REAKSI CEPAT ANTIBODI Hipotesis Dasar Genetik Penyebab Keragaman Antibodi Struktur Antibodi KERAGAMAN ANTIBODI: PENYUSUNAN KEMBALI GENOME SELAMA DIFERENSIASI LIMFOSIT B Rantai Ringan Kappa Rantai Ringan Lambda Rantai Berat Pertukaran Kelas SEQUENCE SINYAL MENGATUR PENYUSUNAN ULANG GENOME Beberapa segmen pada DNA kromosomal diketahui membawa segmen gen V, segmen gen D dan segmen gen J, dan pada tikus dan manusia kini telah disequencingkan , dan hasil pasangan nukleotida dari sequence tersebut diperkirakan dengan hadirnya V-J, V-D, dan D-J secara spesifik pada sinyal. Sequence sinyal yang sama juga ditemukan berdekatan dengan seluruh segmen gen V. seluruh segmen gen J juga memiliki sequence sinyal yang identik dan terletak berdekatan dengan sequence coding mereka. Akan tetapi, sequence sinyal mereka berbeda dari segmen gen V terdekat. Demikian juga segmen gen D dan C memiliki sendiri sequence sinyal yang berdekatan. Sequence sinyal mengatur pertautan V-J, V-D dan D-J dengan 7 pasang basa (heptamer) dan 9 pasang basa (nonamer), yaitu suatu sequence panjang yang dipisahkan dengan jarak yang berbeda-beda, namun dengan panjang yang spesifik. KERAGAMAN ANTIBODI: VARIABEL SITUS PERTAUTAN DAN MUTASI SOMATIK Berdasarkan perbandingan antara sequence asam amino yang beragam pada molekul antibodi dengan perkiraan dari sequence segmen gen yang mengkode antibodi telah terungkap bahwa terdapat lebih banyak variasi sequence asam amino pada ikatan V-J daripada perkiraan dari sequence nukleotida. Penelitian berikutnya menunjukkan bahwa ada lebih banyak lagi keragaman yang dapat dijelaskan dari variasi di situs yang tepat pada saat recombinase selama peristiwa pertautan V-J terjadi. Penggunaan situs alternative saat rekombinasi selama peristiwa pertautan tersebut terjadi melibatkan sekumpulan gen antibody yang sudah matang dan memberikan mekanisme tambahan dalam meningkatkan keragaman antibodi. Berbagai susunan antibody yang beragam dihasilkan oleh: 1) pertautan keluarga besar segmen gen V, D, dan J. 2) penggunaan situs alternative saat rekombinasi selama peristiwa pertautan terjadi. Hal ini telah ditentukan berdasarkan perbandingan: 1) sequence pasangan nukleotida dari gen yang diekspresikan dengan sequence segmen gen, 2) sequence asam amino sesungguhnya dari rantai antibody dengan sequence asam amino yang diperkirakan dari sequence asam amino suatu gen. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mempelajari daerah variable pada rantai berat. Inti dari seluruh kasus yang dianalisis diketahui bahwa perubahan dapat diakibatkan oleh penambahan satu pasang nukleotida. Penambahan semacam ini mewakili 1-2 persen pasangan basa dari segmen gen yang mengkode daerah yang berperan sebagai variable pada antibodi. Penambahan pasangan nukleutida diduga menyebabkan suatu mekanisme yang disebut mutasi somatic, yang mana membatasi sequence DNA dalam mengkode daerah variable dari rantai antibodi. Bila perubahan ini terjadi pada segmen variable dari rantai gen antibody dengan frequensi tinggi, maka hal ini biasa disebut hipermutasi somatick. Dimana mekanisme dari hipermutasi somatic ini belum diketahui. ADA BERAPA KOMBINASI? Besarnya keragaman dapat dihasilkan dari pertautan segmen gen antibody seperti yang telah dijelaskan. Penggabungan atau fusi dari segmen gen antibody menyebabkan keragaman antibody dalam jumlah besar. Peningkatan keragaman antibody ini kita ketahui dapat terjadi melalui dua cara: 1) mutase somatic dan 2) keragaman situs terjadinya pertautan antara V-J, V-D dan D-J. Sehingga keragaman antibody hampir tidak terbatas. REGULASI TRANSKRIPSI: ENHANCER JARINGAN SPESIFIK Telah diketahui dari beberapa tahun yang lalui bahwa antibody makhluk hidup sederhana tidak ditranskrip atau ditranskrip pada level yang sangat rendah. Lalu bagaimana aktifasi transkripsi pada gen antibody yang masih dalam proses penyusunan kembali hingga menjadi katif? Pada kasus rantai berat gen, jawaban muncul saat proses penyusunan kembali membawa lokasi promotor pada ujung atas segmen gen L H-VH menjadi susunan enhancer. Enhancer tidak dapat mengaktifkan transkripsi dari promotor yang letaknya jauh. Enhancer terlibat dalam aktifasi sintesis rantai berat, aktivasi transkripsi ini hanya di limfosit dan tidak mempengaruhi sel pada jaringan lain. Proses aktivasi membutuhkan kehadiran faktor aktivasi transkripsional yang disintesis di limfosit, tidak pada sel lain. Elemen enhancer serupa juga ditemukan pada intron antara rantai ringan dengan rantai berat pada sequence pengkode kumpulan segmen gen J K dan CK. Nampaknya pergerakan promotor gen antibody ke enhancer pada jaringan spesifik mungkin merupakan mekanisme aktivasi gen antibody saat diferensiasi limfosit B. SELEKSI CLONAL Seluruh antibody dihasilkan oleh satu sel limfosit B memiliki ikatan dengan antigen yang spesifik. Tetapi sel yang berbeda pada kumpulan limfosit B akan mengalami perbedaan dalam menyusun kembali genome untuk memproduksi antibody dengan spesifisitas yang berbeda. Teori seleksi clonal mengatakan bahwa ikatan antigen asing dengan antibodi pada permukaan sel limfosit B akan menstimulasi sel tersebut membelah, sehingga menghasilkan sejumlah sel limfosit B dan sel-sel tersebutlah yang mengingat antigen asing tersebut. PENGELUARAN ALELIK Sel mamalia adalah diploid, mereka membawa dua set informasi genetikyang mengkode masing-masing rantai antibody. Namun hanya ada satu genome produktif yang mampu menyusun kembali rantai ringan dan satu genome produktif yang mampu menyusun kembali rantai berat pada satu limfosit B. peristiwa ini disebut pengeluaran alelik, karena satu alel akan dikeluarkan untuk diekspresikan. Namun masih perlu penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan mekanisme pengeluaran alelik ini. VARIABILITAS RESEPTOR SEL T Limfosit T memediasi respon imun dalam sel. Sel T merekam antigen pada permukaan sel dan membunuh sel yang membawa antigen. Respon sel T juga menunjukkan fenomena tingkat spesifisitas. Bagaimana spesifisitas ini dihasilkan? Jawabannya adalah sel T memproduksi ikatan reseptor membrane yang sangat mirip dengan produksi antibody leh limfosit B. Lebih dari itu, keragaman spesifisitas reseptor sel T diproduksi oleh genome yang analog dengan genome yang terlibat dalam produksi antibody. Sel T merekam atau mengingat antigen pada permukaan sel dan protein lain yang menyerang di permukaan sel. Protein kedua yang harus dikenali sel T pada permukaan sel adalah MHC (major histocompatibility complex). Reseptor sel T tersusun atas rantai polypeptide dan , yang msing-masing dikode oleh L-V, D, J dan segmen gen C seperti rantai pada antibody. Reseptor sel T menunjukkan keragaman dalam jumlah besar dan keberagaman ini dihasilkan genome penyusunan kembali selama diferensiasi sel T. Ada beberapa jenis limfosit T dan mereka memiliki peran yang berbeda-beda pada respon imun. MHC (MAJOR HISTOCOMPATIBILITY COMPLEX) Respon imun pada mamalia sangatlah kompleks, dimana prosesnya melibatkan banyak makromolekul dan tipe sel yang berbeda. Banyak lagi komponen dalam respon imun seperti transplantasi antigen yang terjadi dalam proses penolakan jaringan asing setelah oprasi transplantasi. Transplantasi antigen dikontrol oleh multigene kompleks yang disebut MHC (Major histocompability coplex). Pada manusia, protein MHC dikode oleh HLA (Human Leukocyte Antigen). Gen MHC mengkode tiga jenis protein yang berbeda, dimana ketiga jenis protein ini terlibat dalam asper respon imun yang berbeda pula. Gen kelas I mengkode antigen transplantasi. Protein kelas I ini merupakan glikoprotein. Protein ini ada di dalam sel setiap organisme dan membantu limfosit T untuk membedakan dirinya dari yang asing. Gen MHC kelas II mengkode polipeptida yang ada pada permukaan limfosit B dan makrofag. Adanya protein MHC kelas II ini menyebabkan adanya limfosit T khusus yang disebut sel T pembantu (sel T helper) yang mampu mengenali dirinya sendiri dan membantu komunikasi antar berbagai sel yang terlibat dalam system imun. Terakhir adalah gen MHC kelas III yang mengkode protein komplemen yang berinteraksi dengan antibody-antigen dan menginduksi sel untuk lisis.
Elya Khunazatus Shima (140342604275)
Pertanyaan 1: Bagaimana penjelasan singkat mengenai seleksi clonal? Jawaban: Seleksi clonal dijelaskan sebagai produksi beberapa sel limfosit B, dimana seluruhnya mensintesis antibody yang sama dengan spesifisitas untuk mengikat beberapa antigen yang muncul dalam system peredaran hewan. Teori seleksi clonal mengatakan bahwa ikatan antigen asing dengan antibodi pada permukaan sel limfosit B akan menstimulasi sel tersebut membelah, sehingga menghasilkan sejumlah sel limfosit B dan sel-sel tersebutlah yang mengingat antigen asing tersebut. Pertanyaan 2: Terdapat tiga kelas gen MHC, bagaimana penjelasan singkat mengenai ketiga kelas gen tersebut? Jawaban: Gen kelas I mengkode antigen transplantasi. Protein kelas I ini merupakan glikoprotein. Protein ini ada di dalam sel setiap organisme dan membantu limfosit T untuk membedakan dirinya dari yang asing. Gen MHC kelas II mengkode polipeptida yang ada pada permukaan limfosit B dan makrofag. Adanya protein MHC kelas II ini menyebabkan adanya limfosit T khusus yang disebut sel T pembantu (sel T helper) yang mampu mengenali dirinya sendiri dan membantu komunikasi antar berbagai sel yang terlibat dalam system imun. Terakhir adalah gen MHC kelas III yang mengkode protein komplemen yang berinteraksi dengan antibody-antigen dan menginduksi sel untuk lisis.