Anda di halaman 1dari 15

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT INFEKSI

Rantai Penularan, Riwayat Alamiah dan Tingkat Pencegahan pada


Penyakit TB Paru

Disusun Oleh :

Agustina L.Kirihio 16202111007


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis dan termasuk penyakit zonosis karena bisa
ditularkan oleh hewan ke manusia. TB ditularkan dengan kuman dalam titik air
yang sangat kecil yang dapat dihirup saat orang yang mengidap TB aktif batuk,
bersin, tertawa atau berbicara. TB tidak ditularkan dengan memegang benda,
sehingga tidak perlu dikhususkan barang rumah tangga yang tersendiri
(misalnya sendok-garpu, gelas, atau seprei). TB tidak ditularkan secara turun-
temurun.
Sistem kekebalan yang sehat mungkin dapat mematikan TB dengan
segera. Kalau tidak berhasil diatasi oleh tubuh, kuman biasanya bersarang di
paru-paru, tetapi kadang-kadang menular ke bagian lain di tubuh. Begitu TB
sampai di paru-paru, tubuh langsung mulai melawannya. Perlawanan tersebut
biasanya berhasil, dan sistem kekebalan dapat menghentikan menularnya
kuman. Namun demikian, untuk orang tertentu, TB dapat menular lebih jauh.
TB yang mungkin sudah lama tidak aktif dapat menjadi aktif kembali
bertahun-tahun kemudian, dan infeksi dapat menular ke bagian lain di tubuh.
Infeksi yang sudah sembuh juga dapat menjadi aktif kembali. Hal ini dapat
terjadi kalau kekebalan tubuh menjadi lemah, misalnya pada masa stres, infeksi
virus yang akut, infeksi HIV, penyakit seperti kencing manis, atau terapi
imunosupresif untuk kanker dan penyakit lain yang memerlukan obat steroida,
radioterapi atau obat-obatan sitotoksik.
Gejala terus-menerus seperti batuk yang lamanya lebih dari dua tiga
minggu, begitu pula dahak bernoda darah, sering merupakan ciri khas TB.
Gejala lain mungkin dapat mencakup rasa lesu atau turunnya berat badan yang
penyebabnya kurang jelas, keringat malam hari, nyeri dada yang terasa berkali-
kali, atau nyeri dan pembengkakan di bagian tubuh yang bersangkutan kalau
TBnya menular ke luar paru-paru. Gejala tersebut belum tentu merupakan
akibat TB, tetapi sebaiknya dianggap sebagai peringatan dini untuk
memeriksakan diri ke dokter. Uji TB antara lain berupa riwayat medis,
pemeriksaan fisik, uji kulit tuberkulin, rontgen dada dan pemeriksaan dahak.
Pemeriksaan dahak dikirimkan ke laboratorium dan mungkin memerlukan
waktu beberapa minggu, karena TB biasanya berkembang secara berangsur-
angsur. Uji kulit tuberkulin (uji Mantoux) terutama digunakan untuk
menentukan apakah pernah tersentuh infeksi, bukan adanya penyakit TB
sendiri. Kadang-kadang perlu diadakan lebih dari satu kali dengan uji yang
berselang berbagai jangka waktu untuk menentukan apakah pernah tersentuh
infeksi. TB di bagian tubuh lain, bukan di dada, dapat ditemukan dengan uji
patologi khusus, rontgen dan/atau penilaian klinis oleh dokter.
Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak di dunia, namun kurang mendapat prioritas dalam
penanggulangannya. Data surveilans dan epidemiologi TB pada anak jarang
didapat. Hal ini disebabkan berbagai faktor antara lain sulitnya diagnosis TB
anak, meningkatnya TB ekstra paru pada anak, tidak adanya standar baku
denisi kasus, dan prioritas yang kurang diberikan pada TB anak di banding
TB dewasa. Berbagai penelitian menunjukkan prevalensi TB anak tinggi,
namun umumnya tanpa konrmasi pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA)
positif. Salah satu indikator untuk menilai situasi TB di komunitas adalah
dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI), adalah indeks
epidemiologi yang dipakai untuk evaluasi dan monitor keadaan tuberkulosis di
suatu komunitas atau negara.
Setiap tahun didapatkan 250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kira
100.000 kematian karena TB. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian
nomor satu diantara penyakit infeksi dan menduduki tempat ketiga sebagai
penyebab kematian pada semua umur setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit infeksi saluran napas akut. Pasien TB di Indonesia terutama berusia
antara 15-5 tahun, merupakan kelompok usia produktif. Menurut perkiraan
WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia 583.000 orang per
tahun dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun.
Oleh karena itu, pemakalah mengambil topik penyakit TB untuk
mengetahui host, agent, environment dan riwayat alamiah penyakit serta upaya
pencegahan penyakit TB sehingga dapat mengetahui distribusi dan determinan
penyakit TB untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas karena
penyakit TB.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian host, agent, environment?
2. Apa saja host, agent, environment penyakit TB?
3. Apa pengertian riwayat alamiah penyakit?
4. Bagaimana riwayat alamiah penyakit TB?
5. Bagaimanakah upaya pencegahan penyakit TB?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah di
atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi host, agent, environment penyakit
TB.
2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi riwayat alamiah penyakit TB.
3. Untuk mengidentifikasi upaya pencegahan penyakit TB.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agent, Host, dan Enviroment


Teori John Gordon, mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit
sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), penjamu (host),
dan lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini disebut segi tiga
epidemiologi (Epidemiology Triangle), hubungan ketiga faktor tersebut
digambarkan secara sederhana sebagai timbangan yaitu agent penyebab
penyakit pada satu sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan
sebagai penumpunya.
Bila agent penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam keadaan
seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat, perubahan
keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit, penurunan daya
tahan tubuh akan menyebabkan bobot agent penyebab menjadi lebih berat
sehingga seseorang menjadi sakit, demikian pula bila agent penyakit lebih
banyak atau lebih ganas sedangkan faktor penjamu tetap, maka bobot agent
penyebab menjadi lebih berat. Sebaliknya bila daya tahan tubuh seseorang baik
atau meningkat maka ia dalam keadaan sehat. Apabila faktor lingkungan
berubah menjadi cenderung menguntungkan agent penyebab penyakit, maka
orang akan sakit, pada prakteknya seseorang menjadi sakit akibat pengaruh
berbagai faktor berikut :
1. Agent
TB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, bakteri gram
positif, berbentuk batang halus, mempunyai sifat tahan asam dan aerobic.
Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap
disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak
yang kering untuk jangka waktu yang lama.
Mycobacterium tuberculosis adalah suatu anggota dari famili
Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis.
Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat pada
manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering.
Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya, misalnya
Mycobacterium leprae, Mycobacterium paratuberkulosis dan
Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis
atau tidak dapat terklasifikasikan (Heinz, 1993).
Di luar tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosis hidup
baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar
matahari. Mycobacterium tuberculosis mempunyai panjang 1-4 mikron
dan lebar 0,2- 0,8 mikron. Kuman ini melayang di udara dan disebut
droplet nuclei. Kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang
sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya.
Tetapi kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari, sabun,
lisol, karbol dan panas api (Atmosukarto & Soewasti, 2000).
Kuman tuberkulosis jika terkena cahaya matahari akan mati dalam
waktu 2 jam, selain itu kuman tersebut akan mati oleh tinctura iodi selama
5 menit dan juga oleh ethanol 80 % dalam waktu 2 sampai 10 menit serta
oleh fenol 5 % dalam waktu 24 jam. Mycobacterium tuberculosis seperti
halnya bakteri lain pada umumnya, akan tumbuh dengan subur pada
lingkungan dengan kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80
% volume sel bakteri dan merupakan hal essensial untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban udara yang meningkat
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk
tuberkulosis.
Mycobacterium tuberculosis memiliki rentang suhu yang disukai,
merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25 40 C,
tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-37 C. Pengetahuan
mengenai sifat-sifat agent sangat penting untuk pencegahan dan
penanggulangan penyakit, sifat-sifat tersebut termasuk ukuran,
kemampuan berkembang biak, kematian agent atau daya tahan terhadap
pemanasan atau pendinginan.
Agent adalah penyebab yang essensial yang harus ada, apabila
penyakit timbul atau manifest, tetapi agent sendiri tidak
sufficient/memenuhi syarat untuk menimbulkan penyakit. Agent
memerlukan dukungan faktor penentu agar penyakit dapat manifest. Agent
yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah kuman
Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya pathogenitas, infektifitas dan virulensi.
Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme untuk
menimbulkan penyakit pada host. Pathogenitas agent dapat berubah dan
tidak sama derajatnya bagi berbagai host. Berdasarkan sumber yang sama
pathogenitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat rendah.
Infektifitas adalah kemampuan suatu mikroba untuk masuk ke dalam
tubuh host dan berkembang biak didalamnya. Berdasarkan sumber yang
sama infektifitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat
menengah. Virulensi adalah keganasan suatu mikroba bagi host.
Berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman tuberkulosis paru
termasuk tingkat tinggi, jadi kuman ini tidak dapat dianggap remeh begitu
saja. Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara
Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi. Pathogenesis hamper rendah
dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat
resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah
penggunaan kemoterapi modern, sehingga menyebabkan keharusan
mengembangkan obat baru.
Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak
(susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung
dan tidak langsung, serta transmisi congenital yang jarang terjadi.
2. Host
Manusia merupakan reservoar untuk penularan kuman
Mycobacterium tuberculosis, kuman tuberkulosis menular melalui droplet
nuclei. Seorang penderita tuberkulosis dapat menularkan pada 10-15 orang
(Depkes RI, 2002). Menurut penelitian pusat ekologi kesehatan (1991),
menunjukkan tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga
penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat
menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan
ventilasi baik, kuman ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik
lagi jika ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa
menangkap kuman TB.
Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan (2000),
didapatkan data bahwa Tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan
keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat
menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Besar resiko terjadinya
penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih dari 1 orang adalah
4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita
tuberkulosis.
Hal yang perlu diketahui tentang host atau penjamu meliputi
karakteristik; gizi atau daya tahan tubuh, pertahanan tubuh, higiene
pribadi, gejala dan tanda penyakit dan pengobatan. Karakteristik host
dapat dibedakan antara lain; Umur, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan,
pekerjaan, keturunan, ras dan gaya hidup. Host atau penjamu; manusia
atau hewan hidup, termasuk burung dan anthropoda yang dapat
memberikan tempat tinggal atau kehidupan untuk agent menular dalam
kondisi alam (lawan dari percobaan). Host untuk kuman tuberkulosis paru
adalah manusia dan hewan, tetapi host yang dimaksud dalam penelitia ini
adalah manusia. Beberapa faktor host yang mempengaruhi penularan
penyakit tuberkulosis paru adalah; kekebalan tubuh (alami dan buatan),
status gizi, pengaruh infeksi HIV/AIDS.
3. Environment
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik
benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang
terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain.
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian
yang besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya.
Penularannya pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak
geografis.
Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC.
Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara
TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan,
pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat
pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi
komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik,
pengangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC
dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit
ini. Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan
berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.

B. Riwayat Alamiah Penyakit Tb Paru


Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang
perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak
terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit,
seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi
preventif maupun terapetik (CDC, 2010c).
Secara umum riwayat alamiah penyakit Tb Paru terdiri dari:
1. Tahap prepatogenesis
Tahap prepatogenesis Tb paru terjadi pada saat individu berinteraksi
dengan penderita Tb paru positif yang sangat menular. Pada saat penderita
Tb paru positif menyebarkan dahak yang mengandung kuman BTA ke
udara, maka individu tersebut dapat menghirup kuman BTA hingga
mencapai paru-paru.
2. Tahap pathogenesis
Dalam tahap ini dibagi dalam empat tahap yaitu (Benenson, 1990):
a. Tahap inkubasi
Masa inkubasi Tb paru adalah 4-12 minggu. Pada tahap ini terjadi
reaksi daya tahan tubuh untuk menghentikan perkembangan kuman
BTA. Walaupun terdapat reaksi daya tahan tubuh, namun ada sebagian
BTA yang menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur).
Apabila daya tahan tubuh tidak dapat menghentikan perkembangan
kuman, maka dalam beberapa bulan akan menjadi penderita Tb paru
dan memberikan gejala.

b. Tahap penyakit dini


Tahap ini dimulai saat penderita mengalami gejala awal penyakit, yang
biasanya dikarenakan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh,
sehingga pada tahap ini terjadi kerusakan paru secara luas dan
terjadinya kavitasi atau pleura. Tahap ini mulai dengan munculnya
gejala penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai
menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis,
walaupun penyakit masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini,
diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya seperti:
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
c. Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini, penderita Tb paru dapat mengalami komplikasi seperti
perdarahan saluran nafas bawah yang dapat menyebabkan kematian,
kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial, pelebaran bronkus dan
pembentukan jaringan ikat, adanya udara di dalam rongga pleura,
penyebaran infeksi pada organ lain seperti otak, tulang, persendian dan
ginjal, dan dapat juga terjadi insufisiensi kardio pulmoner.
d. Tahap akhir penyakit
Pada tahap akhir penyakit, penderita Tb paru dapat menjadi sembuh
atau meninggal. Penderita Tb paru dapat sembuh apabila penyakit yang
dialami tidak sampai pada tahap penyakit lanjut atau terjadi komplikasi.
Penderita juga dapat sembuh apabila dilakukan pengobatan Tb paru
yang sesuai. Kematian dapat terjadi bila terdapat komplikasi atau
penderita tidak melaksanakan pengobatan yang telah dianjurkan.
Penderita Tb paru yang tidak diobati setelah 5 tahun, maka 50% dari
penderita Tb paru akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan
daya tahan tubuh yang tinggi, dan 25% sebagai kasus tropik yang
tetap menular (WHO, 1996).
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan
keadaan, yaitu:
Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh
menjadi pulih, sehat kembali seperti keadaan sebelum menderita
penyakit.
Sembuh tetapi cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit
sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya,
meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa
cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat
mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat social
Karier yaitu di mana tubuh penderita pulih kembali, namun
penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan
gangguan penyakit. Misalnya, jika daya tahan tubuh berkurang,
penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya
membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat
sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan.
Kronis, yaitu perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala
penyakit tidak berubah dalam arti tidak bertambah berat dan
ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja
tidak menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap
berada dalam keadaan sakit.
Meninggal dunia, yaitu terhentinya perjalanan penyakit disini,
bukan karena sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia.
Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan
kedokteran dan keperawatan.
3. Tahap Pasca Pathogenesis
Tahap pasca pathogenesis tahap akhir yaitu berakhirnya perjalanan
penyakit TB paru yang diderita oleh sesorang dimana seseorang berada
dalam pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
karier, penyakit berlangsung secara kronik, atau berakhir dengan kematian
setelah melalui berbagai macam tahap pencegahan dan pengobatan yang
rutin

C. Upaya Tingkat Pencegahan Penyakit Tb Paru


1. Primordial prevention ( pencegahan tingkat awal )
Pada tahap awal penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung
untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Sedangkan
ditahap selanjutnya penderita mendapat jenis obat lebih sedikit namun
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting untuk
membunuh kuman persistent sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
2. Primary prevention ( pencegahan tingkat pertama )
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling
efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan
mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi. Proteksi
spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ;
a. Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan
internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua
penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut
dan tergantung Host tambahan dan lingkungan.
b. Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak
dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk
ternak
c. Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan
pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.
3. Secondary prevention ( pencegahan tingkat kedua )
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan
kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan
Lingkungan. Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan
aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial,
materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan
indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan
dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan
gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi
TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC
positif. Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit,
disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga
ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap
epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk
membatasi kasus b`aru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari
tekanan psikis.
4. Tertiary prevention ( pencegahan tingkat ketiga )
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai
dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha
penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan
hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung
situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan
media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan
perlunya rehabilitasi.Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga
dilakukan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan tentang TBC, yaitu
dengan jalan sebagai berikut :
a. Perkembangan media.
b. Metode solusi problem keresistenan obat.
c. Perkembangan obat Bakterisidal baru.
d. Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin.
e. Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang
fleksibel.
f. Studi lain yang intensif.
g. Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang
terkontrol.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Agent penyakit tuberkulosis adalah Mycobacterium sp.,dan host
(penjamu) adalah manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan
anthropoda, sedangkan environment (Distribusi geografis) TBC mencakup
seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan prevalensi menurut
tingkat perkembangannya.
2. Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi
tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu,
dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya
akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh
suatu intervensi preventif maupun terapetik.
3. Tahap tahap riwayat alamiah penyakit: tahap prepatogenesis,
pathogenesis (tahap inkubasi, penyakit dini, penyakit lanjut, penyakit
akhir), pasca pathogenesis.
4. Pencegahan TB melalui tindakan kesehatan masyarakat tergantung pada
faktor berikut:
a. melakukan skrining untuk mengetahui adanya infeksi dan penyakit
aktif
b. mengadakan pengujian dengan segera
c. menentukan obat-obatan yang tepat
d. memberikan vaksinasi BCG
e. mengambil tindakan fisik untuk mengurangi jumlah kuman penyakit di
udara
f. mengisolasi orang yang kemungkinan besar dapat menulari orang lain.
g. menskrining tenaga ahli sarana kesehatan untuk mengetahui adanya
infeksi dan penyakit TB
h. menyelidiki dan mengendalikan wabah dengan segera.
i. mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang untuk
meningkatkan sistem imun agar kebal terhadap penyakit TB
j. menjaga lingkungan rumah tetap bersih, tidak lembab, dan sinar
matahari dapat masuk ke rumah untuk mencegah perkembangbiakan
agen penyakit TB.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan,M.N. 2006.Penyelidikan Epidemiologi Terhadap Penyakit TB. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan RI. 2003.Prosedur Kerja Surveilans Faktor Risiko
Penyakit Menular Dalam Intensifikasi Pemberantasan penyakit
Menular Berbasis Wilayah. Jakarta : Depkes RI.
Kartasasmita, Cissy. 2009. Epidemiologi Tuberkulosis. Jurnal Sari Pediatri. Vol.
11: 2.
Mandal, Bibhat, dkk. 2006. Penyakit Infeksi. Jakarta : Erlangga
Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Shulman, Stanford, dkk. 1994. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit
Infeksi. Yogyakarta: UGM Press
Wirawan Dewa Nyoman, dr. MPH. 2004. Epidemiology of Tuberculosis.
Epidemiologi Dasar. Laboratorium Epidemiologi Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Denpasar.
http://sanitasisurveilans.blogspot.com/2017/02/faktor-faktor-yang-berhubungan-
dengan.html
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2017/02/riwayat-alamiah-penyakit.html
http://eka78.wordpress.com/2017/02/02/penyelidikan-epidemiologi-terhadap-
penyakit-tb- /
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/605/540
http://www.fk.uns.ac.id/Riwayat/Alamiah/Penyakit/ProfBhisma.Murti (Diakses
pada tanggal 04 Februari 2017)
http://www.esaunggul.ac.id. (Diakses pada tanggal 04 Februari 2017)
http://www.health.qld.gov.au/chrisp/tuberculosis/factsheets.asp (Diakses 04
Februari 2017)

Anda mungkin juga menyukai