Jurding Tinjauan Pustaka Neuritis
Jurding Tinjauan Pustaka Neuritis
Neuritis Optik
Oleh:
Nurul Fadli
Dita Apriyani
Syelvi rahmawati
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulisan jurnal reading stase mata ini dapat diselesaikan dengan
baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW,
Neuritis Optik. Penulisan jurnal reading ini diajukan untuk memenuhi tugas
yang sebesar besarnya kepada dr. Kartini Hidayati, SpM, selaku pembimbing
kami, yang telah membimbing dan menuntun kami dalam pembuatan laporan
kasus ini.
Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saya tetap membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun.
September 2016
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
satu bagiannnya yang disebut retina. Retina merupakan reseptor permukaan untuk
informasi visual. Sebagaimana ditunjukan oleh asal embriologis umum, retina dan
optikus) merupakan bagian dari kesatuan otak yang utuh, yang menyediakan
atau tekanan pada salah satu bagian dari jaras-jaras optikus. Pada pembahasan ini
3
1.2 Tujuan Penulisan
tentang Neuritis Optik dan sebagai metode pembelajaran pada kepanitraan klinik
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Komponen yang paling utama dari retina adalah sel-sel reseptor sensoris
atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan. Lapisan
terdalam (neuron pertama) retina mengandung fotoreseptor (sel batang dan sel
kerucut) dan dua lapisan yang lebih superfisial mengandung neuron bipolar
(lapisan neuron kedua) serta sel-sel ganglion (lapisan neuron ketiga).1, 2, 3
Sel batang berfungsi dalam proses penglihatan redup dan gerakan
sementara sel kerucut berperan dalam fungsi penglihatan terang, penglihatan
warna, dan ketajaman penglihatan. Sel batang memiliki sensitivitas cahaya yang
5
lebih tinggi daripada sel kerucut dan berfungsi pada penglihatan perifer. Sel
kerucut mampu membedakan warna dan memiliki fungsi penglihatan sentral.
Badan sel dari reseptor-reseptor ini mengeluarkan tonjolan (prosesus) yang
bersinaps dengan sel-sel ganglion retina. Akson sel-sel ganglion membentuk
lapisan serat saraf pada retina dan menyatumembentuk saraf optikus.1,3
Nervus optikus bermula dari optik disk dan berlanjut sampai ke kiasma
optikum, dimana ke dua nervus tersebut menyatu. Lebih awal lagi merupakan
kelanjutan dari lapisan neuron retina, yang terdiri dari axon-axon dari sel
ganglion. Serat ini juga mengandung serat aferen untuk reflex pupil. Secara
morfologi dan embriologi, neuritis optikus merupakan saraf sensorik. Tidak
seperti saraf perifer nervus optikus tidak dilapisi oleh neurilema sehingga tidak
dapat beregenerasi jika terpotong. Serat nervus optikus mengandung 1,0-1,2 juta
serat saraf.4
Nervus optikus memiliki panjang sekitar 47-50 mm, dan dapat di bagi
menjadi 4 bagian:1,4
Intraocular (1 mm): menembus sklera (lamina kribrosa), koroid dan masuk
ke mata sebagai papil disk.
6
Intrakranial (10 mm): melintas di atas sinus kavernosus kemudian
menyatu membentuk kiasma optikum.
7
Gambar 2.2. Jaras Nervus Optikus
8
Ditandai dengan hilangnya penglihatan atau kebutaan lengkap pada sisi
yang terkena dengan hilangnya refleks cahaya langsung pada sisi ipsilateral dan
reflek tidak langsung pada sisi kontralateral.3, 4
Penyebab umum dari lesi saraf optik adalah: optik atrofi, trauma pada
saraf optik, neuropati optik, dan neuritis optikus akut.
9
Lesi Kiasma Lateral
Gambaran menonjol pada lesi ini yaitu hemianopia binasal dengan
kelumpuhan refleks pupil. Penyebab umum dari lesi tersebut diantaranya
penggelembungan dari ventrikel ketiga yang menyebabkan tekanan pada setiap
sisi kiasma dan ateroma dari carotis atau arteri communican posterior.1, 3, 4
10
Neuritis optik adalah radang nervus optikus; penyakit ini dapat
diklasifikasikan ke dalam bentuk:1,2,5
intraokular, yang mengenai bagian saraf bola mata (papillitis)
2.2.2. Epidemiologi
2.2.3. Etiologi
a.
Demielinatif
Idiopatik
Sklerosis multiple
Neuromielitis optika (penyakit Delvic)
b.
Diperantarai imun
Neuritis optik pascainfeksi virus (morbili, mumps, cacar air,
influenza, mononukleosis infeksiosa
Neuritis optik pascaimunisasi
11
Ensefalomielitis diseminata akut
Polineuropati idiopatik akut (sindrom Guillain-Barre)
Lupus eritematosus sistemik
Penyakit leber
c.
Infeksi langsung
Herpes zoster, sifilis, tuberkulosis, crytococcosis, cytomegalovirus
d.
Neuropati optik granulomatosa
Sarkoidosis
Idiopatik
e.
Penyakit peradangan sekitar
Peradangan intraocular
Penyakit orbita
Penyakit sinus, termasuk mucormikosis
Penyakit intracranial: meningitis, ensefalitis
f.
Intoksikasi racun eksogen
Tobacco, etil alkohol, metil alkohol
g.
penyakit metabolic
Diabetes, anemia, kehamilan, avitaminosis
2.2.4. Patogenesis
12
Dasar patologi penyebab neuritis optikus paling sering adalah inflamasi
demielinisasi dari saraf optik. Patologi yang terjadi sama dengan yang terjadi pada
multipel sklerosis (MS) akut, yaitu adanya plak di otak dengan perivascular
cuffing, edema pada selubung saraf yang bermielin, dan pemecahan mielin.7, 8
Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina dapat mendahului
demielinisasi dan terkadang terlihat sebagai retinal vein sheathing. Kehilangan
mielin dapat melebihi hilangnya akson.7, 8
Dipercaya bahwa demielinisasi yang terjadi pada neuritis optikus
diperantarai oleh imun, tetapi mekanisme spesifik dan antigen targetnya belum
diketahui. Aktivasi sistemik sel T diidentifikasi pada awal gejala dan mendahului
perubahan yang terjadi didalam cairan serebrospinal. Perubahan sistemik kembali
menjadi normal mendahului perubahan sentral (dalam 2-4 minggu). Aktivasi sel T
menyebabkan pelepasan sitokin dan agen-agen inflamasi yang lain. Aktivasi sel B
melawan protein dasar mielin tidak terlihat di darah perifer namun dapat terlihat
di cairan serebrospinal pasien dengan neuritis optikus. Neuritis optikus juga
berkaitan dengan kerentanan genetik, sama seperti MS. Terdapat ekspresi tipe
HLA tertentu diantara pasien neuritis optikus.7, 8
Keluhan utama pada neutiris optikus adalah sama, baik pada papilitis,
dimana saraf yang terkena terletak intraokular, maupun pada neuritis retrobulbar
yang mengenai saraf ekstra okular.3
13
Nyeri ringan di dalam atau sekitar mata terdapat pada lebih dari 90%
pasien. Nyeri tersebut dapat terjadi sebelum atau bersama-sama
dengan hilangnya penglihatan dan berlangsung selama beberapa
hari. Rasa sakit akan bertambah bila bola mata ditekan dan disertai
sakit kepala.2 Pergerakan okular terutama gerakan ke atas dan ke
bawah juga dapat memperberat nyeri ini karena perlekatan sejumlah
serat otot rektus superior dengan duramater. 2, 6
Selalu terjadi pada neuritis optik bila mata yang lain tidak ikut
terlibat. Adanya defek pupil aferen ini ditunjukkan dengan
pemeriksaan swinging light test (Marcus-Gunn pupil). Marcus-
Gunn positif ialah apabila pada mata yang sehat diberi cahaya,
maka terjadi miosis pada kedua mata. Namun bila cahaya
dipindahkan pada mata yang sakit, maka kedua pupil akan melebar.
2, 6, 9
Buta warna pada mata yang terkena, terjadi pada 88% pasien. 2, 6, 9
14
Walaupun telah terjadi penyembuhan secara klinis, tanda neuritis optik
masih dapat tersisa. Tanda kronik dari neuritis optik yaitu:2,6
Kehilangan penglihatan secara persisten. Kebanyakan pasien neuritis optik
mengalami perbaikan penglihatan dalam 1 tahun.
Defek pupil aferen relatif tetap bertahan pada 25% pasien dua tahun
setelah gejala awal.
Desaturasi warna, terutama warna merah. Pasien dengan desaturasi warna
merah akan melihat warna merah sebagai pink atau orange bila melihat
dengan mata yang terkena.
Fenomena Uhthoff yaitu terjadinya eksaserbasi temporer dari gangguan
penglihatan yang timbul dengan peningkatan suhu tubuh. Olahraga dan
mandi dengan air panas merupakan pencetus klasik.
Diskus optik terlihat mengecil dan pucat, terutama didaerah temporal.
Pucatnya diskus meluas sampai batas diskus ke serat retina peripapil.
2.2.6. Diagnosis
Diagnosis meliputi:
1.
Anamnesis1,7,8
Penglihatan kabur (visus yang turun) mendadak
Adanya bintik buta
Perbedaan subjektif pada terangnya cahaya
Persepsi warna yang terganggu
Kekaburan penglihatan ketika beraktivitas dan meningkatnya suhu dan
berkurang jika beristirahat.
Rasa sakit pada mata yang mengganggu dan lebih sering pada tipe
neuritis retrobulbar daripada tipe papilitis.
Gejala berlangsung sementara pada salah satu mata (pada pasien
dewasa). Sedangkan pada pasien anak, biasanya mengenai kedua mata.
Terdapat riwayat demam atau imunisasi sebelumnya pada anak akan
mendukung diagnosis.
2. Pemeriksaan Fisik
15
Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan (20/30), sedang
(20/60), maupun berat (20/70).
Pemeriksaan lapang pandang, biasanya berupa skotoma sentral atau
sentrosekal. Namun setelah 7 bulan, 51% kasus memiliki lapangan
pandang yang normal.
Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya
langsung yang menurun atau hilang.
Penglihatan warna berkurang.
Adaptasi gelap mungkin menurun.
3. Pemeriksaan Penunjang
Funduskopi
- Pemeriksaan funduskopi pada papilitis terlihat gambaran hiperemia
dan edema diskus optik sehingga membuat batas diskus tidak jelas.
Pada papil terlihat perdarahan, eksudat star figure yang menyebar
dari papil ke makula, dengan perubahan pada pembuluh darah retina
dan arteri menciut dengan vena yang melebar. Kadang-kadang
terlihat edema papil yang besar yang menyebar ke retina. Edema
papil tidak melebihi 2-3 dioptri.
16
apabila prosesnya sangat destruktif, dapat berakhir sebagai optik
atrofi dan papil menjadi pucat, tak berbatas tegas, dan matanya buta.
MRI diperlukan untuk melihat nervus optikus dan korteks serebri. Hal
ini dilakukan terutama pada kasus-kasus yang diduga terdapat sklerosis
multipel.
Slit lamp
2. Neuropati optik
2.2.8. Penatalaksanaan
17
Pasien tanpa riwayat Multiple Sclerosis atau Neuritis optikus :
c.
Metilprednisolon IV (1 g per hari, dosis tunggal atau dosis terbagi
selama 3 hari) diikuti dengan prednison oral (1 mg/kg BB/hari
selama 11 hari kemudian 4 hari tappering off ). Tidak menggunakan
oral prednisolone sebagai terapi primer karena dapat meningkatkan
resiko rekuren atau kekambuhan.6,10,11
18
Dengan tidak ada lesi demielinasi dari hasil MRI:6,10,11
a.
Risiko terjadi MS rendah, kemungkinan terjadi sekitar 22% setelah
10 tahun kemudian.
b.
Intravena steroid dapat digunakan untuk mempercepatkan
pemulihan visual.
c.
Biasanya tidak dianjurkan untuk terapi kecuali muncul gangguan
visual pada mata kontralateral.
d.
MRI lagi dalam 1 tahun kemudian.
2.2.9. Komplikasi
2.2.10. Prognosis
19
100%), reaksi pupil aferen (5592%), diskus optikus (6080%), dan visual-
evoked potential (63100%). Rekurensi dapat terjadi pada mata yang lain, kira-
kira 30% dalam 5 tahun. 1, 6
20
BAB 3
KESIMPULAN
21
Proses penyembuhan dan pemulihan ketajaman penglihatan terjadi pada
92% pasien. Jarang yang mengalami kehilangan penglihatan yang progresif.
Meskipun demikian, penglihatan tidak dapat sepenuhnya kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA
22
8. Osborne B, Balcer LJ. Optic neuritis : Pathophysiology, Clinical Features,
and Diagnosis. Disitasi pada tanggal 28 April 2012. Disitasi dari
http://www.uptodate.com/opticneuritis
11. The Wilis Eye Manual : Office and Emergency Room Diagnosis and
Treatment of Eye Disease. 2008. P250-52.
Iskemik
Gejala Visus Visus sentral hilang Visus tidak hilang; Defek akut lapang
akut
23
Bilateral Jarang pada orang Selalu bilateral Khas unilateral
pada anak-anak
Gejala Tidak ada isokoria; Tidak ada isokoria; Tidak ada isokoria;
nomal.
Papilitis :
posterior vitreous
melebihi 3 diopter
peripapillary
retina
24
- Retinal Kurang jelas Sangat jelas Jelas
exudate
ada ada
kebocoran peripapillary
2.9 Penatalaksanaan
1. Dari hasil MRI bila terdapat minimum 1 lesi demielinasi tipikal : Regimen
selama 2 minggu :
oral
25
d. Dapat diberikan Ranitidine 150 mg oral untuk profilaksis
gastritis6,10,11
kekambuhan. 6,10,11
10 tahun kemudian
pemulihan visual
26
Mitoxantrone, suatu agen kemoterapi dan terapi antibiotik di monoklonal
2.10 Komplikasi
Neurits optik yang disebabkan oleh sklerosis multipel memiliki ciri khas
2.11 Prognosis
pasien neuritis optik, fungsi visual mulai membaik 1 minggu sampai 3 minggu
setelah onset penyakit walau tanpa pengobatan. Namun sisa defisit dalam
penglihatan warna, kontras, serta sensitivitas adalah hal yang umum. Kelainan
100%), reaksi pupil aferen (5592%), diskus optikus (60 80%), dan visual-
evoked potential (63100%). Rekurensi dapat terjadi pada mata yang lain, kira-
27
sklerosis multiple lebih buruk dibanding dengan pasien neuritis optik idiopatik.3,7
dengan hasil akhir visus yang lebih buruk juga, namun kadang kehilangan
persepsi cahaya pun dapat diikuti dengan kembalinya visus ke 20/20. Hasil akhir
visus yang buruk juga dihubungkan dengan panjangnya lesi yang terkena,
BAB 3
28
KESIMPULAN
satu mata (monokular). Terdapat subtipe dari neuritis optikus, yaitu neuritis
retrobulbar dan papilitis. Neuritis optikus tidak berdiri sendiri, namun disebabkan
adanya bintik buta, perbedaan subjektif pada terangnya cahaya, persepsi warna
yang terganggu. Pada anak, biasanya gejala bersifat mendadak mengenai kedua
Adanya defek pupil aferen relatif merupakan gambaran umum dari neuritis
tingkat keparahan penyakit. Selain itu, mitoxantrone juga dapat diberikan untuk
DAFTAR PUSTAKA
29
1. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya
Medika,2000.Hal 268, 274-287.
11. The Wilis Eye Manual : Office and Emergency Room Diagnosis and
Treatment of Eye Disease. 2008. P250-52.
30