Anda di halaman 1dari 9

MODUL III

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN


(KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

A. Pendahuluan
Karyawan atau tenaga kerja merupakan subyek faktor produksi yang sangat penting
dalam menunjang keberhasilan bisnis dalam berbagai kegiatan industri. Bahkan
berhasil tidaknya suatu bisnis, efisien dan efektif tidaknya suatu bisnis ditentukan
oleh sumber daya manusia yang berperan serta dalam bisnis itu sendiri. Untuk itu
sumber daya manusia harus mendapat perhatian dengan seksama, agar mereka
dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam pekerjaan mereka. Bentuk
perlakuan tersebut antara lain adalah kesehatan dan keselamatan kerja para
karyawan selama mereka melakukan tugas kekaryaannya. Secara langsung maupun
tidak, perlakuan keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh pada produktivitas
karyawan yang bersangkutan. Karyawan atau tenaga kerja merupakan salah satu
faktor produksi yang mempunyai peranan penting dalam usaha mendukung operasi
suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Tanpa faktor manusia, suatu operasi
perusahaan tidak mungkin dilakukan. Artinya faktor manusia merupakan unsur
penting. Tanpa tenaga manusia tidak mungkin berbagai kegiatan dalam suatu
perusahaan dapat berjalan dengan baikl. Interaksi antara tenaga manusia atas faktor
produksi lainnya seperti: mesin, peralatan produksi lain, bahan baku, tenaga listrik
dan sebagainya yang memungkinkan berjalannya proses produksi. Oleh karena itu
dalam suatu kegiatan produksi selalu terjadi interaksi manusia dengan faktor
produksi lainnya. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa manusia yang
disebabkan oleh faktor produksi mesin, bahan baku, tenaga listrik, lingkungannya
dan oleh faktor lainnya. Secara umum arti kecelakaan kerja adalah suatu kejadian
musibah yang menimpa dan mengakibatkan penderitaan bagi tenaga kerja, karena
adanyainteraksi yang tidak seimbang dengan faktor produksi lain dalam suatu
operasi perusahaan. Pemerintah dalam hal ini departemen Tenaga kerja Republik
Indonesia mendefinisikan kecelakaan tenaga kerja sebagai suatu kejadian yang tiba-
tiba atau yang tidak disangka sangka dan tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi
ada penyebabkan.

Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja (K2TK) harus direncanakan secara


cermat sejak bangunan fisik ( plant layout ) didirikan. Setelah direncanakan tentunya
harus dilaksanakan sebagai bagian dari kebijakan perusahaan. Sebagai bagian dari
kebijakan perusahaan, berarti K2TK harus secara cermat dan terus menerus
dilaksanakan dalam menunjang operasi perusahaan. Keselamatan dan kesehatan
kerja erat kaitannya dengan keamanan dan kenyamanan tenaga kerja, dengan
demikian erat hubungannya dengan kemanusiaan. Ditinjau dari segi tenaga kerjanya
K2TK harus merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia dalam
perusahaan, namun dari aspek tempat dan jenis pekerjaan K2TK berkaitan erat pula
dengan manajemen yang lain seperti: manajemen produksi dan manajemen
keuangan. Dengan demikian aspek K2TK merupakan bagian integral dari
keselamatan operasi perusahaan yang didukung oleh sebuah manajemen dan
pemilik perusahaan.

1
B. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja secara umum mencakup suasana dan lingkungan
kerja yang menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan agar tugas pekerjaan
perusahaan dapat berjalan lancar. Arti kesehatan dan keselamatan kerja adalah:
a. Menciptakan suasana dan lingkungan kerja:
Kondisi fisik gedung dan segala peralatan yang dimiliki sebagai sarana untuk
melaksanakan tugas karyawan. Kondisi non fisik, seperti suasana hubungan
kerja antar sesama karyawan baik secara horisontal maupun vertikal. Hubungan
horisontal menggambarkan hubungan kerja yang baik antar sesama karyawan
yang menduduki posisi yang sama. Hubungan vertikal berarti tercipta hubungan
timbal balik yang baik antara bawahan dengan atasan.
b. Menjamin keselamatan dan kesehatan karyawan, sehingga
menciptakan rasa aman dari ancaman bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai
sumber bahaya, berupa mesin dan seluruh fasilitas produksi, bahan baku,
konstruksi bangunan, instalasi listrik dan peralatan lainnya.
c. Ruangan atau lapangan ( space) di mana orang dapat bekerja atau yang sering
dimasuki tenaga kerja. Jadi tempat kerja adalah ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian integral atau hubungan dengan tempat
kerja.

C. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja


Tujuan akhir kesehatan dan keselamatan adalah produktivitas tenaga kerja yang
tinggi sehingga perusahaan dapat bekerja efisien. Produktivitas tenaga kerja yang
tinggi dapat dilakukan bila tenaga kerja terjamin kesehatan dan keselamatan
kerjanya.
Keselamatan kerja banyak dipengaruhi oleh suasana dan keadaan lingkungan
kerja dalam perusahaan, misalnya: perlunya penerangan lampu yang memadai,
sirkulasi udara yang menjamin kesegaran kerja, lantai yang tidak licin, mesin-mesin
dan fasilitas produksi yang aman dari bahaya. Sedangkan kesehatan kerja lebih
dititik beratkan pada lingkungan yang mendukung para tenaga kerja terjamin
kesehatannya, misalnya: ruangan yang bebas debu, ventilasi udara yang baik, bebas
dari gas yang membahayakan. Hal ini berkaiatan erat dengan kebijakan perusahaan
secara keseluruhan, dalam arti upaya menciptakan suasana dan kondisi kerja yang
berkaitan dengan rancang bangun gedung dan keseluruhan fasilitas produksi yang
akan digunakan.

D. Program Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja


Perencanaan dan program kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kerja
merupakan bagian dari manajemen perusahaan dan harus merupakan kebijakan
perusahaan, sehingga harus didukung semua pihak, yaitu:
1). Dukungan berbagai lapisan manajemen termasuk manajemen puncak ( Top
management ). Apabila ada dukungan dari manajemn puncak maka diharapkan
lebih mendapat perhatian dari manajemen dibawahnua, sehingga program
kesehatan dan keselamatan kerja dapat dilaksanakan secara efektif.
2). Secara struktural dapat dibentuk suatu unit kerja kesehatan dan keselamatan
kerja sebagai bagian dari struktur organisasi perusahaan.
3). Susunan dan tata letak banguinan dan mesin. Susunan ruangan perusahaan dan
susunan tata letak ( layout ) mesin dan peralatan produksi harus berorientasi
bukan saja pada efisiensi, tetapi juga harus menciptakan suasana aman dan
nyaman untuk para karyawan. Misalnya, tempat atau ruangan kerja harus cukup

2
terang, bersih, serta ventilasi yang sangat baik. Tiap tempat yang berbahaya
harus ditempeli petunjuk atau informasi yang jelas untuk berhati-hati.
Penempatan peralatan yang berbahaya harus ditempatkan terpisah dari tempat
kerja, misalnya gudang.
4). Program pelatihan dan demonstrasi keselamatan kerja. Pelatihan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja harus dilakukan secara intensif, sehingga para
karyawan menjadi terlatih atau profesional dalam menanggulangi kesehatan dan
keselamatan kerja.
5) Analisis kecelakaan kerja. Suatu unit kerja penanggulangan bahaya dan
keselamatan kerja sedapat mungkin sering melakukan rapat kerja intern untuk
membahas berbagai analisis kecelakaan kerja. Artinya setiap bentuk kecelakaan
kerja yang pernah terjadi harus dicatat dan laporan tersebut disimp[an secara
baik. Selanjutnya catatan tersebut dianalisis secara mendalam misalnya:
menganalisis bagaimana suatu kecelakaan terjadi, faktor-faktor apa yang
menimbulkan kecelakaan kerja tersebut terjadi, dan mencegahnya jangan
sampai hal tersebut terulang. Secara umum kecelakaan kerja dapat terjadi
karena berbagai faktor:
Keadaan pekerja sendiri ( human factor/human error )
Mesin dan alat-alat kerja ( machine and tools condition )
Keadaan lingkungan kerja ( work environment )

Keadaan pekerja sendiri (human error)


Keadaan karyawan meliputi: sikap, sifat dan tingkah laku karyawan dalam
menghadapi pekerjaannya. Ada kalanya sikap, sifat dan pendidikan mempengaruhi
cara kerja seseorang. Namun yang dimaksudkan disini adalah sifat-sifat dan tingkah
laku seseorang karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Ada karyawan yang
bersikap hati-hati dan teliti, namun ada pula yang bersifat ceroboh dan tidak sabar.
Sebenarnya sudah sejak awal penerimaan karyawan hal ini harus sudah diujikan,
agar tiap orang memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan sifatnya. Misalnya:
seorang yang cenderung senang kerja malam hari. Jadi pihak manajemen sejak awal
sudah harus menempatkan pegawai pada pekerjaan yang tepat sesuai dengan
sifatnya.

Demikian pula keadaan seorang karyawan yang mempunyai suara halus,


penampilan menarik dan murah senyum, sebaiknya ditempatkan di bagian
pemasaran, penerima tamu atau receptionis. Tentu saja penempatan kerja tetap
harus disesuaikan dengan minat dan bakat yang dimiliki seseorang. Hal ini akan
mengurangi kecelakaan kerja yang dapat merugikan perusahaan.

Keadaan Mesin dan Alat-alat Kerja (Machine & Tools Condition)


Mesin dan peralatan produksi dapat merupakan sumber kecelakaan kerja. Bukan
saja sifat-sifat dari mesin dan peralatan produksi itu sendiri, tetapi tata letak ( layout )
juga dapat menunjang keselamatan kerja. Misalnya: alat kontrol suhu yang tidak
berfungsi. Oleh karena itu pihak manajemen harus memberikan perhatian terhadap
kondisi mesin dan peralatan serta layout yang baik agar tercapai lingkungan kerja
yang aman.

Keadaan Lingkungan Kerja (Work Environment)


Lingkungan kerja sangat mempengaruhi morale (suasana kerja) para karyawan,
baik lingkungan kerja fisik maupun lingkungan kerja yang bersifat rohani. Dalam hal

3
ini lingkungan kerja fisik yang baik akan mempertinggi produktivitas kerja, disamping
mengurangi kelelahan , yang berarti dapat menaikkan produksi, sehingga biaya
persatuan menjadi efisien. Faktor-faktor lingkungan kerja fisik yang perlu mendapat
perhatian antara lain adalah:
a. Penerangan cahaya
b. Ventilasi untuk sirkulasi udara segar
b. Pemeliharaan rumah tangga ( house keeping ) misalnya: lantai bersih, ruangan
wangi, suasana menyenangkan dan taman yang indah. Keadaan lingkungan fisik
yang tidak baik akan menimbulkan hal yang sebaliknya. Misalnya: tata letak ruangan
yang terlalu sempit akibat plant layout yang salah, penempatan peralatan kerja yang
tidak menyenangkan dan tidak menimbulkan gairah kerja yang baik. Pihak
manajemen harus selalu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan. Apabila kondisi kesehatan dan
keselamatan kerja karyawan kurang memadai, perlu diperbaiki, caranya tergantung
pada faktor yang mempengaruhinya.

Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh kombinasi antara tingkah laku manusia,
kondisi fisik perusahaan maupun oleh mesin dan alat kerja atau alat produksi atau
oleh salah satu diantaranya.

Perlombaan menciptakan keselamatan.


Perlombaan keselamatan kerja dapat dianggap sebagai salah satu bentuk
penerangan dan pendidikan karyawan.
Pelaksanaan peraturan dan disiplin kerja.
Untuk mendukung terwujudnya program kesehatan dan keselamatan kerja kedua
belah pihak yaitu perusahaan dan karyawan harus merasa saling memerlukan satu
sama lain. Hal tersebut akan menumbuhkan rasa aman sehingga karyawan dapat
bekerja lebih produktif dan lebih efisien begitu pula halnya perusahaan akan dapat
beroperasi secara efisien pula. Harapannya perusahaan akan berada pada posisi
kompetitif yang kuat dalam menghadapi persaingan dan akhirnya memiliki
kesempatan meraih keuntungan lebih tinggi.

D. Langkah Menciptakan Keselamatan dan Memberikan Perawatan yang


Tepat
a. Menciptakan kondisi kerja karyawan yang baik. Hal ini dapat
dicapai antara lain dengan mengadakan pelatihan ( job training )
sebelum seorang karyawan bekerja. Pelatihan harus jelas dan
mudah dimengerti agar karyawan dapat cepat menguasai jenis
pekerjaan yang kan menjadi tanggung jawabnya.
b. Menciptakan kondisi mesin dan peralatan dengan baik. Tata letak
( layout ) mesin dan berbagai peralatan produksi harus diatur
dengan baik agar menunjang kelancaran proses produksi dan
menunjang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan.
Berikut ini beberapa pedoman yang dapat dipakai untuk
meminimalkan terjadinya kecelakaan-kecelakaan tersebut:

1. Menghindari Terjadinya Luka karena Teriris/Terpotong


Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk
menghindari terjadinya luka karena teriris/terpotong antara lain
sebagai berikut.

4
a. Selalu menggunakan pisau yang tajam. Pisau yang tajam lebih
aman daripada pisau tumpul, karena tekanan dan tenaga yang
diperlukan pada saat digunakan lebih kecil, dan tidak mudah selip.

b. Selalu menggunakan alas (telenan) sewaktu memotong.


Jangan memotong dengan menggunakan alas dari lo-gam. Akan
lebih baik apabila di bawah telenan diletak-kan handuk/kain tebal,
agar telenan tidak mudah berge-ser/terpeleset.
c. Berkonsentrasi penuh pada waktu bekerja dengan pisau atau alat
pemotong lainnya, tidak sembrono atau sambil bergurau.
d. Pemotongan dilakukan dengan memperhatikan jarak yang aman,
baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
e. Menggunakan pisau hanya untuk pekerj aan pemotong-an, tidak
menggunakannya untuk keperluan lain, misalnya untuk membuka
tutup botol.
f. Apabila pisau terjatuh, jangan coba-coba untuk me-nangkapnya.
Biarkan pisau jatuh, dan jagajarak/men-jauh dari tempat jatuhnya
pisau.
g. Jangan menaruh pisau di dalam bak cuci, di dalam air, atau di
tempat-tempat lain sehingga pisau tidak dapat dilihat dengan jelas.
h. Bersihkan pisau dengan hati-hati setelah digunakan, dengan
mengarahkan sisi pisau yang tajam menjauh dari tubuh.
i. Apabila tidak dipergunakan, simpan pisau di tempat yang aman,
misalnya di rak atau tempat pisau khusus lainnya.
j. Selalu berhati-hati sewaktu membawa pisau. Bawalah pisau di
bagian samping tubuh, dengan ujung meng-hadap ke bawah, dan
sisi tajam menjauhi tubuh. Akan lebih baik jika membawa pisau
dalam sarung atau se-lubung pisau. Peringatkan orang-orang di
sekitar Anda, jika Anda melewati mereka dengan membawa pisau
di tangan.
k. Barang-barang yang mudah pecah, misalnya mangkuk, piring, dan
peralatan gelas lainnya ditempatkan di tempat khusus, terpisah
dari area pengolahan.
1. Jangan meletakkan barang-barang yang mudah pecah di dalam
bak perendam.
m. Apabila ada barang yang pecah, gunakan sapu untuk
membersihkan serpihannya, jangan dibersihkan dengan tangan.
n. Pembuangan pecahan kaca harus pada tempat khusus, jangan
dicampur dengan sampah lainnya.
o. Apabila ada barang yang pecah di dalam ember atau bak,
pengambilan pecahan dilakukan setelah ember atau bak dibuang
airnya.

5
p. Apabila membuka karton atau pengemas lain yang ada
paku atau isi staplernya, maka logam-logam tersebut dikumpulkan
pada wadah tertentu dan segera dibuang.
q. Apabila teriris atau terluka potong kecil lainnya, segera dirawat
dengan obat-obat pertolongan pertama yang memadai untuk
mencegah infeksi.

Gambar 3. 1.
Contoh Kecelakaan Kerja dan Penanganannya

2. Menghindari Terjadinya Luka Bakar


Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk
menghindari terjadinya luka bakar antara lain sebagai berikut.
a. Selalu berasumsi bahwa panci pemasak dalam kondisi panas,
sehingga kita harus menggunakan alas pada waktu memegang
panci tersebut.
b. Menggunakan alas/lap kering untuk memegang panci panas.
Penggunaan lap basah akan menghasilkan uap panas yang dapat
menyebabkan luka bakar.

c. Pegangan panci pemasak diarahkan menjauhi lorong/ tempat lalu


lalang, sehingga tidak tersenggol orang yang melewatinya.
Pegangan panci hendaknya juga jauh dari sumber api, baik
kompor gas, maupun kompor minyak tanah.
d. Pengisian panci pemasak tidak boleh penuh, sehingga tidak
meluap sewaktu mendidih
e. Minta pertolongan orang lain apabila harus memindah-kan wadah
berisi makanan panas yang cukup berat.
f. Berhati-hati sewaktu membuka panci perebus atau per-alatan lain

6
yang mengeluarkan uap panas, serta melaku-kannya dalam jarak
yang aman (jarak antara tubuh de-ngan peralatan tersebut).
g. Apabila kompor gas yang digunakan tidak dilengkapi dengan
pemantik otomatis, maka klep gas harus ada dalam keadaan
tertutup sewaktu korek api/sumber api lainnya dinyalakan.
h. Pekerja sebaiknya mengenakan pakaian dengan lengan panjang
untuk melindungi diri dari percikan/tumpahan makanan/minyak
panas. Alas kaki hendaknya terbuat dari kulit yang kuat, dan
tertutup pada bagian jari-jarinya.
i. Makanan yang akan digoreng harus ditiriskan terlebih dahulu, agar
tidak terbentuk percikan minyak panas sewaktu digoreng.
j. Selalu memperingatkan orang-orang di sekitar Anda, apabila Anda
melalui mereka dengan membawa barang-barang yang panas.

3. Mencegah Terjadinya Kebakaran


Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk
menghindari terjadinya kebakaran antara lain sebagai ber-ikut.
a. Mengetahui tempat penyimpanan dan cara menggunakan alat
pemadam kebakaran.
b, Menggunakan jenis bahan pemadam kebakaran yang te-pat
menurut sumber apinya. Ada tiga jenis penyebab kebakaran yang
masing-masing memerlukan bahan pemadam kebakaran yang
berbeda pula, yaitu sebagai berikut:
Klas A, yaitu sumber kebakaran yang berasal dari kayu, kertas, pakaian,
plastik dan bahan-bahan mudah ter-bakar lainnya. Jenis alat pemadam
kebakaran jenis ini ditandai dengan simbol A.
Klas B, yaitu sumber kebakaran yang berasal dari minyak, gemuk (grease),
bensin, pelarut organik, serta bahan kimia mudah terbakar lainnya.

Jenis alat pemadam kebakaran jenis ini ditandai dengan simbol .


Klas C, yaitu sumber kebakaran yang berasal dari peralatan
elektris, kabel-kabel, motor, dan sebagainya. Jenis alat pemadam
kebakaran jenis ini ditandai dengan simbol .
c. Jangan memadamkan api yang berasal dari minyak atau perlatan
listrik dengan menggunakan air, atau pemadam kebakaran klas A,
karena hanya akan menyebarkan api.
d. Sediakan garam atau baking soda di tempat yang mudah
terjangkau, untuk memadamkan kebakaran dari api kompor atau
tungku.
e. Jangan meninggalkan minyak goreng di atas tungku atau kompor
menyala tanpa pengawasan.
f. Aktivitas merokok hanya boleh dilakukan pada tempat khusus, dan
jangan meninggalkan puntung yang masih menyala di sembarang
tempat.
g. Jika mendengar alarm tanda bahaya kebakaran dan masih ada
waktu, tutup dan matikan semua aliran gas serta listrik, sebelum
meninggalkan gedung yang terbakar.
h. Jaga agar pintu keluar darurat tidak terhalang oleh benda apa pun.

7
4. Mencegah Terjadinya Luka oleh Mesin atau Peralatan Lainnya
Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya luka oleh mesin atau peralatan lain-nya antara
lain sebagai berikut:
Jangan sekali-kali menggunakan peralatan elektris/mekanik
apa pun tanpa mengetahui dengan pasti cara pengoperasiannya.
Jangan sekali-kali mengambil atau memindahkan makanan dari
peralatan yang sedang bejalan/beroperasi, baik dengan tangan
maupun dengan peralatan lain misalnya sendok atau garpu. Matikan
sumber listrik pada peralatan pada waktu membersihkan atau
membongkar peralatan tersebut. Pastikan tombol mesin ada pada
posisi mati (off), sebelum menghidupkan sumber listrik pada peralatan.
Jangan menyentuh atau menangani peralatan elektris jika
tangan dalam kondisi basah, atau jika berada pada lingkungan berair.
Gunakan pakaian yang pas di badan, dan hindari pakaian yang
kedodoran/berumbai-umbai, agar tidak tersangkut pada
mesiri/peralatan. Gunakan peralatan untuk aktivitas yang memang
dikhususkan untuk peralatan tersebut.

Gambar 3. 2.
Contoh Kecelakaan Kerja

8
5. Mencegah Luka karena Terjatuh
Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk
mencegah luka karena terjatuh antara lain sebagai berikut.
Tumpahan/ceceran air atau makanan di lantai harus segera
dibersihkan.

E. Monitoring Kecelakaan Tenaga kerja


Kecelakaan kerja yang terjadi pada seorang karyawan dapat
menimbulkan penderitaan baik secara fisik, mental maupun secara
sosial. Berdasarkan tingkat penderitaan dan akibat pada
pekerjaannya, kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Penderitaan total dengan istirahat sementara, yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan karyawan tidak dapat bekerja sepenuhnya untuk beberapa hari.
b. Penderitaan untuk selamanya. Kecelakaan yang mengakibatkan cacat berat
pada karyawan sehingga tidak mampu melangsungkan pekerjaannya.
c. Penderitaan sebagian untuk sementara., yaitu kecelakaan yang menimpa
karyawan secara tetap tetapi dapat bekerja kembali.
d. Kematian, yaitu kecelakaan paling dramatis yang mengakibatkan kehilangan
nyawa.

F. Menyiapkan Laporan Kecelakaan dan Santunan Tenaga Kerja


Dalam undang-undang ketenaga kerjaan tahun 1997 pasal 11,
dinyatakan bahwa perusahaan diwajibkan untuk memberikan
tunjangan atas kecelakaan kerja sebesar yang ditentukan oleh
ketentuan yang berlaku. Berkaitan dengan hal tersebut, pihak
manajeme perusahaan harus mempunyai fasilitas dan dana untuk
membayar kompensasi tersebut. Untuk kepentingan ini seharusnya
seluruh tenaga kerja diasuransikan melalui Astek (Asuransi Tenaga
Kerja).
Kewajiban manajemen dalam menghadapi kecelakaan kerja
adalah menolong penderita dengan memberikan pengobatan dan
santunan. Sedapat mungkin karyawan yang mengalami kecelakaan
dapat pulih untuk melanjutkan tugas pekerjaannya. Santunan dan
bantuan harus diberikan tanpa memperhatikan penyebab kecelakaan
kerja, misalnya: walaupun kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian
karyawan yang bersangkutan, akan tetapi pertolongan dan pemberian
santunan dan biaya pengobatan tetap diberikan oleh perusahaan,
berarti bahwa santunan kecelakaan kerja merupakan biaya
perusahaan.

G. EVALUASI:
1. Berikan contoh penanganan pertama pada kecelakaan yang
pernah dialami siswa dalam kegiatan praktik di dapur?
2. Tindakan apa yang dilakukan jika dalam kegiatan praktik
pengolahan makanan terjadi kecelakaan kerja?
3. Apa saja penyebab kecelakaan kerja yang sering dialami dalam
kegiatan pengolahan makanan?

Anda mungkin juga menyukai