Anda di halaman 1dari 10

Definisi

Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water seal
untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura)
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga
pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura/lubrican.
2.2 Tujuan
a) Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
b) Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
c) Mengembangkan kembali paru yang kolaps
d) Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
e) Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan
negatif rongga tersebut
2.3 Indikasi Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
2.3.1 Pneumothoraks
a) Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
b) Luka tusuk tembus
c) Klem dada yang terlalu lama
d) Kerusakan selang dada pada sistem drainase
2.3.2 Hemothoraks
a) Robekan pleura
b) Kelebihan antikoagulan
c) Pasca bedah thoraks
d) Hemopneumothorak
2.3.3 Thorakotomy :
a) Lobektomy
b) Pneumoktomy
2.3.4 Efusi pleura : Post operasi jantung
2.3.5 Emfiema :
a) Penyakit paru serius
b) Kondisi indflamsi
2.3.6 Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
2.3.7 Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
2.4 Kontraindikasi
a. Infeksi pada tempat pemasangan
b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol
2.5 Komplikasi
a) Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
b) Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
c) Komplikasi lainnya : laserasi (yang mencederai organ: hepar, lien), perdarahan, empisema subkutis,
tube terlepas, tube tersumbat
2.6 Macam-macam WSD (Water Seal Drainage)
2.6.1 WSD dengan sistem satu botol
Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua lobang, satu
untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol. Air steril
dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke
dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru.
Keuntungannya:
a) Penyusunannya sederhana
b) Mudah untuk pasien yang berjalan
Kerugiannya:
a) Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang diperlukan
b) Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol
c) Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran
drainase
Hal yang harus diperhatikan:
a) Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena menyebabkan paru
kolaps.
b) Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk mengeluarkan
cairan atau udara.
c) Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena adanya kinking,
clotting atau perubahan posisi chest tube.
d) Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura
keluar
e) Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
f) Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
Inspirasi akan meningkat
Ekpirasi menurun
2.6.2 WSD dengan sistem dua botol
adalah sebagai botol penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol,
penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi
udara.Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang
pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat dihubungkan
dengan suction control. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga
pleura masuk ke water seal botol 2.

Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura
ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD. Biasanya digunakan
untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural.
Keuntungannya:
a) Mempertahankan water seal pada tingkat konstan
b) Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik
Kerugiannya:
a) Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke dalam area pleura.
b) Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
c) Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.

2.6.3 WSD dengan sistem tiga botol


Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang
digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan. Paling aman untuk mengatur
jumlah hisapan. Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah
hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD.
Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang
pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat dihubungkan
dengan suction control. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga
pleura masuk ke water seal botol 2.
Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura
ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD. Biasanya digunakan
untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural.
Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan. Botol ke-3 mempunyai
3 selang, yaitu:
1. Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
2. Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
3. Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer
Keuntungannya:
Sistem paling aman untuk mengatur pengisapan.
Kerugiannya:
a) Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan dan
pemeliharaan.
b) Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi

2.6.4 Unit drainage sekali pakai


1. Pompa penghisap Pleural Emerson
Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai pengganti penghisap di dinding. Pompa
Penghisap Emerson ini dapat dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga botol.
Keuntungannya:
Plastik dan tidak mudah pecah
Kerugiannya:
Mahal
Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit terbalik.

2. Fluther valve
Keuntungannya:
Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik.
Kurang satu ruang untuk mengisi
Tidak ada masalah dengan penguapan air
Penurunan kadar kebisingan
Kerugiannya:
Mahal
Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra pleural karena tidak adanya
fluktuasi air pada ruang water seal.

3. Calibrated spring mechanism


Keuntungannya:
Mampu mengatasi volume yang besar
Kerugiannya:
Mahal
Tempat Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
3.1.1 Bagian apeks paru (apikal)
Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura.
3.1.2 Bagian basal
Posterolateral interkosta ke 8 9 untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura.
3.2 Cara Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
3.2.1 Persiapan
1) Pengkajian
a. Memeriksa kembali instruksi dokter
b. Mengecek inform consent
c. Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan
2) Persiapan pasien
a. Siapkan pasien
b. Memberi penjelasan kepada pasien mencakup:
- Tujuan dan prosedur tindakan
- Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD (Water Seal Drainage).
- Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti napas dalam, distraksi.
- Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu dan lengan.
3) Persiapan alat
1. Sistem drainase tertutup
2. Motor suction
3. Selang penghubung steril
4. Cairan steril : NaCl, Aquades
5. Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter
6. Kassa steril
7. Pisau jaringan
8. Trocart
9. Benang catgut dan jarumnya
10. Sarung tangan
11. Duk bolong
12. Spuit 10 cc dan 50 cc
13. Obat anestesi : lidocain, xylocain
14. Masker

3.2.2 Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan baik,
dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.
1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksilaris anterior dan
media.
2. Lakukan analgesia atau anestesia pada tempat yang telah ditentukan.
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus interkostalis
4. Pada saat inspirasi:
Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
Paru- paru mengembang
5. Pada saat ekspirasi:
Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
6. Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari melalui lubang
tersebut. untuk memastikan sudah sampai rongga pleura atau menyentuh paru.
7. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps.
8. Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada.
9. Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan.
10. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan

3.2.3 Tindakan setelah prosedur


1) Perhatikan undulasi pada selang WSD
Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain:
Motor suction tidak berjalan
Slang tersumbat dan terlipat
Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi system drainage, amati
tanda-tanda kesulitan bernafas.
2) Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar.
3) Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta
pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air.
4) Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar.
5) Observasi tanda vital : pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama.
6) Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan.
7) Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai slang terlipat.
8) Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi.
9) Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu.
10) Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang.
11) Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran.
12) Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan.
13) Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif.
14) Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.
15) Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.
16) Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian
bahu daerah pemasangan WSD.

3.3 Perawatan WSD (Water Seal Drainage)


1. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu
diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori
waktu menyeka tubuh pasien.
2. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik
oleh dokter.
3. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
a) Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan
bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.
b) Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi
tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan,
atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
c) Mendorong berkembangnya paru-paru.
Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
Latihan napas dalam.
Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.
Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
4. Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam
melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang,
perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
Suction harus berjalan efektif :
a) Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam
setelah operasi.
b) Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan pernapasan,
denyut nadi, tekanan darah.
c) Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik, coba
merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian
operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang
bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
d) Perawatan slang dan botol WSD atau Bullow drainage.
Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat.
Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang keluar
dari bullow drainage.
Penggantian botol harus tertutup untuk mencegah udara masuk yaitu mengklem slang pada dua
tempat dengan kocher.
Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap steril.
Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung
tangan. \
5. Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol
terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)

Cara mengganti botol WSD (Water Seal Drainage)


1. Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aguades ditambah desinfektan.
2. Selang WSD diklem dulu
3. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
4. Amati undulasi dalam selang WSD

3.4 Indikasi Pelepasan WSD (Water Seal Drainage)


1) Produksi cairan <50 cc/hari
2) Bubling atau gelembung sudah tidak ditemukan
3) Pernafasan pasien normal
4) 1-3 hari post cardiac surgery
5) 2-6 hari post thoracic surgery
6) Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya cairan atau
udara pada rongga intra pleura
7) Selang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan Spooling atau pengurutan pada selang.

Definisi Colostomi
Colostomi merupakan Suatu tindakan membuat lubang pada kolon tranversum kanan maupun
kiri Atau kolonutaneustomi yang disebut juga anus prenaturalis yang dibuat sementara atau menetap.
Colostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang
dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat
sementara. Colostomi dapat menimbulkan komplikasi dan perubahan konsep diri pasien.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa colostomi merupakan suatu membuatan
lubang di dinding perut dengan tujuan untuk mengeluarkan faces dapat bersifat sementara ataupun
permanen
Indikasi Colostomi
1. Atresia Ani , adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun
kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada
pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
2. Penyakit peradangan usus akut, Terjadi karena kotoran menumpuk dan menyumbat usus di bagian
bawah yang membuat tak bisa BAB. Penumpukan kotoran di usus besar ini akan membuat
pembusukan yang akhirnya menjadi radang usus.
3. Tidak memiliki anus (imperforata anus), Kelainan ini biasanya diketahui sejak lahir. Diduga
karena terjadi infeksi saat ibu hamil yang membuat konstruksi usus ke anus tidak lengkap hingga atau
karena kelainan genetik.
4. Hirschsprung, yaitu kelainan bawaan sejak lahir karena kondisi saraf di usus besar yang tidak
berfungsi normal. Akibatnya kotoran akan menumpuk di usus bawah karena fungsi saraf yang
mendorong kotoran keluar tidak berjalan. Kondisi ini membuat penderitanya terutama bayi tidak bisa
BAB selama berminggu-minggu yang akhirnya timbul radang usus. Bagian usus yang tak ada
persarafannya ini harus dibuang lewat operasi.
Kontra indikasi
- Baru menjalani pembedahan jahitan belum pulih
- Penyakit menetap di dalam kolon
- Fasilitas kebersihan tidak adekuat
Jenis Colostomi Berdasarkan Lubang dan Lama Penggunaannya
Berdasarkan lubang colostomy dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Single barreled stoma
Yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup.
2. Double barreled
Biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung kolon yang direksesi dikeluarkan melalui dinding
abdominal mengakibatkan dua stoma.Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal
mengalirkan feses.
3. Kolostomi lop-lop
Yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat dengan glass
rod.Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat dipermukaan
terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong.
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa
macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun
sementara.
1. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk
defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid
atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa
kolostomi single barrel (dengan satu ujung lubang.
2. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses
sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali.
Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang
disebut colostomy double barrel.

D. Komplikasi Colostomi
Insidens komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi dibandingkan pasien
ileostomi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal
dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit
atau lemah. Kebocoran dari anastomotik usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan,
peningkatan suhu, serta tanda shock. Perbaikan pembedahan diperlukan (Brunner dan Suddarth,
2000).
Pasien dengan kolostomi harus menghubungi dokter atau perawat bila ditemukan komplikasi
seperti:
bau yang tidak biasa yang berlangsung lebih dari seminggu.
perubahan ukuran dan bentuk dari stoma yang tidak biasa
Obstruksi pada stoma dan / atau prolaps dari stoma tersebut.
perdarahan yang berlebihan dari pembukaan stoma, atau jumlah sedang dalam kantong
cedera yang parah dari stoma.
perdarahan terus-menerus di peralihan antara stoma dan kulit.
iritasi kulit kronis.
Stenosis dari stoma (penyempitan).
Perawatan Colostomi
Perawatan Kolostomi adalah Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma dan mengganti
kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

Tujuan
meningkatkan kebersihan klien
mencegah terjadinya infeksi
mencegah iritasi kulit sekitar stoma
mempertahankan kenyamanan kulit dan lingkungan sekitar stoma
PERSIAPAN ALAT
1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain persegi empat
2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3. pasang sarung tangan steril
4. Kantong untuk balutan kotor
5. Baju ruangan / celemek
6. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi
7. Zink salep
8. Perlak dan alasnya
9. Plester dan gunting
10. Bila perlu obat desinfektan
11. bengkok 2 buah
12. Bak instrumen berisi pinset
13. tampon vagina
14. korentang
VII. PERSIAPAN KLIEN

1.Memberitahu klien
2.Menyiapkan lingkungan klien
3.Mengatur posisi tidur klien.
VIII. PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan
2. letakkan alat kedekat pasien
3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma
4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan kiri menekan
kulit pasien
7. Meletakkan colostomy bag kotor dalam bengkok
8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
9. Memasang tampon vagina
10. Cuci tangan
11. Memasang sarung tangan
12. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas sublimat / kapas hangat (air
hangat)/ NaCl
13. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan kassa steril.
14. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
15. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy
16. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan pasien
17. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
18. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya
19. Merapikan klien dan lingkungannya
20. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
21. Melepas sarung tangan
22. Mencuci tangan
23. Mengevaluasi keadaan pasien
24. Membuat laporan

Anda mungkin juga menyukai