Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

1) Konsep Penyakit
1. Pengertian
Meningitis adalah suatu infeksi atau peradangan dari meninges, lapisan yang
tipis atau encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung,
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut
dan kronis Harsono tahun 2003 dalam israr 2008.
Menurut L. Wong dkk tahun 2008 meningitis dibagi menjadi dua tipe yaitu,
yang pertama meningitis bakteri, merupakan inflamasi susunan sistim saraf pusat
akut. Meningitis bakteri dapat disebabkan oleh setiap jenis agens bakteri,
streptococcus pneumonie (pneumokokus) dan Neisseria meningitidis
(meningokokus) merupakan organisme penyebab meningitis bakteri pada 95% anak-
anak berusia lebih dari 2 bulan. Yang kedua adalah meningitis nonbakteri (aseptic)
disebabkan oleh beberapa agens, terutama virus dan sering kali dikaitkan dengan
penyakit lain seperti campak, gondongan atau parotitis, herpes dan leukemia. Entero
virus dan virus parotitis merupakan penyebab sejumlah besar kasus meningitis ini.
Meningitis neonatal adalah infeksi dan inflamasi meningen yang terjadi pada
28 hari pertama kehidupan. Insiden diperkirakan 0,18-0,45 per 1000 kelahiran hidup
yang terjadi pada 5-30% dari sepsis neonatal (setyorini, Retayasa, Kardana: 2012)

2. Etiologi
Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas: pneumococcus,
meningococcus, hemophilus influenza. Staphylococcus, E. colli, salmonella (Japardi,
Iskandar;2002 dalam Israr, 2008). Penyebab meningitis terjadi atas beberapa
golongan umur:
a. Neonatus: aserichia coli, streptococcus beta hemolitikus, listeria monositogenes.
b. Anak dibawah 4 tahun: hemofilus influenza, meningococcus, pneumococcus.
c. Anak diatas 4 tahun dan orang dewasa: meningococcus, pneumococcus,

3. Patofisiologi
Menurut L. Wong dkk tahun 2008, meningitis terjadi akibat perluasan
berbagai infeksi bakteri, kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya resistensi
yang didapat terhadap berbagai organisme penyebab infeksi. Jalur infeksi yang
paling sering adalah melalui penyebaran vascular dari focus infeksi dari tempat lain.
Organisme juga dapat masuk kedalam tubuh melalui implantasi langsung setelah
terjadinya luka tusuk, fraktur tengkorak yang membuat jalan masuk ke kulit atau
sinus, pungsi lumbal, prosedur bedah, abnormalitas anatomi seperti spina bifida, atau
benda-benda asing seperti ventricular shunt. Setelah proses implantasi, organisme
menyebar ke cairan serebrospinal yang berfungsi sebagai saluran untuk penyebaran
infeksi diseluruh lapisan subaraknoid.
Proses infeksi sama dengan yang terlihat pada setiap infeksi bakteri yaitu,
inflamasi, eksudasi, akumulasi sel darah putih, dan berbagai derajat kerusakan
jaringan. Otak menjadi hiperemik dan edema dan seluruh lapisan otak tertutup
lapisan eksudat purulent. Pada saat infeksi meluas ke ventrikulus otak, pus yang
kental, fibrin atau perlengketan dapat menyumbat saluran yang sempit sehingga
terjadi saluran yang sempit sehingga terjadi obstruksi aliran cairan serebrospinal.

4. Tipe-Tipe Meningitis
a. Meningitis kriptikokus
Adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bias masuk
ketubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang kering. Kriptokokus
ini dapat menginfeksi kulit, paru dan bagian tubuh lain. Meningitis kriptokokus
ini paling sering terjadi pada orang dengan CD4 dibawah 100.
b. Viral meningitis
Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan penyakit flu biasa, dan
umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya
menigkat dimusim panas karena pada saat itu orang sering terpapar agen
pengantar virus. Banyak virus yang dapat menyebabkan viral meningitis antara
l;ain virus herper dan virus penyebab flu perut.
c. Bacterial meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupaka penyakit yang serius. Salah satu
bakterinya dalah meningococcal bakteria. Gejalanya seperti timbul bercak
kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan mengembang menjadi
memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh dapat
berakinbat fatal dan menyebabkan kematian.
d. Meningitis tuberculosis generalisata.
e. Meningitis purulenta

5. Manifestasi klinis
a. Anak-Anak dan remaja
Awitan mendadak, demam, menggigil, sakit kepala, vomitus, perubahan
sensorium, kejang (sering menjadi tanda awal), iritabilitas, agitasi, fotopobia,
delirium, halusinansi, perilaku agresif, mengantuk, stupor, koma, kaku kuduk,
dapat berlanjut menjadi epistotonus, tanda kerning dan brudzinki positif, respons
reflex hiperaktif dan bervariasi, tanda-tanda dan gejala yang khas sesuai dengan
masing-masing organisme: ruam petekie atau purpurik ( infeksi meningokkokus)
kususnya jika disertai dengan keadaan syok, kelainan sendi (infeksi
meningokokus dan H. influenza), telinga mengeluarkan secret yang kronis
(meningitis pneumokokus).
b. Bayi dan anak yang masih kecil
Demam, pemberian makan buruk, vomitus, iritabilitas yang nyata, serangan
kejang yang sering (sering disertai tangisan yang bernada tinggi), fontanela dan
menonjol, kaku kuduk dapat terjadi atau tidak terjadi.
c. Tanda-tanda spesifik
Sangat sulit menegakkan diagnosis, manifestasi penyakit samar dan tidak spesifik,
pada saat lahir terlihat sehat, tetapi dalam beberapa hari mulai terlihat dan
menunjukkan perilaku yang buruk, menolak pemberian susu, kemampuan
menghisap buruk, vomitus atau diare, tonus otot buruk, penurunan gerakan,
fontanela penuh, leher biasanya lemas (supel).

6. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut Japardi 2005 gambaran laboratorium dari infeksi meningococcus
adalah seperti pada umumnya infeksi pyogenic berupa jumlah lekosit sebesr
10.000-30.000/ mm3 dan eritrosit sedimentation. Pada urine dapat ditemukan
albuminuria, cast dan sel darah merah. Pada kebanyakan kasus, meningococcus
dapat diukur dari nasofaring, dari darah dapat ditemukan lebih dari 50% dari kasus
pada stadium awal, serta dari lesi kulit dan CSF. Pada pasien meningitis
pemeriksaan CSF ditemukan pleositosif dan purulent. Tekanan CSF meningkat
biasanya antara 200-500 mmH2O.protein sedikit meningkat dan kadar glukosa
rendah.

7. Komplikasi
Komplikasi serta sequelle yang timbul biasanya berhubungan dengan proses
inflamasi pada meningen dan pembuluh darah serebral (kejang, parese, nervus
cranial, lesi cerebralfokal, hydrasefalus) serta disebabkan oleh infeksi
meningococcus pada organ tubuh lainnya (infeksi ocular, arthritis, purpura, peri
carditis, endocarditis, myocarditis, orchitis, epydidimitis, albuminuria atau
hamaturia, perdarahan adrenal). DIC dapat terjadi sebagai komplikasi dari
meningitis.
2) Pathway

Influenza, parotitis, Trauma, luka tusuk


ISPA

vaskular Bakteri, virus


berimplantasi ke
cairan serebrospinal

Reaksi radang pada pia


mater, araknoid, CSS, Menembus
ventrikular subaraknoid

Infeksi SSP Pembuluh darah Penyebaran


meningeal sel-sel lekosit
hiperemi polimorfonukle
ar

Perubahan Penyebaran sel-


persepsi, sensori sel lekosit Terbentuk
(pengelihatan, polimorfonuklea eksudat, dan
kinestetik, r purulent
pengecapan, taktil, terbentuk di otak
olfaktorius)
Kondisi
berpotensi fatal Peningkatan
Resiko
tekanan
nutrisi
intrakranial
kurang
dari Mual,
kebutuha muntah
Perubahan perubahan
n
proses perfusi jaringan
keluarga serebral
3) Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Awitan mendadak,
b. demam, menggigil, sakit kepala, vomitus,
c. perubahan sensorium, kejang (sering menjadi tanda awal),
d. iritabilitas, agitasi, fotopobia, delirium, halusinansi, perilaku agresif, mengantuk,
stupor, koma, kaku kuduk, dapat berlanjut menjadi epistotonus,
e. tanda kerning dan brudzinki positif, respons reflex hiperaktif dan bervariasi,
f. tanda-tanda dan gejala yang khas sesuai dengan masing-masing organisme: ruam
petekie atau purpurik ( infeksi meningokkokus) kususnya jika disertai dengan
keadaan syok, kelainan sendi (infeksi meningokokus dan H. influenza), telinga
mengeluarkan secret yang kronis (meningitis pneumokokus).

2. Diagnosis Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intra kranial.
b. Devisit perawatan diri ADL berhubungan dengan gangguan persepsi dan kognitif.
c. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah.
d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang dirawat dirumah sakit
karena menderita sakit yang berpotensi fatal.

3. Intervensi
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intra kranial.
Tujuan: Pasien menunjukkan keadaanya semakin baik
Kriteria Hasil:
1) Paien tidak muntah ketika diberikan makanan maupun minuman.
2) Pasien tidak mengeluh sakit kepala
3) Kesadaran compos mentis
Intervensi dan rasional:
1) Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.
Rasional; mengetahui tingkat kesadaran.
2) Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan. Rasional:
perubahan kepala pada satu sisi dapat menekan pada vena jugularis dan
menghambat aliran darah ke otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan
intracranial.
3) Monitor tanda-tanda vital setiap 3 jam sekali. Rasional: peningkatan sistolik
dan penurunan diastolic menyebabkan peningkatan tekanan intracranial.
b. Deficit perawatan ADL yang berhubungan dengan gangguan persepsi dan
sensoris.
Tujuan: pasien memperoleh perawatan hygine yang tepat.
Kriteria Hasil:
1) Anak terlihat bersih dan segar.
2) Rambut, kulit, kuku bersih.
Intervensi:
1) Ajarkan kepada keluarga memandikan anak. Rasional: menjaga kebersihan
kulit.
2) Beri anak pakaian yang nyaman yang terbuat dari katun. Rasional: katun
menyerap keringat dan tidak panas ketika dipakai.
3) Jaga rambut tetap bersih, disisir. Rasional: anak tetap tampil rapi dalam
keadaan terbatas.
c. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah.
Tujuan: pasien memperoleh nutrisi yang optimal.
Kriteria hasil:
1) BB stabil
2) HB normal, bibir merah cery.
3) Frekuensi mual dan mutah berkurang.
Intervensi dan rasional:
1) Berikan nutrisi yang sesuai dengan kondisi anak. Rasional: kebutuhan kalori
anak tercukupi.
2) Ajarkan ibu untuk memberi anak makan sedikit-sedikit tapi sering. Rasional:
Mengurangi reflek muntah.
3) Timbang berat badan anak setiap hari. Rasional: mengetahui status
perkembangan anak.
d. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan anak yang dirawat dirumah
sakit yang menderita kondisi yang berpotensial fatal.
Tujuan: pasien (keluarga) memperoleh dukungan yang adekuat.
Kriteria hasil: koping keluarga positif terhadap anak.
Intervensi dan rasional:
1) Berikan informasi yang diperlukan. Rasional; keluarga mengerti tentang
kondisi anak.
2) Motivasi keluarga untung berkunjung ketika jadwal kunjung. Rasional:
kunjungan keluarga dapat meningkatkan koping anak.
3) Beri dukungan terhadap keputusan orang tua.
DAFTAR PUSTAKA

L. Wong, Donna dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai