Anda di halaman 1dari 23

Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar

perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh
Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori
belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat
pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial
kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-
penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain. Dalam
pandangan belajar sosial manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam
dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan. Teori belajar sosial menekankan,
bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang tidak random; lingkungan-
lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.
Menurut Bandura, sebagaimana yang dikutip oleh (Kardi, S., 1997 : 14) bahwa sebagian
besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku
orang lain. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan
permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning). Pertama,
pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau
vicarious conditioning. Misalnya seorang siswa melihat temannya dipuji atau ditegur oleh
gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang
tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan
melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement. Kedua, pembelajaran
melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan
penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu
mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan
mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang
dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita
dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M.
1998a : 4).

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef


PENGENALAN
Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik)[1]. Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986).
Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi
memberi lebih banyak penekanan pada kesan dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada
proses-proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan
penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal
untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial
manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh
stimulus-stimulus lingkungan.
Bersama Richard Wakters sebagai penulis kedua, Bandura menulisAdolescent Aggression
(1959) mengenai suatu laporan terinci tentang sebuah studi lapangan dimana prinsip-prinsip
pembelajaranan sosial digunakan untuk menganalisis perkembangan kepribadian
sekelompok remaja lelaki delinkuen dari kelas menengah, disusuli dengan Sosial Learning
and personality development (1963), sebuah buku dimana beliau dan Walters memaparkan
prinsip-prinsip pembelajaran sosial yang telah mereka perkembangkan beserta dengan
eviden atau bukti yang menjadi asas bagi teori tersebut. Pada tahun 1969, Bandura
menerbitkan Principles of behavior modification, dimana ia menguraikan penerapan teknik-
teknik behavioral berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaranan dalam memodifikasikan
tingkah laku dan pada tahun 1973,Aggression: A sosial learning analysis.
Teori belajar sosial menekankan, bahawa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada
seseorang secera kebetulan; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh
orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana yang dikutip oleh
(Kardi, S., 1997: 14) bahawa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara
selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah
pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting
dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning). Pertama,
pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain
atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur
oleh gurunya kerana perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain
yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari
penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement[2]. Kedua,
pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan
model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan
mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang
dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita
dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M.
1998a:4)[3].
Sama seperti pendekatan teori pembelajaranan terhadap kepribadian, teori pembelajaran
sosial berdasarkan pada hujah yang diutarakan beliau bahawa sebahagian besar daripada
tingkah laku manusia adalah sebahagian daripada hasil pemerolehan, dan prinsip
pembelajaranan sudah mencukupi untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang.
Akan tetapi, teori-teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana
tingkah laku ini muncul dan kurang memperihalkan fakta bahawa banyak peristiwa
pembelajaranan terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, semasa melihat tingkah
laku orang lain, individu akan pembelajaran meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal
tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
Disamping itu, dalam bukunya yang diterbitkan pada 1941, Sosial learning and imitation,
Miller dan Dollard telah mengakui tentang peranan penting mengenai proses imitatif dalam
perkembangan keperibadian dan seterusnya menjelaskan beberapa jenis tingkah laku
imitatif tertentu. Walaupun begitu, hanya sedikit pakar lain yang meneliti keperibadian
individu cuba memasukan gejala pembelajaranan melalui pemerhatian ke dalam teori-teori
pembelajaranan mereka. Bandura juga memperluaskan analisis beliau terhadap
pembelajaranan melalui pemerhatian.
LATAR BELAKANG TOKOH
Albert Bandura
Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Disember 1925.
Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan
disana. Semasa di Universiti of British Columbia, beliau menaiki bas awal kerana terpaksa
berebut dengan pelajar jurusan lain memandangkan kelas pengenalan psikologii adalah
satu-satunya kelas yang paling awal diadakan di universiti tersebut.
Kemudian, beliau melanjutkn pelajaran ke Universiti Iowa dan di sini beliau banyak
dipengaruhi oleh Kenneth Spence, seorang pakar psikologii pembelajaran yang terkenal
pada ketika itu.
Pada tahun 1949, beliau mendapat pendidikan di Universiti British Columbia dalam jurusan
psikologi[4]. Dia memperoleh gelaran Master didalam bidang psikologii pada tahun 1951
dan setahun kemudian ia juga meraih gelaran doktor (Ph.D). Bandura menyelesaikan
program kedoktorannya dalam bidang psikologii klinik pada tahun 1952. Setahun setelah
lulus, ia bekerja di Standford University. Beliau banyak terpengaruh dengan pendekatan
teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen..
Beliau kemudiannya mengahwini Virginia Varns, seorang guru di kolej kejururawatan dan
seterusnya pindah di Iowa Kansas selepas menamatkan pengajiannya. Selain itu, dalam
tahun 1952, selepas mendapat gelaran ph.D, Albert Bandura telah menamatkan praktikum
di Wichita Guidance Centre dan seterusnya dilantik sebagai tenaga pengajar di Universiti
Stanford. Pada tahun 1964, Albert Bandura telah dilantik sebagai professor dan Seterusnya
menerima anugerah American Psychological Association utk Distinguished scientific
contribution, pada tahun 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang
pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura
sudah mula meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters,
muridnya yang pertama mendapat gelaran doktor sebagai pekerja di makmalnya. Bagi
pendapat Bandura, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan
perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang
diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Sosial Learning Theory),
salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif
dari pemikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menjabat sebagai ketua APA pada
tahun 1974 dan pernah dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun
1972[5].
Semasa bertugas sebagai tenaga pengajar, Beliau sangat disayangi oleh pelajar-
pelajarnyanya kerana sikap beliau yang ambil berat dan sanggup memberi bantuan
maklumat yang mereka perlukan.
LATAR BELAKANG TEORI
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Sosial Learning Theory),
salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif
dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori
belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal
adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan kanak-kanak meniru seperti perilaku
agresif dari orang dewasa disekitarnya[6].
Teori Pembelajaran Sosial yang dikemukakan oleh Bandura telah memberi penekanan
tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh persekitaran melalui peneguhan
(reinforcement) dan pembelajaran peniruan (observational learning), dan cara berfikir yang
kita miliki terhadap sesuatu maklumat dan juga sebaliknya, iaitu bagaimana tingkah laku kita
mempengaruhi persekitaran dan menghasilkan peneguhan (reinforcement) dan peluang
untuk diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity).
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai
model merupakan tindakan belajar.
Bandura (1977) menyatakan bahawa "Learning would be exceedingly laborious, not to
mention hazardous, if people had to rely solely on the effects of their own action to inform
them what to do. Fortunately, most human behaviour is learned observationally through
modelling: from observing others one form an idea of her new behaviour are performed, and
on later occasion this coded information serves as a guide for action".
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan
sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang
yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih
bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahawa judi itu adalah tidak baik.
Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam
keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahawa tingkah
laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi
persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan
(interlocking). menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi, iaitu bebas dari
timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial
yang berbeza mempengaruhi konsepsi diri individu.
Hubungan yang aktif dapat mengubah aktiviti seseorang. Seterusnya, menurut Bandura
(1982), penguasaan kemahiran dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung
pada proses perhatian, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh
unsur-unsur yang berdasarkan dari diri pelajar sendiri iaitu sense of self Efficacy dan self
regulatory system. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahawa ia dapat
menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai seperti yang berlaku. Self regulatory pula
merujuk kepada:
1) Struktur kognitif yang memberi gambaran tingkah laku dan hasil pembelajaran.
2) Sub proses kognitif yang dirasakan, mengevaluasi, dan mengatur tingkah laku kita
(Bandura, 1978). Dalam pembelajaran self-regulatory akan menentukan goal setting dan
self evaluation pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang
tinggi atau sebaliknya[7]. Menurut Bandura, untuk Berjaya, pembelajar harus dapat
memberikan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, Seterusnya
mengembangkan self of mastery, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar. Berikut
Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran iaitu
seperti yang berikut:

Strategi Proses
1. Analisis Tingkah Laku Yang Akan Dijadikan Model Terdiri Daripada:
a. Apakah karakteristik dari tingkah laku yang akan dijadikan model itu berupa konsep,
kemahiran motor atau efektif?
b. Bagaimanakah urutan atau sekuen dari tingkah laku tersebut?
c. dimanakah letaknya hal-hal yang penting (key point) dalam sekuen tersebut?

2. Tetapkan Fungsi Nilai Dari Tingkah Laku Dan Pilihlah Tingkah Laku Tersebut Sebagai
Model.
a. Apakah tingkah laku (kemampuan yang dipelajari) merupakan hal yang penting dalam
kehidupan dimasa datang? (Success prediction)
b. Bila tingkah laku yang dipelajari kurang memberi manfaat (tidak begitu penting) model
manakah yang lebih penting?
c. Apakah model harus hidup atau simbol? Pertimbangan soal pembiayaan, pengulangan
demonstrasi dan kesempatan untuk menunjukkan fungsi nilai dan tingkah laku.
d. Apakah peneguhan yang akan didapat melalui model yang dipilih?
3. Pengembangan Sekuen
a. Untuk mengajar motor skill, bagaimana cara untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan/
kemampuan yang dipelajari: how to do this dan bukannya not this.
4. Implementasi pengajaran untuk menunut proses kognitif dan motor reproduksi.
A. KEMAHIRAN MOTOR
1) Hadirkan model
2) Beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk latihan secara simbolik
3) Beri kesempatan kepada pembelajar untuk latihan dengan timbal balik visual.
B. PROSES KOGNITIF
1) Tampilkan model, baik yang didukung oleh kod-kod verbal atau petunjuk untuk mencari
konsistensi pada berbagai contoh.
2) Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau strategi penerapan beri
kesempatan pembelajar untuk berpertisipasi secara aktif.
3) Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi dalam berbagai situasi.
Dari huraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan seperti berikut:
1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara
lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif
belajar.
2. Komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap
model dan proses-proses kognitif pembelajar.
3. Hasil belajar berupa kod-kod visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali
atau tidak (retrievel).
4. Dalam perancangan pembelajaran yang kompleks, disamping pembelajaran-
pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan sense of efficacy
dan self regulatory pembelajar[8].
5. Dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk
latihan secara mental sebelum latihan fizik, dan reinforcement dan hindari punishment
yang tidak perlu.
TEORI PENIRUAN (MODELING)
Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologii, iaitu Neil Miller dan John Dollard - dalam laporan
hasil eksperimennya mengatakan bahawa peniruan (imitation) merupakan hasil proses
pembelajaran yang ditiru daripada orang lain. Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard
dinamakan "sosial learning" - "pembelajaran sosial". Perilaku peniruan (imitative behavior)
manusia terjadi kerana manusia merasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru
perilaku orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut
bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan (imitation)
maupun penyajian contoh tingkah laku (modelling). Dalam hal ini orang tua dan guru
memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi kkanak-kanak-kkanak-
kanak untuk menirukan tingkah laku membaca[9].
Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963)[10], telah
melakskkanak-kanak-kkanak-kanakan eksperimen lain yang juga berkenaan dengan
peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, peniruan boleh berlaku hanya melalui
pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun tanpa sebarang
peneguhan. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" atau pembelajaran
melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran
sosial diperbaiki memandangkan teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya
mementingkan perilaku tanpa memberi pertimbangan terhadap proses mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan
persekitaran. Bagi menjelaskan pandangan ini, beliau telah mengemukakan teori
pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter
(1963) ke atas kesan perlakuan kanak-kanak apabila mereka menonton orang dewasa
memukul, mengetuk dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit sockeroodalam
video. Setelah menonton video kanak-kanak ini diarah bermain di bilik permainan dan
terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah kanak-kanak tersebut
melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka
tonton dalam video (Ramlah Jantan & Mahani Razali 2004).
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan iaitu meniru secara langsung.
Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar
meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui sekatlakuan dan
taksekatlaku. Contohnya kanak-kanak meniru perlakuan bersorak di padang, jadi perlakuan
bersorak merupakan taksekatlakuan di padang. Keadaan sebaliknya jika kanak-kanak
bersorak di dalam kelas semasa guru mengajar, semestinya guru akan memarahi dan
memberi tahu perlakuan yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi
perlakuan tersebut menjadi sekatlakuan dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang
seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada
orang lain. Contohnya seorang kanan-kanak melihat rakannya melukis bunga dan timbul
keinginan dalam diri kanak-kanak tersebut untuk melukis bunga. Oleh itu, peniruan berlaku
apabila kanak-kanak tersebut melihat rakanya melukis bunga (Ramlah Jantan & Mahani
Razali, 2004).
Perkembangan kognitif kanak-kanak mengikut pandangan pemikir islam yang terkenal pada
abad ke-14 iaitu Ibnu Khaldun perkembangan kanak-kanak hendaklah diasuh dari perkara
yang mudah kepada perkara yang lebih susah iaitu mengikut peringkat-peringkat dan
kanak-kanak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh difahami
melalui pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, kanak-kanak hendaklah diajar atau dibentuk
dengan lemah lembut dan bukanya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga mengatakan
bahawa kanak-kanak tidak boleh dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar
kemampuan mereka. Hal ini akan menyebabkan kanak-kanak tidak mahu belajar dan
mencerca pengajaran yang disampaikan (Nadira Anis Syarina Hamidi,Nur Fatiha Azam &
Nur Hazwani Hamzah 2009).
4 UNSUR UTAMA DALAM PENIRUAN
Untuk pembelajaran pemerhatian wujud adalah penting untuk individu berkenaan berbuat
demikian:
1) Tumpuan ('Attention')
Subjek harus memberi tumpuan kepada tingkahlaku model untuk membolehkannya
mempelajarinya. Sama ada subjek memberi perhatian atau tumpuan tertakluk kepada nilai,
harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain muzik yang tidak
yakin diri mungkin meniru tingkahlaku pemain muzik terkenal sehingga tidak mewujudkan
stailnya yang tersendiri.Bandura & Walters (1963) dalam buku mereka "Sosial Learning &
Personality Development" menekankan bahawa hanya dengan memerhati seorang lain
pembelajaran boleh berlaku.
2) Penyimpanan ('Retention')
Subjek yang memerhati harus mengekod peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini
membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini.
3) Penghasilan ('Reproduction')
Setelah mengetahui atau mempelajarai sesuatu tingkahlaku, subjek juga mesti mempunyai
kebolehan mewujudkan atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkahlaku.
Contohnya, memandu kereta, bermain tenis. Bagi sesetengah tingkahlaku kemahiran motor
diperlukan untuk mewujudkan komponen-komponen tingkahlaku yang telah diperhatikan.
4) Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura kerana ia adalah penggerak individu
untuk terus melakukan sesuatu.
CIRI-CIRI TEORI PEMODELAN BANDURA
1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan.
2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain-lain.
3. Pelajar meniru sesuatu kemahiran daripada kecekapan demontrasi guru sebagai model.
4. Pelajar memperoleh kemahiran jika memperoleh kepuasan dan peneguhan yang
berpatutan.
5. Proses pembelajaran meliputi pemerhatian, peringatan, peniruan dgn tingkah laku atau
gerak balas yg sesuai, diakhiri dengan peneguhan positif.
EKSPERIMEN ALBERT BANDURA
Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan
kanak-kanak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya[11].
Sosial Cognitive Theory examines the processes involved as people learn from observing
others and gradually acquire control over their own behaviour ( Bandura 1986, 1997 )
Albert Bandura, seorang tokoh mazhab sosial ini menyatakan bahawa proses pembelajaran
akan dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan
permodelan. Beliau menjelaskan lagi bahawa aspek pemerhatian pelajar terhadap apa
yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan juga aspek peniruan oleh pelajar akan
dapat memberikan kesan yang optimum kepada kefahaman pelajar.
EKSPERIMEN PERMODELAN BANDURA
KUMPULAN A = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk,
menendang dan menjerit ke arah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif.
KUMPULAN B = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung
besar Bobo.
Hasil = Tidak menunjukkan sebarang tingkah laku agresif seperti kumpulan A.Rumusan:
Tingkah laku kanak-kanak dipelajari melalui peniruan/ permodelan.
Hasil keseluruhan eksperimen:
Kumpulan A menunjukkan tingkah laku lebih agresif dari orang dewasa. B dan C tidak
menunjukkan tingkah laku agresif.
RUMUSAN:
Tingkah laku peniruan/permodelan adalah hasil dari peneguhan.
RAJAH 1.0: GAMBAR PEMODELAN ALBERT BANDURA
Subjek terdiri daripada kanak-kanak pra sekolah. Subjek dalam kumpulan eksperimental
didedahkan kepada model manusia sebenar, kartun atau model dalam filem yang terlibat
dengan tingkahlaku agresif terhadap patung (doll) plastik yang besar. Subjek-subjek itu
mungkin memukul dengan kayu, menendang atau menumbuk patung plasktik itu. manakala
dalam kumpulan kawalan, subjek melihat model-model yang sama tidak melakukan apa-apa
pun terhadap patung plastik. Hasil kajian menunjukkan bahawa kanak-kanak dalam
kumpulan eksperimen mempamerkan tingakahlaku agresif apabila dibiarkan bersama
patung plastik berkenaan.
JENIS-JENIS PENIRUAN[12]
1. Peniruan langsung
Pembelajaranan langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran sosial dari Albert
Bandura. Pembelajaranan langsung adalah model pembelajaranan yang dirancang untuk
mengajarkan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang diajarkan setahap
demi setahap. Ciri khas pembelajaranan ini adalah adanya modeling, iaitu suatu fasa di
mana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana
suatu keterampilan itu dilakukan.
Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh: meniru
gaya penyanyi yang disanjungi.
2. Peniruan tak langsung
Peniruan adalah melalui imaginasi atau pemerhatian secara tidak langsung.
Contoh: meniru watak yang dibaca dalam buku, memerhati seorang guru mengajar
rakannya.
3. Peniruan gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabung tingkah laku yang berlainan iaitu
peniruan langsung dan tidak langsung.
Contoh: pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarna daripada buku yang
dibacanya.
4. Peniruan sekat laluan
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu sahaja.
contoh: Tiru fesyen pakaian di TV, tapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5. Peniruan tak sekat laluan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam apa-apa situasi.
- Contoh: pelajar meniru gaya berbudi bahasa gurunya.
Perkara lain yang harus diperhatikan bahawa faktor model atau teladan mempunyai prinsip-
prinsip seperti berikut:
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak
awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat
akan lebih baik dengan cara mengkod perilaku yang ditiru kedalam kata-kata, tanda atau
gambar dari pada hanya penglihatan sederhana (hanya melihat saja). Sebagai contoh:
belajar gerakan tari dari pelatih memerlukankan pengamatan dari berbagai sudut yang
dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh pelajar pada masa yang sama. Kemudian proses
meniru akan lebih efisien jika gerakan tadi juga didukung dengan penayangan video,
gambar atau kaedah yang ditulis dalam buku panduan.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta
perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Teori belajar sosial dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik
dengan penguatan dan psikologii kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses
belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
Sebagai contoh: penerapan teori belajar sosial dalam iklan television. Iklan selalunya
menampilkan bintang-bintang yang popular dan disukai masyarakat, hal ini untuk
mendorong konsumen agar membeli sabun supaya mempunyai kulit seperti para "bintang".
Teori belajar dari Bandura ini tampaknya memang boleh berlaku umumnya dalam semua
langkah pendidikan sosial, komunikasi, informasi dan latihan, namun kerana keadaannya
yang umum tadi maka sulit dilakskkanak-kanak-kkanak-kanakan dalam sekolah-sekolah
formal, sehingga kaedah belajar sosial dari Bandura ini agak sulit dilakukan. Hanya dalam
situasi sosial dan kemasyarakatan sahaja banyak terjadinya pembelajaran sosial.
Faktor-faktor Penting dalam Pembelajaran Melalui Pemerhatian
Mengamati orang lain melakukan sesuatu tidak mesti diakibatkan oleh pembelajaran,
kerana pembelajaran melalui pemerhatian memerlukan beberapa faktor. Menurut Bandura,
ada empat proses yang penting agar pembelajaran melalui pemerhatian dapat terjadi, yakni:
1. Perhatian (attention process): Sebelum meniru orang lain, perhatian harus
dicurahkan ke orang itu. Perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan
modelnya, sifat model yang menarik, dan erti penting tingkah laku yang diamati bagi
si pengamat.
2. Representasi (representation process): Tingkah laku yang akan ditiru, harus
disimbolisasikan dalam ingatan. Baik dalam bentuk verbal mahupun dalam bentuk
gambaran/imaginasi. Representasi verbal memungkinkan orang mengevaluasi
secara verbal tingkah laku yang diamati, dan menentukan mana yang dibuang dan
mana yang akan cuba dilakukan. Representasi imaginasi memungkinkan dapat
dilakukannya latihan secara simbolik dalam fikiran, tanpa benarbenar
melakukannya secara fizik.
3. Peniruan tingkah laku model (behavior production process): sesudah mengamati
dengan penuh perhatian, dan memasukkannya ke dalam ingatan. Pengubahan dari
gambaran fikiran menjadi tingkah laku menimbulkan keperluan evaluasi; Bagaimana
melakukannya? Apa yang harus dikerjakan? Apakah sudah benar? Berkaitan
dengan kebenaran, hasil pembelajaran melalui pemerhatian tidak dinilai berdasarkan
kemiripan respons dengan tingkah laku yang ditiru, tetapi lebih kepada tujuan
pembelajaran dan efikasi dari pembelajaranan.
4. Motivasi dan penguatan (motivation and reinforcement process): Pembelajaran
melalui pengamatan menjadi efektif kalau pembelajaran memiliki motivasi yang tinggi
untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya. Pemerhatian mungkin memudahkan
orang untuk menguasai tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi untuk itu tidak
ada, proses daripada tingkah laku yang dihukum tidak akan berlaku. Imitasi tetap
terjadi walaupun model tidak diberi ganjaran, sepanjang pengamatan melihat model
mendapat ciri-ciri positif yang menjadi tanda dari gaya hidup yang berhasil, sehingga
diyakini model umumnya akan diberi ganjaran.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan
karakteristik modelnya. Ciri-ciri model seperti usia, status sosial, seks, keramahan, dan
kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Kkanak-kanak-kkanak-kanak lebih
senang meniru model sesusianya daripada model dewasa. Kkanak-kanak-kkanak-kanak
juga cenderung meniru model yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Kkanak-kanak-
kkanak-kanak yang sangat dependen cenderung melimitasi model yang dependennya lebih
ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model dengan observernya.
Motivasi Pembelajaran dan Teori Tingkah laku (Bandura)
Konsep motivasi pembelajaran berkait rapat dengan prinsip bahawa tingkah laku yang
memperolehi penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan
pengulangan tingkah laku dibandingkan dengan tingkah laku yang tidak memperoleh
penguatan atau tingkah laku yang dikenekan hukuman (punishment)[13]. Dalam
kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi pembelajaran, pelopor teori tingkah
laku lebih memfokuskan pada seberapa jauh pembelajaran untuk mengerjakan pekerjaan
sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks,
1995).
Penghargaan (Reward) dan Penguatan (Reinforcement)
Suatu alasan mengapa penguatan yang pernah diterima merupakan penjelasan yang tidak
memadai untuk motivasi kerana motivasi pembelajaran manusia itu sangat kompleks dan
tidak bebas dari konteks (situasi yang berhubungan). Terhadap binatang yang sangat lapar
kita dapat meramalkan bahawa makanan akan merupakan penguat yang sangat efektif.
Terhadap manusia, meskipun ia lapar, kita tidak dapat sepenuhnya yakin apa yang
merupakan penguat dan apa yang bukan penguat, kerana nilai penguatan dari penguat
yang paling potensial sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor pribadi dan situsional.
Penentuan Nilai dari Suatu Insentif
Ilustrasi berikut menunjukkan poin penting: nilai motivasi pembelajaran dari suatu insentif
tidak dapat diasumsikan, kerana nilai itu dapat bergantung pada banyak faktor (Chance,
1992)[14].
METODOLOGI
Bandura banyak meneliti masalah dunia nyata dalam makmalnya, seperti masalah fobia,
penyembuhan dari serangan jantung, perolehan kemampuan matematik pada kanak-kanak.
Tujuannya adalah untuk menyatukan kerangka konseptual yang dapat mencakup berbagai
hal yang mempengaruhi perubahan tingkah laku. Dalam setiap kegiatan, keterampilan dan
keyakinan diri yang menjamin pemakaian kemampuan secara optima diperlukan agar diri
dapat berfungsi sepenuhnya[15].
KELEMAHAN/KRITIKAN TEORI ALBERT BANDURA
Teori pembelajaran social Albert bandura sangat sesuai jika diklsaifikasikan dalam teori
behavioristik. Ini kerana, teknik pemodelan albert bandura adalah mengenai peniruan
tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam
mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkahlakunya dengan hanya melalui
peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sesetengah individu yang menggunakan teknik
peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif termasuklah perlakuan yang tidak
diterima dalam masyarakat.
KELEBIHAN TEORI
Teori Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya karena itu menekankan
bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang
tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas
stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunyaconditioning (pembiasaan
merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan
pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan kanak-kanak. Penelitian ini
berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan kanak-kanak, faktor sosial dan
kognitif.
KESIMPULAN
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang pensyarah psikologi pendidikan dari
Stanford Universiti, USA. Teori pembelajaran ini dikembangkan untuk menjelaskan
bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam persekitaran yang sebenarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahawa tingkah laku, lingkungan dan kejadian-kejadian
internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan
hubungan yang saling berpengaruh (interlocking).
Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku. Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari
timbal balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal. Tingkah laku
mengaktifkan kontingensi lingkungan. Karakteristik fizik seperti ukuran, dan atribut sosial
menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeza.
Pengakuan sosial yang berbeza mempengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi yang aktif
dapat merubah arah aktiviti. Tingkah laku dihadirkan oleh model. Model diperhatikan oleh
pelajar (ada penguatan oleh model). Tingkah laku (kemampuan dikod dan disimpan oleh
pembelajaran). Pemrosesan kod-kod simbolik Skema hubungan segitiga antara lingkungan,
faktor-faktor personal dan tingkah laku, (Bandura, 1976)[16].

Teori Albert Bandura


A. Latar Belakang Tokoh
Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925.
Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana.
Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam
jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951
dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program
doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford
University.Beliau banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah
laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik
sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American Psychological Association
untuk Distinguished scientific contribution pada tahub 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang
pengaruh keluarga dengan tingkah laku social dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura
sudah mulai meneliti tentang agresi pembelajaran social dan mengambil Richard Walters,
muridnya yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat,
walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah
laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak
oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran
social, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen
kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.
B. Definisi Belajar
Menurut kamus umum bahasa Indonesia ditulis bahwa belajar: berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, p. 14). Dari arti
atau definisi maka belajar merupakan suatu kegiatan atau aktivitas.
Menurut HC. Witherington member definisi belajar adalah suatu perubahan pada
kepribadian, yang teryata pada adanya pola sambutan yang baru, yang dapat merubah
suatu pengertian. Dari definisi- definisi mengenai pengertian belajar. Belajar adalah proses
penguasaan perilaku yang dipelajari. Penguasaan itu dapat berupa memahami (mengerti)
atau motoris (gerakan- gerakan otot syaraf).
Dari sebagian hasil belajar tadi adalah penguasaan sejumlah pengetahuan dan sejumlah
keterampilan baru dan sesuatu sikap baru ataupun memperkuat sesuatu yang telah
dikuasaai sebelumnya, termasuk pemahaman dan penguasaan nilai- nilai. Sebagai hasil
belajar tadi mencangkup aspek pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Atau dengan
kata lain, belajar adalah usaha sadar dari individu untuk memahami dan menguasai
pengetahuan dan keterampilan; sikap, dan nilai, guna meningkatkan kualitas tingka lakunya
dalam rangka mengembangkan kepribadiannya.
C. Latar Belakang Teori
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social Learning Teory)
salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif
dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori
belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah
eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak anak meniru seperti perilaku agresif dari
orang dewasa disekitarnya.
Teori kogoitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert
Bandura menyatakao bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran
penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk
meraih keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang
tuanya. Albert Bandura merupakan salah satu peracang teori kognitif social. Meourut
Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi
pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic
resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, persnn/kogoitif dan lingkungan.
Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkuogan
mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif
mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama
pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi,
keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Dalam model pembelajarao Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan penting.
Faktor person (kognitif) yaog dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau efikasi diri. Reivich
dan Shatt (2002) meodefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri
sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga
berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi
memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika
menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura
(1994), individu yaog memiliki efikasi diri yaog tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi
tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan
kemampuan dirinya.
Individu ini menurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dao mampu baogkit
dari kegagalan yang ia alami. Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan
sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan
perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara
kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat
berpengaruh pada pola belajar social jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan
dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau
sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.
D. Teori A. Bandura tentang Belajar
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan
kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P)
adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking), Harapan dan nilai
mempengaruhi tingkah laku. Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik
lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal. Tingkah laku mengaktifkan
kontingensi lingkungan. Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut
sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda. Pengakuan sosial yang berbeda
mempengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau
arah aktivitas.
Tingkah laku dihadirkan oleh model. Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh
model) Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar). Pemrosesan
kode-kode simbolik. Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan
tingkah laku, (Bandura, 1976).
Selain itu proses perhatian (atention) sangat penting dalam pembelajaran karena tingkah
laku yang baru (kompetensi) tidak akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar.
Proses retensi sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam visual atau
kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini
rehearsal (ulangan ) memegang peranan penting. Proses motivasi yang penting adalah
penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius Reinforcement (penguatan
karena imajinasi).
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka Teori
Behaviour Kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan
penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi
dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal.
Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks
tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi,
tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri
yakni sense of self Efficacy dan self regulatory system. Sense of self efficacy adalah
keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai
standar yang berlaku.
Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah
laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur
tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan
goal setting dan self evaluation pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih
prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya.
Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat
menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar,
mengembangkan self of mastery, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.
E. Aplikasi Teori terhadap Proses Pembelajaran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar sosial adalah ciri-ciri kuat
yang mendasarinya yaitu:
1. Mementingkan pengaruh lingkungan.
2. Mementingkan bagian-bagian.
3. Mementingkan peranan reaksi.
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus
respon.
5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme (teori
belajar sosial) akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga
tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru
tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari
yang sederhana samapi pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku
yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan
mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Kritik terhadap behavioristik (teori belajar sosial) adalah pembelajaran siswa yang berpusat
pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan
diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai
persyartan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran
bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi
belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas,
kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing,
mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini
juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi
siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu
motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya
mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari
oelh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan
siswa.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Teori
Pesatnya perkembangan globalisasi yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan, khususnya gaya hidup sebagian masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dengan semakin bergesernya nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru.
Menghadapi tantangan ini, sebagian masyarakat yang sangat peduli terhadap
perubahan tersebut tidak ingin ketinggalan dan akan berusaha mengimbangi
perubahan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan belajar.
Masyarakat perlu belajar tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia agar
dapat mengaplikasikan dirinya dengan baik di dalam kehidupan. Belajar adalah suatu
proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir, dan kemampuan lainnya. Salah satu psikolog yang terkenal dengan teori
pembelajaran adalah Albert Bandura. Ia lahir Mondare pada tanggal 4 Desember 1925.
Bandura merupakan seorang psikologi yang sangat berkontribusi terhadap
pembentukan perilaku anak melalui pembelajaran dalam tradisi behavioris dan teori
pembelajarannya.
Teori Bandura yang sangat terkenal adalah Teori Pembelajaran Sosial
(Social Learning Theory) yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran,
pemahaman, dan evaluasi. Penelitiannya mengenai teori ini dituangkan melalui suatu
ekperimen yang terkenal, yaitu eksperimen Bobo Doll. Eksperimen ini menunjukan
bahwa sikap agresif yang dilakukan oleh seorang anak merupakan representatif dari
perilaku agresif orang dewasa yang berada di sekelilingnya. Selain itu, teori-teori
yang dikemukakannya mempengaruhi pula meluasnya teknik-teknik psikoterapi
dengan dasar teori belajar untuk melakukan perubahan-perubahan tingkah laku.
Menurut Bandura, dalam situasi sosial seseorang bisa belajar lebih cepat dengan
mengamati atau melihat tingkah laku orang lain. Teori ini menerima sebagian besar
dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak
penekanan pada kesan dan isyarat-isyarat perubahan perilaku, dan pada proses-
proses mental internal. Dalam teori pembelajaran sosial menggunakan penjelasan-
penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk
memahami bagaimana belajar dari orang lain.
Teori pembelajaran sosial (social learning theory) dari Bandura didasarkan
pada reciprocal determinism (determinis resiprokal atau konsep yang saling
menentukan), Beyond Reinforcement (tanpa penguatan), dan self-regulation and
cognition (pengaturan diri dan kognisi). Teori ini menjelaskan mengenai hubungan
antara tingkah laku, kepribadian, dan lingkungan dimana seseorang berada. Menurut
teori pembelajaran sosial, ketiga aspek ini saling mempengaruhi dalam membentuk
sikap seseorang. Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa faktor-faktor sosial/
lingkungan, kognitif dan tingkah laku berperan penting dalam pembelajaran. Faktor
kognitif akan menentukan pemahaman anak, faktor sosial/ lingkungan meliputi
pengamatan anak terhadap perilaku orang tuanya. Menurut Bandura setiap anak akan
mentransformasikan setiap pengalamannya secara kognitif. Sebagian besar hal yang
dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan contoh perilaku (modeling).
Manusia merupakan makhluk yang aktif membuat suatu pilihan, menghadapi proses-
proses perkembangan untuk membentuk tingkah lakunya.
Menurut Bandura, efikasi diri yang tinggi membuat anak lebih percaya diri dan
pantang menyerah ketika belum berhasil mencapai suatu hal. Proses mengamati dan
meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori
Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi
lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial. Contohnya,
seseorang yang hidup dan dibesarkan di dalam lingkungan keluarga demokratis,
maka anak akan cenderung memiliki tingkah laku yang baik, berorientasi pada
prestasi, ramah, suka menolong, rajin beribadah, sopan dan tentunya akan
menghindari perilaku-perilaku buruk di dalam pergaulannya. Belajar sosial yang
terjadi mencakup belajar berperilaku yang diterima dan diharapkan oleh khalayak
banyak agar dikuasai individu. Perilaku anak akan sangat bergantung dengan
lingkungannya sesuai dengan stimulus yang diterima. Mekanisme perolehan
tingkah laku anak merupakan hasil dari conditioning dan modelling dimana pelaku
sosialisasinya adalah model-model atau idola yang sangat berpengaruh, orang-orang
dewasa dan teman dekat. Melihat besarnya pengaruh tersebut terhadap
perkembangan anak maka orangtua, guru, teman, dan insan film harus menjadi
teladan yang baik untuk anak. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman mengenai
konsep pembelajaran sosial untuk mengoptimalisasikan proses tumbuh kembang
anak.

Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah mengetahui dan memahami konsep Teori
Pembelajaran Sosial untuk mengoptimalisasikan proses tumbuh kembang anak.
ANALISIS PRINSIP
TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL

Teori pembelajaran sosial (social learning theory) dari Bandura didasarkan


pada reciprocal determinism (determinis resiprokal atau konsep yang saling
mempengaruhi), Beyond Reinforcement (tanpa penguatan eksternal), dan self-
regulation and cognition (pengaturan diri dan kognisi). Teori ini menjelaskan
mengenai hubungan antara tingkah laku, person/kognitif, dan lingkungan dimana
seseorang berada. Menurut teori pembelajaran sosial, ketiga aspek ini saling
mempengaruhi dalam membentuk sikap seseorang. Lingkungan bukan merupakan
faktor utama dalam membentuk perilaku seseorang, namun merupakan faktor yang
penting dalam mengarahkan dan mempengaruhi seseorang dalam membentuk
perilaku. Lingkungan memberikan pengarahan terhadap perilaku seseorang dengan
memberikan konsekuensi pada setiap perilaku yang dilakukan. Kognitif dan persepsi
yang dimiliki oleh seseorang merupakan faktor yang menjadi suatu acuan bagi
seseorang dalam membentuk perilaku dengan kesadaran akan konsekuensi yang
akan diakibatkan dari perilakunya tersebut. Tingkah laku seseorang merupakan dasar
pengarahan lingkungan terhadap perilaku yang dapat diterima atau tidak oleh
lingkungan.

Gambar 1. Hubungan antara tingkah laku (T), Person/Kognitif (P), dan Lingkungan (L)
menurut Bandura
Bandura berpendapat bahwa pola perilaku pada anak terjadi dari
hasil observation (pengamatan), imitation (meniru), dan modeling. Seorang anak akan
melakukan suatu hal berdasarkan pengamatan terhadap orang-orang yang berada di
lingkungan sekitarnya. Ia akan meniru pengamatannya tersebut dan
mempraktikannya pada dirinya. Penelitian Bandura mengenai teori ini dituangkan
melalui suatu ekperimen yang terkenal, yaitu eksperimen Bobo Doll. Contoh
percobaan terjadinya peniruan pola perilaku pada anak, yaitu sekolompok anak
berusia 4 tahun masing-masing melihat satu film yang sama tetapi dengan perbedaan
pada akhir cerita filmnya. Pada film pertama diperlihatkan seorang model laki-laki
yang memperlihatkan agresifitasnya. Pada akhir film ini seorang dewasa menguji
model yang agresif tadi dengan memberikan hadiah. Pada film kedua, model yang
agresif tadi memperoleh perlakuan negatif, seperti dimarahi dan dipaksa pergi. Pada
film ketiga, model tidak memperoleh reaksi atau perlakuan apa-apa atas perbuatan
agresifnya. Diakhir percobaan, anak-anak yang melihat film kedua memperlihatkan
peniruan-peniruan yang paling sedikit dibandingkan dengan kelompok yang lain.
Kelompok yang melihat film pertama dan ketiga melakukan peniruan yang lebih
menyerupai perilaku yang dilakukan oleh model yang mereka lihat. Eksperimen ini
menunjukan bahwa sikap agresif yang dilakukan oleh seorang anak merupakan
representatif dari perilaku agresif orang dewasa yang berada di sekelilingnya.
Gambar 2. Komponen Proses Modeling

Bandura mengemukakan empat komponen dalam proses belajar meniru (modeling)


melalui pengamatan, yaitu:
1. Atensi/ Memperhatikan
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang menaruh perhatian terhadap
model yang akan ditiru. Keinginan untuk meniru model karena model tersebut
memperlihatkan atau mempunyai sifat dan kualitas yang hebat, yang berhasilk,
anggun, berkuasa dan sifat-sifat lain.
Dalam hubungan ini Bandura memberikan contoh mengenai pengaruh televisi dengan
model-modelnya terhadap kehidupan dalam masyarakat, terutama dalam dunia anak-
anak.
Keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat
pribadi. Semakin ada hubungannya dengan kebutuhan dan minatnya, semakin mudah
tertarik perhatiannya; sebaliknya tidak adanya kebutuhan dan minat, menyebabkan
seseorang tidak tertarik perhatiannya.

1. Retensi/ Mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat lain anak
memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut. Anak melakukan
proses retensi atau mengingat dengan menyimpan memori mengenai model yang dia
lihat dalam bentuk simbol-simbol. Bandura mengemukakan kedekatan dalam
rangsang sebagai faktor terjadinya asosiasi antara rangsang yang satu dengan
rangsang yang lain bersama-sama. Timbulnya satu ingatan karena ada rangsang yang
menarik ingatan lain untuk disadari karena kualitas rangsang-rangsang tersebut kira-
kira sama atau hampir sama dan ada hubungan yang dekat.
Bentuk simbol-simbol yang diingat ini tidak hanya diperoleh berdasarkan pengamatan
visual, melainkan juga melalui verbalisasi. Ada simbol-simbol verbal yang nantinya
bisa dtampilkan dalam tingkah laku yang berwujud. Pada anak-anak yang kekayaan
verbalnya masih terbatas, maka kemampuan meniru hanya terbatas pada kemampuan
mensimbolisasikan melalui pengamatan visual.
1. Memproduksi gerak motorik
Supaya bisa mereproduksikan tingkah laku secara tepat, seseorang harus sudah bisa
memperlihatkan kemampuan kemampuan motorik. Kemampuan motorik ini juga
meliputi kekuatan fisik. Misalnya seorang anak mengamati ayahnya mencangkul di
ladang. Agar anak ini dapat meniru apa yang dilakukan ayahnya, anak ini harus sudah
cukup kuat untuk mengangkat cangkul dan melakukan gerak terarah seperti ayahnya.

1. Ulangan penguatan dan motivasi


Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia akan
mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan dalam tingkah laku yang
nyata, bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada. Apabila motivasi kuat untuk
memperlihatkannya, misalnya karena ada hadiah atau keuntungan, maka ia akan
melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya. Mengulang suatu perbuatan untuk
memperkuat perbuatan yang sudah ada, agar tidak hilang, disebut ulangan
penguatan.

Dalam tumbuh kembang anak, teori ini sangat berguna sebagai bentuk acuan
pembelajaran yang tepat untuk anak. Orang tua, guru, atau pihak-pihak lain dapat
mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan menerapkan teori ini. mereka dapat
lebih memahami tindakan apa yang pantas atau tidak untuk ditunjukkan kepada anak
sebagai bentuk pembelajaran dan pembentukan pola tingkah laku diri.
Seiring dengan penerapan dan pengkajian, Teori Pembelajaran Sosial memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan antara lain, yaitu:
Kelebihan
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu
menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem
kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata
mata reflex atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi
antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori pembelajaran sosial lebih ditekankan pada
perlunya conditioning (pembiasan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu
pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam
mempelajari perkembangan anak anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang
menjelaskan perkembangan anak anak, faktor social dan kognitif
Kelemahan
Teori pembelajaran sosial memfokuskan pada penggabungan kognitif internal dan
perilaku sosial, namun hubungan timbal balik antar faktor yang saling mempengaruhi
tidak dijelaskan secara mendetail.
Teori pembelajaran sosial tidak lebih hanya sebuah pembelajaran dari hasil
pengamatan, seperti manusia membentuk berbagai perilaku baru yang kompleks
hanya dari melihat atau mendengarkan orang lain. Namun, seiring perkembangan
waktu proses belajar seseorang pada saat ini tidak hanya sebatas mengamati.
SIMPULAN

Teori Pembelajaran Sosial Bandura merupakan teori yang menjelaskan mengenai


hubungan antara tingkah laku, person/kognitif, dan lingkungan dimana seseorang
berada. Ketiga aspek ini memiliki hubungan timbal balik dan sangat berpengaruh
terhadap pembentukan pola perilaku pada anak. Teori ini mengemukakan bahwa pola
perilaku yang ditunjukkan oleh seorang anak merupakan representatif dari perilaku
orang dewasa yang berada di sekelilingnya. Pola perilaku pada anak terjadi dari
hasil observation (pengamatan), imitation (meniru), dan modeling. Proses
pembentukan pola perilaku pada anak meliputi atensi, retensi, reproduksi gerak, dan
motivasi. Dengan pemahaman pada konsep teori ini, kita dapat melakukan
pembelajaran sosial yang tepat pada anak sehingga dapat mendukung optimalisasi
proses tumbuh kembang pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

[Ahmad Nawawi]. 2012. Pendidikan nilai moral. [terhubung berkala].


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195412071981121-
AHMAD_NAWAWI/Pendidikan_Nilai_Moral. (diakses pada 19 Februari 2012)
[Anonim]. 2012. Psi. Tokoh-tokoh Psikologi [terhubung berkala].
http://www.psychologymania.com/2011/11/albert-bandura-tokoh-pembelajaran.html (
diakses pada 19 Februari 2012)
[Anonim]. 2012. Teori pembelajaran bandura [terhubung
berkala]. http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12 /teori-belajar-sosial-
albert- bandura/ (diakses pada 19 Februari 2012)
Gunarsa, Singgih D. 2010. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta:
Gunung Mulia.
[Husamah]. 2012. Pembelajaran sosial [terhubung
berkala] http://husamah.staff.umm.ac.id/files/2010/03/MAKALAH1.pdf(diakses pada 19
Februari 2012)
Advertisements
Share this:
Twitter

Facebook

Loading...
Filed under Uncategorized | Leave a comment
Post navigation
PreviousPost
Leave a Reply

chhv

Search for:
Search

Recent Posts
Teori Pembelajaran Sosial Bandura

PKM KC Didanai DIKTI 2012

ASCII Table and Description

Kenalan yuuuk

Penkom I_I24100040

Archives
March 2012

Categories
Uncategorized

Meta
Register

Log in

Entries RSS

Comments RSS

WordPress.com

Blog at WordPress.com.
Follow

Anda mungkin juga menyukai