Anda di halaman 1dari 2

INTERPRETASI HASIL

Membaca reaksi diperoleh dari tes tempel adalah langkah yang sangat penting dalam
prosedur tes tempel. Tempelan harus ditempelkan pada kulit sehat pada punggung pasien dan
dibiarkan tertutup selama 48 jam. Secara tradisional, pembacaan tes tempel dilakukan pada
kebanyakan klinik tes tempel dua kali: hari pelepasan tes tempel 48 jam setelah penempelan
(hari ke-2= D2) dan 96 jam setelah paparan epicutaneus (hari ke-4=D4), atau hari ke-7. Hal
ini penting dicatat bahwa alergen tertentu diakui sebagai reaktor lambat. Contohnya, bila
dicurigai alergi neomicin atau PPD, pembacaan tambahan pada 5-7 hari mungkin diperlukan.
Demikian pula, beberapa peneliti juga telah menemukan bahwa pembacaan untuk logam dan
kortikosteroid kadang-kadang harus ditunda hingga 7 hari. Alasan untuk ini adalah semua
alergen-alergen tersebut digolongkan berkembang lambat. Sebaliknya, sebuah penelitian
oleh Geier dkk menunjukkan bahwa dengan menunda pembacaan hingga 7 hari, beberapa
reaksi untuk pewangi tertentu dan alergen pengawet mungkin menghilang. Oleh karena itu,
protokol optimal dimungkinkan untuk membaca tes pada hari ke-2 dan hari ke-4, cara
konvensional, dan kemudian pada hari ke-7 jika alergi terhadap logam, antibiotik topikal
(neomicin), dan PPD diduga kuat, atau jika pasien mencatat suatu perkembangan reaksi baru
setelah hari ke-4. Pasien diperintahkan untuk melaporkan kembali kepada dokter mereka
harus setiap pertambahan reaksi positif muncul pada hari ke-5 atau setelahnya untuk
mendeteksi adanya reaktor lambat atau sensitisasi aktif yang mungkin muncul. Pada setiap
pembacaan tes, sudah tradisi untuk mencatat hasil sebagai negatif atau positif, dan tingkatan
dari hasil positif pada skala kuantitatif. ICDRG telah merekomendasikan skor reaksi tes
tempel berdasarkan sistem penilaian yang direkomendasikan oleh Wilkinson dkk yaitu sistem
penilaian + hingga +++; dimana + mewakili suatu reaksi nonvesikuler lemah tetapi dengan
erythema teraba; ++ mewakili suatu reaksi kuat (edema atau vesikula); dan +++ mewakili
suatu reaksi ektrim(bula atau ulseratif) (Gambar 12-6C dan 13-7). Sangat lemah atau reaksi
yang diragukan dimana hanya samar atau makula erythem (tidak teraba) yang dicatat dengan
(?+), dan reaksi iritan yang dicatat sebagai IR. Iritan reaksi tes tempel mempunyai
berbagai macam tanda klinis yang berhubungan dengan sifat dan konsentrasi iritan dan secara
klasik dijelaskan sebagai (1) reaksi erythematous terbatas pada daerah penempelan bahan
kimia, dengan jelas, berbatas tegas, bersisik tidak rata (mungkin terlihat pecah-pecah) dan
biasanya tidak edematus. Diantara alergen-alergen tes tempel, pewangi campuran,
cocamidopropyl betaine, iodopropynyl butylcarbamate, glutaraldhehyde, dan campuran
thiuram diidentifikasikan sebagai alergen yang paling umum menghasilkan reaksi batas iritan,
(2) reaksi purpuric dengan petechial hemorrhage, yang terlihat pada sekitar 5% pasien diuji
dengan cobalt chloride. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai purpura punctata dari cobalt
dan harus selalu diinterpretasikan sebagai reaksi iritan. Alergen teratas yang lain yang telah
diamati menyebabkan reaksi purpura selama tes tempel adalah PPD. (3) reaksi pustular; bisa
ada pustula besar unik pada daerah penempelan (lebih khas terbakar, reaksi iritan kuat), atau
lebih umum, pustul folikular kecil diatas latar belakang erythematosa. Reaksi tipe ini
terutama muncul dengan garam logam seperti potassium dichromate, cobalt, nikel, emas, dan
tembaga, dan terutama pada pasien atopik. Reaksi tes tempel yang lain yang harus
diinterpretasikan dengan peringatan akan potensi iritan ringannya yang diberik an termasuk
pengawet formaldehyde, benzalkonium chloride, dan iodopropynyl butylcarbamate (IPBC);
alergen karet campuran carba, pewangi, kimia seperti pewangi campuran I dan propolis (lem
lebah); agen berbusa cocamidopropyl betaine, dan pengemulsi: oleamidopropyl
dimethylamine dan triethanolamine. Penting untuk menyebutkan bahkan memperhatikan
dengan dekat pada ciri-ciri morfologi tersebut diatas, reaksi iritan sangat sulit untuk
diinterpretasikan, dan morfologi dari respon tes tempel masih dapat menjadi panduan yang
membingungkan apakah responnya adalah alergi atau iritan. Bila morfologi tidaklah cukup,
disarankan untuk perlu diingat bahwa pada umumnya reaksi tes tempel cukup kuat, dan
reaksi iritan akan muncul awal (selama pembacaan pertama), dan penyembuhan segera
(seringkali waktu reaksi tidak sekuat atau kadang-kadang bahkan tidak timbul pada
pembacaan kedua). Sebaliknya, reaksi alergi kuat biasanya menyebar, lebih lambat
menghilang, dan lebih jelas eksematous.

Anda mungkin juga menyukai