Anda di halaman 1dari 8

1.

Bunyi dan Kebisingan


Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau
kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui
medium, medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas.
Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi
suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau
frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitude atau kenyaringan
bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar bunyi saat
gelombang bunyi, yaitu getaran udara atau medium lain, sampai kegendang
telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga
manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan
berbagai variasi dalam kurva responya. Suara diatas 20 kHz
disebut ultrasonic dan dibawah 20 Hz disebut infrasonik.
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan
dalam satuandesibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi
yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang
menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang
tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang
bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul
udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran
sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis
dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan
gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan
konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan
kenyamanan dan kesehatan
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap
mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak
bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,
perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan
kegiatan rumah tangga.
Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam,
yaitu
a. Mesin. Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
b. Vibrasi. Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang
ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan
bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan,
bearing, dan lain-lain.
c. Pergerakan udara, gas dan cairan. Kebisingan ini di timbulkan akibat
pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri
misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare
boom, dan lain-lain.

2. Human Acoustics
Ilmu suara pendengaran manusia disebut human acoustics yang secara
khusus menunjukkan proses yang berbeda yang terlibat dalam persepsi
beberapa suara dengan telinga kita. Gelombang suara mengatur osilasi
dalam gendang telinga terdiri dari membran timpani di telinga bagian atas.
Osilasi di gendang telinga menyebabkan gerakan dari tiga tulang kecil yang
lembut di telinga tengah di belakang gendang telinga. Gerakan atau osilasi
dalam telinga tengah melalui cairan kental di telinga bagian dalam,
menciptakan osilasi dari cairan. Osilasi ini kemudian mencapai saraf
pendengaran dan akhirnya diteruskan ke otak. Osilasi atau suara
diidentifikasi dan diinterpretasikan dalam otak, yang memiliki kapasitas
untuk menganalisis suara ke dalam komponen frekuensi yang berbeda.

3. Unit Pengukuran Kebisingan


Salah satu parameter akustik (suara) gelombang yang umumnya
digunakan untuk menilai paparan suara manusia adalah tingkat tekanan
suara dinyatakan dalam Pa atau Pa. Manusia telinga 'tingkat tekanan suara
yang dapat didengar berkisar dari 20 Pa (ambang batas pendengaran)
sampai 20 Pa (nyeri threshold), sehingga dalam skala 1: 10.000.000. Sejak
menggunakan skala besar seperti tidak praktis, skala logaritmik dalam
desibel (dB) diperkenalkan yang juga sesuai dengan fisiologis dan psikologis
sensasi pendengaran.
Sebuah unit suara setiap satuan akustik pengukuran suara.
dB, desibel - noise pengukuran suara disebut desibel (dB). Rasio dari
tekanan suara untuk referensi tekanan untuk sesuatu.
sone - sebuah unit dari kenyaringan yang dirasakan sama dengan
kenyaringan nada 1000-hertz pada 40 dB di atas ambang batas, dimulai
dengan 1 sone.
phon - unit kenyaringan subjektif.
Hz, hertz = satuan frekuensi suara disebut hertz (Hz)

Untuk mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan


menggunakan alat Sound Level Meter. Ada tiga cara atau metode
pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.
a. Pengukuran dengan titik sampling. Pengukuran ini dilakukan bila
kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu atau
beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk
mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan
sederhana, misalnya Kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber
harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga
harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang digunakan.
b. Pengukuran dengan peta kontur. Pengukuran dengan membuat peta
kontur sangat bermanfaat dalam mengukur kebisingan, karena peta
tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam
cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet
pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat.
Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan
kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas dibawah 85
dBA warna orange untuk tingkat kebisingan yang tinggi diatas 90 dBA,
warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85 90 dBA.
c. Pengukuran dengan Grid. Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan
membuat contoh data kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titiktitik
sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi.
Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang
berukuran dan jarak yang sama, misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut
ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan identitas.

4. Zona Kebisingan
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 718/MENKES/PER/XI/1987
menyebutkan pembagian tingkat kebisingan menurut empat zona (Wiyadi
1996):

Zona A : Intensitas 35 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat


penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.
Zona B : Intensitas 45 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan,
tempat Pendidikan dan rekreasi.
Zona C : Intensitas 50 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran,
Perdagangan dan pasar.
Zona D : Intensitas 60 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri,
pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.

Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation


Association)
Zona A: intensitas > 150 dB daerah berbahaya dan harus dihindari
Zona B: intensitas 135-150 dB individu yang terpapar perlu memakai
pelindung telinga (earmuff dan earplug)
Zona C: 115-135 dB perlu memakai earmuff
Zona D: 100-115 dB perlu memakai earplug
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga
bunyi maka bising dibagi dalam 3 kategori:

a. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu


bising yang disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal bising
dari mesin ketik.
b. Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh
frekuensi bunyi antara 31,5 8.000 Hz.
c. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi
akibat adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan
meriam, tembakan bedil.

Menurut SK Dirjen P2M dan PLP, penjelasan terkait tingkat kebisingan


sebagai berikut:
Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise
Level =Leq) adalah tingkat kebisingan terus menerus (=steady noise)
dalam ukuran dBA, berisi energi yang sama dengan energi kebisingan
terputus-putus dalam satu periode atau interval waktu pengukuran.
Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang
diperbolehkan adalah rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada
siang, petang dan malam hari.
Tingkat ambien kebisingan (=Background noise level) atau tingkat
latar belakang kebisingan adalah rata-rata tingkat suara minimum dalam
keadaan tanpa gangguan kebisingan pada tempat dan saat pengukuran
dilakukan, jika diambil nilainya dari distribusi statistik adalah 95% atau L-
95.

5. Dampak Kebisingan
Dampak kebisingan adalah sebagai berikut:
a. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa
peningkatan tekanan darah ( 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi
pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala.
Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor
vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo.
Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan
bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin,
tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
b. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam
waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis,
jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
c. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang
menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan
ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan
terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya.
Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan
keselamatan seseorang.
d. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang
angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis
berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
e. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada
indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah
diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising
pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat
sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja
terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat
normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian
makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang
biasanya digunakan untuk percakapan.

Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :


Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi.
Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya
sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga
kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih
kembali.
Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di
pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
a. Tingginya level suara
b. Lama paparan
c. Spektrum suara
d. Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan
terjadi TTS akan lebih besar
e. Kepekaan individu
f. Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat
(pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan
kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya
g. Keadaan Kesehatan
Trauma Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau
seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal
atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi,
ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan
meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang
pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan
gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal
denganprebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini
harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan
bising ditempat kerja.
Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan
pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang
dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat
keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang
pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).

6. Nilai Ambang Batas Kebisingan


Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman
untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40
jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah
intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk
waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam
seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut
No TINGKAT KEBISINGAN PEMAPARAN
. (dBA) HARIAN
1. 85 8 jam
2. 88 4 jam
3. 91 2 jam
4. 94 1 jam
5. 97 30 menit
6. 100 15 menit

Anda mungkin juga menyukai