Anda di halaman 1dari 6

PENYULUHAN PHBS DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN

SD NEGERI 2 SEREANG

I. LATAR BELAKANG
Sekolah, khususnya Sekolah Dasar sebagai jenjang paling dasar pendidikan
formal di Indonesia hendaknya menyelenggarakan suatu upaya kesehatan sekolah
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup
sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis
dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, yang
diselenggarakan melalui sekolah formal dan informal atau melalui lembaga
pendidikan lain.
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pendekatan yang tepat untuk
memberikan pelayanan bagi anak usia sekolah khususnya sekolah dasar. Pendekatan
yang cukup strategis adalah melalui program Unit Kesehatan Sekolah (UKS).
Pembinaan dan Pengembangan Unit Kesehatan Sekolah adalah upaya
pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, sadar, berencana,
terarah, dan bertanggung jawab dalam menanamkan, menumbuhkan,
mengembangkan, dan membimbing untuk menghayati, menyenangi, dan
melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Anak usia sekolah menjadi sasaran pendidikan dan pelayanan kesehatan karena:
1. Populasinya tergolong besar karena jumlah anak usia sekolah mencapai 30% dari
jumlah penduduk (Depkes, 2008).
2. Mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik di Institusi-institusi sekolah.
3. Pendidikan dan pelayanan kesehatan yang diberikan sejak dini jauh lebih baik
daripada diberikan pada usia yang sudah agak terlambat.
4. Anak usia sekolah merupakan generasi penerus yang potensial karena sebentar lagi
mereka akan berumah tangga, menjadi orang tua dan mempunyai anak, maka nasib
anak-anaknya dalam bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan banyak bergantung
kepada mereka.
5. Masalah kesehatan yang dialami anak usia sekolah ternyata sangat kompleks dan
bervariasi.
6. Banyak kegiatan dapat diintegrasikan dengan program Unit Kesehatan Sekolah
(UKS).
7. Anak usia sekolah merupakan sumber daya manusia (SDM) yang sangat berharga
bagi negara.
Beberapa penyakit seperti diare, sering terjadi di masyarakat. Penyakit
tersebut, beberapa diantaranya dapat timbul karena kurangnya menjaga kebersihan
diri. Mencuci tangan dengan sabun, merupakan sakah satu contoh perilaku sederhana
yang cukup ampuh untuk mencegah penyebaran penyakit menular ataupun masuk
melalui mulut. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut akan sangat baik
jika ditanamkan sejak dini sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baik.

Adapun Indikator PHBS di sekolah dianataranya adalah :

1. Mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun

2. mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

4. Olahraga teratur dan terukur

5. Memberantas jentik nyamuk di sekolah

6. Tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah

7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

8. Membuang sampah pada tempatnya

Dengan diadakannya program ini diharapkan agar generasi muda seperti anak-
anak dapat membiasakan diri untuk selalu menjaga kebersihan yang dimulai dari diri
sendiri sehingga dapat tercipta perilaku hidup bersih dan sehat.

II. PERMASALAHAN DI KELUARGA DAN MASYARAKAT


Yang masih menjadi masalah sampai hari ini adalah tidak semua masyarakat
memahami dan melaksanakan pola hidup bersih dan sehat. Orang tua yang diharapkan
member keteladanan yang baik dianggap tidak sepenuhnya dapat melaksanakan hal
tersebut. Oleh karena itu edukasi perlu diberikan kepada anak-anak agar dapat
mengetahui pola hidup sehat dan kemudian meminta mereka mengajarkannya kepada
teman-temannya yang lain.
Kurangnya perhatian orangtua terhadap anak-anak mereka, juga masih
menjadi masalah, terutama orangtua dengan tingkat pendidikan rendah. Kesadaran
mereka untuk memeriksakan anak ke dokter masih rendah. Oleh karena itu, perlu
dilakukan screening (penjaringan) pada anak-anak sekolah untuk mengetahui
kesehatan para siswa. Upaya screening ini sangat penting karena merupakan suatu
upaya kesehatan yang bersifat pencegahan (preventif) yang ditujukan kepada anak
usia awal sekolah dasar yang kadang kurang diperhatikan secara khusus oleh orangtua
siswa.

III. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Kegiatan ini dilakukan dengan metoda pemberian materi Cara Mencuci
Tangan yang Baik dan Benar dan pemeriksaan kesehatan siswa meliputi pemeriksaan
fisik mulai dari mata, telinga, gigi dan penilaian status gizi .

IV. PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilakukan pada siswa dan siswi kelas 1 di sekolah dasar yaitu SD
Negeri 2 Sereang pada tanggal 09 September 2014.
Setelah memberi salam dan perkenalan pemateri terlebih dahulu
menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi
disampaikan. Kemudian pemateri memberi pertanyaan pembuka untuk mengetahui
tingkat pengetahuan peserta (pretest) tentang materi yang akan diberikan.
1. Tahap Penyajian Materi
Penyajian materi sesuai dengan materi penyuluhan yaitu cara mencuci tangan
yang baik dan benar. Agar lebih menarik, materi penyuluhan disampaikan dengan cara
memanggil satu orang siswa sebagai perwakilan kemudian mempraktekkan cara
mencuci tangan.
2. Tahap Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan dimulai dengan pengukuran tinggi badan dan berat
badan kemudian dilakukan pemeriksaan fisik mulai dari mata, Telingga, dan gigi.

V. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Dokter datang tepat waktu dimana pada saat jam pelajaran sekolah.

2. Evaluasi Proses
Siswa yang hadir di SD Negeri 2 Sereang sebanyak 25 orang. Pelaksanaan
penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan berjalan sebagaimana yang diharapkan
dimana siswa antusias mengikuti penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan.
3. Evaluasi Hasil
Berdasarkan hasil pemeriksaan di SD Negeri 2 Sereang diperoleh hasil sekitar
72% siswa (18 orang) yang menderita serumen obsturan dan 16% siswa (4 orang)
yang menderita kelainan refraksi (miop).
Mereka kemudian dianjurkan untuk datang ke puskesmas untuk dilakukan
toilet telinga bagi mereka yang menderita serumen obsturan dan di rujuk ke spesialis
mata bagi mereka yang menderita kelainan refraksi (miop).

PESERTA PENDAMPING

dr. Nur Azizah dr. Hj. Eny Nuraeny


Berdasarkan hasil pemeriksaan di SD Negeri 2 Sereang diperoleh hasil sekitar
72% siswa (18 orang) yang menderita serumen obsturan dan 16% siswa (4 orang)
yang menderita kelainan refraksi (miop).
Mereka kemudian dianjurkan untuk datang ke puskesmas untuk dilakukan
toilet telinga bagi mereka yang menderita serumen obsturan dan di rujuk ke spesialis
mata bagi mereka yang menderita kelainan refraksi (miop).

PESERTA PENDAMPING

dr. Nur Aulia dr. Hj. Eny Nuraeny


Berdasarkan hasil pemeriksaan di SD Negeri 2 Sereang diperoleh hasil sekitar
72% siswa (18 orang) yang menderita serumen obsturan dan 16% siswa (4 orang)
yang menderita kelainan refraksi (miop).
Mereka kemudian dianjurkan untuk datang ke puskesmas untuk dilakukan
toilet telinga bagi mereka yang menderita serumen obsturan dan di rujuk ke spesialis
mata bagi mereka yang menderita kelainan refraksi (miop).

PESERTA PENDAMPING

dr. Ahmad Andi Sameggu dr. Hj. Eny Nuraeny

Anda mungkin juga menyukai