkat dan kontraksi jantung meningkat
sehingga menimbulkan tekanan darah meningkat (Tawbariah et al,
2014)
2. Tar
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru, mengandung bahan-bahan karsinogen (Mardjun,
2012). Tar berupa cairan berwarna coklat tua atau hitam sehingga
dapat membuat warna gigi dan kuku seorang perokok menjadi coklat,
begitu juga di paru paru. Tar yang ada dalam asap rokok
menyebabkan paralise silia yang ada di saluran pernafasan dan
menyebabkan penyakit paru lainnya seperti emphysema, bronkhitis
kronik dan kanker paru. Konsentrasi tar yang ada dalam rokok dapat
bervariasi, yaitu:
a. Rokok dengan kadar tar yang tinggu mengandung tar sekitar 22
mg.
b. Rokok dengan kadar tar yang sedang mengandung tar sekitar 15
21 mg.
c. Rokok dengan kadar tar yang rendah mengandung tar sekitar 7 mg
atau lebih kecil.
3. Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida adalah suatu zat beracun yang sifatnya tidak
berwarna dan tidak berbau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran

tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang
dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6% dan gas ini
dapat dihisap oleh siapa saja. Seorang yang merokok hanya akan
menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus tengah sedangkan arus pinggir
akan tetap berada diluar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan
semua asap tetapi ia semburkan keluar lagi. Gas CO mempunyai
kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah
merah, lebih kuat dibandingkan oksigen sehingga setiap ada asap
tembakau, disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang,
ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen
karena yang diangkut adalah CO dan bukan oksigen. Sel tubuh yang
kekurangan oksigen akan melakukan spasme yaitu menciutkan
pembuluh darah. Bila proses ini berlangsung terus menerus maka
pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses
aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan
terjadi di mana mana. Terpaparnya dengan CO dalam jumlah yang
besar dapat menyebabkan hilangnya kesadaran sampai meninggal.
4. Arsenic
Sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga terdiri
dari unsur-unsur berikut:
a. Nitrogen oksida, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu
saluran pernapasan, bahkan merangsang terjadinya kerusakan dan
perubahan kulit tubuh.
b. Amonium karbonat, yakni zat yang bisa membentuk plak kuning
pada permukaan lidah, serta mengganggu kelenjar makanan dan
perasa yang terdapat pada permukaan lidah.

5. Amonia
Amonia merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya. Amonia sangat mudah
memasuki sel sel tubuh. Saking kerasnya racun yang terdapat dalam
zat ini, sehingga jika disuntikkan sedikit saja ke dalam tubuh bisa
menyebabkan seseorang pingsan.
6. Formic Acid
Formic Acid tidaklah berwarna, bisa bergerak bebas dan dapat
mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk.
Zat tersebut dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit
semut.

Bertambahnya

zat

itu

dalam

peredaran

darah

akan

mengakibatkan pernapasan menjadi cepat.


7. Acrolein
Acrolein ialah sejenis zat tidak berwarna, sebagaimana aldehid. Zat ini
diperoleh dengan cara mengambil cairan dari gliserol menggunakan
metode pengeringan. Zat tersebut sedikit banyak mengandung kadar
alkohol. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.
8. Hydrogen Cyanide
Hydrogen cyanide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini termasuk zat yang paling
ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi
pernapasan. Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung racun
sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide dimasukkan ke dalam tubuh
maka dapat mengakibatkan kematian.
9. Nitrous Oksida
Nitrous oksida ialah sejenis gas tidak berwarna. Jika gas ini terhisap
maka dapat menimbulkan rasa sakit.

10. Formaldehyde
Zat ini banyak digunakan sebagai pengawet dalam laboratorium
(formalin).
11. Phenol
Phenol merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan
dari destilasi beberapa zat organik, seperti kayu dan arang. Phenol
terikat pada protein dan menghalangi aktivitas enzim.
12. Acetol
Hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat tidak berwarna bebas bergerak)
dan mudah menguap dengan alkohol.
13. Hydrogen Sulfide
Hydrogen sulfide ialah sejenis gas beracun yang gampang terbakar
dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi
yang berisi pigmen).
14. Pyridine
Cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan
untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
15. Methyl Chloride
Methyl chloride adalah campuran dari zat zat bervalensi satu, yang
unsur unsur utamanya berupa hidrogen dan karbon. Zat ini
merupakan senyawa organik yang dapat beracun.
16. Methanol
Methanol ialah sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan
terbakar. Meminum atau mengisap methanol dapat mengakibatkan
kebutaan, bahkan kematian.
D. Bahaya Merokok setelah Makan
Merokok setelah makan merupakan aktivitas yang susah untuk
ditinggalkan oleh para pecinta bahan berbentuk silinder, dan berisi
campuran tembakau dengan kandungan zat yaitu nikotin serta tar ini.

Menurut para ahli, hampir 90 persen orang merokok setelah makan.


Alasan mereka biasanya sangat sederhana, jika tidak merokok setelah
makan maka mulut akan terasa sebal dan asam. Sebenarnya merokok pada
waktu biasa atau setelah makan, memiliki bahaya yang sama bagi
kesehatan. Namun, merokok setelah makan memungkinkan semua bahaya
yang mengancam akan datang lebih cepat. Merokok dapat mengganggu
sistem pencernaan di usus. Sistem pencernaan yang memperngaruhi
seluruh tubuh terganggu akibat nikotin yang terikat dalam oksigen yang
diedarkan di dalam darah. Karena nikotin ini mudah diserap, sehingga
oksigen yang dibutuhkan sistem pencernaan berkurang. Akibat yang bisa
ditimbulkan adalah bisa memicu terjadinya kanker usus dan kanker paruparu. Walaupun dokter mengatakan lebih baik memberikan jeda selama 20
menit setelah makan, namun tetap saja rokok itu sendiri tidak baik bagi
tubuh.
Menurut

apoteker

berkebangsaan

Nigeria,

Lanre

Alege

dari

Universitas Ilorin Teaching Hospital, mengatakan bahwa satu batang


rokok yang dihisap setelah makan, bahayanya sama dengan merokok 10
batang. Hal ini disebabkan oleh peredaran darah pada saluran pencernaan
sehabis makan meningkat, akibatnya sejumlah besar kandungan dalam
rokok yang tidak baik bagi kesehatan diserap, sehingga bisa merusak hati,
otak besar, dan pembuluh darah jantung dan menyebabkan mempercepat
penyakit terkait aspek-aspek ini. Kerusakan organ dalam tubuh akan
menjadi lebih cepat dan risiko terkena kanker juga menjadi lebih besar.

Sayangnya, meski bahaya yang mengintai terlalu terlalu beresiko, namun


tetap saja aktivitas merokol sangat sulit dihentikan. Terlebih dengan
aktivitas merokok setelah makan. Para perokok mengklaim bahwa
kegiatan merokok setelah makan memiliki kenikmatan tersendiri dan sulit
dihindari.
E. Cara Mencegah Kebiasan Merokok setelah Makan
Menghilangkan kebiasaan merokok setelah

makan

memang

merupakan hal yang sangat sulit. Namun, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk mencegahnya yaitu:
1. Menggosok Gigi
Selain untuk membersihkan gigi setelah makan, menggosok gigi juga
bisa mencegah Anda merokok setelah makan. Anda mungkin enggan
untuk merokok karena merasa mulut sudah bersih setelah gosok gigi.
2. Mencuci Tangan dan Piring
Saat Anda mencuci tangan setelah makan, ada baiknya juga mencuci
piring. Kesibukan saat mencuci piring bisa membuat Anda lupa dengan
merokok. Kondisi tangan yang sudah bersih juga akan mendorong
Anda enggan untuk merokok.
3. Makan di Ruangan ber-AC
Setiap ruangan ber AC selalu melarang pengunjungnya merokok.
Denga makan di ruangan ber-AC, Anda tentu tidak akan berani
meroko. Dengan demikian, dorongan untuk merokok setalah makan
bisa sedikit ditekan.
4. Mengobrol
Jika Anda makan dengan keluarga atau teman, coba untuk mengobrol
setelah makan. Usaha kan topik yang sedang Anda bicarakan tidak
mengenai roko. Hal ini bisa mencegah Anda merokok dalam beberapa
waktu.

5. Tinggalkan Rokok
Saat berada di ruang makan, ada baiknya Anda tidak membawa rokok.
Letakkan rokok di kamar atau lemari kerja Anda. Dengan demikian
Anda bisa sejenak melepaskan diri dari kebiasaan merokok setelah
makan.
Akan lebih baik lagi bila tidak hanya menghindari merokok setelah
makan namun adanya upaya untuk menghentikan kebiasan merokok
tersebut. Menurut Husaini (dalam buku yang berjudul Tobat Merokok),
ditemukan beberapa terapi yang bisa digunakan untuk menghentikan
kebiasaan merokok, antara lain :
1. Psikoterapi
Salah satu pengobatan terbaik yang dilakukan untuk menghentikan
kebiasaan merokok adalah dengan pengobatan secara berkelompok
(group therapy), yang di dalamnya individu-individu yang masih
merokok dipertemukan dengan individu lain yang telah berhasil
menghentikan kebiasaan merokoknya. Kemudian dilakukan diskusi
antara kedua kelompok tersebut. Setiap individu yang telah berhasil
berhenti merokok, menceritakan pengalamannya kepada individu lain
yang belum berhasil untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.
Diskusi dan dialog yang dilakukan dapat memberikan pengaruh yang
kuat dalam diri perokok untuk bisa melepaskan diri dari kebiasaan
merokok.
2. Hipnotis

Cara ini dilakukan berdasarkan titik kesadaran dalam diri pasien.


Psikolog menggunakan cara hipnotis untuk memberi keasadara dalam
diri pasien akan bahaya yang menghantuinya apabila ia tetap merokok.

Selain itu, psikolog memberi penjelasan tentag keuntungan yang


didapatkan bila pecandu rokok tersebut berhasil menghentikan
kebiasaan merokoknya.
3. Terapi Psikoanalisa
Terapi psikoanalisa dilakukan dengan menggunakan konsep-konsep
yang ada dalam teori psikoanalisa yang dikemukakan oleh Freud.
Dimana seorang individu yang merokok dipengaruhi oleh alam bawah
sadar (id). Terapi ini memberikan batasan kepada individu tersebut
tentang id yang dimilikinya dengan menghubungkan dengan ego dan
superego. Cara ini dilakukan bila perokok sudah memasuki tahap akhir
sebagai pencandu rokok berat, dimana motivasi yang ada di dalam diri
perokok berkaitan erat dengan masalah psikologis yang melekat pada
pikirannya.
4. Dimensi Pendidikan

Cara ini dilakukan dengan mengadakan dialog atau diskusi bahaya


merokok serta menjelaskan keuntungan bila seseorang tidak merokok.
Ini dilakukan baik melalui dialog langsung dengan atau tanpa adanya
bedah buku yang berkaitan dengan masalah tersebut, dengan tujuan
untuk memberikan pencerahan atau insight dan menyadarkan diri
perokok dari bahaya-bahaya yang mengancamnya.

DAFTAR PUSTAKA
Husaini, A. (2006). Tobat Merokok (Rahasia dan Cara Empatik Berhenti
Merokok). Pustaka Iman

Komasari dan Helmi, F. (2011). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok


Pada Remaja. Jurnal Psikologi. No. 1 Hal 37-47
Mardjun, Y. (2012). Perbandingan Keadaan Tulang Alveolar antara Perokok
dan Bukan Perokok. (Skripsi). Universitas Hasannudin. Makasar.
Muhibah, F.A.B. (2011). Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menenga
Sains Hulu Selangor Mengenai Efek Rokok Terhadap Kesehatan. (KTI).
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Mutadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologi pada
Remaja. www.e-psikologi.com (diakses pada tanggal 11 Maret 2016)
http://log.viva.co.id/news/read/591205-bahaya-merokok-setelah-makan
(diakses pada tanggal 11 Maret 2016)
Nasution, KI. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Medan : Universitas Sumatra Utara Medan.
Poerwadarminta. (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka
Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia
Tawbariah, L., dkk. (2014). Hubungan Konsumsi Rokok dengan Perubahan
Tekanan Darah pada Masyarakat di Pulau Pasaran Kelurahan Kota
Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Bandar Lampung. J of Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
Trim. (2006). Merokok itu Konyol. Jakarta: Ganeca Exact
Ulhaq. (2008). Hubungan antara Kontrol Diri dengan Perilaku Merokok
pada Siswa Siswi SMA N 1 Parakan
Wulandari, D. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Dewasa Awal. Jurnal Arkhe. Yh. 2 No. 2 Hal 91-100

Anda mungkin juga menyukai