Anda di halaman 1dari 4

Algoritma Diagnosa kerja

Dalam rangka mempertahankan dosis radiasi dan pertimbangan keuangan pasien, beberapa
macam perhitungan algoritma telah di munculkan sebagai bahan pertimbangan para pasien
yang di duga terkena apendisitis akut.

Ramajan et al. (35) menyampaikan ulang hasil peninjauan dari analisanya bagi para pasien
yang di duga mengidap penyakit apendisitis akut, khususnya pada pasien anak-anak sekitar
umur 6 tahun. Hasil peninjauan ulang tersebut menunjukkan bahwa adanya penggunaan
mesin USG sebagai penunjuk visualisasi penyakit dan CT (proses Scan) sebagai penunjang
apabila penggunaan mesin USG masih menunjukkan hasil yang samar. 407 atau sekitar 60 %
dari 680 pasien yang mengikuti cara dari hasil penelitian tersebut. 200 pasien bisa di tetapkan
dengan nyata penyakitnya dengan tanpa menggunakan CT (35). NAR sebesar 7 %.

Terdapat suatu tindakan yang telah diterapakan pada rumah sakit anak-anak yang merujuk
berdasarkan perhitungan algoritma yakni dengan penerapan 24 jam penggunaan mesin USG
sebagai alat representasi khusus untuk melihat pasien yang di duga menderita penyakit
apendisitis akut (36). Beberapa uji CT (Scan) pada penyakit apendisitis meningkat 42 % dari
sebelumnya, hingga 30 % di terapkan proses protokol, dan menunjukkan adanya perintah
penekanan kemunculan radiasi dan juga tuntutan untuk melakukan tindakan visualisasi
penyakit.

Penelitian yang lain menunjukkan beberapa ciri-ciri secara klinis tentang hal yang bisa
memastikan pasien yang di duga menderita penyakit apendidsitis akut dengan tanpa
menggunakan hasil dari proses tindakan diagnosa USG (37). Pasien telah di berhentikan dari
proses pantauan adanya penyakit apendisitis akut menggunakan mesin USG, yang hanya
menunjukkan hasil yang samar-samar, dan hanya bisa di kuatkan dengan beberapa prediksi,
seperti; Pria, perubahan rasa sakit menjadi hal yang lebih lumrah (rasa sakitnya), muntah,
dan perhitungan leukosit antara > 12.0 X 10.9/1 yang kemudian akan kembali di pantau pada
hari selanjutnya. Implementasi keputusan secara klinis menurunkan adanya kepastian antara
pasien tersebut benar benar terkena apendisitis akut atau tidak, bagi pasien yang dinyatakan
negatif atau dari hasil mesin USG yang masih samar-samar.

Jadi bagaimana jika hanya terdapat satu hal yang mampu menunjukkan hasil nyata dari
proses mesin USG, dan juga adanya satu pertanda yang masih samar dari adanya penggunaan
mesin USG yang kemudian di ikuti dengan peninjauan ulang secara klinis, adanya jeda untuk
melakukan peninjauan ulang dari mesin USG lagi, lalu kemudian di iikuti dengan
pemeriksaan atau konsultasi terkait proses pembedahan ?. Perhitungan algoritma ini telah
dilakukan beberapa kali pada 294 anak yang diduga menderita penyakit apendisitis akut
dengan berdasarkan pemebelajaran dari ilmu penyakit pada anak-anak tentang apendisitis
yang menunjukkan nilai > 2 (38). 111 anak kemudian teridentifikasi mendetita apendisitis
akut dan 108 telah teridentifikasi tanpa menggunakan proses CT (Scan). Tindakan penelitian
berkala menggunakan mesin USG diterima atau telah menunjukkan 22 dari 40 anak anak
yang awalnya masih dinyatakan samar-samar oleh mesin USG.

Penulis merangkum tentang pendekatan yang dilakukan ini telah menujukkan banyak
kegunaan bagi anak-anak yang masih secara samar dinyatakan oleh mesin USG (38).

Tahun 2008 hingga 2013, penelitian yang lain menunjjukan adanya peningkatan yang
signifikan pada penggunakan USG sebagai alat bantu utama pada anak-anak berjumlah
sekitar 3353 di kota Washington (39), hal tersebut juga dilakukan dalam rangka mengikuti
sebuah rekomendasi nasional untuk menggunakan mesin USG untuk emlakukan diagnosa
bagi para pasien yang memungkinkan menderita usus buntu akut. Namun, lebih dari 40 %
anak-anak tetap mampu di identifikasi hanya dengan menggunakan Ct (Scan). Dalam hal ini,
35 % dari seluruh tindakan CT (Scan) ditunjukkan telah tidak adanya hasil yang jelas pada
penggunakan mesin USG.

Saran untuk menunjukkan hasil yang optimal

Pendekatan yang lain untuk meningkatan adanya penggunaan mesin USG bagi pasien yang di
diagnosa menderita penyakit apendisitis adalah dengan menggunakan penggunaan
standarisasi hasil yang restruktur. Selain menggunakan sistem binar (penemuan hasil positif
dan negatif bagi penderita usus buntu akut), Larson DB et.al (41) memperkenalkan Skema
interpretasi 5 kategori, diantaranya; 1-3: dinyatakan positif, dengan kemungkinan terendah
atau yang sempat dinyatakan negatif oleh mesin USG, secara berturut turut; 4-5: tingkatan
kedua dengan tanda ada-atau tidak ada, apabila penyakit usus buntu tersebut belum mampu
teridentifikasi. Akurasi penerapan skema interpretasi 5 kategori ini telah menujukkan 97 %
kemajuan, berbanding 94 % dari adanya penggunaan skema binar (41).

Computed Tomography
Ada banyak penelitian yang berfokus pada teknik pemeriksaan Ct Scan (dengan / tanpa /
rectal / IV kontras ) dan parameter rekonstruksi optimal untuk diagnosis apendisitis akut,
yang berada di luar dari jurnal ini. Namun, ada hasil yang meyakinkan pada keakuratan yang
tinggi pada CT untuk diagnosis apendisitis akut (Gambar. 3). Sebuah meta-analisis ini
termasuk 9330 pasien yang diterbitkan dalam 28 studi dan melaporkan perbedaan yang
signifikan dalam (negative appendectomy rate) NAR, dari 16,7% saat menggunakan evaluasi
klinis tanpa membandingkan dengan pemeriksaan penunjang, dan 8,7% dengan
menggunakan pemeriksaan CT. Di Selain itu, NAR menurun dari sebelum adanya CT sampai
telah adanya pemeriksaan CT (21,5% sampai 10%). Pada tahun 2011 multi-detector
computed tomography (MDCT) menunjukkan sensitivitas 98,5% dan spesifisitas 98% untuk
orang yang didiagnosis apendisitis akut di 2871 pasien. Meta-analisis lain termasuk 4341
pasien (anak-anak dan orang dewasa) dari 31 studi dan melaporkan sensitivitas dikumpulkan
dan spesifisitas untuk diagnosis apendisitis akut pada anak-anak dari 88% dan 94% masing-
masing untuk studi tentang US dan 94% dan 95% masing-masing untuk pemeriksaan dengan
CT. Menggabungkan antara sensitivitas dan spesifisitas terhadap diagnosis apendisitis akut
pada orang dewasa adalah 83% dan 93% masing-masing untuk studi US dan 94% masing-
masing untuk pemeriksaan dengan CT. Akhir-akhir ini menunjukkan bahwa CT dengan
dosis rendah tidak kalah dengan dosis standar dari CT (median produk dosis panjang 116
mGy cm vs 521 mGy cm) dengan sambutan untuk NAR [45]. Ketika kondisi CT (studi
CT setelah pemeriksaan US negatif atau tidak meyakinkan) digunakan untuk
membandingkan strategi langsung pada CT dalam populasi pasien dewasa dengan
kecurigaan apendisitis akut, ini CT ujian kondisional benar mengidentifikasi sebanyak pasien
dengan apendisitis akut sebagai strategi CT langsung, tetapi hanya setengah dari jumlah CTs
diperlukan . Di sisi lain, jika CT temuan dalam mendukung kemungkuinan tidak appendicitis,
maka US mengevaluasi pasien ini yang mungkin dapat membantu [47]. Pada saat
pemeriksaan CT dikerjakan dari 869 pasien yang diduga apendisitis akut, 71 (8%)
mempunyai hasil apendisitis akut samar-samar dan 63 (7%) didiagnosis kemungkinan tidak
terjadi appendicitis [47]. Pada saat b pemeriksaan dengan CT dari 869 pasien yang diduga
appendicitis akut, 71 (8%) memiliki temuan appendicitis akut samar-samar dan 63 (7%)
kemungkinan sebagai didiagnosis tidak appendicitis [47], jelas menunjukkan bahwa temuan
CT dalam rutinitas klinis sehari-hari tidak dapat selalu dilaporkan dalam hal yang
berpasangan (ya-tidak) dengan kategori baik.
US dan CT di apendisitis akut.
45 tahun pasien laki-laki
dengan nyeri di kuadran
kanan bawah dan
peningkatan parameter
peradangan (Jumlah sel
darah putih dan elevasi
protein C-reaktif). US
memberikan pengamatan
yang tepat: nyeri lokal dalam
kombinasi dengan beberapa
lampiran cairan dan
menebal, hanya terlihat pada
bagian (antara tanda
digambar A). b CT dengan
kontras : menebal pada
daerah apendisitis, infiltrasi
mesenterika sekitar
apendisitis, radang
penebalan kolon sigmoid

Anda mungkin juga menyukai