Anda di halaman 1dari 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Hemopoiesis Darah memiliki peran untuk menjaga tubuh tetap
dalam keadaan homeostasis. Selain meregulasi pH, temperatur, serta mengatur
transport zat-zat dari dan ke jaringan, darah juga melakukan perlindungan
dengan cara melawan penyakit. Fungsi-fungsi ini dikerjakan secara terbagi-bagi
oleh komponenkomponen darah, yaitu plasma dan sel-sel darah. Plasma darah
adalah cairan yang berada di kompartemen ekstraselular di dalam pembuluh
darah yang berperan sebagai pelarut terhadap sel-sel darah dan substans
lainnya. Sedangkan sel darah merupakan unit yang mempunyai tugas tertentu.
Sel-sel darah yang terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit dibentuk melalui
suatu mekanisme yang sama, yaitu hemopoiesis. Hemopoiesis adalah proses
pembentukan dan perkembangan sel-sel darah. Sebelum dilahirkan, proses ini
terjadi berpindah-pindah. Pada beberapa minggu pertama kehamilan,
hemopoiesis terjadi di yolk sac. Kemudian hingga fetus berusia 6-7 bulan, hati
dan limpa merupakan organ hemopoietik utama dan akan terus memproduksi
sel-sel darah hingga sekitar dua minggu setelah kelahiran. Selanjutnya pekerjaan
ini diambil alih oleh sumsum tulang dimulai pada masa kanak-kanak hingga
dewasa.
Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan
vaskularisasi yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang
spons. Tulang-tulang rangka axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan
pektoral, serta di bagian epifisis proksimal tulang humerus dan femur adalah
tulang-tulang dengan sumsum tulang terbanyak di tubuh manusia. Terdapat dua
jenis sumsum tulang pada manusia, yaitu sumsum tulang merah dan sumsum
tulang kuning. Pada neonatus, seluruh sumsum tulangnya berwarna merah yang
bermakna sumsum tulang yang bersifat hemopoietik, sedangkan ketika dewasa,
sebagian besar dari sumsum tulang merahnya akan inaktif dan berubah menjadi
sumsum tulang kuning (fatty marrow) (Tortora, 2009). Hal ini terjadi akibat
adanya pertukaran sumsum menjadi lemak-lemak secara progresif terutama di
tulang-tulang panjang. Bahkan di sumsum hemopoietik sekalipun, 50%
penyusunnya adalah sel-sel lemak (Hoffbrand, 2006). Jadi pada dewasa, proses
hemopoiesis hanya terpusat di tulang-tulang rangka sentral dan ujung proksimal
dari humerus dan femur.
Hemositoblas atau pluripotent stem cells merupakan bagian dari sumsum tulang
yang berasal dari jaringan mesenkim. Jumlah sel ini sangat sedikit, diperkirakan
hanya sekitar 1 sel dari setiap 20 juta sel di sumsum tulang. Sel-sel ini memiliki
kemampuan untuk berkembang menjadi beberapa lineage yang berbeda melalui
proses duplikasi, kemudian berproliferasi serta berdiferensiasi hingga akhirnya
menjadi sel-sel darah, makrofag, sel-sel retikuler, sel mast dan sel adiposa.
Selanjutnya sel darah yang sudah terbentuk ini akan memasuki sirkulasi general
melalui kapiler sinusoid. Sebelum sel-sel darah secara spesifik terbentuk, sel
pluripoten yang berada di sumsum tulang tersebut membentuk dua jenis stem
cell, yaitu myeloid stem cell dan lymphoid stem cell. Setiap satu stem cell
diperkirakan mampu memproduksi sekitar 106 sel darah matur setelah melalui
20 kali pembelahan sel.
Myeloid stem cell memulai perkembangannya di sumsum tulang dan kemudian
membentuk eritrosit, platelet, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil. Begitu
juga dengan lymphoid stem cell. Sel-sel ini memulai perkembangannya di
sumsum tulang namun proses ini dilanjutkan dan selesai di jaringan limfatik.
Limfosit adalah turunan dari sel-sel tersebut. Selama proses hemopoiesis,
sebagian sel myeloid berdiferensiasi menjadi sel progenitor. Sel progenitor tidak
dapat berkembang membentuk sel namun membentuk elemen yang lebih
spesifik yaitu colony-forming unit (CFU). Terdapat beberapa jenis CFU yang diberi
nama sesuai sel yang akan dibentuknya, yaitu CFU-E membentuk eritrosit, CFU-
Meg membentuk megakariosit, sumber platelet, dan CFU-GM membentuk
granulosit dan monosit.
Berikutnya, lymphoid stem cell, sel progenitor dan sebagian sel myeloid yang
belum berdiferensiasi akan menjadi sel-sel prekursor yang dikenal sebagai blast.
Sel-sel ini akan berkembang menjadi sel darah yang sebenarnya. Pada tahap ini
sel-sel prekursor sudah dapat dibedakan berdasarkan tampilan mikroskopiknya,
sedangkan sel-sel di tahap sebelumnya yaitu stem cell dan sel progenitor hanya
bisa dibedakan melalui marker yang terdapat di membran plasmanya.

Gambar 2.1. Hemopoiesis (Dikutip dari : Hoffbrand, 2006)


Beberapa hormon yang disebut hemopoietic growth factors bertugas dalam
meregulasi proses diferensiasi dan proliferasi dari sel-sel progenitor tertentu.
Berikut adalah beberapa contohnya :
1. Erythropoietin atau EPO meningkatkan jumlah prekursor sel darah merah
atau eritrosit. EPO diproduksi oleh sel-sel khusus yang terdapat di ginjal yaitu
peritubular interstitial cells.
2. Thrombopoietin atau TPO merupakan hormon yang diproduksi oleh hati yang
menstimulasi pembentukan platelet atau trombosit.
3. Sitokin adalah glikoprotein yang dibentuk oleh sel, seperti sel sumsum tulang,
sel darah, dan lainnya. Biasanya sitokin bekerja sebagai hormon lokal, namun
disini sitokin bekerja dalam menstimulasi proliferasi selsel progenitor di
sumsum tulang. Dua kelompok sitokin yang berperan adalah colony-
stimulating factors dan interleukin. Selain contoh diatas masih banyak
growth factor lainnya yang mempengaruhi proses hemopoiesis yang
berbeda-beda fungsi dan lokasi kerjanya.

2.2 Sistem Limfatik

Sistem limfatik atau sistem getah bening membawa cairan dan protein yang hilang
kembali ke darah. Cairan memasuki sistem ini dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa
kecil yang terjalin di antara kapiler-kapiler sistem kardiovaskuler. Apabila sudah berada
dalam sistem limfatik, cairan itu disebut limfa (lymph) atau getah bening, komposisinya kira-
kira sama dengan komposisi cairan interstisial.

Limfa berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam
jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi
ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.
Sistem limfatik mengalirkan isinya ke dalam sistem sirkulasi di dekat persambungan
vena cava dengan atrium kanan. Pembuluh limfa, seperti vena , mempunyai katup yang
mencegah aliran balik cairan menuju kapiler. Kontraksi ritmik (berirama) dinding pembuluh
tersebut membantu mengalirkan cairan ke dalam kapiler limfatik. Seperti vena, pembuluh
limfa juga sangat bergantung pada pergerakan otot rangka untuk memeras cairan ke arah
jantung.(2)
2.2.1 Anatomi Pembuluh Limfe

Pembuluh limfe merupakan muara kapiler limfe, menyerupai vena kecil dan
mempunyai katup pada lumen yang mencegah cairan limfe kembali ke jaringan.
Kontraksi otot yang berdekatan juga mencegah limfe keluar dari pembuluh.
Di sepanjang pembuluh limfa terdapat organ yang disebut nodus (simpul) limfa
(lymph node) yang menyaring limfa. Nodus limfa merupakan akumulasi padat dari sel-
sel bebas di dalam jaringan Di dalam nodus limfa terdapat jaringan ikat yang berbentuk
seperti sarang lebah denagn ruang-ruang yang penuh dengan sel darah putih. Sel-sel
darah putih tersebut berfungsi untuk menyerang virus dan bakteri. Organ-organ limfa
diantanya kelenjar getah bening (limfonodus), tonsil, tymus, limpa ( spleen atau lien) ,
limfonodulus. System limfe terdiri dari pembuluh limfe, nodus limfatik, organ limfatik,
nodul limfatik, sel limfatik.
Limfe nodes ini berperan untuk menyaring kelenjar getah bening sebelum dapat
dikembalikan ke sistem peredaran darah. Meskipun node dapat menambah atau
mengurangi ukuran sepanjang hidup, setiap node yang telah rusak atau hancur, tidak
beregenerasi. Pembuluh limfatik aferen membawa unfiltered getah bening ke node.
Produk-produk limbah sini, dan beberapa cairan, yang disaring. Di bagian lain dari node,
limfosit, yang khusus sel darah putih, membunuh patogen yang mungkin ada. Hal ini
menyebabkan pembengkakan umumnya dikenal sebagai pembengkakan kelenjar
bengkak.
Tonsil merupakan kelompok sel limfatik dan matrix extra seluler yang dibungkus
oleh capsul jaringan pemyambung, tapi tidak lengkap.Terdiri atas bagian tengah
(germinal center) dan Crypti. Tonsil ditemukan dipharyngeal yaitu :
tonsil pharyngeal (adenoid), dibagian posterior naso pharynx
tonsil palatina, posteo lateral cavum oral
tonsil lingualis, sepanjang 1/3 posterior lidah
Nodus limfaticus terdapat di sepanjang jalur pembuluh limfe berupa benda oval
atau bulat yang kecil. Ditemukan berkelompok yang menerima limfe dari bagian tubuh.
Fungsi utama nodus limfaticus untuk menyaring antigen dari limfe dan menginisiasi
respon imun. Timus terletak di mediastinum anterior berupa 2 lobus.
Limpa terletak di Quadran atas kiri abdomen, di inferior diaphragma yang
memanjang dari iga 9 11, terletak dilateralis ginjal dan posterolateral gaster. Fungsi
limfa yaitu:
Menginisiasi respon imun bila ada antigen didalam darah
Reservoir eritrosit dan platelet
Memfagosit eritrosit dan platelet yang defectiv
Phagosit bacteri dan benda asing lainnya(2)
Pembuluh limfe di bagi menjadi 3, yaitu:
1. Kapiler getah bening(2)
Merupakan pembuluh Limfe yang terkecil, membentuk anyaman yang luas &
berakhir buntu. Berfungsi: menampung cairan Limfe yang berasal dari masing-masing
kapiler .
2. Pembuluh getah bening yg lebih besar. Kapiler-kapiler getah bening bergabung dengan
pembuluh getah bening yang lebih besar .Terdiri dari saluran yang dindingnya lebih tebal
memiliki katub.
Dalam perjalanan pembuluh getah bening yang besar, pembuluh getah bening
ini mencurahkan isinya ke dalam kelenjar getah bening (Lymph Nodes).
3. Pembuluh Limfe besar
Merupakan gabungan dari pembuluh limfe, membentuk 2 pembuluh limfe
utama:
a. Ductus Lymphaticus Dexter (Pembuluh Limfe Kanan)
yaitu menerima cairan limfe dari bagian kanan atas tubuh. Pembuluh limfe
ini mengangkut limfe yang berasal dari kepala, dada sebelah kanan, dan lengan
kanan. Pembuluh limfe kanan bermuara pada pembuluh balik di bawah vena
subclavia dextra (vena yang melewati tulang selangka sebelah kanan).
b. Ductus Thoracicus (Pembuluh Limfe Dada)
Menerima cairan limfe dari bagian tubuh kiri & kanan saluran pencernaan
makanan. Pembuluh ini mengangkut limfe yang berasal dari bagian tubuh lain
dan bermuara ke pembuluh balik di bawah vena subclavia sinestra (vena yang
melewati tulang selangka kiri). Pembuluh limfe dada juga merupakan tempat
bermuaranya pembuluh kil atau pembuluh lemak, yaitu pembuluh yang
mengumpulkan asam lemak yang diserap dari usus. Lemak inilah yang
menyebabkan cairan limfe berwarna kuning keputih-putihan.
2.2 Saluran Limfe Tubuh
Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfe khusus yang mengalirkan
kelebihan cairan secara langsung dari ruang interstisial. Beberapa pengecualian antara
lain bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat, endomisium otot, dan tulang. Namun,
bahkan jaringan-jaringan tersebut mempunyai pembuluh interstisial kecil yang disebut
saluran pralimfatik yang dapat dialiri oleh cairan interstisial; pada akhirnya cairan ini
mengalir ke dalam pembuluh limfe atau, pada otak, mengalir ke dalam cairan
serebrospinal dan kemudian langsung kembali ke dalam darah.
Pada dasarnya, seluruh pembuluh limfe dari bagian bawah tubuh pada akhirnya
akan bermuara ke duktus torasikus, yang selanjutnya bermuara ke dalam sistem darah
vena pada pertemuan antara vena jugularis interna kiri dan vena subclavia kiri.
Cairan limfe dari sisi kiri kepala, lengan kiri, dan sebagian toraks juga memasuki
duktus torasikus sebelum bermuara ke dalam vena.
Cairan limfe dari sisi kanan leher dan kepala, lengan kanan, dan bagian kanan
toraks memasuki duktus torasikus kanan (jauh lebih kecil daripada duktus torasikus),
yang akan bermuara ke dalam sistem darah vena pada pertemuan antara vena subclavia
kanan dan vena jugularis interna.
Vasa lymphatica
Vasa lymphatica berawal sebagai ujung-ujung saluran buntu yang
membentuk formasi menjari, dengan dinding kapiler yang tipis dalam
jaringan ikat. Mereka membentuk formasi jaringan kapiler tiga dimensi
yang mengalir menuju vasa lymphatica yang mengkoleksi limfe yang
lebih besar dan lebih tebal dindingnya, kemudian ductus dan truncus
lymphaticus. Akhirnya limfe dari truncus dan ductus lymphaticus
ditumpahkan ke vena cava cranialis di thoracic inlet.
Lymph capillaries, vasa lymphatica, lymph node, vasa
lymphatic, cisterna Chyli, thoracic duct
Urutan pembuluh yang dilalui oleh cairan limfe, mulai dari kapiler
limfe sampai ductus thoracicus.

Ilustrasi saluran limfe (limphatica) yang berawal sebagai ujung buntu


dengan epitel yang saling overlapping dan bentukan katur di sepanjang
pembuluh tersebut yang mencegah kembalinya aliran limfe.
2.2.3 Kapiler Limfe Terminal Dan Permeabilitasnya
Sebagian besar cairan yang merembes dari ujung arterial kapiler darah, mengalir di
antara sel-sel dan akhirnya direabsorpsi kembali ke dalam ujung vena dari kapiler darah;
tetapi rata-rata, sekitar 1/10 dari cairan tersebut malah memasuki kapiler limfe dan
kembali ke darah melalui sistem limfatik dan bukan melalui kapiler vena. Jumlah total
cairan limfe yang kembali ini normalnya hanya 2 sampe 3 liter per hari.
Cairan yang kembali ke sirkulasi melalui sistem limfatik sangat penting karena zat-
zat dengan berat molekul tinggi, seperti protein, tidak dapat diabsorpsi dengan cara lain,
meskipun protein tersebut dapat memasuki kapiler limfe hampir tanpa hambatan.
Penyebab hal tersebut ialah adanya struktur khusus pada kapiler limfe.
Sel-sel endotel kapiler limfe yang dilekatkan oleh filamen penambat ke jaringan
ikat sekitarnya. Pada pertautan antar sel-sel endotel yang berdekatan, tepi dari sebuah sel
endotel menutupi tepi sel yang berdekatan sedemikian rupa sehingga tepi yang menutupi
tersebut bebas menutup ke dalam, yang membentuk suatu katup kecil yang membuka ke
bagian dalam kapiler limfe. Cairan interstisial, bersama dengan partikel tersuspensinya,
dapat mendorong katup unutk membuka dan mengalir langsung ke dalam kapiler limfe.
Tetapi cairan ini sulit untuk meningggalkan kapiler begitu sudah masuk karena setiap
aliran balik akan menutup katup. Jadi, sistem limfatik mempunyai katup di bagian paling
ujung dari kapiler limfatik terminal dan mempunyai katup di sepanjang pembuluh limfe
berukuran lebih besar sampai pada titik tempat sistem tersebut bermuara ke dalam
sirkulasi darah.
2.2.4 Pompa Kapiler Limfe
Kapiler limfe terminal juga memompa cairan limfe, selain pemompaan limfe oleh
pembuluh limfe besar. Dinding kapiler limfe melekat erat pada sel-sel jaringan sekitarnya
melalui filamen-filamen penambatnya. Oleh karena itu, setiap kali kelebihan cairan
memasuki jaringan dan menyebabkan cairan membengkak, filamen penambat akan
menarik kapiler limfe, dan cairan akan mengalir ke dalam kapiler limfe terminal melallui
pertautan di antara sel-sel endotel. Kemudian, ketika jaringan tertekan, tekanan di dalam
kapiler meningkat dan menyebabkan tepi-tepi sel endotel yang tumpang tindih menutup
seperti katup. Oleh karena itu, tekanan akan mendorong cairan limfe masuk ke dalam
saluran limfe pengumpul dan bukan bergerak mundur melalui pertautan sel.
Sel-sel endotel kapiler limfe juga mengandung beberapa filamen aktomiosin yang
bersifat kontraktil. Oleh karena itu, sebagian kecil dari pemompaan limfe dapat
disebabkan oleh kontraksi sel endotel kapiler lmfe selainkontraksi otot saluran limfe
yang berukuran lebih besar.
2.2.5 Faktor Pendorong Gerak Cairan Limfe(2)
Cairan limfe adalah cairan mirip plasma dengan kadar protein lebih rendah.
Kelenjar limfe menambahkan limfosit, sehingga dalam saluran limfe jumlah selnya
besar.
Faktor pendorong gerak cairan limfe:
Pembuluh limfa mirip vena, punya katup yang bergantung pada pergerakan
otot rangka untuk memecah cairan ke arah jantung.
Perlawanan pertama yang dilakukan tubuh adalah dengan respon immun
non spesifik : sel makrofag dan cairan limfa. Sehingga cairan limfatik
mengalir melalui sistem limfatik yang berfungsi juga dalam sirkulasi sistem
immun seluler.
Karena fungsi dari sistem saluran limfe juga untuk mengembalikan cairan
dan protein dari jaringan kembali ke darah melalui sistem limfatik, maka
faktor pendorong gerak cairan limfe juga dikarenakan adanya cairan yang
keluar dari kapiler darah
Kedudukan system limfatik pada peredaran darah dapat digambarkan seperti
gambar di bawah ini:
2.2.6 Fungsi Sistem Limfatik(2)
Secara garis besar, sistem limfatik mempunyai 3 fungsi, yaitu aliran cairan
interestial, mencegah infeksi, dan pengangkutan lipid.
1. Aliran cairan interstisial
Cairan interestial yang menggenangi jaringan secara terus menerus yang
diambil oleh kapiler kapiler limfatik disebut dengan Limfa. Limfa mengalir melalui
sistem pembuluh yang akhirnya kembali ke sistem sirkulasi.
Ini dimulai pada ekstremitas dari sistem kapiler limfatik yang dirancang untuk
menyerap cairan dalam jaringan yang kemudian dibawa melalui sistem limfatik yang
bergerak dari kapiler ke limfatik (pembuluh getah bening) dan kemudian ke kelenjar
getah bening. Getah bening ini disaring melalui benjolan dan keluar dari limfatik
eferen. Dari sana getah bening melewati batang limfatik dan akhirnya ke dalam
saluran limfatik. Pada titik ini getah bening dilewatkan kembali ke dalam aliran darah
dimana perjalanan ini dimulai lagi.
Mencegah infeksi
Sementara kapiler getah bening mengumpulkan cairan interstisial mereka juga
mengambil sesuatu hal lain seperti virus dan bakteri, ini terbawa dalam getah bening
sampai mereka mencapai kelenjar getah bening yang mana dirancang untuk
menghancurkan virus dan bakteri dengan menggunakan berbagai metode.
Pertama sel makrofag menelan bakteri, ini dikenal sebagai fagositosis. Kedua
sel limfosit menghasilkan antibodi, ini dikenal sebagai respon kekebalan tubuh.
Proses ini diharapkan akan berhubungan dengan semua infeksi yang berjalan melalui
getah bening tetapi sistem limfatik tidak meninggalkan ini di sana. Beberapa sel
Limfosit akan meninggalkan node dengan perjalanan di getah bening dan memasuki
darah ketika getah bening bergabung kembali, ini memungkinkan untuk menangani
infeksi pada jaringan lain. Ini bukan satu-satunya daerah dimana perlawanan
berlangsung, limpa juga menyaring darah dengan cara yang sama seperti sebuah
nodus yang menyaring getah bening, sel B dan sel T yang bermigrasi dari sumsum
tulang merah dan Thymus yang telah matang pada limpa (Ada 3 jenis sel T yang
menakjubkan, itu adalah memori T sel yang dapat mengenali patogen yang telah
memasuki tubuh sebelumnya. Dan dapat menangani mereka dengan lebih cepat, sel T
lainnya disebut helper dan sitotoksik) yang melaksanakan fungsi kekebalan,
sedangkan sel makrofag limpa menghancurkan sel-sel darah patogen yang dilakukan
oleh fagositosis. Ada nodul limfatik seperti amandel yang menjaga terhadap infeksi
bakteri yang mana ini menggunakan sel limfosit. Kelenjar timus mematangkan sel
yang diproduksi di sumsum tulang merah. Setelah sel-sel ini matang, sel sel ini
kemudian bermigrasi ke jaringan limfatik seperti amandel yang mana kemudian
berkumpul pada suatu wilayah dan mulai melawan infeksi. Sumsum tulang Merah
memproduksi sel B dan sel T yang bermigrasi ke daerah lain dari sistem getah bening
untuk membantu dalam respon kekebalan.
Pengangkutan Lipid
Jaringan kapiler dan pembuluh juga mengangkut lipid dan vitamin yang larut
lemak A, D, E dan K ke dalam darah, yang menyebabkan getah bening berubah warna
menjadi krem. Lipid dan vitamin yang diserap dalam saluran pencernaan dari
makanan dan kemudian dikumpulkan oleh getah bening pada saat ini dikirimkan ke
darah. Tanpa sistem limfatik kita akan berada dalam kesulitan, memiliki masalah
dengan banyak penyakit. Jaringan tubuh akan menjadi macet dengan cairan dan sisa -
sisa yang membuat kita menjadi bengkak. Kita juga akan kehilangan vitamin yang
diperlukan.
2.2.7 Perbandingan Sistem Kardiovaskular dan Sistem Limfatik
Tabel 1. Perbandingan Sistem Kardiovaskular dan Sistem Limfatik(2)
N Sistem kardiovaskular Sistem limfatik (Getah bening)
O (Darah)
1 Darah bertanggung jawab Getah bening bertanggung jawab
untuk mengumpulkan dan untuk mengumpulkan dan
mendistribusikan mengeluarkan produkproduk sisa
oksigen, nutrisi dan hormon ke tertinggal dalam jaringan.
seluruh
jaringan tubuh.
2 Darah mengalir dalam suatu Getah bening mengalir dalam
loop terus menerus tertutup rangkaian
seluruh tubuh melalui arteri, terbuka dari jaringan ke pembuluh
kapiler, dan vena. limfatik.
Setelah di dalam kapal ini, getah
bening mengalir hanya satu arah.
3 Darah dipompa tubuh. Jantung Getah tidak dipompa. Hal pasif
memompa Darah ke dalam mengalir
arteri yang membawa ke semua dari jaringan ke kapiler getah
dari. Vena kembali darah dari bening. Aliran dalam pembuluh
seluruh bagian tubuh ke limfatik dibantu oleh gerakan tubuh
jantung. lainnya seperti pernapasan dan
tindakan otot di dekatnya dan
pembuluh darah.
4 Darah terdiri dari plasma cair Getah bening yang telah disaring
yang dan siap
mengangkut sel-sel darah putih untuk adalah cairan putih susu atau
dan merah dan platelet. jelas.
5 Darah terlihat dan kerusakan Getah tidak terlihat dan kerusakan
pembuluh darah menyebabkan pada sistem limfatik sulit untuk
tanda-tanda jelas seperti mendeteksi sampai bengkak terjadi.
perdarahan atau memar.
6 Darah disaring oleh ginjal. Limfe disaring oleh kelenjar getah
Semua darah mengalir melalui bening
ginjal di mana sampah produk di seluruh tubuh. Simpul tersebut
dan cairan kelebihan dihapus. menghapus beberapa cairan dan
Diperlukan cairan dikembalikan puingpuing. Mereka juga
ke sirkulasi jantung. membunuh patogen dan beberapa
sel-sel kanker.
7 Pembuluh darah kerusakan atau Limfatik kapal kerusakan atau
insufisiensi menghasilkan insufisiensi
pembengkakan yang berisi menghasilkan pembengkakan yang
cairan protein rendah. berisi
cairan kaya protein.

Tabel 2. Perbedaan sistem sirkulasi imfa dan sistem sirkulasi darah(1)


Aliran darah yang dipompa oleh jantung diedarkan di seluruh tubuh dan
dibersihkan dengan menjadi disaring oleh ginjal. Sistem limfatik tidak memiliki pompa
untuk membantu dalam alirannya, sistem ini dirancang sedemikian rupa sehingga hanya
getah bening mengalir ke atas melalui tubuh perjalanan dari ekstremitas (kaki dan
tangan) dan ke atas melalui tubuh menuju leher. kemudian berjalan melalui tubuh,
melewati getah bening kelenjar getah bening di mana ia disaring. Pada pangkal leher,
getah bening memasuki vena subklavia dan sekali lagi menjadi plasma dalam aliran
darah.(2)

Anda mungkin juga menyukai