PENDAHULUAN
1
suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi
disebut penyakit bawaan makanan (food borned diseases). Menurut WHO 2012,
penyakit bawaan makanan seperti diare, disentri, kolera dan tifus merupakan
permasalahan kesehatan masyarakat yang banyak membebani. Penyakit tersebut
merenggut banyak korban dalam kehidupan manusia dan menyebabkan kematian.
Penyakit bawaan makanan merupakan salah satu penyebab utama kematian di
negara berkembang dan menyebabkan 1,9 juta kematian orang per tahun di
tingkat global. Bahkan di negara maju 1/3 dari populasi terinfeksi penyakit
bawaan makanan.(Adam YMNN, 2011).
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa setiap tahunnya di Amerika
Serikat, terdapat 1 dari 6 orang atau 48 juta orang sakit, yang dirawat di rumah
sakit sebanyak 128.000 dan sebanyak 3.000 meninggal dari kasus penyakit
bawaan pangan.(Rudiyanto, 2007).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, penyakit
menular yang ditularkan melalui makanan dan minuman (foodborne diseases)
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden terdiri dari tifoid
2,2%, hepatitis 1,2% dan diare 3,5%. Kejadian ini terjadi pada anak usia sekolah
(514 tahun), kejadian diare menempati urutan ke5 terbanyak setelah kelompok
usia, balita dan lansia yaitu sebesar 9,0%. Data direktorat dan penyuluhan
keamanan pangan badan POM Republik Indonesia menunjukkan pada tahun
2009, jumlah korban keracunan makanan sebanyak 7.815 orang dengan jumlah
kasus sebanyak 3.239 kasus. Pada tahun 2012 terjadi 11 kasus keracunan di
Sumatera Barat.
Makanan siap saji selalu mengalami proses penyediaan, pemilihan bahan
mentah, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan sampai penyajian. Dari semua
tahapan tersebut memiliki risiko penyebab terjadinya keracunan pangan apabila
tidak dilakukan pengawasan pangan secara baik dan benar (Kemenkes RI, 2012).
Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia tahun 2011 sebanyak
128 kejadian dari 25 propinsi. Jumlah orang yang terpapar dalam KLB keracunan
pangan sebesar 18.144 orang dengan AR 38,03% (6.901 kasus) dan CFR 0,16%
(11 kasus). Tahun 2012 mengalami penurunan 44% dengan 84 kejadian yang
2
berasal dari 23 propinsi. Jumlah orang terpapar dalam KLB keracunan pangan
sebesar 8.590 orang dengan AR 37,66% (3.235 kasus) dan CFR 0,58% (19 kasus).
(BPOM RI, 2011).
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah higiene
sanitasi pangan yang dapat berimbas pada munculnya penyakit bawaan makanan
masih sangat besar. Data e-monev HSP tahun 2013 di 33 provinsi, dilaporkan oleh
209 kabupaten/kota (41,88% dari 499 kabupaten/kota yang tercatat di Kemenkes)
sampai dengan akhir tahun 2014 tercatat: dari 23.566 TPM, baru 2.734 (12%)
memenuhi syarat kesehatan, sementara sisanya 20.832 (88%) belum memenuhi
syarat.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan yang disediakan
di luar rumah, maka produk-produk makanan yang disediakan oleh perusahaan
atau perorangan yang bergerak dalam usaha penyediaan makanan untuk
kepentingan umum, haruslah terjamin kesehatan dan keselamatannya. Hal ini
hanya dapat terwujud bila ditunjang dengan keadaan hygiene dan sanitasi Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM) yang baik dan dipelihara secara bersama oleh
pengusaha dan masyarakat.
TPM yang dimaksud meliputi jasaboga atau catering, rumah makan dan
restoran, makanan jajanan dan depot air minum.
Sebagai salah satu jenis tempat pelayanan umum yang mengolah dan
menyediakan makanan bagi masyarakat banyak, maka TPM memiliki potensi
yang cukup besar untuk menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit bahkan
keracunan akibat dari makanan yang dihasilkannya. Dengan demikian kualitas
makanan yang dihasilkan, disajikan dan dijual oleh TPM harus memenuhi syarat-
syarat kesehatan. Salah satu syarat kesehatan TPM yang penting dan
mempengaruhi kualitas hygiene sanitasi makanan tersebut adalah faktor lokasi
dan bangunan TPM. Lokasi dan bangunan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
akan memudahkan terjadinya kontaminasi makanan oleh mikroorganisme seperti
bakteri, jamur, virus dan parasit serta bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan
penyakit.
Persyaratan TPM tersebut sudah diatur dalam keputusan Menteri
Kesehatan yaitu KEPMENKES RI nomor 1096/MENKES/VI/2011 tentang
3
Higiene Sanitasi Jasaboga yang menyatakan bahwa Jasaboga adalah usaha
pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan yang
dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha oleh sebab itu masyarakat perlu
dilindungi dari makanan dan minuman yang dikelola jasaboga yang tidak
memenuhi persyaratan higiene sanitasi, agar tidak membahayakan kesehatan.
Rumah Makan/Restoran diatur dalam KEPMENKES RI nomor
1098/MENKES/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan
dan Restoran yang menyatakan bahwa Rumah Makan adalah setiap tempat usaha
komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman
untuk umum di tempat usahanya sedangkan Restoran adalah salah satu jenis usaha
jasa pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang permanen
dilengkapi dengan peralatanan dan perlengkapan untuk proses pembuatan,
penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum
ditempat usahanya sehingga masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan
minuman yang tidak memenuhi persyaratan hygiene sanitasi yang dikelola rumah
makan dan restoran agar tidak membahayakan kesehatan.
Depot Air Minum diatur dalam PERMENKES RI nomor 43 tahun 2014
tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum bahwa Depot Air Minum yang
selanjutnya disingkat DAM adalah usaha yang melakukan proses pengolahan air
baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual langsung kepada
konsumen oleh sebab itu masyarakat perlu dilindungi dari risiko penyakit bawaan
air akibat mengkonsumsi air minum yang berasal dari depot air minum yang tidak
memenuhi standar baku mutu dan persyaratan higiene sanitasi.
Persyaratan Kesehatan Makanan Jajanan diatur dalam PERMENKES RI
nomor 942/MENKES/PER/SK/VII/2003 menyatakan bahwa makanan jajanan
adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum
selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel untuk itu
masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan agar tidak membahayakan kesehatannya.
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat dengan Visi Menjadikan
Masyarakat Sumbar Peduli Sehat, Mandiri, Berkualitas dan Berkeadilan memiliki
4
4 bidang yaitu Bidang Sumber Daya Kesehatan, Bidang Pelayanan Kesehatan,
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Bidang Kesehatan
Masyarakat. Sedangkan salah satu misinya Melindungi Kesehatan Masyarakat
dengan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Paripurna. Untuk mewujudkannya
pada Bidang Kesehatan Masyarakat yaitu pada Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Olahraga juga sangat mendukung terhadap lingkungan yang
aman bagi masyarakat dengan cara mengamankan kualitas lingkungan untuk
mencegah dampak yang merugikan kesehatan (Laporan Tahunan Dinkes Provinsi
Sumbar 2015).
Provinsi Sumatera Barat cakupan TPM sehat belum mencapai target. Hal
ini dapat dilihat dari data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat pada tahun
2014, Cakupan TPM sehat 66,13% dengan target 73%. Sedangkan pada tahun
2015 pencapaian TPM sehat sebesar 68,92% dengan target 85%, bahkan
berdasarkan e-Monev HSP pencapaian cakupan TPM hanya 37 %. Disamping itu
penyakit yang berbasis lingkungan masih menempati pada 10 penyakit terbanyak
di Provinsi Sumatera Barat seperti pada tahun 2015, penyakit ispa, diare, penyakit
kulit dan lain-lain yang penularannya dapat terjadi di TPM yang tidak memenuhi
syarat (Laporan tahunan Dinas Kesehatan Sumatera Barat Tahun 2015).
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penulis mencoba
mencari alternatif pemecahan masalah yang dijumpai di Seksi Kesehatan
Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat khususnya terhadap rendahnya cakupan TPM sehat pada tahun 2015.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisis permasalahan rendahnya cakupan Tempat Pengolahan
Makanan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2015.
5
3. Mampu menganalisis penyebab masalah rendahnya Tempat Pengolahan
Makanan Sehat di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2015
4. Mampu membuat Plan of Action (POA) dalam upaya meningkatkan cakupan
Tempat Pengolahan Makanan Sehat di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat
5. Mampu menyusun anggaran untuk pelaksanaan intervensi upaya peningkatan
cakupan Tempat Pengolahan Makanan Sehat di Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2017
6. Mampu menyusun rencana monitoring dan evaluasi terhadap upaya
Peningkatan Cakupan Tempat Pengolahan Makanan Sehat di Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017
6
alternatif solusi pemecahan masalah di Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan
Kerja dan Olahraga dalam rangka peningkatan cakupan Tempat Pengolahan
Makanan sehat.
7
2.1.1 Geografis
Sumatera Barat yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatera mempunyai
letak geografis yang strategis antara kawasan sebelah utara dan kawasan timur
pulau Sumatera dengan pulau Jawa di sebelah Selatan. Provinsi Sumatera Barat
mempunyai luas 42.229.730 Km2 dengan topografi yang datar dan bergelombang
sampai bergunung yang merupakan bagian dan jajaran pegunungan Bukit Barisan
dengan luas perairan laut diperkirakan 186.500 Km2.
2.1.2 Demografi
Sesuai dengan data dari BPS Provinsi Sumatera Barat, jumlah penduduk
Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015 tercatat sebesar 5.195.561 jiwa, dengan
tingkat kepadatan penduduk 123 jiwa per km2. Kepadatan penduduk Provinsi
Sumatera Barat tidak merata, kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kota
Bukittinggi dengan kepadatan penduduk 4.858 jiwa/km 2. Komposisi penduduk
Provinsi Sumatera Barat menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk
yang berusia muda (<15 tahun) sebesar 30,43%, yang berusia produktif (15-64
tahun) sebesar 69,57% dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 8,45%.
Komposisi penduduk perempuan berusia produktif 15-35 tahun sebanyak
1.671.483 jiwa.
8
2.1.3 Administrasi
1. Rumah Sehat
9
% masih jauh dari target 87%, Rumah Sehat ini banyak faktor yang mempengaruhi
diantaranya tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat akan mempengaruhi
dari prilaku masyarakat itu sendiri dan masyarakat lebih mementingkan
kehidupannya untuk makan daripada kebersihan diri dan lingkungannnya. Sehingga
hal yang yang perlu mendapat perhatian bersama adalah masyarakat yang kurang
menyadari bahwa lingkungan dan rumah sehat sangat penting untuk menghindari diri
dari penyakit-penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat.
TPM seperti restoran, jasaboga, air minum isi ulang dan makanan jajanan ,
yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air
limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya
pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai. Cakupan Tempat
Pengolahan Makanan (TPM) pada tahun 2015 yang memenuhi syarat kesehatan
hanya 37% dengan target 85%.
1. Meningkatkan sumber daya manusia yang sehat, kuat dan bermartabat serta
sadar akan arti pentingnya kesehatan
10
2. Meningkatkan upaya kesehatan yang paripurna
3. Meningkatkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan profesional
4. Mewujudkan jaminan kesehatan untuk seluruh masyarakat
Tabel 2.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat
Visi : Menjadikan Masyarakat Sumbar Peduli Sehat, Mandiri, Berkualitas dan Berkeadilan
Misi 1 : Meningkatkan sumber daya manusia yang sehat, kuat dan bermartabat serta sadar akan pentingnya
kesehatan
INDIKATOR KONDISI TARGET
TUJUAN SASARAN SATUAN
SASARAN 2015 2016 2017
1 Meningkatkan 1 Meningkatnya 1 Jumlah tenaga Org 100 500 600
ketersediaan dan jumlah, jenis, kesehatan yang
mutu SDM mutu dan mendapat sertifikat
kesehatan sesuai pemerataan SDM pelatihan
standard kesehatan terakreditasi (IKU)
2 Meningkatkan 2 Meningkatnya 2 Persentase % na 40 50
Perilaku Hidup Perilaku Hidup Kabupaten/Kota
Bersih dan Sehat di Sehat di yang memiliki
masyarakat masyarakat kebijakan PHBS
(IKU)
Misi 2 : Meningkatkan upaya kesehatan yang paripurna
1 Meningkatkan 1 Meningkatkan 1 Persentase % 87 87 88
derajat kesehatan Kesehatan Ibu persalinan oleh
Ibu dan Anak dan Anak tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan
(IKU)
2 Persentase % 76 87 88
kunjungan neonatal
pertama (KN1)
(IKU)
3 Angka Kematian per 1000 27 27 27
Bayi KH
2 Meningkatnya 1 Menurunkan 1 Prevalensi gizi % 4,8 4,75 4,7
status gizi prevalensi kurang (BB/TB)
masyarakat kekurangan gizi (IKU)
pada anak Balita
11
sehat kualitas 2 Persentase RS di % 0 4 8
lingkungan Provinsi yang
melakukan
pengolahan limbah
medis sesuai
standard
3 Jumlah Kab/Kota 17 17 18
Kabupaten/Kota
yang
menyelenggarakan
tatanan kawasan
sehat
4 Persentase TPM % 10 14 20
yang memenuhi
kesehatan
4 Meningkatkan 1 Meningkatnya 1 Persentase % 80 80 83
ketersediaan obat ketersediaan, ketersediaan obat
dan vaksin keterjangkauan dan vaksin di
dan mutu obat pelayanan
dan vaksin kesehatan dasar
(IKU)
5 Meningkatkan 1 Meningkatnya 1 Jumlah puskesmas Puskesma 1 1 56
mutu pelayanan mutu pelayanan yang terakreditasi s
kesehatan sesuai kesehatan sesuai minimal 1 per
standard standar kecamatan (IKU)
2 Jumlah RS RS 1 2 3
pemerintah yang
terakreditasi
minimal 1 per
Kab/Kota (IKU)
6 Optimalisasi upaya 1 Meningkatkan 1 Persentase anak % 74,1 91 91,5
pengendalian upaya usia 0 sampai 18
penyakit menular pengendalian bulan yang
dan tidak menular penyakit tidak mendapat imunisasi
menular dasar lengkap
(IKU)
2 Jumlah Kab/Kota 17 18 18
Kabupaten/Kota
dengan API<1 per
1000 penduduk
(IKU)
3 Persentase % 42 42 64
Kabupaten/Kota
dengan IR DBD<49
per 100.000
penduduk (IKU)
4 Persentase % 87,06 78 81
Kabupaten/Kota
dengan angka
keberhasilan
pengobatan TB Paru
BTA Positif
(Success Rate)
12
5 Persentase angka % 100 42 45
kasus HIV yang
diobati
6 Persentase % 10 20 30
Puskesmas
menyelenggarakan
pengendalian
Penyakit Tidak
Menular (PTM)
Terpadu
7
Persentase RSUD % 25 50 50
Rujukan Regional
yang
menyelenggarakan
Pelayanan
Kesehatan
Jiwa/Psikiatri
Misi 3 : Meningkatkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan profesional
1 Meningkatkan 1 Meningkatnya 1 Persentase % Hijau Hijau
pelayanan publik kualitas kepatuhan
yang prima, pelayanan pelaksanaan UU
transparan, aspiratif publik pelayanan publik
dan partisipasif (zona hijau)
2 Rata-rata indeks % 70 70
kepuasan
masyarakat
2 Meningkatkan 1 Meningkatnya 1 Rata-rata lamanya JPL/org/ 10 15
profesionalitas kapasitas dan PNS mengikuti tahun
aparatur manajemen diklat
pemerintah dan aparatur
bebas KKN
3 Meningkatan tata 1 Meningkatnya 1 Nilai evaluasi Predikat BB BB
pemerintahan yang tranparansi dan SAKIP (SKPD)
baik, bersih, akuntabilitas (IKU)
transparan dan dalam
akuntabel penyelenggara
an
pemerintahan
2 Meningkatnya 1 Persentase % 100 100
sinergitas kesesuaian usulan
antara pelaku Renja dengan
pembangunan Renstra SKPD
dalam
pencapaian 2 Persentase % 100 100
sasaran kesesuaian usulan
pembangunan Renja dengan
RPJMD
13
Strategi dan kebijakan Dinas Kesehatan adalah suatu cara untuk
mencapai tujuan, sasaran jangka menengah, target kinerja hasil (outcome)
program prioritas RPJMD yang menjadi tugas dan fungsi Dinas Kesehatan.
Tabel 2.2 Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat
Visi : Menjadikan Masyarakat Sumbar Peduli Sehat, Mandiri, Berkualitas dan Berkeadilan
Misi 1 : Meningkatkan sumber daya manusia yang sehat, kuat dan bermartabat serta sadar
akan pentingnya kesehatan
TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN
1 Meningkatkan 1 Meningkatnya Meningkatkan jumlah 1 Peningkatan jumlah dan
ketersediaan dan jumlah, jenis, mutu dan kualitas tenaga kualitas sumberdaya
mutu SDM kesehatan dan pemerataan kesehatan kesehatan yang memiliki
sesuai standar SDM Kesehatan kompetensi dan
terstandarisasi
2 Meningkatkan 2 Meningkatnya Meningkatkan 1 Peningkatan layanan
Perilaku Hidup Bersih Perilaku Hidup komitmen pemerintah kesehatan dengan lebih
dan Sehat di Sehat di masyarakat daerah dalam menitikberatkan pada
masyarakat peningkatan upaya promotif dan
pembiayaan promotif preventif dibandingkan
dan preventif untuk dengan upaya kuratif
layanan kesehatan 2 Pemberdayaan
masyarakat dan
peningkatan upaya
promosi kesehatan
3 Penguatan gerakan
masyarakat, lembaga
pemerintah dengan swasta
dalam peningkatan upaya
kesehatan masyarakat
Misi 2 : Meningkatkan upaya kesehatan yang paripurna
1 Meningkatkan derajat 1 Meningkatkan 1 Meningkatkan 1 Peningkatan pelayanan
kesehatan Ibu dan Kesehatan Ibu dan keterpaduan dasar dan rujukan yang
Anak Anak dalam pelayanan berkualitas
kesehatan
masyarakat yang 2 Peningkatan pelayanan
lebih merata kesehatan ibu dan anak
14
4 Meningkatkan 1 Meningkatnya Meningkatkan jumlah Peningkatan ketersediaan,
ketersediaan obat dan ketersediaan, dan kualitas sumber keterjangkauan, pemerataan dan
vaksin keterjangkauan dan daya kesehatan serta kualitas farmasi dan alat
mutu obat dan kefarmasian dan alat kesehatan
vaksin kesehatan
5 Meningkatkan mutu 1 Meningkatnya mutu 1 Meningkatkan 1 Peningkatan pelayanan
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan kualitas dasar dan rujukan yang
sesuai standar sesuai standar pelayanan dasar berkualitas
dan rujukan
2 Meningkatkan 2 Peningkatan akreditasi
rumah sakit rumah sakit daerah
daerah yang
terakreditasi
3 Meningkatkan 3 Peningkatan cakupan
cakupan akses, akses, keterjangkauan dan
keterjangkauan mutu pelayanan kesehatan
dan mutu
pelayanan
kesehatan
6 Optimalisasi upaya 6 Meningkatkan Meningkatkan Peningkatan pencegahan dan
pengendalian upaya pengendalian pengendalian penyakit pengendalian penyakit menular
penyakit menular dan penyakit tidak dan penyehatan terutama HIV dan Tuberkulosis
tidak menular menular lingkungan
Misi 3 : Meningkatkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan profesional
1 Meningkatkan Meningkatnya 1 Meningkatkan 1 Peningkatan pelimpahan
pelayanan publik kualitas pelayanan sistem serta sarana kewenangan,
yang prima, publik prasarana penyederhanaan prosedur
transparan, aspiratif pelayanan publik pelayanan dan perizinan
dan partisipasif berbasis teknologi
informasi
2 Meningkatkan 2 Peningkatan kualitas
kualitas aparatur aparatur pelayanan,
dalam pelaksanaan peningkatan kompetensi
pelayanan publik dan perubahan mentalitas/
budaya melayani
3 Membuka ruang 3 Pengembangan inovasi
partisipasi pelayanan publik berbasis
masyarakat dalam teknologi informasi yang
pengawasan dan terintegrasi
peningkatan 4 Penguatan integrasi
layanan publik berbagai jenis pelayanan
publik (pelayanan satu
pintu)
5 Peningkatan sarana dan
prasarana pelayanan
publik
6 Peningkatan akses
informasi publik yang
akurat dan up to date
7 Peningkatan efektifitas
pengawasan pelayanan
publik
8 Penguatan sistem
pengaduan masyarakat
yang efektif dan
terintegrasi
9 Penerapan penghargaan
dan sanksi terhadap
kinerja pelayanan publik
15
2 Meningkatkan Meningkatnya kapasitas 1 Meningkatkan 1 Peningkatan pengelolaan
profesionalitas dan manajemen aparatur keterpaduan dalam manajemen kepegawaian
aparatur pemerintah mengembangkan (rekrutmen, mutasi,
dan bebas KKN kapasitas dan promosi dan
manajemen pengembangan karir
aparatur aparatur)
2 Meningkatkan 2 Peningkatan
manajemen penyelenggaraan
pengelolaan pendidikan dan pelatihan
kepegawaian yang aparatur
efektif, efisien dan 3 Penyusunan Road Map
akuntabel berbasis Diklat teknis dan
teknologi fungsional
informasi 4 Evaluasi pelaksanaan
diklat teknis dan
fungsional
3 Mengintensifkan 5 Peningkatan pendidikan
penerapan sistem dan pelatihan bagi
rekrutmen dan aparatur berorientasi
seleksi kewirausahaan
pengembangan 6 Peningkatan sarana dan
karir secara prasarana serta tenaga
transparan dan pengajar pada
berbasis penyelenggaraan lembaga
kompetensi pendidikan dan pelatihan
3 Meningkatan tata 1 Meningkatnya 1 Meningkatkan 1 Penetapan indikator
pemerintahan yang tranparansi dan pengawasan kinerja daerah, perangkat
baik, bersih, akuntabilitas dalam internal dan daerah dan individu
transparan dan penyelenggaraan eksternal serta aparatur
akuntabel pemerintahan pengawasan 2 Penertiban dan tindak
masyarakat dan lanjut Laporan Harta
ketegasan tindak Kekayaan Penyelenggara
lanjut Negara (LHKPN)
2 Meningkatkan 3 Peningkatan kapasitas
transparansi dalam pengawasan melalui
pengelolaan peningkatan independensi
keuangan daerah Aparatur Pengawasan
Internal Pemerintah
(APIP)
3 Meningkatkan 4 Peningkatan jumlah,
kompetensi dan kompetensi dan integritas
integritas aparatur auditor intern dan ekstern
pengadaan barang 5 Pengembangan sistem
dan jasa pengaduan masyarakat
yang efektif
4 Melakukan 6 Percepatan penerapan
penguatan standar akuntansi
kelembagaan pemerintah berbasis
pengadaan barang accrual
dan jasa
5 Mengembangkan 7 Pemantapan implementasi
dan memanfaatkan Sistem Akuntabilitas
sistem informasi Kinerja Instansi
dalam Pemerintah (SAKIP)
penyelenggaraan 8 Peningkatan kualitas
pemerintah (e- implementasi sistem
Government) procurement
6 Melakukan 9 Implementasi
penyempurnaan penyelenggaraan
kebijakan pemerintahan yang
penyelenggaraan berbasis teknologi
pemerintahan desa informasi dan komunikasi
/nagari/kelurahan yang efektif dan efisien
TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN
16
7 Meningkatkan 10 Peningkatan transparansi
keterbukaan dan melalui pengelolaan dan
akses masyarakat pelayanan informasi
terhadap informasi publik
publik 11 Penataan pemerintahan
nagari/desa/kelurahan
8 Meningkatkan 12 Peningkatan pengamanan
kualitas produk dan penertiban Barang
hukum daerah Milik Daerah (BMD)
13 Modrenisasi pengelolaan
barang milik daerah
14 Peningkatan kualitas
proses pengadaan barang
dan jasa
15 Penyusunan Peraturan
pengelolaan pendapatan
daerah
16 Peningkatan efektifitas
dan efisiensi pengelolaan
keuangan daerah
17 Pengembangan sistem
informasi pengelolaan
keuangan daerah
18 Peningkatan kompetensi
aparatur pengelola
keuangan daerah
19 Pelaksanaan pembinaan
pengelolaan keuangan
daerah Kabupaten/Kota
yang sesuai dengan
peraturan perundangan
yang berlaku
20 Penerapan tertib arsip
daerah berbasis teknologi
informasi
21 Penyusunan produk
hukum daerah yang
responsif terhadap
kepemerintahan yang baik
2 Meningkatnya 1 Meningkatkan 1 Penyelasaran fungsi
sinergitas antara keterpaduan , perencanaan,
pelaku sinergitas, penganggaran,
pembangunan dalam sinkronisasi dan monitoringdan evaluasi
pencapaian sasaran kerjasama dalam serta pelaporan berbasis
pembangunan pengelolaan Teknologi Informasi
pembangunan Komunikasi (TIK)
2 Meningkatkan 2 Peningkatan transparansi
kualitas dan melalui pengelolaan dan
sinergitas proses pelayanan informasi
penyusunan public
perencanaan 3 Peningkatan kualitas
pembangunan koordinasi dengan semua
daerah stakeholder terkait
Misi 4 : Mewujudkan jaminan kesehatan untuk seluruh masyarakat
1 Meningkatkan 1 Meningkatnya Meningkatkan 1 Peningkatan efektifitas
perlindungan sosial cakupan pelayanan jaminan kesehatan pembiayaan kesehatan
dan jaminan kesehatan program masyarakat kurang 2 Peningkatan
kesehatan masyarakat Jaminan Kesehatan mampu ketidaktepatan sasaran
peserta program Sumbar Sakato pemberian jaminan
Jaminan Kesehatan kesehatan bagi
Sumbar Sakato masyarakat miskin
Sumber: Rencana Strategis Dinkes Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021
17
2.2.3 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
2. Struktur Organisasi
18
melalui Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas dibantu
oleh: (struktur organisasi terlampir).
19
3) RSUD Solok
4) RS Jiwa HB Saanin Padang
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah, peran
Provinsi dalam pembagian urusan Pemerintah Daerah bidang kesehatan yaitu:
1. Urusan Upaya Kesehatan
a. Pengelolaan UKP rujukan tingkat daerah provinsi/lintas daerah
Kabupaten/Kota.
b. Pengelolaan UKM Daerah Provinsi dan rujukan tingkat Daerah
provinsi/lintas daerah Kabupaten/Kota.
c. Penerbitan izin RS kelas B dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
Daerah Provinsi.
2. Urusan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
Perencanaan dan pengembangan SDM Kesehatan untuk UKM dan UKP
Daerah Provinsi.
3. Urusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan Minuman
a. Penerbitan pengakuan pedagang besar farmasi (PBF) cabang dan cabang
penyalur alat kesehatan (PAK)
b. Penerbitan izin usaha kecil obat tradional (UKOT).
4. Urusan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui tokoh provinsi,
kelompok masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha
tingkat provinsi.
20
Pada tahun 2017 terjadi perubahan struktur organisasi berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 78 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Sumatera Barat, dalam melaksanakan tugasnya Kepala
Dinas dibantu oleh: (lihat gambar 3.2).
a. Sekretariat, terdiri dari :
1) Sub Bagian Program, Informasi dan Humas
2) Sub Bagian Keuangan dan Pengelolaan Aset
3) Sub Bagian Hukum, Kepegawaian dan Umum
b. Bidang Kesehatan Masyarakat:
1) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
2) Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
3) Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahrga
c. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
1) Seksi Surveilans dan Imunisasi
2) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
3) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
d. Bidang Pelayanan Kesehatan
1) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
2) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
3) Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional
e. Bidang Sumber Daya Kesehatan terdiri dari :
1) Seksi Kefarmasian
2) Seksi Alat Kesehatan dan PKRT
3) Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan
f. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan terdiri dari:
1) Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM)
2) Balai Laboratorium Kesehatan (Labkes)
3) Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat & Pelatihan Kesehatan
4) Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Lb.Alung
22
2.2.4. Program Pembangunan Kesehatan Provinsi Sumbar
Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, maka Pembangunan Kesehatan Tahun 2015
dilaksanakan melalui 16 Program dan 180 (setelah perubahan) kegiatan pokok
sebagai berikut :
1. Program Pelayanan Adminstrasi Perkantoran (01) 16 kegiatan
2. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur (02) 14 kegiatan
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur (03) 1 kegiatan
4. Program Fasilitas Purna Tugas PNS (04) 1 kegiatan
5. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur (05) 2 kegiatan
6. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporanan Capaian Kinerja
Keuangan (06) 3 kegiatan
7. Program Obat Dan Pembekalan Kesehatan (15) 7 kegiatan
8. Program Upaya Kesehatan Masyarakat (16) 30 kegiatan
9. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (19) 9 kegiatan
10. Program Perbaikan Gizi Masyarakat (20) 7 kegiatan
11. Program Pengembangan Lingkungan Sehat (21) 9 kegiatan
12. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (22) 31 kegiatan
13. Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah
Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru /Rumah Sakit Mata (26) 7 kegiatan
14. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit
Jiwa/Rumah Sakit Paru /Rumah Sakit Mata (27) 2 kegiatan
15. Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan (33) 25 kegiatan
16. Pencapaian Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
(34) 18 kegiatan.
25
2.2.5. Kewenangan
26
18. Registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan sesuai peraturan
perundang-undangan
19. Pemberian rekomendasi izin tenaga kesehatan asing
20. Penyediaan dan pengelolaan buffer stock obat provinsi, alat kesehatan,
reagensia dan vaksin lainnya skala provinsi
21. Sertifikasi sarana produksi dan distribusi alat kesehatan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Kelas II
22. Pemberian rekomendasi izin industri komoditi, PBF dan Pedagang Besar Alat
Kesehatan (PBAK)
23. Pemberian izin PBF Cabang dan IKOT
24. Penyelenggaraan promosi kesehatan skala provinsi
25. Bimbingan dan pengendalian norma, standar, prosedur dan kriteria bidang
kesehatan
26. Penyelenggaran penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendukung
perumusan kebijakan provinsi
27. Pengelolaan survei kesehatan daerah (surkesda) skala provinsi
28. Pemantauan pemanfaatan Iptek kesehatan skala provinsi
29. Penyelenggaraan kerjasama luar negeri skala provinsi
30. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pengawasan skala provinsi
31. Pengelolaan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) skala provinsi
Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan
sumber daya kesehatan dapat memadai dan seimbang sesuai kebutuhan. Sumber
daya kesehatan dapat diukur dengan indikator Pembiayaan kesehatan, tenaga
kesehatan dan sarana kesehatan.
1. Pembiayaan Kesehatan
27
Tabel 2.3 Pembiayaan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat Dari
Sumber APBN, APBD Dan DAK
2. Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga yang ada dimiliki oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat dan 4 (empat) Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tahun 2015 dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Jumlah Tenaga di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan
UPTD Tahun 2015
28
Sumber : Laporan Tahunan bidang SDM Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2016.
Tabel 2.5 Jumlah Tenaga di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Pada
Sekretariat/Bidang Tahun 2015
2 Sekretariat 64 Orang
3. Sarana Kesehatan
a. Puskesmas
Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan terus diupayakan
untuk meningkatkan akses, pemerataan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan bagi seluruh masyarakat Sumatera Barat. Sarana kesehatan yang
dimiliki sampai saat ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi
sampai dengan tahun 2015 menunjukkan bahwa Puskesmas yang beroperasional
sebanyak 262 unit Puskesmas (yang terdiri dari Puskesmas rawatan 105 unit, 157
29
unit Puskesmas non rawatan), Puskesmas pembantu sebanyak 926 unit,
Puskesmas keliling 207 unit, dan Ambulance 138 unit.
b. Rumah Sakit
Untuk sarana pelayanan kesehatan rujukan saat ini telah ada 71 Rumah
Sakit dengan rincian:
1) Rumah Sakit Pemerintah termasuk rumah sakit TNI/Polri 27 unit (RS Umum
Pemerintah 20 unit, Rumah sakit khusus pemerintah 3 unit dan Rumah sakit
TNI/Polri 4 unit).
2) Rumah sakit swasta sebanyak 44 unit meliputi Rumah Sakit umum 17 unit
dan rumah sakit khusus 27 unit.
Untuk upaya kesehatan perorangan Sumatera Barat telah mempunyai
beberapa keunggulan RS seperti RSUP Dr. M.Djamil Padang sebagai unggulan
pelayanan jantung untuk Sumatera Bagian Tengah, dijadikan RSUP Bukittinggi
sebagai Rumah Sakit Pusat Sroke Nasional, sedangkan RSAM Bukittinggi untuk
unggulan pelayanan Orthopedy dan Tympanoplasty, RSJ. Hb Saanin dengan
pelayanan ketergantungan obat dan Napza.
Dalam hal kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana Dinas Kesehatan
Propinsi Sumatera Barat telah ditetapkan sebagai SUB REGIONAL dalam
penanggulangan bencana dengan mendapat peralatan penuh seperti perlengkapan
RS lapangan mobil klinik, mobil ambulance, obat-obatan, kendaraan operasional
dan logistic lainnya. Khusus di kantor Dinas Kesehatan Propinsi Sumbar sudah
ada bangunan Pos Komando (POSKO) penangulamgan bencana yang dilengkapi
sarana komunikasi seperti Fax, telepon, Radio komunikasi 2 (dua) meter band,
Handy Talki dan SSB. Disamping itu juga telah ada SK Gubernur untuk
penanggulangan bencana.
30
1. Mengamankan kualitas lingkungan untuk mencegah dampak yang merugikan
kesehatan
2. Mengembangkan kemitraan para pelaku pembangunan untuk mengamankan
kualitas lingkungan
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk mengamankan kualitas
lingkungan
1. Tugas
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga, mempunyai
tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di
bidang kesehatan lingkungan kesehatan kerja dan olahraga.
2. Fungsi
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga mempunyai
fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis perencanaan dan program
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
b. Pelaksanaan pelayanan administrasi, teknis pengembangan dan fasilitas
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga.
3. Rincian Tugas
a. Mengumpulkan data dan bahan untuk penyusunan kegiatan seksi
kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
b. Menyusun Rencana kegiatan tahunan seksi kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan kesehatan olahraga
c. Melaksanakan pengawasan, pemeriksaan, pengujian sampel serta
pengendalian pencemaran lingkungan al : Amdal disarana pelayanan
kesehatan, Tempat-Tempat Umum , Tempat Pengolahan Makanan, Sanitasi
Kesehatan Haji, Sanitasi Pengungsian, Limbah Medis disarana kesehatan,
Pengawasan Kawasan Sehat dll
31
d. Pengawasan Air Minum dan Sanitasi Dasar
e. Pengendalian Faktor Risiko Lingkungan
f. Melaksanakan upaya kesehatan kerja yang meliputi sektor formal maupun
informal penyiapan perumusan kebijakan pelayanan kesehatan kerja,
kapasitas kerja, lingkungan kerja, kemitraan kesehatan kerja dan kesehatan
perkotaan dan olahraga.
g. Penyiapan bimbingan teknis, evaluasi dan penyusunan laporan kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
h. Menyiapkan pedoman pelaksanaaan tugas dan kegiatan kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
i. Menyiapkan bahan fasilitasi pelaksanaan tugas dan kegiatan kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
j. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan dengan unit kerja terkait
k. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan
fungsinya.
Secara Teknis tugas pokok dan fungsi Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Olahraga di aplikasikan dalam kegiatan :
1. Penyehatan Air
2. Pengelolaan Tinja dan Limbah Rumah Tangga
3. Pengamanan Limbah
4. Sanitasi Tempat-Tempat Umum
5. Penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan
6. Penyehatan Perumahan
7. Pengamanan Pestisida
8. Program Kabupaten/Kota Sehat.
32
b. Inventaris ruangan seperti komputer, meja, lemari, kursi dll
2. Data Administrasi
Pada tahun 2015 kegiatan administrasi di Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Olahraga berlangsung lancar dimana terdapat surat
keluar dan surat masuk yaitu :
a. Surat masuk sebanyak : 79 lembar
b. Surat Keluar sebanyak : 124 lembar
33
2. Kegiatan Dana APBD Tahun 2015
Tahun 2015 kegiatan Program Penyehatan Lingkungan yang
dilaksanakan melalui DPA-SKPD APBD Provinsi Sumatera Barat yaitu :
a. Rekontek Program Lingkungan Sehat
b. Pertemuan Kemitraan dan Pencapaian Kpi Pamsimas Komponen B
c. Pertemuan Supervisi Fasilitasi Pengawasan Dan Pemantauan Higiene
Sanitasi Lingkungan
d. Workshop pengembangan Kabupaten/Kota Sehat Tingkat Propinsi
Sumatera Barat
e. Workshop Sanitasi Rumah Sakit
f. Pertemuan percepatan Sanitasi pemukiman
g. Rekontek Program- Program Pamsimas Komponen B
3. Kegiatan Penyehatan Lingkungan Koordinasi dengan Lintas sektor dan Lintas
Program
a. Pengawasan dan Pemeriksaan Asrama Haji
b. Kegiatan dalam Rangka penilaian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
c. Kegiatan dalam Rangka Penilaian Adiwiyata di sekolah
d. Kegiatan dalam rangka penilaian 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
e. Kegiatan dalam rangka Propelike dalam Rumah Sakit
f. Penilaian Pasar Tradisional Kabupaten dan Nagari
4. Program Inovasi
a. Pelaksanaan STBM
b. Wirausahaa Sanitasi
c. Pelaksanaan STBM di Masyarakat
d. Kegiatan Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD)
e. Kerjasama dengan TNI dalam kegiatan STBM
f. e-Monev HSP
34
Anggaran Penyehatan
Lingkungan
4. Laporan Keuangan 184.692.000 165.460..300 89.5 100
dan BMN Penyehatan
Lingkungan
5. Dokumen Evaluasi 696.080.000 568.812.800 81,7 100
dan Pelaporan
Penyehatan
Lingkungan
6. Peta Kualitas Air 22.420.000 13.360.000 59.5 60
Minum
7. Tenaga Terlatih 424.030.000 277.495.200 64.6 75
Bidang TTU
8. Rencana Kerja di 130.877.000 64.266.700 49.1 50
Bidang Penyehatan
TTU
9. Tenaga Masyarakat 51.220.000 - - -
Terlatih Bidang APIK
10. Rencana Kerja di 10.720.000 - - -
Bidang Adaptasi
Dampak Kesehatan
Akibat Perubahan
Iklim
11. TPM yang memenuhi 235.386.000 146.965.000 62 75
syarat kesehatan di
kab/kota
Jumlah 2.419.939.000 1.783.493.700 73.70 75
Sumber : Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
Tahun 2015
Dari dana yang bersumber dari APBN pada Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Olahraga dari total dana Rp. 2.419.939.000 terealisasi hanya
73,70% hal ini disebabkan adanya efisiensi anggaran sehinnga dana tersebut tidak
bisa direalisasikan.
Tabel 2.7 Jumlah dan Realisasi Dana APBD Tahun 2015
Keuanga
Dana Realisasi Fisik
No. Kegiatan n
Rp Rp (%)
(%)
1. Pertemuan Supervisi 27.527.600 27.467.600 99.78 100
Fasilitatif Pengawasan
dan Pemantauan
Hygiene Sanitasi
Lingkungan
2. Workshop 35.444.850 34.120.950 96.26 100
35
Pengembangan
Kabupaten /Kota
Sehat
3. Monitoring dan 66.420.000 64.332.750 96.86 100
Evaluasi Program
Penyehatan
Lingkungan
4. Workshop Sanitasi 42.108.800 40.905.000 97.14 100
Rumah sakit
5. Pemantauan 66.775.600 65.796.250 98.53 100
Percepatan Sanitasi
Pemukiman dan
Penilaian Lingkungan
Bersih dan Sehat
6. Workshop Pamsimas 116.321.900 114.048.650 98.05 100
dan Penyehatan
Laporan Keuangan
dan BMN Penyehatan
Lingkungan
Lingkungan Lainnya
Jumlah 354.598.75 346.671.20 97.79 100
0 0
Sumber : Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
Tahun 2015.
Dari dana yang bersumber dari APBD pada Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Olahraga dari total dana Rp. 354.598.750 sudah hampir
100% terealisasi.
36
85.98
83.97 83.78
82.35 81.23
90.00 79.83
73.14
80.00 66.59
70.55 67.82
66.83
65.79
69.65
64.56 61.70
70.00 61.11
60.00 50.13
42.24
50.00
40.00 29.49
30.00
20.00
10.00
0.00
0.00
Gambar 2.3 Cakupan Rumah Sehat Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat tahun
2015
Sumber : Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
Tahun 2015
37
100.00 89.42 90.65 91.46
90.00 79.26 77.32 77.27
71.54
70.78 73.15
80.00 67.58 67.20 68.37
70.00 55.97 57.96 57.85
56.44
52.72 53.85
60.00
50.00 41.13
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.00
38
c. Cakupan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Sehat
100.00 90.13
90.00 79.20
76.13
70.90 73.76
80.00 69.20
63.51 60.91 60.16
70.00
50.72 52.20 51.64
60.00
43.65
40.63
50.00 35.39
40.00 31.99 28.93
26.23
30.00 20.43
20.00
10.00
0.00
0.00
Yang termasuk dalam TPM ini antara lain: restoran/rumah makan, jasa
boga, depot air minum, dan makanan jajanan. Cakupan tahun 2015 baru mencapai
68,92% dengan target 85%, hal ini masih didominasi oleh kota yang hampir dan
sudah mencapai target. Yang menjadi penyebab rendahnya cakupan TPM sehat
adalah perilaku pengelola dalam menyediakan tempat sampah, limbah dan kamar
mandi/jamban disamping itu pengelola TPM masih mementingkan faktor
keuntungan penjualan dari pada faktor kesehatan lingkungan, mengingat
umumnya TPM ini merupakan mata pencarian golongan ekonomi menengah
kebawah.
39
d. Akses Air Bersih
99.80 96.09
91.98
90.64 91.58
100.00 86.96
82.61 85.30 85.10
81.52 79.85 78.87
90.00 76.84
72.92
71.56
80.00 65.58 64.42
70.00 57.55
60.00
50.00
40.00 68
30.00
20.00
1.75
10.00
0.00
0.00
Gambar 2.6 Akses Air Bersih Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat tahun 2015
Sumber : Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
Tahun 2015
Gambar 2.7 Akses Jamban Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat tahun 2015
Sumber : Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
Tahun 2015.
40
Akses jamban 80,50% jauh dari target 75% umumnya di daerah kota
sudah melampaui target hanya kabupaten yang di bawah target, semuaya daerah
pamsimas. Hal ini karena setelah kegiatan pemicuan dalam berjalan dengan baik.
Masyarakat yang telah terpicu tidak dipantau atau dilihat kembali akan janji dari
masyarakat tersebut. Masih rendahnya akses jamban ini juga diperngaruhi oleh
perilaku masyarakat merupakan kebiasaan yang susah untuk dirobah seperti buang
air besar di sungai.
Gambar 2.8 Cakupan Air Limbah Rumah Tangga Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Barat tahun 2015
Sumber : Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
Tahun 2015
Untuk cakupan air limbah rumah tangga ini baru mencapai 71,09% yang
masih dibawah target yaitu 87% sama dengan cakupan rumah sehat karena telah
terpenuhi salah satunya adalah pengelolaan air limbah dengan baik sehingga
menimbulkan pencemaran lingkunan dan menjadi sarang vektor penyakit.
41
g. Cakupan Sampah yang sehat
98.19
100.00
90.00 79.96 79.09
74.94
80.00 65.79 68.62
70.00 56.01 56.85
52.31
60.00 44.82
41.80 43.41
50.00 38.77
40.00
30.00
20.00 5.95
10.00
0.00
0.00 0.00 0.00 0.000.00 0.00
Gambar 2.9 Cakupan Sampah yang Sehat Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat
tahun 2015
Sumber : Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
Tahun 2015
Pengelolaan sampah di Provinsi Sumatera Barat yang memenuhi syarat
kesehatan 74,13% dengan target 87%. Untuk daerah kota dan ibukota kabupaten
sudah ada yang bertanggung jawab dengan pengelolaan sampah ini seperti adanya
Dinas Kebersihan sedangkan untuk desa belum ada dikelola dengan baik karena
sampah dikelola sendiri, dibuang atau dibakar sendiri atau dibuang ke sungai.
42
3.1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan analisis situasi (mengkaji
keadaan) pada hasil layanan atau dapat juga pada keluaran pelayanan. Oleh karena
itu langkah awal dalam perencanaan kesehatan adalah dengan mengidentifikasi
masalah-maslaah kesehatan (Bustami, 2011).
Ada 3 cara pendekatan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yaitu:
1. Pendekatan Logis. Identifikasi masalah kesehatan melalui pendekatan logis
dilakukan dengan cara melihat dan menganalisis data-data yang ada. Sumber
informasi yang digunakan adalah laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat dan Laporan pada seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan
Kerja dan Olahraga di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
2. Pendekatan Pragmatis. Ukuran pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan
adalah gambaran upaya masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya
jumlah orang yang datang berobat ke fasilitas kesehatan dan lain-lain.
3. Pendekatan Politis. Dalam pendekatan ini masalah kesehatan diukur atas
dasar pendapat orang-orang penting dalam suatu masyarakat (Pemerintah atau
tokoh masyarakat). Hal ini telah dilakukan melalui diskusi dengan Kepala
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga.
Berdasarkan pendekatan ini ditemukan beberapa masalah yang ditemukan
di seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga yaitu sebagai
berikut:
a. Rendahnya Cakupan Pengolahan sampah sehat sebesar 74,13% dari target
87%
b. Rendahnya Cakupan air limbah rumah tangga sebesar 71, 09% dengan target
87%
c. Rendahnya Cakupan Rumah Sehat Tahun 2015 sebesar 70,01% dengan target
87%
d. Rendahnya Cakupan TTU Sehat sebesar 72,51% dari target 87%
e. Rendahnya Cakupan TPM Sehat sebesar 68,92% dari target 85%
Dari beberapa permasalahan yang ada ditentukan 3 prioritas masalah di
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga yang diambil
berdasarkan tentang capaian dan target yang terendah yaitu:
43
a. Rendahnya Cakupan Rumah Sehat Tahun 2015 sebesar 70,01% dengan target
87%
b. Rendahnya Cakupan TTU Sehat sebesar 72.51% dari target 87%
Secara garis besar pemilihan prioritas maslaah dapat dibagi menjadi dua
yaitu: Scoring Technique (Metode Penskoran) dan Non Scoring Technique.
1. Besar masalah
44
Sesuatu yang berhubungan dengan kesenjangan antara kenyataan dengan
harapan.
a) Sangat besar (deviasi >50%) = skor 3
b) Sedang (deviasi 25-50%) = skor 2
c) Kecil (<25%) = skor 1
2. Keseriusan Masalah
Sesuatu yang berhubungan dengan melihat akibat masalah tersebut terhadap
produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan dan membahayakan
sistem atau tidak :
a) Sangat serius (jika memenuhi tiga indikator) = skor 3
b) Serius (jika memenuhi dua indikator) = skor 2
c) Kurang serius (jika hanya memenuhi satu indikator) = skor 1
3. Kemampuan Menyelesaikan
Usaha dan kegiatan yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan.
a) Sangat Mudah (jika tersedia kriteria 5M+1T (man, money, method,
material, machine dan time) = skor 3
b) Mudah (jika hanya tersedia 4 kriteria dari 5 M (termasuk di dalamnya
money ditambah time) = skor 2
c) Tidak mudah (jika tidak tersedia kriteria money) = skor 1
4. Dampak bagi Masyarakat
Menimbulkan pengaruh positif atau negative, pengrusakan terhadap sesuatu
objek yang ditimbulkan oleh situasi atau keadaan tertentu di masyarakat :
a) Besar (menimbulkan dampak bagi komunitas/masyarakat) = skor 3
b) Sedang (menimbulkan dampak bagi rumah tangga) = skor 2
c) Kecil (menimbulkan dampak bagi individu) = skor 3
5. Komitmen politik
Sesuatu yang berhubungan dengan apakah masalah tersebut masuk dalam
program-program dan kebijakan-kebijakan oleh pengambil keputusan :
a) Besar (merupakan program prioritas kebijakan nasional dan tertuang
dalam Renstra dan RPJMD) = skor 3
b) Sedang (merupakan program prioritas Renstra dan RPJMD) = skor 2
c) Kecil (merupakan program prioritas dari SKPD) = skor 1
Tahapan ini dilakukan dengan mengalikan nilai pada masalah dengan
bobot pada masalah dan bobot pada masing-masing kriteria. Selanjutnya hasilnya
dijumlahkan sehingga diperoleh total skor masing-masing masalah. Hasil akhir
dari penentuan prioritas masalah seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja
dan Olahraga diperolehnya masalah tempat pengolahan makanan mempunyai nilai
total paling tinggi dengan skor 31. Adapun penetapan prioritas masalah dapat
dilihat dari tabel 3.1.
45
Tabel 3.1 Penetapan Prioritas Masalah dengan Teknik MCUA di Seksi
Penyehatan Lingkungan Tahun 2015
Tempat-
Pengolahan TTU Rumah Sehat
No Kriteria Bobot Makanan
S BxS S BxS S BxS
1 Besar Masalah 5 1 5 1 5 1 5
2 Keseriusan 4 2 8 2 8 2 8
Masalah
3 Kemampuan 1 3 3 3 3 2 2
Menyelesaika
n
4 Dampak bagi 3 3 9 2 6 1 3
Masyarakat
5 Komitmen 2 3 6 1 2 1 2
Politik
Jumlah 31 24 20
Peringkat I II III
16,08 %.
b. Keseriusan masalah diberi skor 2 karena pengaruh terhadap keberhasilan
5M+1T
d. Dampak bagi masyarakat diberi skor 3, karena penularan penyakit dapat
46
tikus dan kecoak, dan lain-lain. Tempat Pengolahan Makanan yang tidak
14,49%
b. Keseriusan masalah diberi skor 2 karena berpengaruh terhadap
5M+1T
d. Dampak bagi masyarakat diberi skor 2, karena dapat menimbulkan
4M
d. Dampak bagi masyarakat diberi skor 1, karena menimbulkan dampak
terhadap keluarga
e. Komitmen politik diberi skor 1, karena merupakan program prioritas dari
47
Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga. Hal ini dilakukan dengan melakukan
48
tulang ikan menyediakan struktur untuk diskusi kelompok sekitar potensi
penyebab masalah tersebut. Tujuan utama dari diagram tulang ikan adalah untuk
menggambarkan secara grafik cara hubungan antara penyampaian akibat dan
semua faktor yang berpengaruh pada akibat ini.
49
Metode
Lingkungan
Kurangnya kerjasama lintas
Masih kurangnya pengawasan dan sektoral
pembinaan di provinsi maupun tingkat Rendahnya
Kurangnya Kurangnya kerjasama lintas
Dukungan
kabupaten/kota
program
Cakupan Tempat
pengusaha TPM dan Pengolahan
Masyarakat dalam Kurangnya komitmen Makanan Sehat
mentaati peraturan Pencatatan dari kab/kota masih belum pemegang program
dilapangan
(Target Renstra
perundang- teorganisir dg baik
85%, Pencapaian
undangan tentang
hiene sanitasi TPM 68,92%)
1. 67,68% dari
Kurangnya anggaran di Belum adanya
Provinsi/Kabupaten/kota perda/perbup/perwako yg Kurangnya sarana Kurangnya SDM target 80.44%
untuk kegiatan mengatur ttg TPM dan prasarana TPM dan pembagian
Pengawasan TPM beban kerja di
seksi Keskerga
Kurang peralatan yg
mendukung utk Kurangnya Tenaga Kesling di Puskesmas
pengawasan TPM media promosi banyak yg memiliki tugas
ganda dibidang yg lain
Gambar 3.1 Diagram Fishbone Penyebab Rendahnya Cakupan Tempat Pengolahan Makanan Sehat di Prov. Sumbar
Tahun 2015
1
1. Manusia
a. Kurangnya Sumber Daya Manusia di Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Olahraga
Tabel 3.2 Penanggung Jawab Program di Seksi Penyehatan
Lingkungan
N
Petugas
O Program
1 Penyehatan Air Petugas (C,F)
2 Pengelolaan Tinja dan Limbah Rumah
Petugas (A)
Tangga
3 Pengamanan Limbah Petugas (A)
4 Sanitasi Tempat-Tempat Umum/Industri Petugas (B,D)
5 Penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan Petugas (A,E)
6 Penyehatan Perumahan Petugas (B)
7 Program Kabupaten/Kota Sehat Petugas (C)
8 STBM Petugas (B)
9 Kesehatan Kerja Petugas (G,H)
10 Olahraga Petugas (H)
11 Pengelolaan Dana APBN Petugas (B,C)
12 Pengelolaan Dana APBD Petugas (D,G)
13 Administrasi seksi Petugas (D,E,F)
14 Kegiatan EHRA Petugas (A)
15 Laporan Tahunan Petugas (A)
16 Inventaris Barang Petugas (C,E)
Sumber: Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
Tahun 2015
1
Berdasarkan wawancara dengan pemegang program TPM di Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera Barat mengatakan bahwa masih banyak
pemegang Program Kesehatan Lingkungan yang memiliki tugas ganda selain
sebagai tenaga Kesling juga sebagai bendahara puskesmas, bendahara BOK
dan lain-lain. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh pemegang
program Kesehatan Lingkungan di puskesmas yaitu Puskesmas Lubug Alung,
yang mengatakan bahwa selain memegang program kesehatan lingkungan
juga memegang tugas lainnya yaitu sebagai bendahara puskesmas, Program
Matra dan Surveilance.
2. Lingkungan
Kurangnya dukungan dari para pengusaha dalam mentaati peraturan
perundang-undangan yang menyangkut Sanitasi TPM dan kaitannya dengan
usaha kesehatan masyarakat. Ini disebabkan kurangnya pengetahuan
pengusaha/pengelola/penjamah makanan TPM tentang peraturan atau
persyaratan TPM sehat.
Adanya sikap keberatan dari pengusaha untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan karena memerlukan biaya ekstra, seperti biaya
pemeriksaan sampel makanan ke laboratorium daerah yang ditunjuk,
penyediaan tempat cuci tangan, tempat sampah yang memenuhi syarat baik
segi kuantitas dan kualitasnya. Selain pengadaan juga dibutuhkan pendanaan
dan pemeliharaan sarana yang ada sehingga apa yang disarankan oleh petugas
kesehatan seringkali tidak dilaksanakan seperti yang disarankan. Seperti yang
disampaikan oleh pengusaha rumah makan di Kota Padang yang mengatakan
untuk melengkapi sarana dan prasarana di tempat usahanya seperti pengadaan
wastafel lengkap dengan sabun, tersedianya toilet yang bersih membutuhkan
biaya tambahan baik untuk pengadaannya maupun untuk pemeliharaannya.
3. Metode
a. Pencatatan dari kabupaten/kota yang masih belum terorganisir dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari adanya keterlambatan pengiriman pelaporan
TPM dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke Dinas Kesehatan Provinsi, dari
tingkat puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota bahkan ada yang tidak
mengirimkan laporan dalam bulan tertentu sehingga dalam melakukan
2
pencatatan pelaporan tertentu akan mengalami kendala. Seperti yang
disampaikan oleh penanggung jawab laporan di Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Olahraga yang mengatakan bahkan untuk laporan yang
seharusnya sudah memasuki triwulan 2 akan tetapi pelaporan yang pada
triwulan 1 belum diterima.
Selain itu sistem pencatatan pelaporan juga kurang bersifat
informative. Hal ini dapat dilihat dari pencatatan pelaporan hanya
berdasarkan memenuhi syarat kesehatan atau tidak. Tetapi tidak ada informasi
item pemeriksaan yang mana yang tidak memenuhi syarat sehingga hal itu
susah untuk melihat permasalahan yang lebih spesifik dari item pemeriksaan
yang dilakukan untuk intervensi yang akan dilakukan.
Disamping itu pelaporan melalui portal e-Monev HSP sering
terkendala dengan gangguan jaringan, sehingga susah untuk pengiriman
laporan secara online.
3
Selain itu seringkali informasi yang disampaikan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota tidak total yang disampaikan ke tingkat puskesmas. Akibat
kurangnya pengawasan dan pembinaan ke tingkat kabupaten/kota dapat
mengakibatkan kurangnya motivasi dan kinerja petugas kabupaten dalam
pengelolaan TPM baik itu pelaporan maupun pengawasannya.
4
e. Belum ada koordinasi secara bersama lintas sektor untuk membicarakan
mengenai TPM dan belum adanya Assosiasi TPM.
b. Kurangnya media promosi untuk TPM sehat seperti spanduk atau poster.
5
Spanduk atau poster yang mengajak untuk memelihara dan menjaga
kesehatan sangat diperlukan selain sebagai pembelajaran bagi masyarakat
maupun sebagai informasi dan ajakan agar semua masyarakat khususnya
pengunjung tempat pengolah makanan agar dapat bersama-sama menjaga
kesehatan baik untuk dirinya sendiri, keluarga, masyarakat maupun kesehatan
lingkungan sekitarnya. Menurut Pemegang Program Kesling di Puskesmas
Lubug Buaya yang mengatakan bahwa ketika melakukan pengawasan hal itu
sudah disampaikan kepada pemilik atau pengelola TPM, akan tetapi hal itu
tidak mendapat perhatian. Padahal dengan adanya spanduk atau poster
tentang kesehatan akan memberikan informasi, ajakan dan penagajaran ke
pengelola, masyarakat maupun pengunjung guna bersama-sama menjaga
kebersihan terutama makanan yang dikosumsi.
5. Dana
a. Kurangnya anggaran di provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan pengawasan
TPM.
Kurangnya ketersediaan anggaran di Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat dalam mengalokasikan anggaran
untuk program TPM baik itu dari dana APBN maupun dari APBD. Kegiatan
6
dana APBN tahun 2015 yang digunakan adalah untuk Program STBM,
Perencanaan Anggaran, Evaluasi dan Pelaporan Penyehatan Lingkungan,
Peta Kualiats Air Minum, Proram TTU dan untuk Program TPM. Sedangkan
dana APBD tahun 2015 digunakan untuk pertemuan supervisi fasilitatif
pengawasan dan pemantauan higiene sanitasi lingkungan, beberapa workshop
pengembangan kab/kota sehat, sanitasi rumah sakit serta workshop
pamsimas dan penyehatan lingkugan lainnya, pemantauan percepatan sanitasi
pemukiman dan penilaian lingkungan bersih dan sehat. (Laporan Seksi
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olahraga tahun
2015).
1. Manusia
Berdasarkan penyebab masalah seperti yang dijelaskan dalam diagram fish
bone di atas maka alternatif pemecahan masalah dari segi manusia adalah:
a. Penambahan jumlah petugas di Seksi Penyehatan Lingkungan sehingga tidak
memiliki tugas ganda dalam menjalankan tugasnya dan petugas pemegang
program TPM dapat secara utuh dipegang oleh satu orang petugas.
b. Mengembalikan fungsi sanitarian agar dapat melaksanakan tupoksi tugas
sebagai sanitarian sehingga dapat bekerja lebih maksimal.
2. Lingkungan
Upaya yang dilakukan untuk pemecahan masalah rendahnya cakupan
Tempat Pengolahan Makanan dari segi lingkungan adalah:
7
Meningkatkan pengetahuan pemilik/pengusaha/penanggung
jawab/penjamah makanan TPM tentang TPM yang memenuhi syarat, dampaknya
terhadap kesehatan masyarakat hingga peraturan perundang-undangan yang harus
ditaati dengan melakukan sosialisasi terhadap pengusaha/penanggung jawab
TPM.
3. Metode
8
5. Dana
Pemecahan masalah rendahnya cakupan TPM sehat dari segi dana adalah:
a. Diperlukan advokasi dan argumentasi yang kuat kepada pemerintah pusat,
provinsi dan kabupaten/kota untuk mendapatkan alokasi pendanaan yang
cukup agar terlaksananya pengawasan, pembinan dan pelaksanaan program
secara maksimal
b. Pemanfaatan dana desa dengan melakukan pembinaan ke pemegang program
di kab/kota agar dapat melakukan advokasi di tingkat kab/kota hingga tingkat
desa untuk mendukung program pengawasan dan penertiban TPM.
a. Prioritas
M x I xV
Prioritas ( P )=
C
b. Efektivitas:
M = Magnitude yaitu besarnya masalah yang dapat diatasi
I = Important yaitu pentingnya jalan keluar untuk menyelesaikan
masalah
V = Vunerability atau sensitivitas (ketepatan jalan keluar untuk
masalah)
c. Penentuan skor
9
2 = bila biaya yang digunakan kurang besar
3 = bila biaya yang digunakan cukup besar
4 = bila biaya yang digunakan besar
5 = bila biaya yang digunakna sangat besar
Efektivitas
No Alternative Cost Skor Prioritas
M I V
1 Penambahan jumlah petugas di 4 3 3 2 18 X
Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja dan Olahraga
2 Mengembalikan fungsi sanitarian 5 3 5 4 18.8 IX
agar dapat melaksanakan tupoksi
tugas sebagai sanitarian sehingga
tidak mempunyai tugas ganda
3 Meningkatkan pengetahuan 5 4 5 3 33,3 III
pemilik / pengusaha / penanggung
jawab/penjamah makanan TPM
tentang TPM yang memenuhi
syarat, dampaknya terhadap
kesehatan masyarakat hingga
peraturan perundang-undangan
yang harus ditaati dengan
melakukan Pelatihan/kursus
terhadap pengusaha / penanggung
jawab TPM
4 Monitoring dan evaluasi laporan 4 5 3 4 15 XII
kabupaten/kota. Pelaporan dapat
dilakukan dengan menggunakan
teknologi yaitu e-Monev HSP
5 Membuat komitmen pada petugas 4 3 4 2 24 VI
yg telah dilatih
6 Meningkatkan kerjasama lintas 5 4 4 2 40 II
program seperti program promosi
kesehatan, pencegahan dan
penanggulangan penyakit dan
lain-lain
10
7 Meningkatkan kerjasama lintas 5 4 5 2 50 I
sektor seperti Dinas Perindustrian,
Dinas Pendidikan, Dinas
Pariwisata dan lain-lain serta
Pembentukan Assosiasi
8 Meningkatkan Sarana dan 4 5 5 4 25 V
Prasaran yang diperlukan petugas
seperti formulir, peralatan di
lapangan untuk pembinaan dan
pengawasan
Efektivitas
No Alternative Cost Skor Prioritas
M I V
9 Memperbanyakan KIE tentang 4 4 4 3 21,5 VII
TPM sehat baik pengadaan
tingkat provinsi, kabupaten
maupun kerjasama dengan
sponsor
10 Membuat peraturan bupati / 4 4 4 2 32 IV
walikota yang mendukung
pelaksanaan Higiene Sanitasi
TPM seperti mengajukan
persyaratan pembangunan TPM
sehat sebagai syarat perizinan
bangunan TPM
11 Diperlukan advokasi dan 4 5 4 4 20 VIII
argumentasi yang kuat kepada
pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota untuk
mendapatkan alokasi pendanaan
untuk kegiatan TPM
12 Melakukan pembinaan ke 5 4 4 5 16 XI
pemegang program di kab/kota
agar dapat melakukan advokasi di
tingkat kab/kota hingga tingkat
desa melalui pemanfaatan dana
desa
11
iii. Meningkatkan pengetahuan pemilik / pengusaha / penanggung
jawab/penjamah makanan TPM tentang TPM yang memenuhi syarat,
dampaknya terhadap kesehatan masyarakat hingga peraturan perundang-
undangan yang harus ditaati dengan melakukan Pelatihan/kursus terhadap
pengusaha / penanggung jawab TPM
12
Tabel 3.4 Paln of Action Upaya Peningkatan Cakupan TPM Sehat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017
Penanggung
No Tujuan Sasaran Waktu Biaya Tempat Metode Tolak Ukur
Kegiatan Jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Meningkatka Adanya Dinas 1 hari, Kepala Dinas APBN Aula -Diskusi Adanya komitmen
n kerjasama kerja sama Kesehatan, 1 x se Kesehatan, Provinsi Dinas bersama tentang peran
lintas sektor dan Dinas tahun Kabid Kesehatan dan tanggung jawab
seperti Dinas kesepakata Perindustri Kesmas, Provinsi dalam melakukan
Perindustrian, n dalam an, Badan Kasie PL pengawasan dan
Dinas pengawasa Perizinan, penertiban TPM
Pendidikan, n dan Badan
Dinas penertiban Perizinan,
Pariwisata TPM Dinas
badan Pariwisata
Peizinan
2 Meningkatka Adanya Pemegang 1 hari, Kepala Dinas APBD Aula -Ceramah Adanya kesepakatan
n kerjasama kesepakata Program 1 x se Kesehatan, Dinas -Diskusi dan komitmen dalam
lintas n dan Kesling, tahun Kabid Kesehatan koordinasi kegiatan
program koordinasi Puskesmas, Kesmas dan Provinsi dan pelaporan tentang
seperti antar UKS se Kasie, Kabid TPM
program pemegang Sumbar P2P dan
promosi program Kasie, Kabid
kesehatan, yang Infokes dan
pencegahan berkaitan Pembedayaan
dan dengan Masyarakat
penanggulan TPM dan Kasie
gan penyakit
dan lain-lain
1
Penanggung
No Tujuan Sasaran Waktu Biaya Tempat Metode Tolak
Kegiatan Jawab
3 Pelatihan/ku Meningkatkan 58 pemilik / 1 hari, Kepala Dinas APBD Aula -Ceramah Pengetah
rsus pengetahuan pengusaha / 1 x se Kesehatan, Dinas -Diskusi pengusah
terhadap pemilik / penanggung tahun Kabid P2P Kesehatan -Praktek nggungja
pengusaha / pengusaha / jawab/penjama Kasie PL Provinsi njamah
penanggung penanggung h makanan makanan
jawab/penja jawab/penjama TPM (@3 meningk
mah h makanan TPM/kab/kota dengan
makanan TPM tentang tercapain
TPM TPM yang target
memenuhi sehat
syarat
3.5. Rencana Anggaran Biaya
Dalam penyusunan rencana kerja banyak teknik yang digunakan dengan
memperhatikan keterkaitan antara kegiatan yang satu dengan yang lain. Di samping
itu juga dibutuhkan anggaran biaya untuk mendukung terlaksananya program atau
kegiatan yang akan dilaksanakan. Rencana biaya untuk meningkatkan cakupan TPM
sehat di Provinsi Sumatera Barat adalah :
Tabel 3.5 Rencana Anggaran Biaya Upaya Peningkatan Cakupan Tempat
Pengolahan Makanan di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017
1
e Cetak foto 1 Pkt 200,000 200,000
f Fotokopi 1 Pkt 300,000 300,000
g Belanja jasa akomodasi 25 25 Oh 50,000 1,250,000
orang x 1 hari
h Makan minum peserta panitia
Nasi kotak 35 orang x 1 kali 35 Ktk 25,000 875,000
x 1 hari
Snack 35 orang x 2 kali x 1 35 Ktk 15,000 525,000
hari
i Belanja Sewa Ruang Rapat 1 Hr 100,000 100,000
2
a Honor narasumber Prov 5 x 60 Oj 900,000 54,000,000
4 jam x 3 hari
Honor Moderator (1 org x 1
kl x 3 hr) 3 Oj 700.000 2,100,000
b ATK 298,200
Kertas F4 70 gr 6 Rim 41,000 246,000
Kertas A4 70 gr 6 Rim 40,000 240,000
Pensil Biasa 1 Ls 32,200 32,200
Map Kertas Buffalo 70 Bh 2,000 140,000
Amplop Putih 1 Dus 38,000 38,000
Tip Ex 20 ml 1 Bh 10,000 10,000
Toner Laser 1 Bh 892.500 892,500
c Belanja Seminar Kit peserta 70 Org 25,000 1,750,000
70 orang x 1 kl
Cetak Sertifikat 70 Org 150.000 10,500,000
d Cetak spanduk 2 Bh 200,000 400,000
No Uraian Kegiatan Volume Satuan Unit cost Jumlah
1 2 3 4 5 6
e Cetak foto 1 Pkt 200,000 200,000
f Belanja pengadaan 10.000 Lbr 250 2.500.000
g Belanja penjilidan laporan 5 Bh 15,000 75,000
h Perjalanan dinas peserta
i Uang harian peserta (58 x 3 174 Org 100,000 17,400,000
hr)
j Transportasi peserta (58x2 116 Org 50,000 5.800,000
hr)
k Belanja makan minum
kegiatan (70 x 3 hr) 210 pkt 85.000 17.850.000
l Belanja sewa ruang rapat 3 Hr 500,000 1,500,000
Sub Jumlah 115,971,900
Total 150,924,900
Tabel 3.6. Rencana Monitoring dan Evaluasi Pencapaian Program TPM Sehat
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017
3
No Kegiatan Input Proses Output Outcome
1 Meningkatkan 1. Peserta Terlaksananya Adanya TPM yang
kerjasama lintas pertemuan pertemuan dan kerja sama sehat
sektor seperti dari koordinasi dan
Dinas instansi dengan kesepakatan
Perindustrian, terkait pemerintan dalam
Dinas 2. Materi provinsi dinas pengawasan
Pendidikan, pendukung perindustrian, dan
Dinas Pariwisata 3. Peralatan: dinas penertiban
dan lain-lain laptop, pendidikan, TPM
LCD, dinas
wireless pariwisata dll
4. Dana
pertemuan
2 Meningkatkan 1.Peserta Terlaksananya Adanya Pelaporan,
kerjasama lintas pertemuan pertemuan dan kerjasama pengawasan
program seperti pemegang meningkatkan dan dan
program program kerjasama pelaporan pembinaan
promosi kesehatan dengan yang TPM lebih
kesehatan, lain pemegang berintegrasi baik
No Kegiatan Input Proses Output Outcome
pencegahan dan 2.Materi program antar
penanggulangan pendukung kesehatan program
penyakit. 3.Peralatan: lainnya kesehatan
laptop, LCD, yang
wireless mendukung
4.Dana program
pertemuan TPM
3 Pelatihan/Kursu 1.58 pemilik / Terlaksananya Meningkatn Meningkatn
s terhadap pengusaha / Pelatihan/Kurs ya ya
pengusaha / penanggung us terhadap pengetahua pengetahua
penanggung jawab/penja pengusaha / n pengusaha n
jawab/penjamah mah penanggung / pengusaha/
makanan TPM makanan jawab/penjama penanggung penanggung
TPM (@3 h makanan jawab/penja jawab/penja
TPM/kab/kot TPM mah mah
a makanan makanan
2.Peralatan dan TPM TPM
formulir sehingga
pemeriksaan tercapainya
Sanitasi target TPM
TPM
3.Peralatan:
4
laptop, LCD,
wireless
4.Dana
pertemuan
BAB 4. PEMBAHASAN
5
dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan
penjualan makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga yang menyatakan
bahwa Jasaboga adalah usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat
usaha atas dasar pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha
oleh sebab itu masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang
dikelola jasaboga yang tidak memenuhi persyaratan higiene sanitasi, agar tidak
membahayakan kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
942/MENKES/PER/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Kesehatan Makanan
Jajanan menyatakan bahwa makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang
diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai
makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga,
rumah makan/restoran, dan hotel untuk itu masyarakat perlu dilindungi dari
makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan agar tidak
membahayakan kesehatannya.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun 2014 tentang
Higiene Sanitasi Depot Air Minum bahwa Depot Air Minum yang selanjutnya
disingkat DAM adalah usaha yang melakukan proses pengolahan air baku
menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual langsung kepada konsumen
oleh sebab itu masyarakat perlu dilindungi dari risiko penyakit bawaan air akibat
mengkonsumsi air minum yang berasal dari depot air minum yang tidak
memenuhi standar baku mutu dan persyaratan higiene sanitasi.
Upaya-upaya program pengamanan makanan meliputi pengamatan setiap
tahap dari rantai peredaran makanan dari petani sampai meja makan guna
menurunkan bahaya yang diakibatkan oleh makanan tersebut. Titik kritis dalam
kegiatan pengawasan makanan adalah meliputi : 1) seleksi dan penerimaan bahan
makanan; 2) penyimpanan, penanganan, dan menyiapkan bahan makanan; 3)
memasak dengan efektif; 4) penanganan setelah dimasak, 5) membersihkan dan
6
sanitasi bahan makanan dan makanan jadi, termasuk pelayanan mengkemas makanan;
6) hygiene penjamah; dan 7) pelatihan penjamah makanan. Selain restoran/rumah
makan memilki sertifikat laik sehat dan grading, penjamah makanan juga wajib
memilki sertifikat kursus penjamah makanan (Depkes, 2003).
Sedangkan persyaratan higiene sanitasi TPM secara lengkap sebagai berikut:
Air bersih harus sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
yang berlaku. Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada
setiap tempat kegiatan.
Pembuangan air limbah. Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat
dari bahan kedap air, tidak merupakan sumber pencemar, misalnya memakai
saluran tertutup, septic tank dan riol. Saluran air limbah dari dapur harus
dilengkapi perangkap lemak.
Toilet. Toilet tidak berhubungan langsung dengan dapur, ruang persiapan
makanan, ruang tamu dan gudang makanan. Toilet untuk wanita terpisah dengan
toilet untuk pria, begitu juga toilet pengunjung terpisah dengan toilet untuk tenaga
kerja. Toilet dibersihkan dengan deterjen dan alat pengering seperti kain pel,
tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok dan sabun. Lantai dibuat kedap
air, tidak licin mudah dibersihkan. Air limbah dibuangkan ke septic tank, riol atau
lubang peresapan yang tidak mencemari air tanah. Saluran pembuangan terbuat
dari bahan kedap air. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bak
penampung dan saluran pembuangan. Di dalam kamar mandi harus tersedia bak
dan air bersih dalam keadaan cukup dan peturasan harus dilengkapi dengan air
yang mengalir.
Jamban harus dibuat dengan tipe leher angsa dan dilengkapi dengan air
penggelontoran yang cukup serta sapu tangan kertas (tissue). Jumlah toilet untuk
pengunjung dan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
Tempat sampah. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah
berkarat, mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa
bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk. Jumlah dan volume
7
tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah yang dihasilkan pada setiap
tempat kegiatan.
Disediakan juga tempat pengumpul sampah sementara yang terlindung dari
serangga dan hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh
kendaraan pengangkut sampah.
Tempat cuci tangan. Jumlah tempat cuci tangan untuk tamu disesuaikan dengan
kapasitas tempat duduk dengan satu tempat cuci tangan untuk 1-60 orang dengan
setiap penambahan 150 orang ditambah satu fasilitas ini. Tempat cuci tangan
dilengkapi dengan sabun/sabun cair dan alat pengering. Apabila tidak tersedia
fasilitas cuci tangan dapat disediakan : sapu tangan kertas yang mengandung
alkohol, lap basah dengan dan air hangat. Tersedia tempat cuci tangan khusus
untuk karyawan dengan kelengkapan seperti tempat cuci tangan yang jumlahnya
disesuaikan dengan banyaknya karyawan yaitu 1 sampai 10 orang, 1 buah; dengan
penambahan 1 buah untuk setiap penambahan 10 orang atau kurang. Fasilitas cuci
tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai oleh tamu atau
karyawan. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir, bak
penampungan yang permukaannya halus, mudah dibersihkan dan limbahnnya
dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.
Tempat mencuci peralatan terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan
mudah dibersihkan. Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas
dengan suhu 40C 80C dan air dingin yang bertekanan 15 psi (1,2 kg/cm2).
Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah.
Bak pencucian sedikitnya terdiri dari tiga bilik/bak pencuci yaitu untuk
mengguyur, menyabun, dan membilas.
Tempat pencuci bahan makanan terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat
dan mudah dibersihkan, bahan makanan dicuci dengan air mengalir atau air yang
mengandung larutan kalium permangat 0,02%. Tempat pencucian dihubungkan
dengan saluran pembuangan air limbah.
8
Fasilitas penyimpanan pakaian (locker) karyawan terbuat dari bahan yang kuat,
aman, mudah dibersihkan dan tertutup rapat. Jumlah loker dhsesuaikan dengan
jumlah karyawan, dan ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan dapur dan
gudang serta dibuat terpisah untuk pria dan wanita.
Aspek penting dalam penyelenggaraan sanitasi tempat-tempat umum ini
adalah:
1. Aspek teknis/hukum (persyaratan hygiene dan sanitasi, peraturan dan perundang-
undangan sanitasi)
2. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang kebiasaan hidup, adat istiadat,
kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi dan lain-lain
3. Aspek administrasi dan manajemen yang meliputi penguasaan pengetahuan
tentang cara pengelolaan TPM
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dengan Visi Terwujudnya
Masyarakat Sumbar Peduli Sehat, Mandiri, Berkualitas dan Berkeadilan merupakan
salah satu instansi yang ikut bertanggung jawab dalam pengawasan sanitasi TPM.
Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam program penyehatan TPM tingkat provinsi,
meliputi pembinaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian dengan mengacu pada
peraturan perundang undangan yang berlaku, meliputi :
1. Melakukan penyuluhan mengenai penyehatan sarana dan bangunan umum
sebagai bagian dari kampanye kesehatan sesuai kondisi daerah.
2. Menyelenggarakan penyehatan sarana dan bangunan umum di provinsi, melalui:
a. Penyebarluasan informasi tentang standard an persyaratan kesehatan
lingkungan.
b. Asistensi teknis, advokasi dan konsultasi bagi penyelenggara dan stakeholder.
c. Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan, di
bidang kesehatan lingkungan.
3. Mengembangkan sarana / peralatan pemantauan di lapangan.
4. Mengembangkan sistem kewaspadaan dini dan penanggulngan Kejadian Luar
Biasa.
5. Mengembangkan kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, asosiasi, organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat.
6. Pengembangan kajian dampak kesehatan lingkungan yang berorientasi pada
pemecahan masalah.
9
7. Mengembangkan jaringan informasi dan jejaring kerja antar lintas program,
lintas sektor di tingkat provinsi dan jaringan infomrasi secara regional maupun
nasional.
8. Melakukan pemantauan dan evaluasi.
Di Provinsi Sumatera Barat cakupan TPM sehat belum mencapai target. Hal
ini dapat dilihat dari data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014,
cakupan TPM sehat 66,13% dengan target 73%. Sedangkan pada tahun 2015
pencapaian TPM sehat sebesar 68,92% dengan target 85%. Oleh karena itu untuk
meningkatkan cakupan TPM sehat perlu dilakukan beberapa upaya yaitu:
Pembentukan peraturan bupati, walikota dan gubernur untuk mendukung
terlaksananya pengawasan TPM, Pertemuan lintas sektor tentang Pengawasan dan
Penertiban Tempat Pengolahan Makanan dan Pelatihan Sanitasi TPM bagi pemegang
program di kab/kota dan puskesmas.
4.1 Pertemuan lintas setor dan pembentukan Assosiasi tentang Pengawasan dan
Penertiban Tempat Pengolahan Makanan
Pertemuan lintas sektor merupakan pangkal awal dari melaksanakan
perencanaan pembinaan secara terpadu di masyarakat dengan mengedepankan skala
prioritas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu adanya saling pengertian
dan keterbukaan di antara komponen terkait. Untuk menggalang kerjasama lintas
sektor terutama dalam membuna peran aktif masyarakat maka perlu koordinasi antar
sektor yang terkait.
Tujuan kerjasama lintas sektor adalah untuk menggalang kerjasama dalam
rangka penyelenggaraan pembangunan di bidang kesehatan dalam hal ini adalah
mengenai TPM, meningkatkan pembinaan, mengetahui peran masing-masing dan
merumuskan kerjasama yang akan dilaksanakan.
Pertemuan lintas sektor dan pembentukan asosiasi untuk program TPM sehat
ini melibatkan beberapa sektor terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian,
Dinas Perhubungan, Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata dan Badan Perizinan.
Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan suatu kesepakatan dan kerjasama
dalam pengawasan dan penetiban TPM yang kedepannya diharapkan akan dapat
10
membntuk suatu kebijakan yang dapat diterbitkan di tiap-tiap kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera Barat. Kesepakatan yang diperoleh dari hasil pertemuan lintas
sektor di tingkat provinsi ini diharapkan dapat diikuti oleh setiap sektor hingga di
tingkat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat.
Untuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam waktu dekat dapat dilakukan
dengan membuat suatu tim yang bersama-sama turun dalam melakukan pengawasan
TPM. Hal ini akan dapat lebih menguatkan dan lebih terkoordinir apabila dilakukan
secara bersama-sama oleh instansi-instansi terkait.
11
persepsi dalam hal kegiatan dan pelaporan, sehingga dalam pengawasan TPM dapat
bekerjasama dengan program kesehatan lainnya. pertemuan lintas program ini
rencananya diikuti oleh 19 kabupaten/kota yang masing-masing 1 orang penanggung
jawab program TPM di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan 5 orang pemegang
program kesehatan lingkungan di puskesmas tiap kabupaten/kota. Selanjutnya dari
pertemuan tersebut diharapkan dapat meneruskan informasi tersebut di masing-
masing kabupaten/kota ke seluruh tingkat puskesmas sehingga baik kegiatan maupun
pelaporan tentang TPM dapat lebih terkoordinasi dan berkesinambungan.
12
Tempat Pengolahan Makanan atau pihak penyelenggara makanan memiliki
kewajiban untuk memastikan bahwa makanan yang diproduksi aman dikonsumsi oleh
konsumen. Diharapkan bahwa makanan tersebut tidak menjadi perantara bagi
beberapa kontaminan untuk menyebabkan penyakit akibat keracunan makanan. Dari
beberapa kasus keracunan, faktor risiko yang dapat teridentifikasi ialah bahan
makanan yang tidak higienis, proses pengolahan yang kurang tepat, waktu holding
yang tidak sesuai, peralatan yang terkontaminasi dan kebersihan penjamah makanan
yang buruk. Faktor risiko tersebut menjadi awal datangnya kontaminan makanan
yang dapat berasal dari bahan makanan itu sendiri, lingkungan, kontaminasi silang
bahkan penjamah makanan. Tipe kontaminan pun sangat beragam, mulai dari
kontaminan mikrobiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan cendawan, kontaminan
fisik seperti rambut, kontaminan kimia seperti zat additive, sampai kontaminan
radioaktif seperti buangan limbah pabrik. Akibat yang ditimbulkan dari keracunan
sangat beragam, mulai mual, muntah, dan diare biasa dan bahkan ada yang berakibat
fatal hingga terjadi. Karena akibat dari keracunan sangat merugikan dan bahkan
cenderung berbahaya bagi kesehatan seseorang, oleh karena itu diperlukan
pencegahan terjadinya keracunan dengan cara mencegah tercemarnya makanan atau
minuman yang akan dikonsumsi seseorang oleh kontaminan. Food handler atau
penjamah makanan ialah orang yang terlibat dalam bisnis industry atau
penyelenggara makanan yang menjamah makanan sebagai bagian dari pekerjaan
mereka, baik saat makanan dalam keadaan terbuka atau tertutup. Dalam
penyelenggaraan makanan, penjamah makanan menjadi pihak yang krusial terhadap
jaminan keamanan makanan. Pada umumnya penjamah makanan berasal dari
berbagai latar belakang yang berbeda, yang mana ketika bekerja di suatu
penyelenggaraan makanan menghadapi banyak tantangan terkait penanganan
makanan yang aman. Pemilik bisnis penyelenggara makanan memiliki tanggung
jawab untuk melatih dan melakukan supervisi kepada stafnya. Pelatihan keamanan
makanan, kewajiban melakukan praktek higienis serta lingkungan kerja yang
mendukung merupakan bagian yang integral untuk menjamin keamanan makanan.
Penjamah makanan yang tidak terlatih dengan baik dapat menjadi pemicu
13
kontaminasi makanan yang berujung pada keracunan makanan. Hasil pelatihan yang
baik tidak hanya didapatkan dari praktik yang intensif, tentunya juga berakar dari
teori yang memadai. Dengan adanya pelatihan/kursus diharapkan penjamah makanan
dan staff usaha penyelenggaraan makanan dapat mengetahui bagaimana mencegah
dan mengontrol kejadian kontaminasi pada makanan agar tidak menimbulkan bahaya
keracunan yang lebih besar yang nantinya akan berdampak buruk pada keseluruhan
sistem bisnis industri makanan.
Menurut Modul Pelatihan Higiene Sanitasi Penjamah Makanan pada
penyelenggaraan makanan tahun 2014, tujuan dari pelatihan/kursus pada penjamah
makanan adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan penjamah makanan terkait higiene dan sanitasi
dalam penanganan makanan pada sistem penyelenggaraan makanan
2. Meningkatkan tindak penanganan yang baik terhadap makanan oleh penjamah
makanan yang sesuai dengan prinsip higiene dan sanitasi yang tepat
3. Mencegah terjadinya food borne disease
Pelatihan Hiegiene Sanitasi makanan bagi penjamah makanan sangat penting
untuk dilaksanakan. Peserta pelatihan adalah 58 orang yang berasal dari TPM yang
ada di 19 kabupaten/kota, untuk tahap awal dan mengingat besarnya anggaran untuk
penyelenggaraan pelatihan/kursus maka peserta diambil dari 3 TPM mewakili
masing-masing kabupaten kota, dan khusus kota padang diwakili 4 TPM, karena
jumlah TPM paling bayank di kota Padang, yaitu 4.462 yang baru diawasi 3.554
(68,92%) (lampiran 1).
14
5.1. Kesimpulan
a. Manusia (Man)
b. Lingkungan
15
3) Kurangnya dukungan dari para pengusaha dalam mentaati peraturan
perundang-undangan yang menyangkut sanitasi TPM dan kaitannya
dengan usaha kesehatan masyarakat.
c. Metode
3) Kurangnya media promosi tentang TPM sehat seperti spanduk dan poster
e. Dana
16
c. Pelatihan/kursus higiene sanitasi makanan bagi pengusaha/penjamah makanan
pada TPM yang ada di kabupaten / kota
5.2. Saran
Adapun saran bagi dinas kesehatan Provinsi Sumatera barat dalam upaya
peningkatan cakupan tempat-tempat umum adalah:
a. Penambahan jumlah petugas dan adanya pemerataan beban kerja di seksi
penyehatan lingkungan dan sebaiknya setiap program di pegang oleh satu orang
petugas secara utuh baik penilaian maupun data dan kegiatan program sehingga
petugas dapat bekerja lebih optimal.
17
f. Monitoring dan evaluasi laporan kabupaten / Kota. Pelaporan dapat dilakukan
dengan menggunakan teknologi pengiriman laporan melalui portal e-Monev HSP.
h. Penggadaan sarana dan prasarana yang diperlukan petugas seperti pelaporan TPM
yang lebih informative dengan menambahkan item yang memenuhi syarat dan
tidak memenuhi syarat, peralatan dilapangan untuk pembinaan dan pengawasan
(Food Kit).
j. Advokasi dan argumentasi yang kuat kepada pemerintah pusat, Provinsi dan
Kabupaten / Kota untuk mendapatkan alokasi pendanaan yang cukup agar
terlaksananya pengawasan, pembinaan dan pelaksanaan program secara
maksimal.
18
d. Advokasi kepada pemerintah dan DPRD kabupaten / Kota untuk pembuatan
kebijakan tertulis seperti peraturan bupati/ walikota yang mendukung pelaksanaan
sanitasi TPM
g. Penggandaan sarana dan prasarana yang diperlukan petugas seperti pelaporan dan
peralatan di lapangan untuk pembinaan dan pengawasan.
i. Advokasi dan argumentasi yang kuat kepada pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten / Kota untuk mendapatkan alokasi pendanaan yang cukup agar
terlaksananya pengawasan, pembinaan dan pelaksanaan program secara maksimal
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Permenkes RI nomor 43 tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum
Permenkes RI nomor 942/MENKES/PER/SK/VII/2003 tentang Persyaratan
Kesehatan Makanan Jajanan
Modul Pelatihan/Kursus Higiene dan Sanitasi bagi Penjamah Makanan tahun 2015
21