PEMBAHASAN
beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, jantung, saraf, dan pembuluh darah
(Purnamasari, 2014).
Sesuai dengan hasil penelitian dari data rekam medis pasien DM tipe 2
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 januari 2014 31 Desember 2014
didapatkan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini
dikaitkan dengan teori bahwa perempuan lebih berisiko mengidap diabetes karena
secara fisik perempuan memiliki peluang untuk terjadi peningkatan indeks massa
tubuh (IMT) yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome),
Selain itu, kaum lansia juga mengalami masalah khusus yang memerlukan
mikrovaskular dari DM. Umur memang sangat erat kaitanya dengan terjadinya
51
52
kenaikan konsentrasi glukosa darah, sehingga pada golongan umur yang makin
resistensi insulin pada lansia dapat disebabkan oleh 4 faktor perubahan komposisi
tubuh: massa otot lebih sedikit dan jaringan lemak lebih banyak, menurunnya
aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan jumlah reseptor insulin yang siap
berikatan dengan insulin, perubahan pola makan lebih banyak makan karbohidrat
diabetes melitus tipe 2 yang datang ke poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Saiful
Anwar Kota Malang dengan kadar HbA1c yang buruk. Hal ini mengindikasikan
bahwa pasien DM tipe 2 yang datang ke poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Saiful
Anwar Kota Malang tersebut cenderung tidak dapat pola makan dan hidup sehat
dalam jangka lama. Kadar HbA1c yang tinggi menandakan kondisi hiperglikemia
yang tidak terkendali selama 3 bulan yang lalu (Niazi et al., 2010).
53
terjadi. Kontrol HbA1c yang baik (<7%) pada pasien DM dapat menurunkan
(2011), kadar gula darah merupakan salah satu faktor yang harus dikendalikan
supaya tidak terjadi komplikasi yang diakibatkan oleh peningkatan gula darah
kronik.
6.3 Deskripsi Umur, HbA1c dan Retinopati Diabetik pada Pasien DM Tipe 2
diabetes maka semakin banyak pasien dengan kadar HbA1c tinggi dan semakin
disebabkan oleh karena proses apoptosis sel yang dimulai pada umur lebih dari 45
tidak terkendali, dan pasien berisiko tinggi mengalami komplikasi jangka panjang,
keadaan retinopati. Kedua hal tersebut menjelaskan mengapa orang tua lebih
6.4 Hubungan kadar HbA1c terhadap Retinopati Diabetik pada pasien DM tipe 2
54
Hasil analisis data pada bab sebelumnya diketahui bahwa pasien yang
daripada kadar HbA1c < 7%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Stratton (2001), penurunan komplikasi DM akan terlihat bila kadar
terhadap derajat berat retinopati diabetika. Hal ini disebabkan karena HbA1c
(Davidson, 2002).
menunjukkan bahwa kadar HbA1c yang tinggi memiliki risiko lebih besar untuk
perubahan anatomi pada retinopati diabetika dibagi menjadi tiga, yaitu secara
paling berhubungan. Diduga ada beberapa teori yang dapat dijelaskan, yaitu
product), teori reactive oxygen intermediate (ROI), dan teori protein kinase C
Hasil analisis data antara HbA1c dan retinopati diabetik tidak menunjukkan
hubungan antara HbA1c dengan kejadian retinopati diabetik. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Lee et al. (2015) yang
melibatkan lebih dari 13.000 pasien diabetes dari kelompok Asia multietnis dari
Cina, Melayu, dan India HbA1c sangat berpengaruh terhadap kajadian retinipati
diabetik. Ketika terjadi peningkatan kadar HbA1c terhadap pasien diabetes maka
diakibatkan oleh hiperglikemia pada pasien diabetes. Selain itu. Cheng et al.
Hubungan yang tidak bermakna pada penelitian ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Menurut penelitian Shiddiq (2011) ada beberapa faktor yang
al. (2013) setelah dilakukan pengmatan terhadap pasien diabetes melitus tipe yang
diabetik.
retinopati diabetik. Hasil analisis yang telah dilakukan oleh Arbab et al. (2008)
sistolik lebih tinggi dari pada pasien diabetes tanpa retinopati diabetik. Menurut
kejadian dan keparahan dari retinopati diabetik. Hal ini disebabkan oleh
retinopati diabetik.
Selain itu, dalam penelitian ini hanya melihat faktor resiko retinopati
diabetik yang disebabkan oleh hiperglikemia kronis, tanpa melihat faktor resiko
obesitas, kehamilan.
secara waktual dalam satu waktu tertentu, sehingga sulit untuk menentukan mana
yang berarti hubungan antara kriteria HbA1c dengan status retinopati diabetik
responden termasuk kategori sangat lemah. Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara kadar HbA1c yaang tinggi dengan kejadian