Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri hiperglikemia
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Kelainan pada
sekresi/kerja insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Diabetes melitus sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan
gula normal. Pada kondisi normal, kadar gula tubuh akan selalu terkendali, berkisar 70-
110 mg/dL, oleh pengaruh kerja hormon insulin yang diproduksi oleh kalenjar pancreas.
Diabetes melitus juga merupakan penyakit yang menahun atau tidak dapat disembuhkan
(Mansjoer et al., 2000).

B. Klasifikasi Diabetes Melitus


American Diabetes Association (ADA) mengklasifikasikan diabetes melitus
berdasarkan patogenesis sindrom diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa.
Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4 yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus
tipe 2, diabetes gestational dan diabetes melitus tipe khusus (Price & Wilson, 2005).
1. Diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes melitus atau IDDM) merupakan diabetes
yang disebabkan oleh proses autoimun sel- T (autoimmune T- Cell attack) yang
menghancurkan sel- sel beta pankreas yang dalam keadaan normal menghasilkan
hormon insulin, sehingga insulin tidak terbentuk dan mengakibatkan penumpukan
glukosa dalam darah. Pasien dengan diabetes tipe 1 membutuhkan penyuntikan
insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darah. (Smeltzer & Bare, 2001).
2. Diabetes tipe 2, apabila pada diabetes melitus 1 penyebab utamanya adalah dari
malfungsi kalenjar pankreas, pada Diabetes Melitus Tipe 2, gangguan utama justru
terjadi pada volume reseptor (penerima) hormon insulin, yakni sel-sel darah. Dalam
kondisi ini produktifitas hormon insulin bekerja dengan baik, namun tidak terdukung
oleh kuantitas volume reseptor yang cukup pada sel darah, keadaan ini dikenal
dengan resistensi insulin. Diabetes melitus tipe 2 dapat terjadi pada usia pertengahan
dan kebanyakan penderita memiliki kelebihan berat badan (Smeltzer & Bare, 2001).
3. Diabetes Gestastional (diabetes kehamilan) adalah diabetes yang terjadi pada masa
kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Diabetes gestastional
disebabkan karena peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek
metabolik terhadap toleransi glukosa. Diabetes gastastional dapat hilang setelah
proses persalinan selesai. (Price & Wilson, 2005).
4. Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya
kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta
mengganggu sel beta pankreas sehingga mengakibatkan kegagalan dalam
menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom
hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu
sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (Arisman, 2011).

C. Faktor Resiko Terjadinya Diabetes Melitus


1. Faktor Usia
Usia bisa menjadi faktor risiko karena seiring bertambahnya umur terjadi penurunan
fungsi-fungsi organ tubuh, termasuk reseptor yang membantu pengangkutan glukosa
ke jaringan. Reseptor ini semakin lama akan semakin tidak peka terhadap adanya
glukosa dalam darah. Sehingga, yang terjadi adalah peningkatan kadar glukosa dalam
darah.
2. Jenis Kelamin
Pada usia kurang dari 40 tahun, pria dan wanita memiliki risiko yang sama
mengalami diabetes. Sedangkan pada usia lebih dari 40 tahun, wanita lebih berisiko
mengalami diabetes. Pada wanita yang telah mengalami menopause, gula darah lebih
tidak terkontrol karena terjadi penurunan produksi hormon esterogen dan progesteron.
Hormon esterogen dan progesteron ini mempengaruhi bagaimana sel-sel tubuh
merespon insulin.
3. Pola Makan
Kebiasaan makan yang banyak meningkatkan risiko diabetes. Makan yang sekaligus
banyak memicu insulin dan reseptor untuk bekerja lebih keras, sehingga reseptor
glukosa lebih cepat mengalami kerusakan
4. Keturunan
Kepekaan reseptor terhadap glukosa dapat diturunkan ke generasi berikutnya.
Sehingga, bila orang tua mengalami diabetes, kemungkinan anaknya juga dapat
mengalami diabetes.
5. Aktifitas Fisik
Masyarakat yang suka hidup dengan santai tanpa melakukan apapun ternyata
memiliki risiko lebih besar mengalami diabetes. Orang-orang yang sering bersantai
adalah orang yang membiasakan otot-otot luriknya tidak bekerja, sehingga otot lurik
tidak aktif. Bila otot lurik tidak aktif, maka reseptor yang menerima glukosa tidak
aktif. Akibatnya, glukosa akan tinggi kadarya dalam darah.
6. Kehamilan Besar atau Kembar
Kehamilan yang besar atau kembar ternyata dapat meningkatkan produksi hormon
pertumbuhan lebih banyak. Hormon pertumbuhan ini melawan kerja insulin. Akibat
dari kerja insulin yang dihambat yaitu kadar glukosa dalam darah tinggi.
7. Obesitas atau Kegemukan
Orang yang mengalami obesitas memiliki simpanan lemak yang lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Banyaknya lemak
dalam tubuh, meningkatkan jaringan adiposa. Padahal reseptor glukosa daat
ditemukan pada jaringan non-adiposa. Jaringan adiposa yang banyak mendesak
jaringan non-adiposa. Akibatnya, jumlah reseptor glukosa juga semakin sedikit.
Sehingga yang terjadi adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah

D. Kebutuhan Zat Gizi pada Penderita Diabetes


Prinsip pengaturan makan pada penderita diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Perlu ditekankan betapa
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan,
terutama bagi yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
Berikut kebutuhan gizi yang dianjurkan
a. Protein
ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10% sampai 20% energi dari
protein total. Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia kebutuhan protein
untuk orang dengan diabetes adalah 10 15% energi. Perlu penurunan asupan protein
menjadi 0,8 g/kg perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati
pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologi tinggi.
b. Lemak
Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih 10% energi
dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya total energi dari lemak tidak
jenuh tunggal dan karbohidrat. Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan
kolestrol adalah untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu <
10% asupan energi sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan makanan
kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.
c. Karbohidrat
Efek karbohidrat pada kadar gula darah sangatlah kompleks. Para penderita
diabetes hendaknya lebih mengontrol jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi
daripada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat untuk penderita diabetes
di Indonesia adalah 45-60% total asupan energi. Penderita diabetes lebih dianjurkan
mengkonsumsi karbohidrat berserat seperti kacang-kacangan, sayuran, buah segar
dan sebagainya.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari
perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu dengan
diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa harus
diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan
menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan substitusi ini
kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandungan zat gizi
makanan yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan.
d. Serat
Makanan berserat akan memberikan serat pangan, vitamin dan mineral serta
substansi lain yang penting bagi kesehatan. Dengan mengonsumsi serat dalam jumlah
yang cukup dapat memberikan manfaat metabolic berupa pengendalian gula darah,
hiperinsulinemia dan kadar lipid plasma atau faktor risiko kardiovaskuler. Jumlah
serat yang dianjurkan untuk dikonsumsi bagi penderita DM sama dengan jumlah serat
yang dianjurkan pada masyarakat umum, yaitu 15-20 gram/1000 kkal setiap harinya
dari berbagai bahan makanan sumber serat,terutama serat larut.

e. Pemanis
1. Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa. Dalam hal ini
fruktosa dapat memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes.
Namun demikian, karena pengaruh penggunaan dalam jumlah besar (20% energi)
yang potensial merugikan pada kolesterol dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya
menguntungkan sebagai bahan pemanis untuk orang dengan diabetes. Penderita
dislipidemia hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar.
2. Sorbitol, mannitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang
menghasilkan respon glikemik lebih rendah dari pada sukrosa dan karbohidrat
lain.
f. Natrium atau Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu
tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai
sedang, dianjurkan 2400 mg natrium perhari.
g. Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol antara penderita diabetes dengan masyarakat umum
sama. Bagi orang dengan diabetes yang mempunyai masalah kesehatan lain seperti
pancreatitis, dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk mengurangi
atau menghindari alkohol. Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan sebagai bagian
dari asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman alcohol sama dengan
2 penukar lemak).

GIZI DIABET, GIZI OBESITAS, GIZI STROKE, DAN GIZI MANULA

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Gizi Kewirausahaan


yang dibimbing oleh Ir. Nugrahaningsih, M.Pd

Disusun oleh:

Offering G

Anisa Fariantika (140342601189)


Atika Dewi Evitasari (140342600581)
Dewi Maspufah (140342601290)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
SEPTEMBER 2016

Anda mungkin juga menyukai