Anda di halaman 1dari 5

Nama

: Henggar Allest Pratama

NIM

: 122011101080

SMF ILMU KESEHATAN MATA PERIODE 9 JANUARI 12 FEBRUARI 2017


Judul Jurnal

Perkembangan Visus Pada Pediatri dengan Neuritis Optik


Maichael J Wan, Olumuyiwa Adebona, Leslie A Benson, Mark P
Goman, dan Gena Heidary.
Departemen Oftalmologi dan Departemen Neurologi, Rumah Sakit
Anak-anak Boston, Sekolah Kedokteran Havard.
Diterima tanggal 28 Februari 2014, di dan dipublikasikan oleh

Latar Belakang

American Journal of Ophtalmology tanggal 27 Mei 2014


Neuritis optik adalah penyakit inflamasi pada nervus optikus,
dapat bersifat idiopatik atau berhubungan dengan kondisi

demielinasi seperti Multipel Sklerosis.


Neuritis optik lebih sering menyerang dewasa muda, 5% kasus

neuritis optik terjadi pada anak-anak.


Berdasarkan studi observasional sebelumnya, neuritis optik pada
anak-anak sering bilateral, disertai edema pada nervus optikus,

dan pasien mengeluhkan nyeri pergerkan bola mata.


Resiko neuritis optik pada anak berkembang menjadi multiple

sklerosis lebih kecil daripada dewasa


Penelitian tentang perkembangan visus anak-anak setelah terkena

neuritis optik masih sedikit.


Menggambarkan karakteristik klinik dan perkembangan visual secara
Tujuan

kohort pada pasien pediatri dengan episode neuritis optik pertama

Metode

kali di rumah sakit tersier.


Tempat :
Rumah Sakit Anak-anak Boston (Rumah Sakit Anak-anak Tersier)
Desain :
Retrospektif, observasional kohort
Subjek :

59 pasien anak-anak dengan episode pertama neuritis optik pada

tahun 2002-2012.
Diagnosis dibuat oleh klinisi yang berpengalaman.
Mempunyai data catatan medis sekurang-kurangnya selama 3

bulan
Pemeriksaan

yang

dilakukan

adalah

pemeriksaan

tajam

penglihatan, pemeriksaan lapang pandang, dilatasi pupil, dan

funduskopi.
Semua pasien pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan MRI
untuk menilai demielinisasi lesi untuk mengeksklusi potensial

etiologi yang lain (bukan untuk mendiagnosis).


Pasien dieksklusi dari penelitian jika tidak ada kepastian dalam
diagnosis,

jika

ada

potensi

faktor

perancu

yang

dapat

mempengaruhi penglihatan (seperti amblyopia, neuropati optik


herediter, atau malignansi) atau jika ada bukti episode neuritis

optik sebelumnya.
Pasien dengan dimielinisasi seperti multiple sklerosis atau
neuromyelitis optik tidak dieksklusi.

Keluaran utama :

Tajam penglihatan, penelitian dilakukan dengan follow up pada 3


bulan dan 1 tahun pasca pertama kali diagnose. Namun juga saat
pasien mendapat terapi, didapatkan diagnose penyerta lain
(seperti multiple sklerosis), ataupun perbaikan visus menjadi

normal ( 20/20) kapanpun saat masa follow up.


Tajam penglihatan yang diukur (di mata yang terkena pada kasus
unilateral atau mata dengan penglihatan terburuk pada kasus
bilateral) dengan visus <20/40 akan diuji dengan Fisher exact test
untuk menentukan jika terdapat hubungan antara presentasi klinis
dan ketajaman penglihatan yang buruk pada 3 bulan atau 1 tahun

Hasil

follow up.
Dari 59 pasien yang mengalami episode pertama neuritis optik, 13
tidak memenuhi kriteria dan dieksklusi dari penelitian (9 tidak
adekuatnya follow up, 3 mempunyai potensi faktor perancu, 1
terbukti mempunyai optik atrofi pre-eksis) sehingga tersisa 46

pasien.
Rata-rata usia 12,6 tahun

Laki-laki 28%, perempuan 72%.


41% bilateral, 59% unilateral.
52% sedang atau telah terdapat diagnosis pokok lain (seperti

multiple sklerosis)
91% menerima terapi imunomodulator
Dari 46 pasien, 36 memiliki data follow up lebih dari 1 tahun
Dalam 3 bulan, 67% pasien mencapai visus 20/20, dan 89%

sekurang-kurangnya memiliki visus 20/40.


Dalam 1 tahun 81% memiliki visus 20/20, 89% sekurang-

kurangnya memiliki visus 20/40.


Hanya 4 dari 36 pasien (11%) yang mempunyai visus <20/40

setelah 1 tahun
Pada neuritis optik bilateral, 14 dari 15 pasien memiliki visus
20/20 setelah 1 tahun, sedangkan satu orang yang lain mempunyai

visus 20/400 karena rekurensi pada mata tersebut.


Satu-satunya faktor yang berhubungan dengan keluaran visus
setelah 1 tahun (<20/40) adalah visus <20/20 pada 3 bulan follow

up
Karakteristik klinik yang lain seperti visus awal, jenis kelamin,
keterlibatan mata bilateral, edema nervus optikus, terapi yang
diberikan, dan diagnosis pokok yang lain tidak berhubungan

secara signifikan
Pada analisis subgroup, 21 pasien dengan visus awal hitung jari
mencapai visus normal dengan rata-rata 35 hari. 15 pasien dengan
lebih buruk dar hitung jari mencapai visus normal dengan rata-

Diskusi

rata 97 hari.
Pada penelitian ini kami melaporkan bahwa karakteristik klinis
pada penelitian kohort terbesar dalam neuritis optik pada pediatri
ini terdiri dari 72% perempuan, 42% bilateral, dan 67% edema
nervus optik. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian neuritis

optik pada pediatri yang lain.


Ada beberapa penelitian neuritis optik pada pediatri yang lain.
Bradt dkk melaporkan 30 dari 39 mata yang terkena neuritis optik
membaik menjadi 20/40 pada akhir follow up. Mereka juga
membandingkan faktor usia dan menemukan bahwa visus akhir
akan meningkat lebih baik jika pasien berusia lebih muda dari 6
tahun. Hwang dkk juga meneliti 10 pasien pediatri di Korea,

hasilnya 8 dari 15 mata membaik 20/40, hanya 2 yang tetap


20/200 pada akhir follow up. Mizola dkk meneliti 41 pasien di
Jepang dan menemukan 89% membaik 20/20 termasuk 95%
dengan multiple sklerosis. Terakhir, Wilejto dkk meneliti 36 anak
yangdifollow up selama 2,4 tahun dan menemukan bahwa
ketajaman penglihatan membaik lebih dari 20/40 pada 39 dari 47

mata.
Pada penelitian ini kami membagi follow up dalam 3 bulan dan 1
tahun

agar

pasien

dapat

dibandingkan

jumlah

waktu

pemulihannya. Penelitian ini juga meminimalkan faktor perancu


dan eksklusi untuk mengisolasi pasien kohort bahwa hasil akhir
visus benar-benar menunjukkan perkembangan dari episode

neuritis akut pertama berdasarkan beratnya penyakit.


Pada pasien neuritis optik dewasa, hasil akhir visus yang
dilaporkan ONTT setelah 1 tahun adalah 50% membaik menjadi
20/20 atau lebih baik dan 68% 20/40 atau lebih baik. Sebagai
perbandingan, dalam penelitian ini 81% anak menjadi 20/20 atau
lebih baik dan 89% menjadi 20/40 atau lebih baik setelah 1 tahun

follow up.
Pada analisis univariate, hanya satu faktor yang berhubungan
signifikan dengan rendahnya visus (<20/40) setelah 1 tahun
follow up, yaitu perbaikan visus 3 bulan setelah terapi yang tidak
mencapai 20/20. Tidak seperti Brady dkk, kami tidak menemukan
adanya pengaruh usia lebih muda dengan perbaikan visus yang

lebih baik.
Dalam penelitian ini perbedaan penglihatan untuk pulih
tergantung dari beratnya visus awal, semakin rendah visus awal
semakin lama waktu yang diperlukan. Hal ini berguna dalam
konseling pasien dengan neuritis optik terkait prognosis.
Perkembangan lebih lanjut, catatan waktu ini dapat digunakan

klinisi untuk menentukan panduan pengobatan.


Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Meski pasien
yang diteliti adalah dengan episode pertama neuritis optik namun
etiologi pokok dalam beberapa kasus masih tercampur, selain itu
regimen terapiyang diberikan juga bervariasi antara beberapa

individu yang tidak dapat dikontrol peneliti. Selain itu beberapa


pasien yang memerlukan waktu kontrol lebih dari 1 tahun tidak

tercatat dalam penelitian ini.


Untuk penelitian selanjutnya berdasarkan data terapi neuritis
optik, akan menjadi penelitian yang ideal untuk menguji suatu
imunoterapi baru dibandingkan dengan kortikosteroid dengan

Kesimpulan

teknik cohort randomized trial.


Pada penelitian ini, kami melaporkan karakteristik klinik yang
berpengaruh pada hasil akhir visus pada pediatri dengan episode
pertama neuritis optik adalah presentasi awal visus. Waktu yang
diperlukan untuk perbaikan visus bervariasi tergantung beratnya
penurunan visus awal. Buruknya visus dalam 3 bulan follow up
setelah terapi memprediksikan buruknya pula perkembangan
penglihatannya dalam 1 tahun.

Anda mungkin juga menyukai