Anda di halaman 1dari 9

Rusunawa dalam Sudut Pandang Pengentasan Kemiskinan

(Pembangunan Hunian yang Bertujuan Untuk Meningkatkan


Taraf Hidup Masyarakat Miskin)
Bab III
PEMBAHASAN

Kemiskinan merupakan hal yang umum dalam kehidupan masyarakat negara


berkembang. Negara berkembang atau yang biasa disebut negara dunia ketiga memang akrab
dengan kemiskinan karena negara belum mampu menyediakan fasilitas yang mumpuni bagi
rakyatnya. Dalam hal ini, fasilitas yang dimaksud diantaranya adalah ketersediaan lahan
hunian bagi rakyatnya. Kemiskinan seringkali membuat masyarakat sulit memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hal ini karena masyarakat disebut miskin pastinya memiliki
kemampuan ekonomi yang lemah. Sesuai dengan teori pembangunan Rostow1, negara dunia
ketiga atau negara berkembang jika dilihat dari lima tahapan pembangunan masih berada
pada tahapan kedua atau ketiga. Dalam teori pembangunan Rostow, negara yang masih
dalam tahapan pembangunan kedua atau yang disebut kondisi pra-tinggal landas masih belum
memiliki kedewasaan perekonomian. Berdasarkan indikator tersebut dapat ditarik sebuah
pendapat bahwa pemenuhan kebutuhan dasar hidup manusia dapat berbanding lurus dengan
status perekonomian individu tersebut.
Kota Tegal merupakan salah satu kota di sebuah negara dunia ketiga yang memiliki
kehidupan perekonomian cukup rendah. Hal ini mengacu pada data dalam backlog yang
menyebutkan bahwa Kota Tegal memiliki setidaknya 11.562 KK miskin. 2 Angka tersebut
merupakan urutan ketiga di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data tersebut, Kota Tegal
dapat digolongkan kota yang memiliki tingkat kesejahteraan hidup yang cukup rendah. hal ini
karena tingginya angka kemiskinan masyarakat kota tegal.
Kota tegal memiliki jumlah penduduk sebanyak 243.855 KK. Dari jumlah KK
tersebut, diketahui bahwa 11.562 KK merupakan masyarakat miskin. Hal ini berarti sekitar
4,7 % masyarakat tegal adalah kalangan masyarakat miskin. Masyarakat disebut miskin, jika
masyarakat belum mampu memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya. Adapun kebutuhan
yang diperlukan diantaranya adalah kebutuhan pangan, pakaian dan tempat tinggal. Ketiga

1 Teori tahapan pembangunan WW Rostow memiliki lima tahapan, yang pertama masyarakat
tradisional, pra-tinggal landas, tinggal landas, menuju kedewasaan, lalu yang terakhir konsumsi
masal. Kelima tahapan tersebut merupakan barometer dalam pembangunan dalam sektor
perekonomian sebuah negara (kelompok masyarakat).

2 Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, FGD Pemetaan Potensi Penyediaan
Perumahan Pada 4 Provinsi Backlog Terbesar.
kebutuhan tersebut mutlak harus dicukupi atau dimiliki oleh individu sehingga dapat
dikategorikan sebagai masyarakat tidak miskin.
Menyoal masalah kemiskinan, dikenal beberapa terminologi untuk membagi
tingkatan masyarakat dengan masalah perekonomian. Adapun beberapa bagian tersebut
diantaranya : masyarakat miskin, MBR 1, MBR 2, MBM/A. 3 Masyarakat yang tergolong
masyarakat miskin, dengan pendapatan yang setara dengan UMR, masyarakat miskin hanya
akan mampu memenuhi kebutuhan pangan dan sandang. Hal ini karena kebutuhan papan
merupakan kebutuhan primer yang memiliki nilai keekonomian yang tinggi. Kebutuhan
papan atau tempat tinggal seiring dengan perkembangan jaman menjadi sesuatu yang sangat
mewah. Hal tersebut karena perbandingan ketersediaan lahan dan permintaan pembangunan
fisik yang tidak berimbang. Selaras dengan hal itu, maka kemudian kebutuhan akan hunian
menjadi sebuah hal yang utopis dan sulit tercapai untuk masyarakat yang diterminkan masuk
dalam golongan masyarakat miskin.
Solusi untuk mengatasi permasalahan pemenuhan kebutuhan akan hunian harus
menjadi concern utama pemerintah daerah. Hal ini karena secara garis besar, masyarakat
miskin akan tidak mampu memiliki tempat untuk berteduh bagi keluarganya. Jika pun
masyarakat tersebut memiliki kemampuan ekonomi turun temurun -dalam hal ini memiliki
orang tua yang sudah memiliki hunian- nantinya akan ada desakan ketersediaan tempat dalam
hunian tersebut. Oleh karena itu, pemerintah daerah seyogyanya mampu untuk memenuhi
kebutuhan akan hunian yang diperlukan oleh masyarakat miskin.
Menyoroti masalah hunian untuk masyarakat miskin, jika pemerintah tidak
memfasilitasi hal tersebut maka akan terjadi persebaran pemukiman liar. Hal ini mengacu
pada data backlog yang menyebutkan bahwa dari total 234.855 keluarga yang hidup di kota
tegal, telah terdata bahwa di Kota Tegal hanya memiliki 189.665 unit rumah 4. Melihat data

3 Segmentasi masyarakat miskin adalah masyarakat yang pendapatannya lebih kecil dari Rp.
1.500.000,00, Masyarakat Berpenghasilan Rendah 1 atau yang biasa disebut dengan MBR 1 adalah
masyarakat yang pendapatannya berkisar antara Rp. 1.500.000 hingga Rp. 4.000.000, Masyarakat
Berpenghasilan Rendah 2 atau yang biasa disebut MBR 2 adalah masyarakat yang pendapatannya
berkisar di angka Rp. 4.000.000 hingga Rp. 7.000.000. lalu yang terakhir masyarakat golongan
berpengahasilan menengah / atas atau yang biasa disebut dengan istilah MBM/A adalah mereka yang
berpenghasilan lebih dari Rp. 7.000.000

4 Dari jumlah 189.665 unit rumah yang terdata terdiri dari beberapa status hunian diantaranya :
Rumah sendiri sebanyak 124.439 unit, rumah keluarga / saudara 6.686 unit, sewa 53.134 unit, rumah
dinas 3.871 unit, dan lainnya 1.056 unit.
tersebut maka dapat diketahui ada sekitar 54.190 keluarga yang belum memiliki rumah. 5
Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui ada sekitar 24 % keluarga yang belum
memiliki rumah. Angka tersebut ternilai cukup besar, karena berdasarkan angka tersebut
maka dapat diambil sebuah poin bahwa tidak hanya masyarakat miskin saja yang tidak
mampu memiliki rumah, melainkan ada beberapa masyarakat dengan golongan MBR pun
belum mampu memiliki rumah. Hal ini tentunya menjadi sebuah problematika yang harus
dipikirkan oleh pemda, karena dengan adanya perbandingan antara masyarakat miskin dan
masyarakat yang memiliki rumah, ternyata didapati ada selisih sekitar 20% masyarakat
golongan MBR belum mampu membeli rumah.
Melihat permasalahan di atas, dapat disesuaikan dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran
yang dicanangkan oleh pemerintah Kota Tegal. Visi merupakan rumusan umum mengenai
keadaan Kota Tegal yang diinginkan. Visi dimaksud diharapkan dapat menggambarkan arah
tentang kondisi masa depan yang ingin dicapai, serta dapat menjawab permasalahan
pembangunan daerah dan/atau isu strategis Kota Tegal yang perlu diselesaikan dalam jangka
menengah tersebut.
Visi pembangunan jangka menengah daerah Kota Tegal adalah sesuai visi walikota
dan wakil walikota, yaitu Terwujudnya Kota Tegal yang Sejahtera dan Bermartabat Berbasis
Pelayanan Prima. Hal tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu Kota Tegal sejahtera,
bermartabat dan berbasis pelayanan prima, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai
berikut;
Kota Tegal yang sejahtera, merupakan suatu kondisi masyarakat Kota Tegal yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya meliputi sandang, pangan, perumahan, air bersih, kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, rasa takut dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan fisik maupun nonfisik,
lingkungan hidup yang sehat, leluasa berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik,
mempunyai akses terhadap informasi serta lingkungan yang damai, tenteram dan nyaman.
Kota Tegal bermartabat, merupakan kondisi masyarakat yang memiliki sisi kemanusiaan
tinggi yaitu bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi luhur, memiliki kebebasan
menentukan sikap dan tindakannya, memiliki kesadaran sosial tentang kebersamaan dan
pemerataan.
Kota Tegal berbasis pelayanan prima, merupakan semangat Pemerintah Kota Tegal untuk
melayani dengan baik dan memuaskan masyarakatnya. Semangat ini didukung oleh segenap

5 Hal ini jika menggunakan parameter satu rumah untuk satu keluarga.
stakeholder dan terinternalisasi dalam semangat pengabdian seluruh aparatur pelaksana di
Pemerintah Kota Tegal.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut yaitu dengan
merumuskan misi yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Tegal. Salah satu upaya
untuk mewujudkan visi tersebut yaitu dengan mewujudkan infrastruktur yang memadai dan
kelestarian lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan. Misi ini diarahkan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur yang memadai untuk mendukung
pertumbuhan perekonomian dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan dan
peruntukan ruang. Misi tersebut dapat diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan
kuantitas sarana prasarana pemukiman umum. Selain itu juga diharapkan dapat menjamin
ketercukupan kebutuhan rumah yang berkualitas. Hal tersebut secara langsung dapat
meningkatkan ketersediaan supply rumah dan berkurangnya jumlah backlog kebutuhan
rumah.
Visi dan misi itulah yang dibutuhkan sebagai mekanisme pembiayaan perumahan
yang dapat dijangkau oleh kaum miskin. Pada sistem formal yang menyediakan pembiayaan
untuk lahan dan perumahan dikembangkan, akses ke sistem ini hanya terbatas bagi mereka
yang memiliki pekerjaan formal, pendapatan tetap, rekening bank, dan teman penjamin. Hal-
hal seperti ini umumnya tidak dapat diberikan oleh kaum miskin kota.
Bagi masyarakat dari berbagai kelompok pendapatan, khususnya bagi masyarakat
miskin, perumahan bukanlah sebuah produk, namun sebuah proses. Rumah bukan hal yang
dapat diselesaikan dalam waktu sesuai rencana, namun dibangun secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan rumah tangga. Banyak yang menilai bahwa perumahan
yang dibangun bertahap tidak memenuhi standar. Maka dari itu, peran pemerintah dalam
menyedian fasilitas pembangunan pemukiman atau perumahan sangat dibutuhkan.
Mengapa kebutuhan akan rumah itu penting, sedangkan untuk memenuhinya merupakan
suatu hal yang dapat dikatakan mahal untuk kaum miskin. Di sinilah peran Pemerintah Kota
Tegal dapat terlibat langsung. Perumahan adalah kebutuhan dan hak dasar manusia.
Perumahan menyediakan naungan untuk hidup dan ruang untuk menjalankan berbagai
aktivitas. Perumahan juga menjadi tempat di mana msyarakat mendapat akses terhadap
layanan standar seperti air bersih, listrik, sanitasi, pendaftaran rumah, dan pencatatan
penduduk. Perumahan yang layak adalah hak manusia dan akses mendapatkan rumah, dan
syarat-syarat untuk menempati rumah tersebut merupakan bagian dari status sosial rumah
tangga dan aspek penting dari kesejahteraan.
Cara yang paling cepat dan pragmatis untuk mengatasi kurangnya ketersediaan
pembiayaan perumahan adalah mengurangi kebutuhan akan pembiayaan tersebut. Cara
tersebut yaitu dengan mengupayakan desain dan strategi konstruksi serta pemanfaatan lahan
yang lebih efisien.
Strategi untuk memastikan bahwa pembiayaan perumahan menjangkau kaum miskin
yaitu dengan rencana pengembangan kawasan pemukiman perkotaan yang diarahkan pada
intensifikasi kawasan-kawasan yang sudah ada melalui upaya pembangunan ke arah vertikal.
Pembangunan ke arah vertikal tersebut diaplikasiakn dengan pembangunan Rumah Susun
Sederhana Sewa (Rusunawa). Pemilihan lokasi rusunawa diarahkan pada lokasi-lokasi atau
kawasan-kawasan yang potensial dikembangkan sebagai penanggulangan kawasan kumuh
perkotaan dan diprioritaskan kepada MBR di Kota Tegal.
Adanya pembangunan Rusunawa tersebut dapat digunakan sebagai media
pemberdayaan masyarakat. Pembangunan Rusunawa dapat menjadi pendorong dinamika
kehidupan masyarakat sekitar secara positif, yaitu dengan mengubah pola hidup masyarakat
Kota Tegal yang sebelumnya bersifat horisontal menjadi vertikal. Pola tersebut diharapakan
dapat mengubah lingkungan kehidupan masyarakt yang lebih tertata dan hubungan
antarwarga lebih mengutamakan sikap toleransi yang tinggi. Rusunawa juga dapat menjadi
pendorong peningkatan perekonomian di sekitarnya. Adanya Rusunawa diharapkan dapat
menghidupkan kegiatan di lingkungan sekitar dan membuka kesempatan lapangan keja bagi
penghuni dengan tetap menjaga kualitas lingkungan. Rusunawa juga dapat
menumbuhkembangkan kesadaran dan minat masyarakat untuk tinggal di rumah susun secara
lebih layak, nyama, dan aman.
Penyediaan Rusunawa bagi MBR akan memacu pertumbuhan dan peningkatan
kesejahteraan secara fisik, sosial dan ekonomi. Prediksi ini didasarkan pada ketersediaan
fasilitas dan utilitas umum dan keterjangkauan harga sewa rumah. Peningkatan kesejahteraan
teresebut antara lain;
a. Rusunawa dapat mengurangi timbulnya area pemukiman kumuh yang dibangun
secara swadaya dan tidak mengindahkan standar perumahan yang sehat. Standar
fasilitas yang sehat secara langsung berdampak pada taraf hidup masyarakat yang
lebih tinggi.
b. Peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja para karyawan atau pekerja penghuni
Rusunawa. Memiliki sebuah hunian yang layak dan sehat akan membuat penghuninya
secara langsung akan mempertahankan posisi tempat tinggal mereka, sehingga akan
berdampak pada peningkatan etos kerja. Perbaikan etos kerja seseorang akan
berdampak pada hasil pendapatan, sehingga dapat dikatakan dapat mengubah taraf
ekonomi dan sosial menjadi lebih tinggi.
c. Timbulnya peluang usaha baru bagi masyarakat sekitar dalam rangka memenuhi
kebutuhan penghuni Rusunawa.
Mengapa pembangunan Rusunawa di sini dikatan sebagai prioritas dibandingkan
kebijakan lain. Pembangunan Rusunawa tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
perumahan bagi masyarakat, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu,
Pemerintah Kota Tegal menempatkan strategi peningkatan pembangunan ekonomi dan
infrstruktur sebagai salah satu prioritas utama. Pada strategi ini, diintegrasikan dengan
kebijakan penyediaan dan pembangunan berbagai infrastruktur, termasuk perumahan dan
pemukiman.
Pembangunan infrstruktur tersebut didasarkan pada asumsi bahwa rumah merupakan
tempat manusia berlindung dari gangguan alam dan hewan, sebagai tempat bersosialisai,
sebagai tempat mengaktualisasikan karya dan karsanya sebagai tempat membangun
budayanya. Hal-hal tersebut merupakan cara manusia melangsungkan kehidupan secara
individu dan sosial dengan kulaitas taraf hidup yang tinggi agar terlepas dari kemiskinan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Perumahan adalah kebutuhan dan hak dasar manusia. Perumahan
menyediakan naungan untuk hidup dan ruang untuk menjalankan berbagai aktivitas.
rumah merupakan tempat manusia berlindung dari gangguan alam dan hewan, sebagai
tempat bersosialisai, sebagai tempat mengaktualisasikan karya dan karsanya sebagai
tempat membangun budayanya.
Strategi untuk memastikan bahwa pembiayaan perumahan menjangkau kaum
miskin yaitu dengan rencana pengembangan kawasan pemukiman perkotaan yang
diarahkan pada intensifikasi kawasan-kawasan yang sudah ada melalui upaya
pembangunan ke arah vertikal. Pembangunan ke arah vertikal tersebut diaplikasiakn
dengan pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa). Pemilihan lokasi
rusunawa diarahkan pada lokasi-lokasi atau kawasan-kawasan yang potensial
dikembangkan sebagai penanggulangan kawasan kumuh perkotaan dan diprioritaskan
kepada MBR di Kota Tegal.
Adanya pembangunan Rusunawa tersebut dapat digunakan sebagai media
pemberdayaan masyarakat. Pembangunan Rusunawa dapat menjadi pendorong
dinamika kehidupan masyarakat sekitar secara positif. Rusunawa dapat mengurangi
timbulnya area pemukiman kumuh yang dibangun secara swadaya dan tidak
mengindahkan standar perumahan yang sehat. Peningkatan efisiensi dan efektivitas
kerja para karyawan atau pekerja penghuni Rusunawa.

B. SARAN
1. Pemerintah mampu memfasilitasi 54.190 keluarga untuk dapat memiliki kebutuhan
pokok berupa papan atau rumah dengan menyediakan bangunan-bangunan Rusunawa.
2. Pemerataan pembangunan infrastruktur sebaiknya selaras dengan ketersediaan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat dengan tingkat pendidikan formal yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai