Anda di halaman 1dari 187

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN

RESTORAN BUMBU DESA BOGOR

Oleh :
ARISMAN
A14104006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN

ARISMAN. Analisis Kepuasan Konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor.


Dibawah bimbingan POPONG NURHAYATI.

Kota Bogor merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah


penduduk pada tahun 2007 sebesar 879.138 jiwa (BPS Bogor 2007). Berdasarkan
data dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Bogor, jumlah penduduk Kota
Bogor yang bekerja pada tahun 2003 sebesar 1705 orang. Pada tahun 2004,
jumlah penduduk Kota Bogor yang bekerja meningkat sebesar 183,28 persen.
Pada tahun 2005, penduduk Kota Bogor yang bekerja mengalami penurunan
sebesar 44,02 persen. Kemudian pada tahun 2006, jumlah penduduk Kota Bogor
yang bekerja mengalami pertumbuhan sebesar 15,5 persen.
Semakin tingginya jumlah penduduk Kota Bogor yang bekerja
menyebabkan terjadinya berbagai perubahan-perubahan pada pada perilaku
masyarakat Kota Bogor. Salah satu perubahan tersebut adalah pada perilaku
makan. Dengan kesibukan yang dimiliki, sebagian masyarakat Kota Bogor tidak
memiliki cukup waktu untuk memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan,
termasuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu makanan. Sebagian masyarakat Kota
Bogor mencari pola konsumsi makan yang lebih bersifat praktis, cepat, sehat dan
nyaman. Kegiatan pola konsumsi yang bersifat praktis, cepat, sehat dan nyaman
tersebut dapat diperoleh masyarakat melalui restoran-restoran yang banyak
tersebar. Salah satu jenis restoran yang mengalami perkembangan setiap tahunnya
adalah restoran tradisional. Restoran Bumbu Desa Bogor adalah salah satu
restoran tradisional Sunda yang baru beroperasi pada tanggal 8 September 2007.
Pada awal beroperasinya, Restoran Bumbu Desa Bogor melakukan promosi arak-
arakan berbudaya Sunda dengan membawa beranekaragam bahan baku produk
(ayam, sayur-sayuran, dan lain-lain). Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian
konsumen. Selain promosi arak-arakan, Restoran Bumbu Desa Bogor juga
melakukan promosi iklan di media cetak, radio, spanduk/baliho yang dipasang di
jalan-jalan dan meyebarkan undangan ke instansi-instansi di Bogor. Bentuk-
bentuk promosi yang dilakukan tersebut berhasil, terbukti dari penerimaan
penjualan restoran pada bulan pertama melebihi target dari apa yang diharapkan.
Setelah bulan pertama, penerimaan penjualan Restoran Bumbu Desa Bogor tidak
stabil (fluktuatif). Pihak restoran banyak menerima keluhan dari konsumen.
Banyak konsumen yang mengeluh dengan rasa produk yang berubah-ubah setiap
harinya untuk jenis yang sama, kecepatan waitress (pelayan restoran) yang lama
dalam mengantarkan pesanan ke kosumen, wastafel yang terlalu pendek atau
ceper sehingga lantai di bawah wastafel becek dan lain-lain. Selain itu
Restoran Bumbu Desa Bogor menawarkan berbagai produk, harga dan pelayanan
yang berbeda dibandingkan restoran-restoran yang sudah ada. Pemesanan produk
ke pramusaji di dapur (tempat penataan produk/makanan yang ditawarkan dengan
cara prasmanan) mengundang berbagai reaksi dari konsumen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen
Restoran Bumbu Desa Bogor, menganalisis kepuasan konsumen Restoran Bumbu
Desa Bogor, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen
Restoran Bumbu Desa Bogor, memberikan alternatif strategi yang dapat
dilakukan oleh restoran untuk meningkatkan kinerja restoran serta kepuasan
konsumen. Penelitian ini dilaksanakan di Restoran Bumbu Desa Bogor dari bulan
Februari 2008 sampai Maret 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan
observasi langsung melalui wawancara dengan pihak manajer restoran dan
responden, serta menyebarkan kuesioner kepada responden. Data sekunder
diperoleh Badan Pusat Statistik (BPS) kota Bogor, Dinas Informasi
Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial
Kota Bogor, perpustakaan, internet, dan literatur dari berbagai sumber yang terkait
dengan topik penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei
dengan mengambil sampel dari satu populasi menggunakan kuisioner sebagai alat
pengumpulan data pokok. Pengambilan sampel responden dalam penelitian ini
digunakan teknik judgement sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang
dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan kriteria-kriteria acuan. Penelitian
ini menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM). Ukuran sampel
yang disarankan untuk analisis SEM adalah antara 100-200 (Firdaus dan Farid,
2008). Peneliti mengambil 150 responden terpilih dengan menyebarkan 150
kuesioner. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah pengujian
kuesioner, analisis deskriptif, dan analisis SEM.
Restoran Bumbu Desa Bogor merupakan restoran yang baru beroperasi di
Kota Bogor yang menerapkan sistem prasmanan/semi buffet dalam penyajian
produk makanan. Restoran Bumbu Desa Bogor memiliki visi Bumbu Desa
didirikan sebagai wujud dedikasi dan apresiasi kepada para jagoan-jagoan masak
zaman dahulu, ibu rumah tangga dan pembantu-pembantu rumah yang telah
berjasa dalam memperkaya khasanah dan cita rasa masakan Sunda sehingga
menjadi kekayaan keanekaragaman cita rasa nusantara sampai saat ini.
Sedangkan misi dari Restoran Bumbu Desa Bogor adalah Kami Sangat
Mengenal Konsumen Kami, Kami Mengenal Pesaing Kami, Kami Memiliki
Strategi, Pemimpin Kami Mengetahui Arah, Kami Sepenuhnya Memegang
Kendali, Kami Selalu Dapat Menciptakan Perubahan, Kami sangat Menikmati
Apa yang sedang Kami Lakukan.
Karakteristik konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor berusia 27-36 tahun,
berjenis kelamin laki-laki, daerah asal Kota Bogor, suku bangsa Sunda,
pendidikan terakhir sarjana (S1), pegawai swasta/BUMN, pendapatan per bulan >
Rp 3.600.000, informasi Restoran Bumbu Desa Bogor diperoleh melalui
teman/kerabat. Kepuasan terhadap kualitas produk paling tinggi pada variabel
keragaman produk. Konsumen sudah puas terhadap harga produk. Kepuasan
konsumen terhadap service quality (kualitas pelayanan) paling tinggi pada
variabel kesigapan waitress dan kebersihan fasilitas restoran. Kepuasan konsumen
terhadap emotional factor (faktor emosi) paling tinggi pada variabel bentuk
produk. Kepuasan konsumen terhadap kemudahan paling tinggi pada variabel
kemudahan mendapatkan produk.
Berdasarkan hasil SEM, variabel keragaman produk memiliki pengaruh
tertinggi dalam membangun kepuasan terhadap kualitas produk dengan nilai
sebesar 0,89. Variabel harga produk memiliki pengaruh dalam membangun
kepuasan harga dengan nilai sebesar 1,00. Variabel kesigapan waitress dan
kebersihan fasilitas restoran memiliki pengaruh tertinggi dalam membangun
kepuasan service quality (kualitas pelayanan) dengan nilai sebesar 0,70.
Variabel bentuk produk memiliki pengaruh tertinggi dalam membangun kepuasan
emotional factor (faktor emosi) dengan nilai sebesar 0,71. Variabel kemudahan
mendapatkan produk memiliki pengaruh tertinggi dalam membangun kepuasan
kemudahan dengan nilai sebesar 0,98. Dari kelima variabel laten dalam
membangun kepuasan konsumen, service quality (kualitas pelayanan) memiliki
pengaruh tertinggi dengan nilai sebesar 0,88 dan harga memiliki pengaruh
terendah dengan nilai sebesar 0,18.
Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk rasa produk adalah terus
meningkatkan kualitas dan kelezatan produk dengan memberikan takaran bumbu
yang pas yang juga disesuaikan dengan jenis produk yang ditawarkan, yang
tentunya juga harus sesuai dengan selera konsumen. Rasa produk yang ditawarkan
restoran harus konsisten setiap harinya. Adanya potongan harga akan merangsang
konsumen untuk melakukan pembelian produk dalam jumlah yang besar. Selain
itu, strategi harga produk yang bisa diterapkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor
adalah memberikan potongan harga (diskon) kepada konsumen yang telah
mempunyai member card. Alternatif strategi yang dapat diterapkan restoran untuk
meningkatkan kecepatan mengantarkan pesanan adalah menambah jumlah
waitress yang beroperasi untuk setiap shift-nya.Warna produk yang ditawarkan
Restoran Bumbu Desa Bogor sudah menarik, kelihatan fresh dan sesuai dengan
warna aslinya untuk suatu produk. Pihak manajemen restoran harus
mempertahankan kinerja warna produk yang ditawarkan. Alternatif strategi yang
bisa dilakukan Restoran Bumbu Desa Bogor kepada konsumen yang sedang
waiting list adalah memberikan minuman pembuka secara gratis, membuat stand
makanan dan stand minuman di teras tempat waiting list. Hal ini dapat
meningkatkan kepuasan konsumen tersebut.
Adapun saran yang dapat diberikan bagi pihak Restoran Bumbu Desa
Bogor adalah (1) Restoran Bumbu Desa Bogor harus mengaktifkan lagi
pembuatan member card untuk semua konsumen yang melakukan pembelian di
RestoranBumbu Desa Bogor lebih dari 2 kali, (2) melakukan promosi restoran
dengan menyebarkan brosur-brosur dan pamflet ke perusahan-perusahan, instansi-
instansi dan kelompok-kelompok di luar Kota Bogor, (3) rasa produk yang
ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor harus konsisten setiap harinya, (4)
memberikan potongan harga (diskon) kepada konsumen yang melakukan
pembelian dalam jumlah besar, (5) membuat daftar harga untuk menu makanan,
(6) menambah jumlah waitress yang beroperasi untuk setiap shift-nya untuk
meningkatkan kecepatan mengantarkan pesanan konsumen, (7) pihak manajemen
restoran harus mengatur formasi penempatan waitress antara waitress yang
bertugas mengantarkan pesanan ke konsumen dengan waitress yang stand by di
setiap bagian area restoran, (8) menggunakan wadah yang cocok untuk produk
yang ditawarkan, sehingga kepuasan konsumen terhadap variabel ini dapat
ditingkatkan, dan (9) memberikan minuman pembuka secara gratis, membuat
stand makanan dan stand minuman di teras tempat waiting list. Hal ini dapat
meningkatkan kepuasan konsumen tersebut.
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN
RESTORAN BUMBU DESA BOGOR

Oleh :
ARISMAN
A14104006

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul : Analisis Kepuasan Konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor
Nama : Arisman
NRP : A14104006

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir.Popong Nurhayati
NIP. 131 995 654

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr


NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN BUMBU DESA BOGOR

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Arisman
A14104006
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 20 Desember 1985. Penulis

merupakan anak pertama dari empat bersaudara, putra pasangan keluarga Bapak

Khaidir dan Ibu Erna

Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 43 Ganting Tambuo,

Bukittinggi dari tahun 1992 sampai tahun 1998. Penulis melanjutkan pendidikan

menengah di SLTP Negeri 1 Tilatang Kamang, Bukittinggi pada tahun 1998

hingga selesai pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan

di SMU Negeri 1 Tilatang Kamang, Bukittinggi dan lulus pada tahun 2004. Pada

tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi

Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan

Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi

kemahasiswaan diantaranya sebagai staff Keuangan Departemen Usaha Koperasi

Mahasiswa periode 2005-2006, Staf Departemen Kewirausahaan MISETA

periode 2005-2006 dan Staf Departemen Dalam Negeri BEM Fakultas Pertanian

2006-2007. Selain itu, penulis juga aktif sebagai Asisten Dosen Ekonomi Umum

selama penulis semester 7 dan semester 8. Penulis juga aktif dalam berbagai

kepanitiaan acara di kampus.


UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWt, yang telah

memberi rahmat, hidayah, dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik, tidak lupa shalawat dan salam selalu penulis sampaikan

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Penulis juga menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Kedua orang tuaku, Ayah dan Ibu atas doa dan dukungan tiada henti. Irwan,

Ardi, dan Rani adikku terima kasih atas doa dan sms-sms motivasinya.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

dengan sabar memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi bagi penulis.

3. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen penguji utama yang telah berkenan

memberikan saran dan kritik pada penelitian ini.

4. Etiya, SP, MM selaku dosen penguji wakil departemen atas segala saran dan

kritik pada penelitian ini.

5. Ir. Anita Ristianingrum, MSi selaku dosen pembimbing akademik atas

bimbingan selama penulis kuliah.

6. Pihak Restoran Bumbu Desa Bogor: Pak Rony Umaran, Mas Robi, Mas Rudi,

Mba Lisa, Mba Rita, Mas Taufik, Mba Pifit serta seluruh karyawan restoran,

terima kasih untuk seluruh informasi,bantuan,dan keramahan selamapenulis

melakukan penelitian.

7. Dosen pengajar dan pengelola Manajemen Agribisnis tanpa terkecuali terima

kasih atas semua pengalaman dan ilmunya.


8. Harizt terima kasih atas pinjaman komputernya yang mempermudah penulis

dalam menulis skripsinya.

9. Mela terima kasih atas bantuan dan semua masukan-masukannya dalam

penulisan skripsi ini.

10. Vera terima kasih atas bantuannya dan kesabarannya dalam mengolah data

penelitian penulis.

11. Teman-teman yang telah menjadikan empat tahun belakangan ini lebih

menyenangkan dari pada yang penulis bayangkan., Maswah, Dini, Cumenk,

Iwan, Acuy, Lukman, Ovik, Beckhem, Agus, Nurhadi, Tika, Dika, Cimay,

Yustika,, Trio Kendal, Ranjur, Mita, Trow2, Ucy, Nuy, Rini, Meli, Nanin,

Loci, Irna, Tezti, Bibip, Dina, Bertha, Chika, Silmy, Fadel, Krishna, Ragil,

Doni, Taufik, Anggoy, Duta, Nunu dan semua anak AGB 41 yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

12. Ciwel terima kasih telah menjadi pembahas pada seminar penilitian penulis.

13. Dita, Hariz, dan Dila teman-teman satu bimbingan skripsi..semangat ngerjain

skripsinya..!!!

14. Mita, Dini, Juventi, Cumi selama 7 semester bersama-sama dalam bimbingan

akademik.

15. Teman-teman KOPMA: Warid, Galih, Ilyas, Nyoti, Endah, Nita, Medina,

Jaka, Edi, Mas Bagus, Mas Ario, Vani, Eri, Mas Tri, Ganang, Evan. Masa-

masa indah di KOPMA tidak akan penulis lupakan. Semua waktu penulis

banyak dihabiskan di KOPMA untuk menjalankan bisnis dan meningkatkan

softskill.
16. Pipih, Fani, Widi, Dedi, Pampam, Desta, ka Idam teman-teman se Departemen

Kewirausahaan MISETA bersama kalian softskill penulis bisa bertambah dan

bersama kalian penulis merasakan susahnya ngedanus tw ya..

17. Teman-teman BEM A se Departemen Dalam Negeri: Edo, Ayi, Dimas, Vela,

Nining yang selalu memberi semangat kepada penulis pada saat down dalam

segala hal

18. Teman se KKP Desa Cikelat: Didik, Manda, Rika, Mika, dan Arti terima kasih

atas kerjasamanya selama KKP dan telah mempercayakan penulis menjadi

koordinator desa dan membantu penulis menjadi seorang pemimpin yang baik.

19. Teman-teman KKP Kecamatan Cisolok: Adit, Silvi, Irna, Piye, Meta, Ulfa,

Babeh, Wulan, Febi, Tutut, Meli, Pipih dan lain-lain.

20. Teman se asrama TPB C1: Gandi, Heru, Adios terima kasih kepada kalian

semua atas perhatian, dan motivasinya yang membuat penulis yakin menjalani

kuliah di IPB.

21. Teman-teman selorong Phoenix: Bimo, Tuko, Sigit, Ambi, Arip, Agus, Diki,

Febrian, Sugi bersama kalain penulis menjalani masa-masa di asrama yang

serba kekurangan hehehehe.

22. Seluruh orang-orang dalam masa laluku dan masa sekarang. Rani, Refki,

Abud, Rosi, Eko, Ari, Resti, dan Lisa terima kasih atas motivasi yang

diberikan penulis pada saat pengerjaan skripsi ini. Kalian semua teman masa

laluku dan akan tetap menjadi temanku untuk selamanya..


ii

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ...............................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Restoran ...............................................................................................11
2.2 Kajian Penelitian Terdahulu .................................................................13
2.2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Kepuasan Konsumen ............13
2.2.2 Penelitian Terdahulu
Mengenai Structural Equation Modeling (SEM).....................16
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ...............................................................22
3.1.1 Model Perilaku Pembelian .......................................................22
3.1.2 Proses Keputusan Pembelian ...................................................22
3.1.3 Kepuasan Konsumen................................................................25
3.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen ......27
3.1.5 Kualitas Produk ........................................................................30
3.1.6 Harga ........................................................................................32
3.1.7 Service Quality (Kualitas Pelayanan).......................................33
3.1.8 Emotional Factor (Faktor Emosi) ............................................38
3.1.9 Kemudahan ..............................................................................39
3.1.10 Pengukuran Kepuasan ..............................................................39
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................42
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................46
4.2 Jenis dan Sumber Data .........................................................................46
4.3 Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data ........................47
4.4 Metode Analisis Data ...........................................................................49
4.4.1 Skala Likert ..............................................................................49
4.4.2 Pengujian Kuesioner ................................................................50
4.4.3 Analisis Deskriptif ...................................................................51
4.4.4 Analisis Structural Equation Modelling (SEM) ......................52
4.4.5 Implementasi Model SEM .......................................................58
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah Singkat Restoran Bumbu Desa Bogor.....................................64
5.2 Struktur Organisasi ..............................................................................66
5.3 Kapasitas dan Kegiatan Restoran .........................................................72
5.4 Keunggulan dan Keunikan ...................................................................74
iii

5.5 Bauran Pemasaran ................................................................................75


5.5.1 Produk ......................................................................................75
5.5.2 Price .........................................................................................76
5.5.3 Place.........................................................................................77
5.5.4 Promotion.................................................................................77
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor.......................80
6.1.1 Usia ..........................................................................................80
6.1.2 Jenis Kelamin ...........................................................................81
6.1.3 Kota Asal..................................................................................82
6.1.4 Suku Bangsa .............................................................................83
6.1.5 Status Pernikahan .....................................................................84
6.1.6 Pendidikan ................................................................................84
6.1.7 Pekerjaan ..................................................................................85
6.1.8 Pendapatan ...............................................................................85
6.1.9 Sumber Informasi Mengenai Restoran Bumbu Desa Bogor ....86
6.2 Analisis Kepuasan Konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor .............88
6.2.1 Kepuasan Konsumen terhadap Kualitas Produk
Restoran Bumbu Desa Bogor ...................................................88
6.2.2 Kepuasan Konsumen terhadap Harga
Restoran Bumbu Desa Bogor ...................................................90
6.2.3 Kepuasan Konsumen terhadap Service Quality
(Kualitas Pelayanan) Restoran Bumbu Desa Bogor ................90
6.2.4 Kepuasan Konsumen terhadap Emotional Factor
(Faktor Emosi) Restoran Bumbu Desa Bogor .........................95
6.2.5 Kepuasan Konsumen terhadap Kemudahan
Restoran Bumbu Desa Bogor ...................................................96
6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen
Restoran Bumbu Desa Bogor ...............................................................99
6.3.1 Analisis Model Awal
Structural Equation Modelling (SEM).....................................99
6.3.2 Rekomendasi Model
Structural Equation Modeling (SEM)....................................101
6.3.3 Hubungan antara Kualitas Produk dengan Variabel Indikator
Kualitas Produk ......................................................................103
6.3.3.1 Keragaman Produk (X12) .......................................104
6.3.3.2 Rasa Produk (X11) ..................................................105
6.3.4 Hubungan antara Harga dengan Variabel Indikator Harga ....105
6.3.4.1 Harga Produk (X21) ................................................106
6.3.5 Hubungan antara Service Quality (Kualitas Pelayanan) dengan
Variabel Indikator Service Quality (Kualitas Pelayanan) ......106
6.3.5.1 Kesigapan Waitress (X37) ......................................107
6.3.5.2 Kebersihan Fasilitas Restoran (X32) ......................107
6.3.5.3 Kesesuaian Pesanan dengan Produk yang Disajikan
(X36) .......................................................................108
6.3.5.4 Daftar Menu (X33)..................................................109
6.3.5.5 Keramahan Pelayan Restoran (X38) .......................110
iv

6.3.5.6 Kemampuan Pramusaji Berkomunikasi dengan


Konsumen (X310) ...................................................111
6.3.5.7 Pengetahuan Pramusaji terhadap Produk (X39) .....112
6.3.5.8 Penampilan Pelayan Restoran (X31) ......................112
6.3.5.9 Kecepatan Mengantarkan Pesanan (X35) ...............113
6.3.6 Hubungan antara Emotional Factor (Faktor Emosi) dengan
Variabel Indikator Emotional Factor (Faktor Emosi) ...........114
6.3.6.1 Bentuk Produk (X41) ..............................................115
6.3.6.2 Warna Produk (X42) ...............................................115
6.3.7 Hubungan antara Kemudahan dengan Variabel Indikator
Kemudahan ............................................................................116
6.3.7.1 Kemudahan Mendapatkan Produk (X51)................117
6.3.7.2 Kemudahan Mendapatkan Tempat Duduk (X52) ...117
6.3.8 Hubungan antara Kualitas Produk, Harga, Service Quality
(Kualitas Pelayanan), Emotional Factor (Faktor Emosi) dan
Kemudahan terhadap Kepuasan Konsumen...........................118
6.3.8.1 Kepuasan Konsumen terhadap Service Quality
(Kualitas Pelayanan) ...............................................119
6.3.8.2 Kepuasan Konsumen terhadap Emotional Factor
(Faktor Emosi) ........................................................120
6.3.8.3 Kepuasan Konsumen terhadap Kualitas Produk .....120
6.3.8.4 Kepuasan Konsumen terhadap Kemudahan............121
6.3.8.5 Kepuasan Konsumen terhadap Harga .....................122
6.4 Implikasi Alternatif Strategi...............................................................122
6.4.1 Kualitas Produk ......................................................................122
6.4.2 Harga.. ................................................................................123
6.4.3 Service Quality (Kualitas Pelayanan).....................................124
6.4.4 Emotional Factor (Faktor Emosi) ..........................................127
6.4.5 Kemudahan ............................................................................128
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan. ...............................................................................130
7.2 Saran. . ................................................................132
VIII. DAFTAR PUSTAKA
v

DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Jenis Pengeluaran (miliar rupiah),
Tahun 2003-2006 ..............................................................................................2
2. Penduduk Kota Bogor yang Bekerja Tahun 2003-2006 ...................................3
3. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor, Tahun 2004-2007.................4
4. Perkembangan Jumlah Restoran Berdasarkan Jenis Hidangan
di Kota Bogor, Tahun 2004-2007 ...................................................................5
5. Restoran Tradisional Sunda di Kawasan Pajajaran Bogor ................................6
6. Penelitian Terdahulu Mengenai Kepuasan Konsumen ...................................16
7. Penelitian Terdahulu Mengenai Structural Equation Modeling (SEM) .........21
8. Notasi Lisrel ..................................................................................................58
9. Jabatan Karyawan Restoran Bumbu Desa Bogor ...........................................71
10. Sebaran Responden Berdasarkan Usia ............................................................81
11. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................81
12. Sebaran Responden Berdasarkan Kota Asal ...................................................82
13. Sebaran Responden Berdasarkan Suku Bangsa ..............................................83
14. Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan ......................................84
15. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ....................................85
16. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ..........................................85
17. Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan per Bulan ................................86
18. Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi ......................................87
19. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan
Terhadap Restoran Bumbu Desa Bogor ..........................................................98
20. Goodness of Fit Model Awal ........................................................................101
21. Goodness of Fit Model Rekomendasi ...........................................................103
vi

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Penerimaan Restoran Bumbu Desa Bogor, Oktober 2007-Februari 2008. .......8
2. Model Perilaku Keputusan Konsumen dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. .........................................................................................24
3. Tahapan-Tahapan Proses Keputusan Pembelian. ...........................................25
4. Diagram Proses Kepuasan Pelanggan. ............................................................27
5. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................................45
6. Model Persamaan Struktural. ..........................................................................59
7. Struktur Organisasi Restoran Bumbu Desa Bogor. ........................................79
8. Path Model Awal Kepuasan Konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor .......100
9. Path Model Rekomendasi Kepuasan Konsumen.
Restoran Bumbu Desa Bogor........................................................................102
vii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1. Kuisioner Penelitian Analisis Kepuasan Konsumen
Restoran Bumbu Desa Bogor ..........................................................................137
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Penelitian ........................................142
3. Output LISREL ...............................................................................................143
4. Daftar Menu Makanan ....................................................................................156
5. Daftar Menu Minuman....................................................................................157
6. Dokumentasi Produk ......................................................................................158
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2007,

jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 218.868.791 jiwa. Pertumbuhan

penduduk Indonesia yang meningkat setiap tahunnya (BPS, 2008)

mengindikasikan pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga Indonesia semakin

meningkat.

Tabel 1 menjelaskan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas Dasar

Harga Konstan tahun 2000, Menurut Jenis Pengeluaran. Pengeluaran konsumsi

rumah tangga merupakan penyumbang terbesar pembentukan PDB Indonesia

pada tahun 2003 sampai tahun 2006. Pada tahun 2003, pengeluaran konsumsi

rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 60,65 persen terhadap pembentukan

PDB Indonesia. Pada tahun 2004, kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga

terhadap pembentukan PDB Indonesia turun menjadi 60,62 persen. Pada tahun

2005, kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap pembentukan PDB

Indonesia turun menjadi 59,62 persen. Kemudian pada tahun 2006, pengeluaran

konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 58,32 persen terhadap

pembentukan PDB Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia 2007 untuk pengeluaran

penduduk rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang, sebesar 53,86

persen pengeluaran penduduk Indonesia adalah untuk makanan dan sebesar 46,14

persen untuk bukan makanan.


2

Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 Menurut Jenis Pengeluaran, Tahun 2003-2006
Jumlah

No Pengeluaran 2003 2004 2005 2006


miliar miliar miliar miliar
rupiah % rupiah % rupiah % rupiah %
Pengeluaran
Konsumsi
1 Rumah Tangga 956.593,4 60,65 1.004.109 60,6 1.043.805,1 59,6 1.076.928,1 58,3
Pengeluaran
Konsumsi
2 Pemerintah 121.404,1 7,69 126.248,7 7,62 134.625,6 7,69 147.563,7 7,99
Pembentukan
Modal Tetap
Domestik
3 Bruto 309.431,1 19,62 354.865,7 21,4 393.177,8 22,5 404.606,6 21,9
a. Perubahan
4 Inventori 45.996,7 - 25.099,1 - 18.652,1 - 13.095,1 -
b. Diskrepansi
Statistik -26.895,8 1,21 8.757,2 0,99 4.319,8 0,82 24.035,7 -0,59
Ekspor Barang
5 dan Jasa 599.516,4 - 680.621 - 791.995,9 - 864.503,5 -
Dikurangi
Impor Barang
6 dan Jasa 428.874,6 10,82 543.183,8 8,29 635.920,1 8,92 684.077,8 9,77
Produk
Domestik
7 Bruto (PDB) 1.577.171,3 100 1.656.516,8 100 1.750.656,1 100 1.846.654,9 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2007

Setiap penduduk atau individu adalah seorang konsumen, karena

melakukan kegiatan konsumsi baik pangan, non pangan maupun jasa. Setiap hari

seseorang pasti membutuhkan makanan, baik itu berupa makanan pokok maupun

makanan tambahan.

Kota Bogor merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah

penduduk pada tahun 2007 sebesar 879.138 jiwa (BPS Bogor 2007). Berdasarkan

data dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Bogor, jumlah penduduk Kota

Bogor yang bekerja pada tahun 2003 sebesar 1.705 orang. Pada tahun 2004,

jumlah penduduk Kota Bogor yang bekerja meningkat sebesar 183,28 persen.

Pada tahun 2005, penduduk Kota Bogor yang bekerja mengalami penurunan

sebesar 44,02 persen. Kemudian pada tahun 2006, jumlah penduduk Kota Bogor

yang bekerja mengalami pertumbuhan sebesar 15,5 persen (Tabel 2).


3

Semakin tingginya jumlah penduduk Kota Bogor yang bekerja

menyebabkan terjadinya berbagai perubahan-perubahan pada pada perilaku

masyarakat Kota Bogor. Salah satu perubahan tersebut adalah pada perilaku

makan. Dengan kesibukan yang dimiliki, sebagian masyarakat Kota Bogor tidak

memiliki cukup waktu untuk memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan,

termasuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu makanan. Sebagian masyarakat Kota

Bogor mencari pola konsumsi makan yang lebih bersifat praktis, cepat, dan

nyaman. Kegiatan pola konsumsi yang bersifat praktis, cepat, dan nyaman

tersebut dapat diperoleh masyarakat melalui restoran-restoran yang banyak

tersebar.

Tabel 2 Penduduk Kota Bogor yang Bekerja Tahun 2003-2006


Tahun Jumlah Penduduk Kota Bogor yang Bekerja (orang) Pertumbuhan (%)
2003 1.705 -
2004 4.830 183,28
2005 2.704 44,02
2006 3.123 15,5
Sumber : Dinas Tenaga Keja dan Sosial Kota Bogor, 2007

Perkembangan restoran Kota Bogor cenderung mengalami peningkatan

setiap tahunnya (Tabel 3). Pada tahun 2004 restoran yang ada di Kota Bogor

hanya berjumlah 84 buah, namun pada tahun 2007 jumlahnya meningkat menjadi

93 buah. Pada tahun 2005, pertumbuhan jumlah restoran hanya sebesar 2,38

persen, tahun 2006 pertumbuhan jumlah restoran sebesar 5,81 persen dan tahun

2007 pertumbuhan jumlah restoran menurun menjadi 2,19 persen (Dinas

Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2007). Penurunan ini

dipicu oleh adanya kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar

minyak akibat kenaikan harga minyak mentah dunia. Hal ini menyebabkan

pengusaha perlu mengeluarkan biaya operasional yang lebih besar jika akan
4

mendirikan restoran di tahun 2007. Pada Oktober tahun 2005 harga minyak

mentah dunia mencapai 60 dolar AS per barel,1 Februari tahun 2006 naik

dikisaran 64,45 dolar AS,2 dan kenaikan tajam terjadi Oktober tahun 2007

mencapai 90 dolar AS per barel.3

Tabel 3 Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor, Tahun 2004-2007


Tahun Jumlah Restoran (unit) Laju pertumbuhan (%)
2004 84 -
2005 86 2,38
2006 91 5,81
2007 93 2,19
Sumber : Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2007

Restoran yang ada di Kota Bogor cukup bervariasi. Dinas Informasi

Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor (2006) membagi jenis restoran

berdasarkan jenis hidangannya menjadi lima macam yaitu: (1) Restoran Indonesia

yaitu restoran yang menyajikan berbagai jenis makanan yang biasa menjadi menu

orang Indonesia, (2) Restoran Tradisional yaitu restoran yang menyajikan

berbagai makanan yang berasal dari daerah tertentu yang ada di Indonesia seperti

restoran Sunda di Jawa Barat atau restoran minang dari Sumatera Barat, (3)

Restoran Internasional yaitu restoran yang menyajikan makanan yang secara

umum dikonsumsi oleh masyarakat dunia, (4) Restoran Oriental yaitu restoran

yang menyajikan makanan khas Asia Timur seperti restoran Cina atau Jepang dan

(5) Restoran Kontinental yaitu restoran yang menyajikan berbagai makanan ala

eropa. Perkembangan jumlah restoran di Kota Bogor menurut jenis hidangan

1
Dika. 2005. Dampak Kebijakan Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Perdagangan
Saham. http://www.jurnalskripsi.com. Diakses Tanggal 12 Mei 2008
2
Rudi Prasetyo. 2006. Harga Minyak Dunia Naik. www.tempointeraktif.com. Diakses Tanggal
12 Mei 2008
3
Susilo Bambang Yudhoyono..2007. Harga BBM Industri Naik. http://dimastidano.wordpress.
com. Diakses Tanggal 12 Mei 2008
5

selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4. Restoran-restoran yang

ada di Kota Bogor bisa menawarkan lebih dari satu jenis hidangan. Sebuah

restoran bisa menawarkan jenis hidangan Tradisional dan Indonesia, jenis

hidangan Oriental dan Kontinental, jenis hidangan Internasional dan Kontinental,

dan lain-lain. Semakin banyak jumlah dan bervariasinya restoran di Kota Bogor

mendorong para pengelola untuk menghasilkan pelayanan yang memiliki daya

saing tinggi dalam memenangkan pasar.

Tabel 4 menjelaskan salah satu restoran yang mengalami perkembangan

setiap tahunnya adalah restoran tradisional. Perkembangan jumlah restoran

tradisional mengalami peningkatan dari tahun 2004-2007. Pada tahun 2005,

pertumbuhan jumlah restoran tradisional sebesar 5,88 persen. Kemudian pada

tahun 2006, pertumbuhan jumlah restoran tradisional mengalami penurunan

menjadi 2,78 persen. Pada tahun 2007, pertumbuhan restoran tradisional

mengalami peningkatan menjadi 8,1 persen.

Tabel 4 Perkembangan Jumlah Restoran Berdasarkan Jenis Hidangan


di Kota Bogor, Tahun 2004-2007
Jumlah
Jenis Hidangan
2004 2005 2006 2007
Restoran
unit % unit % unit % unit %
Restoran Indonesia 34 - 49 44,12 49 0 53 8,16
Restoran Tradisional 34 - 36 5,88 37 2,78 40 8,1
Restoran 31
Internasional - 33 6,50 38 15,15 45 18,42
Restoran Oriental 26 - 31 19,23 36 16,13 43 19,44
Restoran Kontinental 26 - 29 11,54 43 48,28 46 6,98
Sumber: Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Bogor, 2007

Semakin berkembangnya jumlah restoran di Kota Bogor terutama untuk

restoran tradisional, menimbulkan tingkat persaingan yang cukup tinggi pada

usaha restoran. Selain itu, banyaknya restoran yang menyajikan berbagai jenis

makanan menunjukkan semakin banyaknya alternatif restoran yang dapat dipilih


6

oleh masyarakat. Restoran yang dipilih masyarakat tidak hanya dijadikan sebagai

tempat makan saja, tetapi juga sebagai tempat berkumpul bersama keluarga dan

tempat istirahat. Untuk sebagian besar golongan masyarakat, restoran juga dipilih

berdasarkan kualitas produk, harga, kualitas pelayanan, faktor emosi dan

kemudahan untuk mendapatkan produk/jasa restoran tersebut.

Kawasan Pajajaran Bogor merupakan salah satu kawasan yang dijadikan

alternatif untuk tempat makan di luar karena pada kawasan tersebut terdapat

banyak restoran yang menyajikan berbagai jenis hidangan, terutama restoran

tradisional Sunda. Tabel 5 menjelaskan restoran-restoran tradisional Sunda yang

berada di kawasan Pajajaran Bogor. Di tengah maraknya persaingan antar

restoran, khususnya di Pajajaran Bogor, restoran-restoran yang ada saling

berlomba untuk menciptakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan

konsumen.

Tabel 5 Restoran Tradisional Sunda di Kawasan Pajajaran Bogor


No Nama Restoran Tradisional Sunda Lokasi
1 Restoran Waroeng Kebun Jl. Pajajaran 57
2 Restoran Larissa Jl. Pajajaran 47
3 Restoran Saung Mirah Jl. Pajajaran 21-C
4 Restoran Gurih 7 Jl. Pajajaran 102
5 Restoran Raos Kabita Jl. Pajajaran 102
6 Restoran Bumbu Desa Bogor Jl. Pajajaran 18
Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2007

Restoran Bumbu Desa Bogor merupakan salah satu restoran tradisional

Sunda yang berlokasi di Jl. Pajajaran No.18 Bogor. Dibandingkan dengan

restoran-restoran tradisional lainnya di Kota Bogor, Restoran Bumbu Desa Bogor

merupakan restoran yang baru berdiri dan beroperasi sejak tanggal 8 September

2007. Sebagai restoran yang baru berdiri dan untuk mampu bertahan di tengah

maraknya persaingan restoran, sudah selayaknya Restoran Bumbu Desa Bogor


7

memprioritaskan kepuasan bagi konsumennya. Oleh karena itu, analisis mengenai

kepuasan konsumen perlu dilakukan untuk memperoleh keunggulan bersaing.

1.2 Perumusan Masalah

Perkembangan usaha restoran yang pesat (Tabel 3) menyebabkan

persaingan yang sangat ketat diantara berbagai jenis restoran. Persaingan yang

sangat ketat ini menyebabkan restoran-restoran tersebut berusaha untuk

mempertahankan kepuasan konsumen.

Restoran Bumbu Desa Bogor adalah salah satu restoran tradisional Sunda

yang berlokasi di Jl. Pajajaran No. 18 Bogor. Dibandingkan dengan restoran-

restoran tradisional Sunda lainnya di Kota Bogor, Restoran Bumbu Desa Bogor

tergolong restoran yang baru beroperasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan

manajer Restoran Bumbu Desa Bogor yang mengatakan bahwa secara umum

tujuan dari usaha restoran ini adalah untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi,

memperluas lahan usaha, mengangkat budaya Sunda dan menyediakan lapangan

kerja.

Restoran Bumbu Desa Bogor merupakan cabang ke-7 dengan pusatnya di

Bandung. Pada awal beroperasinya, Restoran Bumbu Desa Bogor melakukan

promosi arak-arakan berbudaya Sunda dengan membawa beranekaragam bahan

baku produk (ayam, sayur-sayuran, dan lain-lain). Hal ini dilakukan untuk

menarik perhatian konsumen. Selain promosi arak-arakan, Restoran Bumbu Desa

Bogor juga melakukan promosi iklan di media cetak, radio, spanduk/baliho yang

dipasang di jalan-jalan dan meyebarkan undangan ke instansi-instansi di Bogor.

Bentuk-bentuk promosi yang dilakukan tersebut berhasil, terbukti dari penerimaan

penjualan restoran pada bulan Oktober 2007 yaitu sebesar Rp 700 juta.
8

Penerimaan ini melebihi target dari apa yang diharapkan. Setelah bulan pertama,

penerimaan penjualan Restoran Bumbu Desa Bogor tidak stabil (fluktuatif). Pada

bulan November 2007, penerimaan penjualan Restoran Bumbu Desa Bogor turun

menjadi Rp 600 juta. Pada bulan Desember 2007, penerimaan penjualan Restoran

Bumbu Desa Bogor meningkat kembali menjadi Rp 650 juta. Setelah itu pada

bulan Januari 2008 dan Februari 2008, penerimaan penjualan Restoran Bumbu

Desa Bogor berturut-turut menurun lagi menjadi Rp 500 juta dan Rp 400 juta.

Penerimaan Restoran Bumbu Desa Bogor disajikan dalam Gambar 1.

P e ne ri ma n R e s t o ra n B umb u D e s a ,
Okt o b e r 2 0 0 7 - F e b rua ri 2 0 0 8

800

700

600

500

400

300

200

100

0
1 2 3 4 5
B ula n

Gambar 1 Penerimaan Restoran Bumbu Desa Bogor,


Oktober 2007 Februari 2008.

Pihak restoran banyak menerima keluhan dari konsumen. Banyak

konsumen yang mengeluh dengan rasa produk yang berubah-ubah setiap harinya

untuk jenis yang sama, kecepatan waiter (pelayan restoran) yang lama dalam

mengantarkan pesanan ke kosumen, wastafel yang terlalu pendek atau ceper

sehingga lantai di bawah wastafel becek dan lain-lain. Selain itu Restoran

Bumbu Desa Bogor menawarkan berbagai variasi produk setiap minggunya,


9

harga, dan pelayanan yang berbeda dibandingkan restoran-restoran yang sudah

ada. Sistem semi buffet/prasmanan yang diterapkan restoran dalam penyajian

makanannya menimbulkan berbagai reaksi dari konsumen. Beberapa konsumen

memberikan respon positif terhadap sistem semi buffet/prasmanan dan beberapa

konsumen memberikan respon negatif terhadap sistem semi buffet/prasmanan ini.

Dengan sistem semi buffet/prasmanan yang diterapkan oleh restoran

menyebabkan waktu penyajian makanan ke konsumen melebihi dari waktu yang

diharapkan (10 menit), karena makanan yang dipesan akan terlebih dahulu

dimasak oleh cook di dapur.

Berbagai fenomena di atas mendorong peneliti untuk mendapatkan

informasi mengenai kepuasan/ketidakpuasan konsumen. Dengan adanya informasi

tersebut, pihak manajemen dapat menciptakan suatu strategi yang baik untuk

mendapatkan konsumen yang puas sebanyak mungkin.

Berdasarkan uraian di atas, masalah-masalah yang dihadapi yaitu:

1. Bagaimana karakteristik konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor?

2. Bagaimana kepuasan konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor?

3. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen Restoran

Bumbu Desa Bogor?

4. Alternatif strategi apa yang dapat diberikan untuk meningkatkan kinerja

restoran serta kepuasan konsumen?


10

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan:

1. Menganalisis karakteristik konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor

2. Menganalisis kepuasan konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen Restoran

Bumbu Desa Bogor

4. Memberikan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh restoran untuk

meningkatkan kinerja restoran serta kepuasan konsumen

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dengan diketahuinya

karakteristik konsumen dan kepuasan konsumen dapat menjadi masukan yang

berarti bagi Restoran Bumbu Desa Bogor agar mampu menghadapi persaingan

dan mampu bersaing di pasar. Bagi peneliti untuk memberikan wawasan

pengalaman dan informasi baru yang berharga sekaligus sebagai wadah untuk

menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan diperkuliahan.


11

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Restoran

Menurut Wirakusumah dalam Maharani (2007), secara umum usaha jasa

makanan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu usaha rumah makan dan catering.

Usaha rumah makan dapat berupa kantin, kafetaria, maupun restoran dalam usaha

kecil, menengah, atau besar. Menurut Marsum (1993), restoran adalah

tempat/bangunan yang diorganisasi secara komersial, yang menyelenggarakan

pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makanan atau

minuman. Definisi lain dari restoran menurut Badan Pusat Statistik Indonesia

(2003), yaitu sektor yang mencakup kegiatan usaha penyediaan makanan dan

minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat jualan.

Marsum (1993) menjelaskan bahwa terdapat empat macam tipe dasar

pelayanan restoran yaitu:

1. Table Service

Table Service adalah suatu sistem pelayanan restoran dimana para tamu duduk

di kursi menghadap meja makan kemudian makanan maupun minuman

diantarkan dan disajikan kepada para tamu. Dalam hal ini yang menyajikan

makanan dan minuman bisa waiter maupun waitress.

2. Counter Service

Counter Service adalah suatu sistem pelayanan restoran dimana para tamu

datang duduk di counter. Apabila makanan dan minuman yang dipesannya

sudah siap makan akan disajikan kepada tamu tadi di atas counter, yang
12

dimaksud dengan istilah counter adalah meja panjang yang membatasi dua

ruangan: ruangan dapur dan ruangan restoran.

3. Self Service

Self service atau kadang-kadang disebut juga dengan buffet service adalah

suatu sistem pelayanan restoran dimana semua makanan secara lengkap (dari

hidangan pembuka, soup, hidangan utama, hidangan penutup, dan sebagainya)

telah ditata dan diatur dengan rapi di atas meja hidangan atau meja prasmanan.

Para tamu secara bebas mengambil sendiri hidangannya sesuai dengan selera

maupun kesukaannya. Sedangkan untuk minuman panas, pada umumnya

disajikan oleh petugas.

4. Carry Out Service

Carry out service kadang-kadang disebut juga sebagai take out service yaitu

sistem pelayanan restoran dimana tamu datang untuk membeli makanan yang

telah siap atau disiapkan terlebih dahulu, dibungkus dalam boks (kotak) untuk

dibawa pergi. Jadi makanan tidak dinikmati di tempat itu.

Menurut Sugiarto (2004), terdapat empat indikator yang menjadi unsur

penilaian terhadap pelaksanaan restoran yaitu:

1. Ketanggapan/keresponsifan

Ketanggapan merupakan ukuran seberapa besar perhatian karyawan restoran

dalam membantu pelanggan dengan cepat seperti kerapian dan kebersihan

meja, keluhan, dan penyampaian informasi.

2. Ciri

Ciri adalah sifat yang menunjang fungsi dasar suatu produk dan merupakan

sifat khas dari merek tertentu seperti cita rasa, ukuran dan porsi.
13

3. Keandalan pelayanan

Unsur keandalan pelayanan digunakan untuk mengukur seberapa baik

penyampaian produk kepada pelanggan meliputi kecepatan pelayanan,

perhatian, sikap, dan keramahan pelayanan selama pemesanan dan pengaturan

sistem pembelian dan pembayaran.

5. Wujud dan Penampilan

Unsur wujud diartikan sebagai penampilan restoran berupa fasilitas dan

interior.

Menurut Marsum (1993), restoran tradisional adalah restoran yang

menyajikan masakan dari daerah (suku) yang spesifik dan dekorasinya juga

disesuaikan dengan daerah tersebut, bahkan pakaian seragam pekerjanya

bernuansa tradisional atau etnik.

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu

2.2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Kepuasan Konsumen

Siska (2004) melakukan penelitian mengenai Analisis Kepuasan dan

Loyalitas Konsumen di Restoran Padang Trio Permai. Teknik sampling yang

digunakan adalah non probability sampling dan judgement sampling. Data yang

diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan

karakteristik umum dan loyalitas responden. Teknik yang digunakan untuk tingkat

kepuasan konsumen terhadap atribut produk layanan adalah Importance

Performance Analysis dan Chi-square untuk menganalisis hubungan karakteristik

konsumen dengan loyalitas dan uji korelasi Rank Spearman untuk menganalisis

hubungan antara kepuasan dan loyalitas. Kepuasan konsumen terhadap Restoran


14

Trio Permai dinyatakan cukup puas. Hal ini dilihat dari kinerja terhadap atribut-

atribut restoran, dimana sebanyak 19 atribut (62,52%) dari 29 atribut yang

dianalisis telah memuaskan konsumen. Atribut yang mempunyai kinerja yang

tinggi adalah atribut kecepatan penyajian, sedangkan yang terendah adalah atribut

pemutaran musik tradisional.

Atribut yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah kebersihan

restoran. Banyaknya responden yang termasuk kriteria clients yaitu konsumen

yang makan teratur di Restoran Trio Permai, menunjukkan bahwa konsumen puas

dan akhirnya loyal terhadap kinerja Restoran Trio Permai.

Pratikto (2005) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Tingkat

Kepuasan Konsumen terhadap Pelayanan Restoran Famili Resto Cibubur. Teknik

pemilihan sampel yang digunakan bersifat tidak acak atau non probability

sampling. Pengukuran tingkat kepuasan konsumen menggunakan teknik

penskalaan Likert. Sedangkan metode yang digunakan untuk menganalisa tingkat

kepentingan dan tingkat kepuasan responden terhadap mutu pelayanan Restoran

Famili Resto Cibubur adalah metode Importance Performance Analysis.

Hubungan antara tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan responden dianalisa

dengan menggunakan uji korelasi Chi-square.

Atribut mutu yang dinilai responden paling penting pada setiap dimensi

mutu adalah: ketersediaan menu yang dipesan untuk dimensi reliability;

kesesuaian dalam hal rasa dan penampakan menu untuk dimensi assurance;

kondisi peralatan makan dan tempat penyajian untuk dimensi tangible; kesediaan

penyaji untuk menghargai dan melayani pelanggan atau tamu untuk dimensi

empathy; serta kemampuan penyaji menata ulang tata letak menu di meja makan
15

untuk dimensi responsiveness. Atribut mutu yang dinilai responden paling

memuaskan pada setiap dimensi mutu adalah: ketersediaan menu yang dipesan

untuk dimensi reliability; kesesuaian dalam hal rasa dan penampakan menu untuk

dimensi assurance; tata letak penyajian di meja makan untuk dimensi tangible;

kesediaan penyaji untuk menghargai dan melayani pelanggan atau tamu untuk

dimensi empathy; serta kecepatan penyaji menambah pesanan untuk dimensi

responsiveness.

Maharani (2007) menganalisis Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap

Mutu Pelayanan dan Mutu Produk Makanan di Restoran Kedai Sunda Cipayung

Bogor. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Importance

Performance Analysis (IPA), Indeks Kepuasan Pelanggan dan Analisis Gap. Alat

analisis IPA dan Indeks Kepuasan Pelanggan digunakan untuk menganalisis

kepuasan pelanggan terhadap mutu pelayanan, sedangkan Analisis Gap digunakan

untuk menganalisis kepuasan pelanggan terhadap mutu produk makanan.

Berdasarkan hasil IPA, atribut yang dianggap penting dan memuaskan

pelanggan yaitu kecepatan mengantarkan pesanan, kesesuaian pesanan dengan

makanan yang disajikan, kebersihan peralatan makan (piring, gelas, sendok dan

garpu), ketepatan dalam proses pembayaran, dan kenyamanan restoran.

Perhitungan Indeks Kepuasan Pelanggan terhadap mutu pelayanan menunjukkan

bahwa pelanggan menilai puas terhadap mutu pelayanan Restoran Kedai Sunda

dengan nilai 80 persen. Dari hasil analisis Gap, rasa merupakan satu-satunya

karakteristik makanan yang dinyatakan dapat memberikan kepuasan pada setiap

jenis produk makanan. Sedangkan harga merupakan karakteristik dari setiap jenis

produk makanan yang dinilai tidak puas oleh pelanggan Restoran Kedai Sunda.
16

Tabel 6 Penelitian Terdahulu Mengenai Kepuasan Konsumen


Nama Tahun Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
Siska 2004 Analisis Kepuasan IPA, Konsumen puas dan
dan Loyalitas Chi-Square, akhirnya loyal
Pelanggan terhadap Uji Korelasi terhadap kinerja
Restoran Padang Rank Restoran Trio Permai
(Kasus Restoran Spearman
Trio Permai )
Pratikto 2005 Analisis Tingkat IPA, Atribut mutu yang
Kepuasan Uji korelasi, paling penting dan
Konsumen Chi Square memuaskan:
terhadap Pelayanan ketersediaan menu,
Restoran Famili kesesuaian rasa,
Resto Cibubur kondisi peralatan
makan, kesediaan
penyaji melayani
konsumen, dan tata
letak menu
Maharani 2007 Analisis Tingkat IPA, Pelanggan menilai
Kepuasan Indeks puas terhadap mutu
Pelanggan terhadap Kepuasan pelayanan restoran.
Mutu Pelayanan Pelanggan, Rasa merupakan
dan Mutu Produk dan Analisis karakteristik
Makanan di GAP makanan yang dapat
Restoran Kedai memberikan
Sunda Cipayung kepuasan terhadap
Bogor mutu produk

2.2.2 Penelitian Terdahulu Mengenai Structural Equation Modeling (SEM)


Ramadhani (2005) menganalisis Hubungan Faktor-Faktor dalam Sistem

Penilaian Kinerja Karyawan dan Budaya Perusahaan terhadap Pengembangan

Sumberdaya Manusia. Penelitian tersebut bertujuan menganalisis sejauh mana

penerapan sistem penilaian kinerja karyawan dan pengaruh budaya perusahaan

mempengaruhi pengembangan sumberdaya manusia.

Variabel yang diamati untuk mengukur penerapan sistem penilaian kinerja

karyawan ada delapan. Variabel tersebut yaitu kemampuan penilaian, sikap

penilai, sikap dan perilaku karyawan, bias penilaian, uraian pekerjaan, pengakuan

prestasi kerja, keterbukaan antar penilai dan karyawan, dan analisis jabatan.
17

Kedelapan variabel tersebut dapat diterima sebagai pembentuk penerapan sistem

penilaian kinerja karyawan karena mempunyai nilai t di atas 1,96 (tingkat

signifikansi 5%). Variabel analisis jabatan mempunyai pengaruh paling besar

yaitu 47,8 persen dan sebesar 1,00, sedangkan variabel sikap penilai dengan

sebesar 0,31 memiliki pengaruh terendah yaitu lima persen. Pada budaya

perusahaan, variabel yang memiliki pengaruh terbesar yaitu norma perusahaan

sebesar 47 persen dan gaya kepemimpinan (= 0,77) sebagai variabel dengan

pengaruh terendah yaitu 30 persen. Sedangkan variabel indikator yang paling

mempunyai pengaruh terhadap pembentukan pengembangan sumberdaya manusia

adalah penilaian desain pekerjaan yaitu 32 persen dengan sebesar 1,00.

Penilaian proses recruitment dan seleksi karyawan dengan sebesar 0,62 sebagai

variabel indikator dengan kontribusi terendah yaitu 11 persen.

Pratiwi (2006) meneliti tentang Analisis Nilai Bagi Pelanggan dan

Loyalitas Konsumen Macaroni Panggang. Penelitian bertujuan mengidentifikasi

karakteristik konsumen, menganalisa karakteristik konsumen, serta menganalisis

nilai bagi pelanggan Macaroni Panggang dan loyalitas konsumen Macaroni

Panggang. Peubah laten pelayanan, karyawan dan citra memiliki nilai peubah

manifest yang positif dan sama besar dengan koefisisen masing-masing sebesar

1,00. Setiap penguatan tawaran pelayanan, karyawan, dan citra sebesar satu unit

akan menguatkan manfaat yang diharapkan pelanggan sebesar 1,00.

Faktor lain memiliki kontribusi nilai peubah manifest sebesar 0.14 untuk

pengalaman konsumen dan 0,05 untuk kinerja pesaing dan memiliki pengaruh

positif. Pengaruh positif dalam hal ini adalah peningkatan pengalaman konsumen

dan kinerja pesaing sebesar 1 unit akan meningkatkan loyalitas konsumen sebesar
18

0,14 dan 0,05. Peran kinerja pesaing yang relatif kecil ini disebabkan karena

peubah kinerja pesaing tidak berpengaruh secara langsung terhadap loyalitas

konsumen.

Kombong (2007) meneliti tentang Analisis Kepuasan Konsumen Restoran

Bakul-Bakul Bogor. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif, yang menganalisis karakteristik, kepuasan

konsumen serta rekomendasi strategi dan analisis SEM untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen Restoran Bakul-Bakul.

Faktor-faktor yang membangun kepuasan paling besar adalah kepuasan

terhadap produk dengan (nilai korelasi) sebesar 0,68, kemudian kepuasan

terhadap citra dengan sebesar 0,54 dan kepuasan terhadap pelayanan dengan

sebesar 0,50. Masing-masing variabel tersebut memiliki pengaruh positif dalam

membangun kepuasan. Kepuasan terhadap produk dibangun oleh higienis (1,00),

cita rasa (0,85), kualitas penyajian (0,83), kesegaran makanan (0,78), keragaman

menu (0,72), dan porsi (0,51). Kepuasan terhadap citra restoran dibangun oleh

lokasi restoran (1,00), suasana restoran (0,93), harga (0,88), kebersihan restoran

(0,88), desain restoran (0,66), dan lapangan parkir (0,47). Nilai T-value

keseluruhan variabel di atas memiliki nilai lebih besar dari 1,96 (signifikansi 5

persen), yang berarti bahwa variabel produk, citra dan pelayanan beserta seluruh

variabel yang membangunnya berpengaruh nyata terhadap kepuasan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini

menganalisis kepuasan konsumen restoran tradisional Sunda dengan

menggunakan analisis SEM. Teori yang digunakan untuk menentukan variabel-

variabel yang membentuk kepuasan konsumen bersumber dari Irawan (2007). Hal
19

ini berbeda dengan penelitian terdahulu mengenai analisis kepuasan konsumen

restoran tradisional Sunda yang menggunakan teori Engel et al., (1995) untuk

menentukan variabel-variabel pembentuk kepuasan konsumen.

Menurut Engel et al., (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

konsumen adalah produk, pelayanan dan citra. Sedangkan menurut Irawan (2007),

faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen adalah kualitas produk,

harga, service quality (kualitas pelayanan), emotional factor (faktor emosi) dan

kemudahan. Kombong (2007) mengunakan teori Engel et al., (1995) untuk

menentukan variabel-variabel yang membangun kepuasan konsumen. Kombong

(2007) dalam penelitiannnya yang berjudul Analisis Kepuasan Konsumen

Restoran Bakul-Bakul Bogor, menggunakan empat peubah laten dan 16 peubah

manifest. Peubah laten yang digunakan adalah kepuasan, produk, citra dan

pelayanan. Variabel produk terdiri dari sub variabel: cita rasa, porsi, higienis,

kualitas penyajian, keragaman menu dan kesegaran makanan. Variabel citra terdiri

dari sub variabel: suasana restoran, lokasi restoran, desain restoran, tempat parkir,

kebersihan restoran, dan harga. Variabel pelayanan terdiri dari sub variabel:

kecepatan pelayanan, keramahan pelayanan, kecepatan menanggapi keluhan

konsumen, dan penampilan karyawan. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teori Irawan (2007) dalam menentukan variabel-variabel yang

membangun kepuasan konsumen. Penelitian ini berjudul Analisis Kepuasan

Konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor. Penelitian ini menggunakan lima

variabel laten dan 17 variabel manifest (variabel indikator). Variabel laten dalam

penelitian ini adalah: variabel kualitas produk, variabel harga, variabel service

quality (kualitas pelayanan), variabel emotional factor (faktor emosi), dan variabel
20

kemudahan. Variabel kualitas produk terdiri dari sub variabel: rasa produk dan

keragaman produk. Variabel harga terdiri dari sub variabel: harga produk.

Variabel service quality (kualitas pelayanan) terdiri dari sub variabel: penampilan

pelayan restoran, kebersihan fasilitas restoran, daftar menu, alunan musik,

kecepatan mengantarkan pesanan, kesesuaian pesanan dengan produk yang

disajikan, kesigapan waiter, keramahan pelayan restoran, pengetahuan pramusaji

terhadap produk, dan kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen.

Variabel emotional factor (faktor emosi) terdiri dari sub variabel: bentuk produk

dan warna produk. Variabel kemudahan terdiri dari sub variabel: kemudahan

mendapatkan produk dan kemudahan mendapatkan tempat duduk.


21

Tabel 7 Penelitian Terdahulu Mengenai SEM


Nama Tahun Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
Ramadhani 2005 Analisis Structural SEM Variabel analisis
Equation Modeling jabatan mempunyai
(SEM) pada Faktor- pengaruh paling
Faktor dalam Sistem besar dan variabel
Penilaian Kinerja sikap penilai
Karyawan dan Budaya mempunyai
Perusahaan terhadap pengaruh paling
Pengembanagan rendah.
Sumberdaya Manusia
Pratiwi 2006 Analisis Nilai dan SEM Peubah laten
Loyalitas Pelanggan pelayanan,
Macaroni Panggang, karyawan, dan citra
Bogor memiliki nilai
positif terhadap
manfaat yang
diharapkan
pelanggan
Kombong 2007 Analisis Kepuasan SEM Faktor yang
Konsumen Restoran membangun
Bakul-Bakul Bogor kepuasan paling
besar dan paling
kecil masing-
masing adalah
kepuasan produk
dan kepuasan
pelayanan
22

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Pada bagian ini dipaparkan beberapa teori mengenai hal-hal yang

berkaitan dan relevan dengan penelitian yang dilakukan. Tinjauan teori-teori ini

menjadi landasan pemikiran dalam melakukan penelitian.

3.1.1 Model Perilaku Pembelian

Menurut Engel et al., (1994) terdapat tiga faktor utama yang

mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk yaitu,

pengaruh lingkungan meliputi budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga,

dan situasi. Faktor perbedaan individu meliputi sumberdaya konsumen, motivasi

dan keterlibatan, pengetahuan sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi.

Faktor psikologis meliputi pengolahan informasi, pembelajaran, dan perubahan

sikap atau perilaku (Gambar 2).

3.1.2 Proses Keputusan Pembelian

Perilaku manusia dalam melakukan proses pembelian cukup sulit untuk

didefinisikan. Hal ini disebabkan karena terlalu kompleksnya hal-hal yang

mempengaruhi manusia untuk mengkonsumsi atau membeli suatu produk.

Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak

muncul begitu saja, tetapi melalui suatu tahapan tertentu. Menurut Engel et al.,

(1994) terdapat lima tahapan proses keputusan konsumen yaitu pengenalan


23

kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan evaluasi hasil

(Gambar 3).

Pengenalan Kebutuhan, konsumen mempersepsikan perbedaan antara

keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan

dan mengaktifkan proses keputusan. Pengenalan kebutuhan pada hakikatnya

bergantung pada seberapa banyak ketidaksesuaian yang ada diantara keadaan

aktual (situasi konsumen sekarang) dan keadaan yang diinginkan (yaitu, situasi

yang diinginkan konsumen).

Pencarian Informasi, konsumen mencari informasi yang disimpan dalam

ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan

keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). Jika informasi yang didapat dari

pencarian internal ini telah memadai untuk dapat memberikan arah tindakan yang

memuaskan, maka pencarian eksternal tidak diperlukan. Sebaliknya jika informasi

yang dibutuhkan belum memadai atau bahkan tidak tersedia sama sekali, maka

perlu diadakan pencarian eksternal.

Evaluasi Alternatif, konsumen mengevaluasi pilihan, berkaitan dengan

manfaat dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih. Konsumen

kemungkinan akan menggunakan beberapa kriteria evaluasi yang berbeda

misalnya, harga, merek, dan sebagainya.

Pembelian, konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti

yang dapat diterima bila perlu. Ada dua faktor yang mempengaruhi konsumen

yang berada dalam keadaan bermaksud untuk membeli dan keputusan membeli.

Faktor pertama adalah sikap orang lain terhadap perilaku pembelian yang

dilakukan, akan memberi motivasi positif atau motivasi negatif terhadap


24

konsumen. Faktor yang kedua adalah situasi yang tidak terantisipasi, seperti

adanya kebutuhan lain yang lebih mendesak, kehilangan dan sebagainya.

Pengaruh Lingkungan

Budaya
Kelas Sosial
Pengaruh Pribadi
Keluarga
Situasi

Perbedaan Individu Proses Keputusan Proses Psikologi

Sumberdaya Konsumen Pengenalan Kebutuhan Pengolahan Informasi


Motivasi dan Keterlibatan Pencarian Informasi Pembelajaran
Pengetahuan Evaluasi Alternatif Perubahan Sikap dan
Sikap, Kepribadian, Gaya Pembelian Perilaku
hidup, Demografi Hasil

Strategi Pemasaran

Produk
Harga
Tempat
Promosi

Gambar 2 Model Perilaku Keputusan Konsumen dan


Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Sumber : Engel et al. 1994

Hasil, konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi

kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Konsumen akan merasa puas

bila hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan. Sebaliknya

konsumen akan merasa tidak puas jika hasil yang diperoleh jauh dari apa yang
25

diharapkan. Hal ini berarti, bahwa upaya untuk mempertahankan pelanggan

menjadi hal yang sangat penting dalam strategi pemasaran.

Pengenalan Kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Membeli

Evaluasi Hasil

Gambar 3 Tahapan-Tahapan Proses Keputusan Pembelian.


Sumber: Engel et al. (1994)

3.1.3 Kepuasan Konsumen

Menurut Irawan (2007), kepuasan atau satisfaction adalah kata dari bahasa

latin yaitu satis yang berarti enough atau cukup dan facere yang berarti to do atau

melakukan. Jadi, produk atau jasa yang bisa memuaskan adalah produk atau jasa

yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada

tingkat cukup. Dalam konteks teori consumer behaviour, kepuasan lebih banyak

didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau

menggunakan suatu produk atau jasa. Aritonang (2005) mendefinisikan kepuasan

sebagai hasil penilaian pelanggan terhadap apa yang diharapkannya dengan

membeli dan mengkonsumsi produk. Sedangkan menurut Kotler (2005), kepuasan

adalah perasaan senang dan kecewa seseorang yang muncul setelah


26

membandingkan antara persepsi terhadap pelaksanan (hasil suatu produk) dengan

harapan-harapannya.

Menurut Irawan (2007), seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan

yang merasa mendapatkan value dari pemasok, produsen atau penyedia jasa.

Value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem, atau sesuatu yang bersifat

emosi. Pelanggan yang puas adalah pelanggan yang akan berbagi kepuasan

dengan produsen atau penyedia jasa. Bahkan, pelanggan yang puas akan berbagi

rasa dan pengalaman dengan pelanggan lain. Mengukur kepuasan pelanggan

sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam rangka mengevaluasi posisi perusahaan

saat ini dibandingkan dengan pesaing dan pengguna akhir, serta menemukan

bagian mana yang membutuhkan peningkatan (Rangkuti, 2002).

Menurut Rangkuti (2002), kepuasan pelanggan terhadap suatu jasa

ditentukan oleh tingkat kepentingan pelanggan sebelum menggunakan jasa

dibandingkan dengan hasil persepsi pelanggan terhadap jasa tersebut setelah

pelanggan merasakan pelaksanaan jasa tersebut (Gambar 4).


27

Sangat Puas

Desire Service
Persepsi Pelanggan
Harapan Pelanggan GAP

Adequated Service

Sangat tidak Puas

Perceived Services

(service yang diterima


pelanggan)

Gambar 4. Diagram Proses Kepuasan Pelanggan.


Sumber: Rangkuti (2002)

3.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen

Menurut Umar (1999) terdapat empat faktor yang mempengaruhi

kepuasan konsumen yaitu: (1) mutu produk dan pelayanannya, (2) kegiatan

penjualan, (3) pelayanan setelah penjualan, dan (4) nilai-nilai perusahaan.

Menurut Zabidi (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan

konsumen adalah (1) kualitas produk/jasa, (2) kualitas pelayanan terutama industri

jasa, (3) faktor emosional yaitu kepuasan lebih yang didapatkan oleh konsumen

bila menggunakan produk/jasa bermerek tertentu, (4) harga produk/jasa yang

berkualitas sama, tetapi harganya relatif murah akan memberikan nilai lebih tinggi

kepada konsumen, dan (5) biaya mendapatkan produk/jasa konsumen yang tidak

perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk

mendapatkan produk/jasa cenderung puas terhadap produk/jasa tersebut.


28

Menurut Lupiyoadi (2001) dalam Kombong (2007) menyatakan bahwa

dalam menentukan kepuasan pelanggan terdapat empat faktor utama yang harus

diperhatikan oleh perusahaan yaitu:

(1) Mutu produk, bahwa pelanggan akan merasa puas apabila hasil evaluasi

mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan bermutu.

(2) Mutu pelayanan, terutama untuk industri jasa pelayanan bahwa mereka puas

bila mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

(3) Emosional, dimana pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan

keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia apabila menggunakan

produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan

yang lebih tinggi.

(4) Biaya yaitu pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak

perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk/jasa maka mereka

akan cenderung puas terhadap produk/jasa tersebut.

Menurut Mowen & Minor dalam Maharani (2007), terdapat dua faktor

yang mempengaruhi kepuasan pelanggan yaitu:

a. Harapan Pelanggan

Harapan pelanggan adalah standar yang ditetapkan terhadap pelaksanaan

aktual produk yang dinilai. Tingkat pelaksanaan yang diharapkan dari suatu

produk dipengaruhi oleh sifat produk itu sendiri, faktor promosi, produk

lain, dan karakteristik pelanggan. Pengalaman pelanggan dengan produk

sebelumnya dan karakteristik produk juga akan mempengaruhi cara

pelanggan mengharap produk bekerja.


29

b. Pengalaman Konsumsi

Pengalaman konsumsi dapat didefinisikan sebagai kesadaran dan perasaan

yang dialami pelanggan selama dan setelah pemakaian produk atau jasa.

Tiga unsur pengalaman konsumsi yaitu pemakaian produk, konsumsi

pelaksanaan, dan perasaan terhadap pengalaman konsumsi secara

keseluruhan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen diturunkan dari

teori Engel et al., (1995) adalah produk, pelayanan, dan citra. Salah satu

determinan produk adalah keragaman produk. Contoh determinan citra yang

diturunkan dari teori Engel et al., (1995) adalah lokasi, atmosfer (suasana), toko,

desain toko, lapangan parkir, kebersihan toko dan harga.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen menurut Irawan

(2007) adalah kualitas produk, harga, service quality (kualitas pelayanan),

emotional factor (faktor emosi) dan kemudahan. Kualitas produk terdiri dari enam

elemen yaitu performance, durability, feature, reliability, consistency, dan design.

Service quality (kualitas pelayanan) mempunyai lima dimensi yaitu, reliability,

responsiveness, assurance, empathy, dan tangible. Rasa bangga, rasa percaya diri,

simbol sukses, bagian dari kelompok orang penting dan sebagainya adalah

contoh-contoh emotional value yang mendasari kepuasan pelanggan. Pelanggan

jasa akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman dan efisien dalam

mendapatkan produk dan pelayanan.


30

3.1.5 Kualitas Produk

Menurut Griffin (2003), produk merupakan suatu barang, jasa atau

gagasan yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan seseorang

pelanggan. Menurut Kotler (2005), produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau

dikonsumsi, dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pokok

mencakup objek secara fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan ide. Sifat-sifat

produk yang nilainya rendah bagi pelanggan dalam hubungan dengan biaya

sebaiknya dibuang. Sifat-sifat yang nilainya tinggi bagi pelanggan dalam

hubungannya dengan biaya harus ditambahkan.

Menurut Tjiptono (2004), mutu produk merupakan tingkat pelaksanaan

suatu produk. Menurut Sumarwan (2002), seorang pelanggan akan melihat produk

berdasarkan kepada karakteristik atau ciri/atribut dari produk tersebut. Atribut

suatu produk dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik

menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk. Sedangkan atribut abstrak

menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi

pelanggan. Selanjutnya Kotler (2005), menjelaskan bahwa mutu produk

merupakan kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya, termasuk

keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki, serta

atribut bernilai yang lain.

Menurut Irawan (2007), kualitas produk adalah driver kepuasan pelanggan

yang multidimensi. Bagi konsumen, kualitas produk mempunyai beberapa

dimensi. Paling tidak terdapat enam dimensi dari kualitas produk yang perlu
31

diperhatikan oleh setiap produsen yang ingin mengejar kepuasan pelanggan

terhadap kualitas produk.

Dimensi pertama adalah performance. Dimensi ini adalah dimensi yang

paling basic dan berhubungan dengan fungsi utama dari suatu produk. Konsumen

akan sangat kecewa apabila harapan mereka terhadap dimensi ini tidak terpenuhi.

Bagi setiap produk/jasa, dimensi performance bisa berlainan, tergantung pada

functional value yang dijanjikan oleh perusahaan.

Dimensi kualitas produk yang kedua adalah reliability. Reliability lebih

menunjukkan probabilitas produk gagal menjalankan fungsinya. Dimensi yang

ketiga adalah feature atau fitur. Dimensi ini dapat dikatakan sebagai aspek

sekunder. Apabila ditanyakan fitur kepada konsumen, perbedaan jawaban mulai

terlihat lebih signifikan. Hal ini menunjukkan, walaupun performance adalah

dimensi kualitas yang utama, tetapi daya bedanya tidak sebesar fitur. Pada titik

tertentu, performance dari setiap merek hampir sama tetapi justru perbedaan

terletak pada fiturnya. Ini juga mengakibatkan harapan pelanggan terhadap

dimensi performance relatif homogen dan harapan pelanggan terhadap fitur relatif

heterogen. Bagi pelaku bisnis, sesuatu yang heterogen ini biasanya memberikan

peluang yang lebih besar dalam menciptakan keunggulan bersaing.

Selanjutnya dimensi kualitas produk yang keempat adalah durability

(keawetan). Durability (keawetan) menunjukkan suatu pengukuran terhadap

siklus produk baik secara teknis maupun waktu. Dimensi kualitas produk yang

kelima adalah conformance. Dimensi ini menunjukkan seberapa jauh suatu

produk dapat menyamai standar atau spesifikasi tertentu. Produk yang mempunyai

conformance yang tinggi berarti produknya sesuai dengan standar yang telah
32

ditentukan. Salah satu aspek dari conformance adalah konsistensi. Dimensi

kualitas produk yang keenam adalah desain. Dimensi desain adalah dimensi yang

unik. Dimensi ini banyak menawarkan aspek emosional dalam mempengaruhi

kepuasan pelanggan.

3.1.6 Harga

Lovelock dan Wirtz (2004), harga adalah suatu mekanisme dimana

penjualan ditransformasikan/diubah menjadi penerimaan. Pada berbagai industri

jasa, harga biasanya diciptakan melalui perspektif akuntansi dan keuangan. Harga

yang sering digunakan adalah cost plus pricing. Banyak bisnis jasa bebas

menetapkan harga jual produk dan mempunyai pemahaman yang bagus tentang

harga dasar dan harga kompetitif. Pemahaman ini dapat menciptakan harga-harga

yang kompetitif dan menghasilkan sistem manajemen yang canggih. Harga

merupakan sesuatu yang kompleks dibisnis jasa dibandingkan industri

manufaktur. Strategi penetapan harga yang efektif berusaha untuk menambah

level penerimaan, didiskriminasikan diantara berbagai segemen pasar,

berdasarkan persepsi nilai konsumen dan kemampuan untuk membayar. Harga

juga bervariasi pada berbagai periode waktu.

Untuk pelanggan yang sensitif, biasanya harga murah merupakan sumber

kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan value for money yang

tinggi. Komponen harga ini relatif tidak penting bagi konsumen yang tidak

sensitif terhadap harga (Irawan, 2007).


33

3.1.7 Service Quality (Kualitas Pelayanan)

Dalam pengukuran kepuasan pelanggan perlu diketahui mengenai konsep

dasar atau pengertian dari pelayanan. Menurut Sugiarto (2002), pelayanan adalah

suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain (pelanggan,

tamu, klien, pasien atau penumpang) yang tingkat pemuasannya hanya dapat

dirasakan oleh orang yang melayani dan orang yang dilayani. Menurut Rangkuti

(2002), kualitas pelayanan merupakan kualitas cara penyampaian jasa. Menurut

Tjiptono (2004), kualitas jasa merupakan tingkat persepsi terhadap pelaksanaan

suatu jasa. Selanjutnya Rangkuti (2002) menjelaskan bahwa terdapat 10 kriteria

umum atau standar yang menentukan kualitas suatu jasa, yaitu: (1) reliability

(keandalan), (2) responsiveness (ketanggapan), (3) competence (kemampuan), (4)

acces (mudah diperoleh), (5) courtesy (keramahan), (6) communication

(komunikasi), (7) credibility (dapat dipercaya), (8) security (keamanan), (9)

understanding/knowing the customer (memahami pelanggan), (10) tangibles

(bukti nyata).

Kesepuluh dimensi tersebut dapat disederhanakan menjadi lima dimensi,

yaitu:

1. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai

yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

2. Responsiveness (ketanggapan), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam

membantu dan memberikan pelayanan yang cepat tanggap, meliputi:

kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam

menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan.


34

3. Assurance (jaminan), meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan

terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan

kesopanan dalam memberi pelayanan, keterampilan dalam memberikan

keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan

dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Dimensi

kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari competence

(kompetensi) artinya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para

karyawan untuk melakukan pelayanan dan courtesy (kesopanan) yang

meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan.

4. Empathy (empati), yaitu perhatian secara individual yang diberikan

perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi

perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dan usaha

perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya.

Dimensi ini merupakan penggabungan dari acces (akses) meliputi kemudahan

untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan. Communication

(komunikasi) merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk

menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari

pelanggan serta understanding/knowing the customer (memahami pelanggan)

meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan serta

keinginan pelanggan.

5. Tangibles (bukti nyata), meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan

ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian dan

kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan

karyawan.
35

Zeithaml et al., dalam Irawan (2007) menjelaskan lima dimensi kualitas

pelayanan yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy.

(1). Tangible

Aspek tangible menjadi penting sebagai ukuran pelayanan karena suatu

service tidak bisa dilihat, tidak bisa dicium, dan tidak bisa diraba. Pelanggan

akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai suatu kualitas

pelayanan. Pelanggan akan menilai gedung dan peralatan dari suatu service,

seragam dan penampilan fisik dari karyawan. Atribut dari dimensi tangible

lainnya adalah materi promosi. Tangible yang baik akan mempengaruhi

persepsi pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek tangible ini juga

merupakan salah satu sumber yang mempengaruhi harapan pelanggan.

Tangible yang baik maka harapan responden menjadi lebih tinggi. Oleh

karena itu penting bagi suatu perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh

aspek tangible yang paling tepat, yaitu masih memberikan impresi yang

positif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, tetapi tidak

menyebabkan harapan pelanggan yang terlalu tinggi. Hal lain yang perlu

disadari oleh setiap pelaku bisnis adalah bahwa dimensi ini umumnya lebih

penting bagi pelanggan yang baru. Tingkat kepentingan aspek ini umumnya

relatif lebih rendah untuk pelanggan yang sudah lama.

(2). Reliability

Reliability adalah dimensi yang mengukur kehandalan dari perusahaan

dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Dibandingkan dengan

empat dimensi lainnya, dimensi ini sering dipersepsi paling penting bagi

pelanggan dari pelayanan berbagai industri jasa. Ada dua aspek dari dimensi
36

ini. Pertama adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan

seperti yang dijanjikan. Kedua adalah seberapa jauh suatu perusahaan

mampu memberikan pelayanan yang akurat atau tidak ada error.

(3). Responsiveness

Responsiveness adalah dimensi kualitas pelayanan yang paling dinamis.

Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan

akan berubah dengan kecenderungan naik dari waktu ke waktu. Pengalaman

pelanggan dalam mendapatkan pelayanan di masa lalu yang akan mengubah

harapan pelanggan. Pelanggan akan siap untuk mengorbankan atau

membayar pelayanan yang lebih mahal untuk setiap waktu yang dapat

dihemat. Sama seperti dimensi pelayanan lainnya, maka kepuasan terhadap

dimensi responsiveness adalah berdasarkan persepsi dan bukan aktualnya.

Karena persepsi mengandung aspek psikologis lain, maka faktor komunikasi

dan situasi fisik disekeliling pelanggan yang menerima pelayanan

merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi penilaian pelanggan.

Pelayan yang responsif atau tanggap, juga sangat dipengaruhi oleh sikap

front line staf.

(4). Assurance

Assurance adalah dimensi kualitas yang berhubungan dengan kemampuan

perusahaan dan perilaku front line staf dalam menanamkan rasa percaya dan

keyakinan kepada para pelanggannya. Ada empat aspek dari dimensi ini,

yaitu keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan. Keramahan adalah

salah satu aspek kualitas pelayanan yang paling mudah diukur. Banyak

manajer yang meyakini sebagai program kepuasan yang paling murah.


37

Mengkomunikasikan kepada front line staf juga relatif mudah. Keramahan

adalah bagian dari talenta. Ada sebagian orang yang mempunyai

pembawaan yang ramah, sebaliknya ada juga yang tidak memilikinya.

Pengembangan attitude dan sikap ramah ini juga sangat dipengaruhi oleh

keteladanan dari pimpinan. Budaya bersikap ramah juga dipengaruhi oleh

reward system. Tanpa reward yang memadai, budaya ramah sulitlah untuk

diciptakan. Apabila demikian, menciptakan budaya senyum dan ramah,

bukanlah program tanpa investasi. Aspek yang kedua dari dimensi ini adalah

kompetensi. Hal ini akan dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan terhadap

kualitas pelayanan. Konsumen sulit percaya bahwa kualitas pelayanan akan

dapat tercipta dari front line staf yang tidak kompeten atau terlihat bodoh.

Selanjutnya aspek yang ketiga adalah reputasi (kredibilitas). Aspek keempat

dari dimensi ini adalah security. Pelanggan mempunyai rasa aman dalam

melakukan transaksi. Aman karena perusahaan jujur, mereka akan mencatat,

mengirim barang dan melakukan penagihan sesuai dengan yang diminta dan

dijanjikan.

(5). Empathy

Pelanggan dari kelompok menengah atas mempunyai harapan yang tinggi

agar perusahaan penyedia jasa mengenal mereka secara pribadi. Perusahaan

harus mengetahui nama konsumen, kebutuhan konsumen secara spesifik dan

bila perlu mengetahui apa yang menjadi hobi dan karakter konsumen

lainnya. Apabila hal ini tidak dilakukan, perusahaan akan kehilangan

kesempatan untuk dapat memuaskan kepuasan konsumen dari aspek ini.

Dimensi empathy adalah dimensi kelima dari kualitas pelayanan. Secara


38

umum, dimensi ini memang dipersepsi kurang penting dibandingkan

dimensi reliability dan responsiveness di mata kebanyakan pelanggan. Akan

tetapi, untuk kelompok pelanggan the haves dimensi ini bisa menjadi

dimensi yang paling penting. Ini sesuai dengan teori perkembangan

kebutuhan manusia dari Maslow. Pada tingkat semakin tinggi, kebutuhan

manusia tidak lagi dengan hal-hal yang primer. Setelah kebutuhan fisik,

keamanan dan sosial terpenuhi, maka dua kebutuhan lagi akan dikejar oleh

manusia yaitu kebutuhan ego dan aktualisasi. Dua kebutuhan terakhir dari

teori Maslow inilah yang banyak berhubungan dengan dimensi empathy.

Pelanggan mau egonya seperti gengsinya dijaga dan mereka mau statusnya

di mata banyak orang dipertahankan dan apabila ditingkatkan terus-menerus

oleh perusahaan penyedia jasa. Pelayanan yang empathy, memang sangat

memerlukan sentuhan pribadi. Selain itu, dimensi empathy adalah dimensi

yang memberikan peluang besar untuk memberikan pelayanan yang bersifat

surprise. Sesuatu yang tidak diharapkan pelanggan, ternyata diberikan oleh

penyedia jasa.

3.1.8 Emotional Factor (Faktor Emosi)

Menurut Irawan (2007), kepuasan pelanggan adalah respon emosional

setelah melalui serangkaian evaluasi yang sebagian bersifat rasional dan

emosional. Emotional factor sebagai driver kepuasan pelanggan dapat dibagi

menjadi tiga dimensi, yaitu estetika, self expressive value, dan brand personality.
39

(1). Estetika

Aspek estetika pertama adalah bentuk, yang dapat meliputi besar kecilnya,

proporsi, bentuk sudut dan kesimetrisan. Selanjutnya aspek estetika adalah

warna. Pengaruh warna sudah lama diyakini mempengaruhi emosi

konsumen.

(2). Self Expressive Value

Self Expressive Value adalah kepuasan yang timbul karena lingkungan

sosial disekitarnya.

(3). Brand Personality

Brand personality akan memberikan kepuasan kepada konsumen secara

internal bergantung dari pandangan orang disekitarnya.

3.1.9 Kemudahan

Driver kelima yang mempengaruhi kepuasan pelanggan menurut Irawan

(2007) adalah kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa tersebut.

Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman dan efisien dalam

mendapatkan produk atau pelayanan.

3.1.10 Pengukuran Kepuasan

Menurut Kotler (2000) alat yang dapat digunakan untuk mengukur

kepuasan pelanggan antara lain:

1. Sistem keluhan dan saran

Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan memiliki suatu sistem yang

dapat mempermudah pelanggan untuk mengajukan saran dan keluhan.


40

Informasi mengenai keluhan pelanggan dapat diperoleh melalui formulir

keluhan pelanggan, nomor bebas pulsa dan sebagian perusahaan juga

menambahkan situs dan email untuk memperlancar komunikasi dua arah.

2. Survey kepuasan pelanggan

Cara yang efektif untuk memahami tingkat kepuasan pelanggan adalah dengan

memahami tingkat kepuasan pelanggan melalui survey langsung kepada

pelanggan secara periodik. Hal ini dapat dilakukan dengan mengirim

kuesioner/menelepon pelanggan yang dipilih secara acak sebagai sampel

melalui survey. Perusahaan juga mencari informasi pandangan pelanggan

mengenai kinerja pesaing dan keinginan pelanggan untuk membeli ulang dari

perusahaan tersebut. Jika kepuasannya tinggi, maka keinginannya untuk

membeli kembali cenderung besar. Manfaat lain yaitu untuk mengukur

kesediaan konsumen merekomendasikan perusahaan dan merek tertentu

kepada orang lain.

3. Ghost shopping

Informasi mengenai kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan dan

pesaingnya dapat diperoleh dari orang yang disewa untuk bertindak sebagai

pelanggan yang disebut pembeli misteri (mysteri shopper). Pelanggan misteri

ini juga dapat menguji apakah karyawan perusahaan tersebut dapat mengatasi

situasi dengan baik misalnya dengan mengajukan keluhan, bukan hanya

menyewa pembeli misteri. Manajer perusahaan tersebut juga perlu mengetahui

secara langsung bagaimana karyawan dan pesaingnya menangani perusahaan.


41

4. Lost customers analysis

Pelanggan yang berhenti membeli atau beralih ke pesaing dapat memberikan

informasi mengenai penyebab terjadinya hal tersebut dan apa saja kelebihan-

kelebihan dari pesaing. Kenaikan tingkat kehilangan pelanggan menunjukkan

bahwa perusahaan gagal memuaskan pelanggan.

Secara umum pengukuran kepuasan pelanggan dikelompokkan menjadi

dua yaitu pengukuran secara tidak langsung dan secara langsung. Pengukuran

tidak langsung dilakukan dengan cara menelusuri dan memonitor transaksi,

catatan dan complain pelanggan. Sedangkan pengukuran secara langsung

merupakan pendekatan yang aktif yang bisa dilakukan dengan menjalankan riset

pasar (marketing research), dengan metode-metode seperti survei kepuasan

pelanggan (customer satisfaction survey), kunjungan ke pelanggan (customer

visitor), focus group discussion atau mystery shoppers.

Sementara Rangkuti (2003) menyatakan beberapa pendekatan umum yang

biasa digunakan dalam pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu:

1. Pendekatan tradisional (traditional approach), yaitu pelanggan diminta

memberikan penilaian atas masing-masing indikator produk yang mereka

nikmati, misalnya dengan memberikan rating dari sangat tidak puas sampai

sangat puas.

2. Analisa secara descriptive, yakni dengan menggunakan analisis statistik secara

deskriptif misalnya melalui penghitungan rata-rata, nilai distribusi serta

standar deviasi. Analisis ini juga dapat dikembangkan dengan

membandingkan hasil kepuasan antar waktu, sehingga kecenderungan

perkembangannya dapat ditentukan.


42

3. Pendekatan secara terstruktur (structured approach), yakni pendekatan yang

paling sering digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan. Salah satu

teknik yang paling populer adalah semantic diferential dengan menggunakan

scaling procedure. Caranya adalah responden diminta untuk memberikan

penilaian terhadap suatu produk.

4. Analisis importance dan performance, yakni pendekatan dimana tingkat

kepentingan pelanggan (customer expectation atau importance) diukur dalam

kaitannya dengan apa yang seharusnya dikerjakan perusahaan agar

menghasilkan produk yang berkualitas.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Tingkat persaingan yang semakin ketat diantara restoran khususnya

restoran tradisional di Kota Bogor, menuntut restoran untuk melakukan suatu

usaha dalam mempertahankan keberadaan restoran itu sendiri. Di tengah

maraknya persaingan, sudah selayaknya restoran menjadikan kepuasan konsumen

sebagai prioritas utama.

Restoran Bumbu Desa Bogor merupakan restoran tradisional Sunda yang

baru beroperasi sejak tanggal 8 September 2007. Restoran Bumbu Desa Bogor

menyajikan masakan tradisional Sunda dengan beragam menu. Restoran juga

menawarkan berbagai aspek-aspek lainnya seperti pelayanan, harga dan lain

sebagainya. Hal ini diharapkan akan dapat memberikan kepuasan bagi

konsumennya. Sebagai restoran yang baru berdiri, Restoran Bumbu Desa Bogor

perlu mendapatkan informasi mengenai kepuasan konsumennya, agar mampu

bersaing dengan restoran tradisional lainnya, khususnya restoran tradisonal Sunda.


43

Karakteristik konsumen berbeda antara satu konsumen dengan konsumen

lainnya. Para konsumen tersebut mengalami proses yang kompleks agar dapat

memaksimalkan kepuasannya. Karakteristik konsumen mencakup usia, jenis

kelamin, kota asal, suku bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan dan sumber informasi. Proses untuk memaksimalkan kepuasan

dipengaruhi oleh gaya hidup dan kepribadian sehingga kepuasan seseorang

konsumen akan berbeda dengan konsumen lainnya. Karakteristik konsumen

tersebut berfungsi untuk mengetahui segmen dan target pasar dari Restoran

Bumbu Desa Bogor yang berguna untuk merancang strategi yang tepat untuk

pihak manajemen untuk mendapatkan kepuasan konsumennya.

Variabel-variabel yang disusun dalam penelitian ini adalah:

1. Ada lima variabel laten yang mempengaruhi kepuasan konsumen yaitu

kualitas produk, harga, service quality (kualitas pelayanan), emotional factor

(faktor emosi), dan kemudahan. Kelima variabel laten ini membangun

kepuasan konsumen secara umum.

2. Variabel indikator dari kualitas produk adalah rasa produk dan keragaman

produk.

3. Variabel indikator dari harga adalah harga produk.

4. Variabel indikator dari service quality (kualitas pelayanan) adalah penampilan

pelayan restoran, kebersihan fasilitas restoran, daftar menu, alunan musik,

kecepatan mengantarkan pesanan, kesesuaian pesanan dengan produk yang

disajikan, kesigapan waiter ,keramahan pelayan restoran, pengetahuan

pramusaji terhadap produk, kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan

konsumen.
44

5. Variabel indikator dari emotional factor (faktor emosi) adalah bentuk produk

dan warna produk.

6. Variabel indikator dari kemudahan adalah kemudahan mendapatkan produk

dan kemudahan mendapatkan tempat duduk.

Setelah mengetahui kepuasan konsumen, maka manajemen restoran dapat

mengambil suatu kesimpulan untuk meningkatkan kinerja dari usahanya untuk

tetap mempertahankan konsumen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar

5 mengenai kerangka pemikiran operasional.


45

Persaingan antar restoran tradisional di Bogor meningkat

Restoran Bumbu Desa Bogor sebagai salah satu restoran tradisional Sunda yang baru
beroperasi

Penerimaan penjualan Restoran Bumbu Desa Bogor belum stabil


Adanya keluhan konsumen tentang produk, pelayanan dan fasilitas
Menerapkan semi buffet Manajemen

Analisis Kepuasan Konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor

Karakteristik Konsumen Kualitas Produk Harga

Umur, Jenis Kelamin, Rasa produk, Harga Produk


Kota Asal, Suku Bangsa, Keragaman produk
Status Pernikahan,
Pendidikan, Pekerjaan,
Pendapatan, dan Sumber
Informasi Emotional Factor Kemudahan

Bentuk produk, Kemudahan


mendapatkan produk
Warna produk dan kemudahan
mendapatkan tempat
duduk

Analisis
Deskriptif Service Quality

Penampilan pelayan restoran, Kebersihan fasilitas restoran ,


Daftar menu, Alunan musik, Kecepatan mengantarkan
pesanan, Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan,
Kesigapan waitress, Keramahan pelayan restoran,
Rekomendasi Pengetahuan pramusaji terhadap produk, Kemampuan
Alternatif Strategi pramusaji berkomunikasi dengan konsumen
bagi pihak
manajemen
restoran
Kepuasan/Ketidakpuasan

SEM

Gambar 5 Kerangka Pemikiran Operasional.


46

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Restoran Bumbu Desa Bogor yang berlokasi di

Jl. Pajajaran No. 18 Bogor. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara

sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Restoran Bumbu Desa

Bogor merupakan restoran yang baru beroperasi di Kota Bogor yang menerapkan

sistem prasmanan/semi buffet dalam penyajian produk makanan. Selain itu,

pertimbangan lainnya yaitu karena banyaknya pesaing yang terletak berdekatan.

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai Maret 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama. Data ini

diperoleh dengan melakukan observasi langsung melalui wawancara dengan pihak

manajer restoran dan responden, dan pengisian kuesioner yang disebarkan kepada

konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor. Data sekunder merupakan data yang

diperoleh dari pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan oleh pengumpul data primer atau pihak lain yang biasanya disajikan

dalam bentuk tabel atau diagram (Sitinjak et al.,2004). Data sekunder dalam

penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor, Dinas

Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, Dinas Tenaga Kerja dan
47

Sosial Kota Bogor, perpustakaan, internet dan literatur dari berbagai sumber yang

terkait dengan topik penelitian.

4.3 Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data

Sampel merupakan sebagian dari observasi yang dipilih dari populasi

dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili

populasinya (Sitinjak et al.,2004). Sampel adalah kumpulan dari unit sampling

yang merupakan subset dari populasi (Nazir, 2003). Menurut Agisty (2003),

metode pengambilan sampel yang ideal mempunyai sifat sebagai berikut: (1)

dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang

diteliti, (2) sederhana, sehingga mudah dilaksanakan, dan (3) dapat memberikan

keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-rendahnya.

Pengambilan sampel responden dalam penelitian ini digunakan teknik

judgement sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan

terlebih dahulu merumuskan kriteria-kriteria yang digunakan sebagai acuan

penarikan sampel. Kriteria konsumen yang dijadikan responden adalah sebagai

berikut :

Konsumen sudah pernah melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa

Bogor

Konsumen dinilai cukup dewasa untuk diwawancarai dan mengisi

kuesioner (17 tahun ke atas)

Konsumen bersedia diwawancarai dan mengisi kuesioner yang disediakan


48

Dalam satu rombongan keluarga hanya diambil satu orang yang menjadi

responden dalam penelitian agar tidak saling mempengaruhi dalam

menjawab kuesioner

Dalam satu rombongan teman atau kenalan, mengisi masing-masing satu

kuesioner

Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer Restoran Bumbu Desa

Bogor, diperoleh data bahwa rata-rata konsumen yang melakukan pembelian di

Restoran Bumbu Desa Bogor per hari kerja adalah 165 orang. Sedangkan pada

weekend (hari Sabtu dan Minggu) rata-rata konsumen yang melakukan pembelian

di Restoran Bumbu Desa Bogor adalah 400 orang. Berarti dalam satu bulan rata-

rata jumlah konsumen yang melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa

Bogor sebanyak 6.830 orang.

Penelitian ini menggunakan alat analisis SEM. Ukuran sampel yang

disarankan untuk analisis SEM adalah antara 100-200 (Firdaus dan Farid, 2008) .

Peneliti mengambil 150 responden terpilih dengan menyebarkan 150 kuesioner.

Responden terpilih belum tentu pernah menikmati seluruh jenis produk yang

tersedia di Restoran Bumbu Desa Bogor. Oleh sebab itu, jumlah responden yang

memberikan penilaian terhadap karakteristik produk akan berbeda untuk setiap

jenis produk. Penilaian responden terhadap produk dilakukan pada saat setelah

responden menikmati produk.


49

4.4 Metode Analisis Data

4.4.1 Skala Likert

Skala Likert merupakan skala yang dapat memperlihatkan tanggapan

konsumen terhadap karakteristik suatu produk (sangat setuju, setuju, bimbang,

tidak setuju, sangat tidak setuju). Informasi yang diperoleh dengan Skala Likert

berupa skala pengukuran ordinal, oleh karenanya terhadap hasilnya hanya dapat

dibuat ranking tanpa dapat diketahui berapa besarnya selisih antara satu

tanggapan ke tanggapan lainnya (Sitinjak, 2004).

Tahapan penggunaan Skala Likert adalah sebagai berikut:

Peneliti mengumpulkan karakteristik produk yang relevan dengan

permasalahan yang sedang diteliti.

Terhadap karakteristik tersebut dimintakan tanggapan dari sekelompok

responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti. Pada

umumnya untuk tiap karakteristik diberikan alternatif pilihan yang berjumlah

ganjil. Teknik penuangan pertanyaan diupayakan sedemikian rupa agar tidak

mengarahkan jawaban responden ke tendensi tertentu.

Tanggapan tersebut dikumpulkan dan jawaban dikonversikan ke skala nilai

yang terkait dengan bobot tanggapan. Tanggapan yang memberikan indikasi

menyenangi (setuju) diberi skor tertinggi. Dalam hal ini tidak ada masalah

misalnya untuk memberi angka lima untuk tanggapan yang tinggi dan skor

satu untuk yang terendah. Yang penting adalah konsistensi dari arah sikap

yang diperlihatkan.

Pada penelitian ini Skala Likert digunakan untuk mengukur kepuasan

konsumen terhadap atribut-atribut yang membangun kepuasan konsumen. Jumlah


50

Skala Likert yang digunakan adalah empat skala dengan menghilangkan unsur

keragu-raguan dalam setiap pertanyaannya. Penggunaan Skala Likert tidak selalu

lima. Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian yang menggunakan jumlah

skala 7 (Customer Based Brand Equity menurut Netemeyer, et. al., 2004 dalam

Ghozali dan Fuad, 2005) dan 11 skala (Utilitas Merek Bagi Konsumen menurut

Vazquez, Rio & Iglesias, 2002 dalam Ghozali dan Fuad, 2005). Nilai rata-rata

dari pengukuran dengan skala ini dapat dipetakan pada rentang skala sebagai

berikut:

1 : sangat tidak puas


2 : tidak puas
3 : puas
4: sangat puas

4.4.2 Pengujian Kuesioner

Pengujian kuesioner dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas

sebuah kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu

mengukur apa yang ingin diukur (Ancok, 1987). Uji validitas digunakan untuk

mengukur kesahihan suatu instrumen. Reliabilitas adalah istilah yang dipakai

untuk menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran relatif konsisten apabila

pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Ancok, 1987). Uji reliabilitas digunakan

untuk mengetahui tingkat kesalahan pengukuran.

Pengujian kuesioner dilakukan terhadap 30 orang responden (Effendi dan

Singarimbun, 1989) maka distribusi nilai akan lebih mendekati kurva normal

(nilai yang sesungguhnya). Pengujian validitas kuesioner pada penelitian ini

dilakukan dengan metode satu kali pengukuran (Singgih, 2000) yaitu dengan

menghitung nilai korelasi product moment dengan bantuan perangkat lunak SPSS

13 for windows. Bila diperoleh rhitung > rtabel pada tingkat signifikan ( = 0,05),
51

maka pernyataan pada kuesioner tersebut mempunyai validitas konstruk atau

terdapat konsistensi internal dalam pernyataan tersebut dan layak digunakan.

Berikut ini rumus korelasi product moment secara umum (Umar, 2002):

r= n(XY)- (XY)

[ nX2 (X)2 ] [ nY2- (Y)2 ]

Keterangan :
r = koefisien korelasi
x = skor suatu pertanyaan
y = skor total suatu pertanyaan

Uji reliabilitas dilakukan dengan metode satu kali pengukuran yaitu

menggunakan korelasi (Cronbachs Alpha) dengan alat bantu perangkat lunak

SPSS 13 for windows. Apabila r > rtabel maka menunjukkan data reliabel.

Rumus umum korelasi Cronbach alpha (Umar, 2002):


Keterangan :
r 11 = realibitas instrument
K = banyak butir pertanyaan
2
K 1- b 2 t = varians total
r 11 = K-1 t
2 b2 = jumlah varians butir

Berdasarkan hasil uji kuesioner dari 17 variabel yang diuji terdapat 1 variabel

yang tidak valid yaitu variabel alunan musik (X34).

4.4.3 Analisis Deskriptif

Analisis data pada dasarnya digolongkan menjadi dua jenis yaitu: analisis

inferensia dan analisis deskriptif. Analisis deskriptif pada dasarnya meliputi upaya

penelusuran dan pengungkapan informasi relevan yang terkandung dalam data.

Penyajian hasilnya dalam bentuk yang ringkas, sederhana, dan lebih informatif,
52

yang pada akhirnya mengarah pada keperluan adanya penjelasan dan penafsiran

(Aunuddin dalam Kombong, 2007).

Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan

karakteristik konsumen yang terdiri dari karakteristik demografi dan karakteristik

umum pembelian yang digunakan untuk mengetahui segmentasi dari konsumen

Restoran Bumbu Desa Bogor. Selain itu, analisis deskriptif juga digunakan untuk

menjelaskan analisis kepuasan konsumen berdasarkan hasil kuesioner. Hasil data

dari kuesioner mengenai karakteristik, serta kepuasan responden dikelompokkan

berdasarkan jawaban yang sama dan disajikan dalam bentuk tabulasi deskriptif.

Alternatif strategi diturunkan dari sebaran responden terhadap tingkat kepuasan

serta dari nilai median tingkat kepuasan konsumen untuk mengetahui atribut-

atribut mana yang kinerjanya masih kurang sehingga perlu untuk diperbaiki dan

yang sudah baik kinerjanya perlu untuk ditingkatkan. Adapun median adalah

segugus data yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar atau

terbesar sampai terkecil adalah pengamatan yang tepat ditengah-tengah bila

banyaknya pengamatan itu ganjil, atau rata-rata kedua pengamatan yang ditengah

bila banyaknya pengamatan genap (Walpole, 1995). Menurut Nazir (2003),

median adalah nilai tengah-tengah yang dicari dari sebuah seri yang sudah diatur

menurut ranking.

4.4.4 Analisis Structural Equation Modeling (SEM)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dapat diidentifikasi

dengan melihat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi kepuasan

konsumen dengan menggunakan analisis SEM. Menurut Sukajo dan Suwarno


53

(2002) metode SEM pada hakikatnya merupakan suatu metode yang

menggabungkan analisis korelasi, analisis lintas (path analysis) dan analisis

faktor. Structural Equation Modeling atau model persamaan struktural dinilai

dapat mengatasi kelemahan dalam model regresi dan juga model jalur path (path

model). Semua variabel yang akan dianalisis hubungannya diasumsikan bisa

diukur langsung atau dapat mewakili oleh satu peubah yang bisa diukur (Ghozali,

2001).

Pendekatan SEM akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif

dalam mempelajari suatu fenomena ilmiah. SEM dapat membantu mengarahkan

pola pikir peneliti secara efektif dalam menggali permasalahan penelitian hingga

penelusuran atribut yang relevan dalam menjelaskan fenomena atau konstruk.

Terdapat delapan langkah dalam membangun SEM yaitu:

a. Mengembangkan model berdasarkan teori. Hubungan kausalitas dapat dibuat

dalam berbagai bentuk dan arti, tetapi pola hubungan akan menjadi rasional

bila dilandasi suatu teori.

b. Membangun diagram lintas. Diagram lintas dirancang berdasarkan konstruk.

Konstruk merupakan suatu konsep yang dilandaskan pada suatu teori dan

berperan sebagai pembatas dalam mendefinisikan pola hubungan.

c. Konversi diagram lintas ke persamaan

d. Menentukan jenis matriks

e. Mengidentifikasi model. Kadangkala proses pendugaan memberikan hasil

yang irrasional. Hal ini disebabkan ketidakmampuan struktural model dalam

menduga hasil yang unik atau setiap koefisien memerlukan model tersendiri

(terpisah/dalam pendugaannya). Untuk meghindari model yang tidak


54

teridentifikasi maka dapat dilakukan beberapa hal antara lain menetapkan

beberapa koefisien pada nilai tertentu, umumnya 1, (fixed coefficient) dan

variabel laten yang memiliki satu peubah indikator ditetapkan nilainya

(umumnya 1).

f. Penerapan kriteria kesesuaian model. Ada beberapa asumsi dalam SEM yang

perlu diperhatikan, yaitu antar pengamatan saling bebas, data merupakan

contoh acak dari populasinya dan pola hubungan antar variabel seluruhnya

linier. Menurut Hair et al., (1998) dalam penetapan kesesuaian model

(Goodness of fit) diperiksa adanya offending estimate atau dugaan yang tidak

wajar. Adapun ukuran yang umum digunakan menurut Hair et al.,(1998)

sebagai berikut:

a). P adalah probabilitas untuk memperoleh penyimpangan (deviasi) besar

sebagaimana yang ditunjukkan oleh nilai Chi-square. Sehingga nilai Chi-

square yang signifikan (kurang dari 0,05) menunjukkan bahwa data

empiris yang diperoleh memiliki perbedaan dengan teori yang telah

dibangun berdasarkan structural equation modeling. Sedangkan nilai

probabilitas yang tidak signifikan adalah yang diharapkan, yang

menunjukkan bahwa data empiris sesuai model. Sehingga, dapat

disimpulkan bahwa yang diinginkan adalah menerima hipotesis dimana

nilai P yang diharapkan lebih besar dari 0,05.

b). RMSEA (Root Means Square Error of Approximation) adalah indeks

untuk mengkompensasikan Chi-square dalam contoh besar menunjukkan

kesesuaian yang diharapkan bila model diestimasi. Syarat agar model

menunjukkan close fit adalah RMSEA 0,08.


55

c). GFI (Goodness of Fit = R2 dalam regresi) dan AGFI (Adjusted R2) adalah

rentang ukuran antara 0 (poor fit) sampai dengan 1 (perfect fit) yang

memperhitungkan proporsi tertimbang dari varian dalam sebuah matriks

kovarian contoh. Nilai GFI dan AGFI 0,90 menunjukkan good fit (baik),

jika diantara 0,80 GFI dan AGFI < 0,90 menunjukkan marginal fit

(sedang).

d). RMR (Root Mean Square Residual) merupakan salah satu ukuran yang

tergolong ukuran kebaikan absolute fit measure. Ukuran RMR sebenarnya

merupakan ukuran ketidakcocokan model dengan data, sehingga nilai

RMR diharapkan kecil. Nilai RMR yang disarankan adalah 0,10.

7. Modifikasi model. Jika kriteria kelayakan model belum sesuai maka dilakukan

modifikasi model. Modifikasi model dapat dilakukan dengan membuang atau

menambah hubungan di dalam model SEM. Selain itu panduan modifikasi

lain dapat didasarkan pada indeks modifikasi (modification indices).

Modifikasi dapat dilakukan apabila Chi-square menurun minimal menjadi

3,84 merupakan nilai kritis Chi-square dengan satu degree of freedom pada

tingkat signifikansi 4 persen. Dalam melakukan modifikasi terlebih dahulu

dilakukan deteksi spesifikasi error. Setelah melihat modification indices, dapat

diketahui nilai modifikasi indeks yang besar, yaitu lebih besar dari 3,84.

Kemudian error antara indikator tersebut dikorelasikan (kovarians). Apabila

terdapat beberapa indeks modifikasi dengan nilai yang sangat besar, maka

estimasi parameter tersebut harus dilakukan satu persatu karena menambah

suatu hubungan akan berpengaruh terhadap kemungkinan fit parameter kedua.


56

Modifikasi hanya boleh dilakukan dengan kehati-hatian dan disertai data

empiris (Ghozali dan Fuad, 2005).

8. Interpretasi model. Setelah model yang didapatkan sudah fit, maka model

tersebut dapat digunakan menerangkan data. Dalam proses interpretasi,

terdapat variabel yang dijadikan sebagai patokan (pembanding) dengan cara

memberikan nilai 1,00 untuk nilai yang tertinggi. Variabel indikator yang

lain dalam model SEM bersifat bebas/free (tidak ditetapkan suatu nilai tertentu

pada variabel tersebut). Prosedur yang dilakukan dengan menambah perintah

VA pada yang ingin dijadikan pembanding pada sintax, sehingga akan

dihasilkan nilai yang telah dibakukan. Hal ini bertujuan untuk

mempermudah dalam interpretasi model (Ghozali dan Fuad, 2005). Nilai

untuk model struktural (hubungan antar variabel laten) tidak dapat dibakukan

(fixed), karena memiliki keragaman data yang berbeda.

Abbas (2001) menyatakan bahwa variabel di dalam SEM terdiri dari

variabel manifest dan variabel laten. Variabel manifest adalah variabel yang dapat

diamati dan diukur langsung, sedangkan variabel laten adalah variabel yang tidak

dapat diamati dan diukur langsung, tetapi dapat dibangun atau dibentuk oleh

variabel lain yang dapat diukur. Variabel laten diberi simbol (ksi). Variabel yang

digunakan untuk membangun variabel laten disebut variabel indicators dan diberi

simbol x atau y. Pengaruh dari variabel laten terhadap variabel indicators disebut

factor loading yang diberi simbol (lambda).

Selanjutnya Joreskog dan Sorbom (1996) menambahkan bahwa variabel

laten tak bebas dan variabel laten bebas mempunyai hubungan linier struktural

sebagai berikut:
57

= + +

dimana:

= matriks koefisien variabel laten tidak bebas berukuran m x m


= matriks koefisien variabel laten bebas berukuran m x n
= vektor variabel laten tak bebas berukuran m x 1
= vektor variabel laten bebas berukuran n x 1
= vektor sisaan acak berukuran m x 1

Terdapat dua persamaan matriks yang digunakan untuk menjelaskan

model pengukuran. Namun dalam penelitian ini menggunakan satu persamaan

untuk variabel penjelas tidak bebas:

= x +

dimana:

= vektor variabel penjelas tidak bebas yang berukuran q x 1


x = matriks koefisien yang mengindikasikan pengaruh variabel laten bebas
terhadap variabel penjelas bebas yang berukuran q x n
= vektor variabel laten tidak bebas yang berukuran n x 1
= vektor kesalahan pengukuran variabel penjelas tidak bebas yang berukuran
qx1

Model SEM dinyatakan juga dalam bentuk diagram lintas. Keuntungan

dari diagarm lintas adalah mempermudah dalam memahami hubungan antar

peubah baik dalam model pengukuran maupun model struktural. Tabel 8 adalah

ringkasan notasi-notasi LISREL yang biasa digunakan sebagai komunikasi

LISREL dalam diagaram lintas.

Analisis SEM yang digunakan dalam penelitian ini adalah Second Order

Confirmatory Factor Analysis. Secara umum, analisis SEM merupakan First

Order Confirmatory Analysis, dimana satu faktor laten memiliki beberapa

indikator, dimana indikator-indikator tersebut dapat diukur secara langsung.

Tetapi apabila indikator-indikator tersebut tidak dapat diukur secara langsung,

maka memerlukan beberapa indikator lain disebut Second Order Confirmatory


58

Factor Analysis. Namun, untuk teknik interpretasi hasil data tetap sama dengan

teknik interpretasi First Order Confirmatory Analysis, dimana hal yang ingin

dicapai dari hasil analisis SEM ini adalah pengaruh variabel kualitas produk,

harga, service quality (kualitas pelayanan), emotional factor (faktor emosi) dan

kemudahan dalam membangun kepuasan.

Tabel 8 Notasi Lisrel


Notasi Keterangan
(ksi) Variabel laten bebas, digambarkan sebagai lingkaran pada
model struktural SEM
(eta) Variabel laten tidak bebas (variabel laten tidak bebas dan juga
dapat menjadi variabel laten bebas pada persamaan lain)
(gamma) Koefisien korelasi variabel laten bebas terhadap variabel laten
tidak bebas
X Indikator variabel laten bebas
(lambda) Koefisien korelasi antara variabel laten tidak bebas ataupun
laten bebas terhadap indikator-indikatornya
(delta) Kesalahan pengukuran dari indikator variabel laten bebas

4.4.5 Implementasi Model SEM

Data input yang digunakan sebagai input dalam analisis SEM

menggunakan Skala Likert yaitu sangat tidak puas (1), tidak puas (2), puas (3),

sangat puas (4). Implementasi model SEM pada penelitian ini terdiri dari lima

variabel laten dan 16 variabel indikator. Hubungan pengaruh antar variabel laten

dan variabel indikator digambarkan dalam diagram lintas (path diagram).

Analisa data masing-masing variabel akan diproses dengan menggunakan

software LISREL 8.30 (Linear Structural Relationship). Hubungan antara

variabel laten bebas dan variabel laten terikat serta variabel indikatornya dalam

sebuah model persamaan struktural kepuasan dapat dijelaskan pada Gambar 6.


59

Kualitas x11 X11 11


Produk
x12
X12 12

x21 X21 21
Harga

X31 31

X32 32
x31

x32 X33 33
x33

x34 X34 34
Kepuasan Service
Quality x35
X35 35
x
1 36
x
37 X36 36

x38 X37 37

x39
X38 38

x310
X39 39

X310 310

x41 X41 41
Emotional
Factor
x42
X42 42

x51 X51 51
Kemudahan
x52 X52 52

Gambar 6 Model Persamaan Struktural.


60

Keterangan Gambar 6

Variabel Kualitas Produk terdiri dari sub variabel:

X11 = Rasa produk

X12 = Keragaman produk

Variabel Harga terdiri dari sub variabel:

X21 = Harga Produk

Variabel Service Quality (Kualitas Pelayanan) terdiri dari sub variabel:

X31 = Penampilan pelayan restoran

X32 = Kebersihan fasilitas restoran

X33 = Daftar menu

X34 = Alunan musik

X35 = Kecepatan mengantarkan pesanan

X36 = Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan

X37 = Kesigapan waiter

X38 = Keramahan pelayan restoran

X39 = Pengetahuan pramusaji terhadap produk

X310 = Kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen

Variabel Emotional Factor (Faktor Emosi) terdiri dari sub variabel:

X41 = Bentuk produk

X42 = Warna produk

Variabel Kemudahan terdiri dari sub variabel:

X51 = Kemudahan mendapatkan produk

X52 = Kemudahan mendapatkan tempat duduk


61

Definisi Operasional:
1. Konsumen adalah orang yang melakukan pembelian produk di Restoran

Bumbu Desa Bogor lebih dari satu kali.

2. Kepuasan adalah perasaan konsumen setelah mengkonsumsi produk/jasa.

3. Produk adalah semua jenis makanan dan minuman yang ditawarkan Restoran

Bumbu Desa Bogor untuk dibeli atau dikonsumsi konsumen.

4. Kualitas produk adalah kemampuan produk untuk menjalankan fungsinya.

5. Rasa produk adalah rasa bumbu dan bahan baku dari masing-masing produk

makanan dan minuman.

6. Keragaman produk adalah variasi jenis produk makanan dan minuman yang

ditawarkan.

7. Harga Produk adalah nilai yang harus dibayarkan oleh konsumen dari produk

yang dibeli/dikonsumsi.

8. Pelayan restoran adalah orang-orang yang memberikan pelayanan kepada

konsumen di Restoran Bumbu Desa Bogor. Pelayan restoran di Restoran

Bumbu Desa Bogor terdiri dari tiga kelompok yaitu pramusaji, waiter dan

greeter.

9. Pramusaji adalah pelayan restoran yang menerima pesanan produk/makanan

dari konsumen.

10. Waiter adalah pelayan restoran yang mengantarkan produk ke konsumen.

11. Greeter adalah pelayan restoran yang memberikan salam sambutan ketika

konsumen memasuki restoran dan salam perpisahan ketika konsumen keluar

dari restoran.

12. Penampilan pelayan restoran adalah bagaimana pelayan restoran

berpenampilan mulai dari pakaian yang dipakai oleh karyawan yang berupa
62

seragam, bersih, rapi dan sopan serta kebersihan penampilan pelayan restoran

secara keseluruhan, yaitu pakaian yang dikenakan rapi ,bersih dan seragam.

13. Kebersihan fasilitas restoran adalah kebersihan fasilitas-fasilitas yang ada di

Restoran Bumbu Desa Bogor seperti kebersihan wastafel, kebersihan toilet

dan kebersihan peralatan makan. Fasilitas dikatakan bersih apabila terbebas

dari benda-benda asing, sesuai dengan standar dan tidak kotor.

14. Daftar menu adalah daftar yang memuat jenis-jenis menu makanan dan

minuman yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor beserta harganya

masing-masing.

15. Alunan musik adalah jenis musik yang diputar di Restoran Bumbu Desa

Bogor.

16. Kecepatan mengantarkan pesanan adalah waktu antara pemesanan produk

sampai produk disajikan. Dikatakan cepat jika pesanan dihidangkan kurang

dari 10 menit.

17. Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan adalah tidak adanya

kesalahan penyajian jenis makanan dan minuman antara makanan dan

minuman yang dipesan dengan makanan dan minuman yang disajikan oleh

waiter.

18. Kesigapan waiter adalah cepat/tanggapnya waiter melayani konsumen jika

konsumen memesan produk tambahan, bantuan atau jika ada keluhan dari

konsumen. Waiter dikatakan sigap apabila segera mendatangi konsumen yang

meminta bantuan atau mengeluh dalam waktu kurang dari 5 menit.

19. Keramahan pelayan restoran: sikap pelayan restoran dalam melayani

konsumen yaitu memberi salam kepada konsumen yang memasuki restoran


63

dan memberi salam kepada konsumen yang keluar restoran setelah

mengkonsumsi makanan, memberikan senyuman kepada konsumen dan

bersikap sopan kepada konsumen.

20. Pengetahuan pramusaji terhadap produk adalah tingkat pengetahuan pramusaji

terhadap jenis-jenis produk yang ditawarkan restoran.

21. Kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen adalah adanya

inisiatif pramusaji berkomunikasi kepada konsumen. Pramusaji menanyakan

menu apa yang akan dipesan kepada konsumen serta pembicaraan lain di luar

itu.

22. Bentuk produk adalah penyajian produk pada pada wadahnya. Penyajian

produk yang menarik pada wadahnya, produk disajikan dengan berbagai

bentuk penataan di wadahnya akan meningkatkan kepuasan konsumen.

23. Warna produk adalah warna dari produk makanan setelah pengolahan atau

pada saat produk disajikan.

24. Kemudahan mendapatkan produk adalah kemudahan konsumen untuk

mengetahui secara pasti produk yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor

dan konsumen bisa mendapatkan atau memilih produk yang diinginkan.

Penyajian produk makanan secara prasmanan membuat konsumen mudah

mendapatkan produk yang diinginkan dan mengetahui produk yang tidak

ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor.

25. Kemudahan mendapatkan tempat duduk adalah tingkat kemudahan memasuki

restoran untuk mendapatkan tempat duduk di restoran.


64

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Singkat Restoran Bumbu Desa Bogor

Pendirian Restoran Bumbu Desa berawal dari sebuah kecintaan keluarga

besar Arief S. Wirawangsadita selaku pemilik restoran ini terhadap masakan

tradisional tanah Pasundan. Restoran Bumbu Desa diresmikan pada hari Sabtu,

tanggal 18 September 2004 di Laswi Bandung.

Pada awalnya, Restoran Bumbu Desa didirikan sebagai tempat

berkumpulnya para keluarga, karib kerabat dan tamu Bapak Arief

Wirawangsadita. Kemudian Restoran Bumbu Desa berkembang menjadi sebuah

tempat usaha komersial yang banyak dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai

daerah di Bandung dan dari luar kota seperti Jakarta. Melihat besarnya

pengunjung yang berdatangan di Restoran Bumbu Desa di Laswi Bandung dan

meningkatnya antusias masyarakat akan keberadaan restoran ini, maka pada awal

tahun 2006, Restoran Bumbu Desa mulai dikembangkan ke berbagai daerah di

Bandung, Surabaya, Jakarta, dan Bogor.

Pendirian Restoran Bumbu Desa di Kota Bogor dilatarbelakangi karena

Kota Bogor merupakan urban Jakarta (supporting Jakarta). Pada umunya

masyarakat yang bekerja di Jakarta, memiliki tempat tinggal di Kota Bogor.

Selain itu, pendirian Restoran Bumbu Desa di Kota Bogor bertujuan untuk

mendekatkan diri kepada market.

Restoran ini berlokasi di Jl. Pajajaran No. 18 Bogor dengan luas bangunan

500 m2. Restoran ini dijalankan dengan sistem semi franchise, yaitu adanya profit
65

sharing antara pemilik dengan investor. Investor bertanggungjawab menyediakan

modal awal (lahan) dan mengembangkan modal awal dengan segala kebutuhan,

sedangkan manajemen diatur oleh Corporate Bumbu Desa. Pemilik Restoran

Bumbu Desa secara keseluruhan adalah Bapak Arief S. Wirawangsadita dengan

investor Ibu Novi untuk outlet di Kota Bogor.

Restoran Bumbu Desa Bogor memiliki visi Bumbu Desa didirikan

sebagai wujud dedikasi dan apresiasi kepada para jagoan-jagoan masak zaman

dahulu, ibu rumah tangga dan pembantu-pembantu rumah yang telah berjasa

dalam memperkaya khasanah dan cita rasa masakan Sunda sehingga menjadi

kekayaan keanekaragaman cita rasa nusantara sampai saat ini. Sedangkan misi

dari Restoran Bumbu Desa Bogor adalah Kami Sangat Mengenal Konsumen

Kami, Kami Mengenal Pesaing Kami, Kami Memiliki Strategi, Pemimpin Kami

Mengetahui Arah, Kami Sepenuhnya Memegang Kendali, Kami Selalu Dapat

Menciptakan Perubahan, Kami sangat Menikmati Apa yang sedang Kami

Lakukan. Restoran Bumbu Desa Bogor berusaha untuk mengetahui keinginan

dan kebutuhan dari konsumennya, mengenal para pesaingnya (direct dan indirect

competitor). Restoran ini juga ini memiliki berbagai strategi yang diterapkan demi

menunjang keberhasilannya sebagai sebuah usaha. Kegiatan restoran selalu

dikontrol atau dibawah kendali seorang manajer. Para karyawan-karyawati

percaya bahwa manajer restoran adalah seorang pemimpin yang akan membawa

mereka dan restoran ke arah yang dituju.


66

5.2 Struktur Organisasi

Restoran Bumbu Desa Bogor merupakan suatu badan usaha yang bergerak

di bidang industri makanan dan minuman. Untuk menjalankan kegiatan usahanya,

pihak restoran membentuk struktur dan susunan organisasi yang telah disetujui

(Gambar 7).

Restoran Bumbu Desa Bogor mempunyai 61 karyawan dengan berbagai

jabatan (Tabel 9). Berdasarkan kebijakan perusahaan, setiap jabatan memiliki

tugas sebagai berikut:

1. Manajer Restoran

Tugas: - bertanggung jawab terhadap restoran

- melaksanakan kebijakan dari Corporate Office

- membina hubungan baik internal/eksternal

2. Cost Control

Tugas: - mengendalikan cost (biaya) yang terjadi di restoran

- menganalisis harga bahan baku dan harga jual

- me-monitoring penggunaan bahan baku

3. General Cashier

Tugas: - bertanggung jawab atas keuangan restoran

- melakukan administrasi keuangan

- melakukan transaksi keuangan (pembayaran dan penyetoran uang

ke bank)

- membina crew cashier


67

4. HRD

Tugas: - bertanggung jawab atas segala aktivitas di restoran

- memenuhi kebutuhan crew (recruitment)

- melaksanakan/memonitoring aktivitas karyawan yang rutin/tidak

rutin (meeting)

- membina hubungan baik dengan Dinas Tenaga Kerja

- memotivasi karyawan, memberikan sanksi administrasi maupun

tindakan pada karyawan

5. Supervisor

Tugas: - bertanggung jawab terhadap aktivitas pelayanan

- mengontrol crew baik quantity maupun jadwal

- inovasi dalam pelayanan

- menjaga tamu

- memotivasi crew

6. GRO Marcom (Guest Relation Officer Marketing Communication)

Tugas: - menjaga tamu pada saat makan

- melakukan sales call

- melakukan sales sale

- membina hubungan baik terhadap member

- menanyakan feedback tamu

7. Koordinator Produk/Dapur

Tugas: - bertanggung jawab terhadap produksi (masakan/makanan)

- me-monitoring jadwal crew

- memotivasi crew dan melakukan inovasi produk


68

8. Storekeeper

Tugas: - bertanggung jawab terhadap gudang/stock khususnya bahan kering

- menerima pembelanjaan dari purchasing

- menginput data pembelanjaan dalam sistem akuntansi

- mencatat barang keluar dari gudang

- inventory bulanan

9. Purchasing

Tugas: - melakukan pembelanjaan

- mencari alternatif supplier untuk kualitas baik dan harga murah

- melakukan sortir pembelanjaan

10. Cashier

Tugas: - melakukan transaksi penjualan

- melakukan administrasi keuangan

- melakukan sortir pembelanjaan

11. General Affair

Tugas: - bertanggung jawab terhadap segala peralatan restoran (aset)

- melakukan tindakan jika memerlukan renovasi/perbaikan

- memeriksa/melakukan pemeriksaan rutin terhadap peralatan

tersebut

12. Captain dan Asisten Captain

Tugas: - melaksanakan program sebagai shift leader

- Menjaga pelayanan agar tetap prima

- Membantu supervisor dalam menyusun jadwal karyawan


69

13. Admin Produk

Tugas: - melakukan pencatatan produksi

- melakukan pen-displaian ke meja display dan peralatan

administrasi

- memeriksa stock / buffer stock

- mencatat bahan spoil / kerusakan bahan

- pencatatan retur dari meja display

- melakukan penyimpanan stock / pengambilan dari atau ke dalam

cheler untuk stok bahan siap jual

14. Cook

Tugas: - melakukan produksi (memasak)

- melakukan permintaan pembelanjaan yang akan dikoordinasi oleh

koordinator dapur/produk

- memasak/memproduksi sesuai dengan estimasi yang dibuat

koordinator produk/dapur

15. Head Paintry

Tugas: - bertanggungjawab atas kegiatan paintry

- melakukan inovasi produk minuman

- menyusun jadwal crew

16. Quality Control (QC)

Tugas: - mensortir bahan baku yang diterima pada saat pembelanjaan untuk

menjaga kualitas dan bertanggungjawab terhadap kualitas produk

(standar rasa dan porsian)

- menanyakan feedback tamu


70

17. Security

Tugas: - menjaga keamanan dan membantu tim parkir (vale parking,

melakukan cek body terhadap karyawan

18. Enginering

Tugas: - melakukan kegiatan perbaikan teknis

19. Crew Service

adalah crew yang melaksanakan segala aktivitas pelayanan yaitu:

- menerima tamu (greeter)

- taking order makanan (pramusaji)

- melihat/memeriksa pesanan tamu sesuai dengan order (food

checker)

- taking order minuman (waiter)

- mengantarkan pesanan tamu (waiter)

20. Cook Helper

adalah crew yang membantu cook dalam sesi persiapan bahan baku, peracikan

bumbu-bumbu dan memberikan hiasan atau garmis

21. Paintry Crew

Tugas: - memproduksi pesanan minuman sesuai dengan pesanan tamu

- melakukan permintaan pembelanjaan bahan baku koordinasi dengan

head paintry

22. Driver

Tugas: - membawa kendaraan operasional sesuai kebutuhan manajer

- merawat kendaraan

- membantu vale parking


71

23. Houseman

Tugas: - bertanggung jawab terhadap kebersihan area (public area, toilet,

mushola dan office)

24. Order Taker (OT)

Tugas: - melakukan penggorengan berdasarkan orderan tamu

25. Dishwasher

Tugas: - melakukan pencucian/pembersihan bahan baku (misalnya ikan,

daging, cumi dan lain-lain)

Tabel 9 Jabatan Karyawan Restoran Bumbu Desa Bogor

Jumlah Pendidikan
No. Jabatan (orang) Jenis Kelamin Terakhir
1 Manajer Restoran & Supervisor 1 L S2
2 Cost Control 1 L S1
3 General Cashier 1 P S1
4 HRD 1 P S1
GRO Marcom (Guest Relation Officer
5 Marketing Communication) 1 P S1
6 Koordinator Produk/Dapur 1 P SMU
7 Storekeeper 1 L SMU
8 Purchasing 1 L S1
9 Cashier 3 P S1
10 General Affair 1 L SMU
11 Captain dan Asisten Captain 3 L S1
12 Administrasi Produk 1 L S1
13 Cook 3 P SMU
14 Head Paintry 1 L D3
15 Quality Control 1 L S1
16 Security 3 L SMU
17 Enginering 1 L SMU
18 Crew Service 15 L&P SMU
19 Cook Helper 6 L&P SMU
20 Paintry Crew 4 L&P SMU
21 Driver 2 L SMU
22 Houseman 3 L SMU
23 Order Taker 2 P D3
24 Dishwasher 4 L SMU
Total 61
72

5.3 Kapasitas dan Kegiatan Restoran

Restoran Bumbu Desa Bogor didirikan di atas tanah seluas 750 m2 dan

bangunan seluas 500 m2 yang terdiri dari 2 lantai, yaitu lantai 1 sebagai tempat

berjalannya aktivitas restoran (area restoran), dan lantai 2 sebagai tempat shalat

(musholla), tempat istirahat, loker, dan office. Pada lantai 1 terdiri dari 2 area yaitu

no smoking area dan smoking area. Pada no smoking area terdapat 124 kursi dan

pada smoking area terdapat 62 kursi. Pada no smoking area terdapat 3 meja

dengan kursi 8, 12 meja dengan kursi 6, dan 7 buah meja dengan kursi 4.

Sedangkan pada smoking area terdapat 5 meja dengan kursi 8, 1 meja dengan

kursi 6, dan 4 meja dengan kursi 4.

Restoran Bumbu Desa Bogor melayani para konsumen setiap hari mulai

pukul 10.00 wib sampai 22.00 wib. Sebelum melayani para konsumen, para

karyawan-karyawati melakukan persiapan berdasarkan pekerjaannya masing-

masing, seperti set up meja, produksi produk/menu, pendisplaian makanan,

membersihkan ruangan, dan lain-lain. Jam operasional dari Restoran Bumbu Desa

Bogor terdiri dari 3 shift. Shift 1 (shift morning) mulai pukul 08.00 sampai dengan

pukul 16.00, shift 2 (shift middle) mulai pukul 12.00 sampai dengan pukul 20.00,

dan shift 3 mulai pukul 14.00 sampai dengan pukul 22.00.

Ketika konsumen datang, konsumen langsung disambut oleh greeter yang

berdiri di depan pintu restoran. Greeter menanyakan jumlah orang, area yang mau

ditempati oleh konsumen dan memberikan nomor meja kepada konsumen

tersebut. Kemudian greeter mengantarkan konsumen ke meja display/prasmanan

untuk memilih produk/menu yang akan dipesan. Pramusaji menanyakan dan

mencatat pesanan dari konsumen sekalian mengambil produk tersebut untuk


73

dimasak oleh cook. Kemudian konsumen duduk di meja sesuai dengan nomor

meja yang diberikan oleh greeter. Waiter mempersilahkan konsumen tersebut

memesan minuman. Kemudian waiter pergi ke paintry memberikan menu

minuman yang di pesan oleh konsumen. Selama minuman di produksi oleh

paintry crew, checker memeriksa menu minuman yang keluar dan masuk dan

mengantarkan pesanan minuman tersebut ke konsumen. Pesanan produk makanan

yang telah di produksi oleh cook dikeluarkan oleh order taker dan di periksa oleh

food checker, kemudian diantarkan ke meja tamu oleh waiter. Untuk melakukan

proses pembayaran (billing) bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama konsumen

bisa langsung ke kasir untuk membayar semua pesanan yang telah dimakannya.

Kedua, konsumen memanggil waiter untuk meminta bon pembayaran. Waiter

memberikan bon pembayaran atas makanan dan minuman yang telah dipesan

konsumen tersebut. Kemudian waiter pergi ke kasir untuk menyerahkan uang

pembayaran dari konsumen tersebut.

Konsep pelayanan makanan kepada tamu di Restoran Bumbu Desa Bogor

adalah konsep pelayanan semi buffet, yaitu semua produk makanan ditampilkan di

meja display atau meja prasmanan. Produk yang ditampilkan adalah produk

makanan setengah matang sehingga waiter harus memasaknya lagi sampai matang

jika ada konsumen memesan produk makanan tersebut. Sedangkan style of service

makanan dan minuman di Restoran Bumbu Desa Bogor adalah:

(1). Ala fast food , yaitu dipesan dan dibawa langsung oleh tamu seperti tumis-

tumisan dan lain-lain

(2). Dipesan, dibuat atau diolah di ruang belakang (dapur) dan disajikan seperti

nasi liwet, ikan bandeng presto bakar, dan lain-lain


74

(3) Ala warteg, yaitu dipesan, dipanaskan dan disajikan seperti daging-dagingan,

ikan, dan lain-lain

(4) Ala Flamming dan Carving, yaitu dipesan, dibuat atau diolah di depan tamu

lalu disajikan seperti pencok, karedok, minuman campur, dan lain-lain

(5) Makanan, penghibur, penyegar, selingan dan lain-lain yang dipasang secara

terbuka khusus seperti lalab sambal diletakkan di meja khusus.

Untuk dapat meningkatkan penjualannya, restoran ini menawarkan

program-program pelayanan khusus, yaitu pelayanan jamuan makan/minum untuk

pesta ulang tahun, arisan, acara buka bersama, halal bihalal, delivery service, dan

lain-lain.

5.4 Keunggulan dan Keunikan

Restoran Bumbu Desa Bogor memiliki berbagai keunggulan dan keunikan

dibandingkan restoran tradisional Sunda lainnya. Adapun keunggulan dan

keunikan yang dimiliki oleh restoran ini terdapat dalam pelayanan.

1. Seragam waiter dan pramusaji bertemakan budaya desa. Para waiter dan

pramusaji menggunakan baju khas tani dengan pelengkap totopong

sebagai penutup kepala.

2. Adanya greeting wilujeng sumping oleh para pelayan restoran ketika

konsumen memasuki restoran dan adanya greeting semah mulih hatur

nuhun oleh para pelayan restoran ketika para konsumen meninggalkan

restoran. Greeting ini bertujuan untuk menyambut konsumen yang masuk

restoran dan ucapan terima kasih untuk konsumen yang meninggalkan


75

restoran, sehingga konsumen akan merasa diperhatikan dan diperlakukan

khusus di restoran.

3. Untuk berkomunikasi dengan konsumen, para pelayan restoran

menggunakan bahasa tubuh berupa tangan kanan menempel dada kiri dan

badan dibungkukkan.

4. Para pelayan restoran yang tergabung dalam tim kencleng memberikan

surprise kepada konsumen yang berulang tahun dalam bentuk nyanyian

dan memukul-mukul alat dapur untuk mengeluarkan musik. Para

karyawan juga memberikan sepiring nasi tumpeng yang dibuat pada hari

itu segera setelah salah satu rombongan dari konsumen yang berulang

tahun memberikan informasi kepada para karyawan.

5. Para karyawan Restoran Bumbu Desa Bogor menggunakan pin murah

senyum sebagai bentuk komunikasi non verbal kepada para konsumen.

bahwa para karyawan restoran ini selalu bersikap ramah dalam melayani

konsumennya.

5.5 Bauran Pemasaran

5.5.1 Produk

Restoran Bumbu Desa Bogor selalu melakukan inovasi terhadap produk

yang ditawarkan. Setiap minggu, Restoran Bumbu Desa Bogor selalu

mengeluarkan produk-produk baru/menu-menu baru dengan tujuan mengurangi

kejenuhan konsumen terhadap produk yang sudah ditawarkan, memenuhi

kebutuhan konsumen, menciptakan rasa keingintahuan konsumen terhadap produk


76

yang akan ditawarkan pada minggu berikutnya dan meningkatkan penerimaan

restoran.

Restoran Bumbu Desa Bogor juga menciptakan rasa khas Sunda pada

produk makanan yang ditawarkan. Kekhasan rasa produk yang cenderung tajam

ke rasa asin dan manis diciptakan Restoran Bumbu Desa Bogor dengan tujuan

menciptakan pengalaman baru bagi konsumen yang melakukan pembelian di

Restoran Bumbu Desa Bogor dan membuat konsumen tertarik untuk melakukan

pembelian ulang di Restoran Bumbu Desa Bogor.

5.5.2 Price

Persaingan antara restoran tradisional Sunda di Kota Bogor semakin

meningkat. Untuk dapat bertahan dari persaingan, maka Restoran Bumbu Desa

Bogor melakukan berbagai strategi harga. Penetapan harga produk oleh Restoran

Bumbu Desa Bogor disesuaikan dengan target konsumen yang diinginkan.

Target konsumen dari Restoran Bumbu Desa Bogor adalah konsumen

golongan menengah ke atas. Menurut pihak manajer Restoran Bumbu Desa

Bogor, konsumen golongan menengah ke atas adalah konsumen yang memiliki

pendapatan lebih besar dari Rp 3.000.000 per bulan. Pada umumnya konsumen

golongan menengah ke atas berprofesi sebagai pegawai swasta dan wiraswasta

yang berusia antara 27 sampai 40 tahun.

Restoran Bumbu Desa Bogor menetapkan harga produk yang tidak terlalu

tinggi dan tidak terlalu rendah (kisaran middle) dibandingkan restoran tradisional

Sunda lainnya. Penetapan harga masing-masing produk makanan dan minuman

berdasarkan pertimbangan biaya bahan baku yang dikeluarkan dan estimasi


77

keuntungan yang diinginkan. Harga makanan yang ditawarkan Restoran Bumbu

Desa Bogor lebih mahal dibandingkan dengan harga minuman. Harga makanan

berkontribusi 85 persen terhadap penerimaan penjualan Restoran Bumbu Desa

Bogor, sedangkan harga minuman berkontribusi 15 persen terhadap penerimaan

penjualan Restoran Bumbu Desa Bogor. Strategi harga lain yang diterapkan oleh

Restoran Bumbu Desa Bogor adalah pemberian potongan harga (diskon) kepada

konsumen yang melakukan pembelian dengan rombongan lebih dari 30 orang.

5.5.3 Place

Restoran Bumbu Desa Bogor berlokasi di Jl. Pajajaran No. 18 Bogor yang

sangat strategis karena berlokasi di pinggir jalan dan mudah dijangkau konsumen.

Restoran Bumbu Desa Bogor memiliki kenyamanan tempat dan bangunan

restoran yang klasik modern.

Untuk memperluas pangsa pasar, Restoran Bumbu Desa Bogor menerima

delivery service untuk mengantarkan pesanan kepada instansi-instansi,

perusahaan-perusahaan atau komunitas-komunitas tertentu. Restoran Bumbu

Desa Bogor juga menawarkan paket lunch box kepada instansi-instansi,

perusahaan-perusahaan atau komunitas-komunitas tertentu yang tidak memiliki

waktu untuk melakukan pembelian langsung di RestoranBumbu Desa Bogor.

5.5.4 Promotion

Pada awal berdirinya Restoran Bumbu Desa Bogor bekerjasama dengan

perusahaan media cetak Bogor, yaitu Radar Bogor, F-Magazine, dan B-Family

Magazine untuk mempromosikan keberadaan Restoran Bumbu Desa Bogor. Profil


78

dan cerita-cerita seputar Restoran Bumbu Desa Bogor ditulis pada media cetak

tersebut. Setiap minggunya, GRO Marcom Restoran Bumbu Desa Bogor

mempromosikan berbagai produk yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor

ke instansi-instansi atau perusahaan-perusahan terdekat.

Restoran Bumbu Desa Bogor juga menjadi pihak sponsor pada kegiatan-

kegiatan atau event-event tertentu yang diadakan oleh organisasi atau kelompok-

kelompok di daerah Bogor maupun di luar Bogor. Organisasi atau kelompok-

kelompok tertentu memasang spanduk Restoran Bumbu Desa Bogor pada

kegiatan-kegiatan yang diadakan sebagai bentuk promosi yang diinginkan oleh

restoran.
79
Manajer Restoran

Cost General HRD Supervisor GR Koordinator


Control Cashier Marcom Produk/Dapur

Storekeeper Purchasing Cashier General Captain *Admin *QC


Affair Produk

Cook Head
Paintry

Crew Service
Security Enginering Cook Helper Paintry
Crew

Houseman
Driver *OT

Keterangan:
*Admin Produk = Administrasi Produk Dishwasher
*QC = Quality Control
*OT = Order Taker

Gambar 7 Struktur Organisasi Restoran Bumbu Desa Bogor.


80

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang

pada saat penelitian mengkonsumsi makanan dan minuman di Restoran Bumbu

Desa Bogor. Karakteristik umum responden dijelaskan oleh variabel usia, jenis

kelamin, kota asal, suku bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, dan sumber informasi. Variabel-variabel tersebut kemudian

ditabulasikan berdasarkan persentase dari keseluruhan jumlah responden.

6.1.1 Usia

Berdasarkan hasil kuesioner, sebaran usia responden yang melakukan

pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor cukup variatif (Tabel 10). Kisaran usia

yang paling tinggi persentasenya adalah usia 27-36 tahun yaitu 39,33 persen. Hal

ini disebabkan pada usia tersebut merupakan kondisi yang mulai mapan atau

cukup mapan dalam pekerjaan yang menjadikan Restoran Bumbu Desa Bogor

sebagai tempat untuk makan sekaligus sebagai tempat untuk meeting dengan

relasi kerja. Sedangkan kisaran usia yang persentasenya paling rendah adalah

kisaran usia di atas 67 tahun yaitu sebesar 0,67 persen. Hal ini disebabkan pada

usia tersebut kondisi fisik responden tidak kuat (mulai melemah), sehingga tidak

memungkinkan bagi responden untuk bepergian ke luar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajer restoran menyatakan

bahwa target usia konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor adalah usia 27-40
81

tahun. Hal ini disebabkan konsumen pada usia tersebut telah mapan dalam

pekerjaan. Jadi dapat disimpulkan, target konsumen yang ditetapkan oleh

Restoran Bumbu Desa Bogor sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan.

Tabel 10 Sebaran Responden Berdasarkan Usia


Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

17-26 31 20,67
27-36 59 39,33
37-46 37 24,67
47-56 18 12,00
57-66 4 2,67
>66 1 0,67
Total 150 100,00

6.1.2 Jenis Kelamin

Pada penelitian ini, sebaran responden berdasarkan jenis kelamin yang

lebih dominan adalah laki-laki dengan persentase sebesar 50,67 persen (Tabel 11).

Persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki tidak terlalu jauh berbeda

dengan persentase responden berjenis kelamin perempuan yang melakukan

pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor yaitu 49,33 persen. Hal ini

dikarenakan kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap

orang baik laki-laki maupun perempuan. Restoran Bumbu Desa Bogor merupakan

tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi setiap orang tanpa

batasan gender.

Tabel 11 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-Laki 76 50,67
Perempuan 74 49,33
Total 150 100,00
82

6.1.3 Kota Asal

Responden yang paling banyak melakukan pembelian di Restoran Bumbu

Desa Bogor berasal dari Kota Bogor yaitu 58,00 persen (Tabel 12). Hal ini

disebabkan Restoran Bumbu Desa Bogor berlokasi di Kota Bogor yang mudah

dijangkau oleh responden yang berasal dari Kota Bogor. Responden yang sedikit

melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor berasal dari kota-kota yang

jauh dari Kota Bogor yaitu Surabaya (0,67 persen), Bekasi (2,00 persen), dan

Bandung (2,00 persen). Responden yang berasal dari daerah ini berkunjung ke

Restoran Bumbu Desa Bogor Bogor pada weekend atau hari libur nasional.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajer restoran menyatakan

bahwa target konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor adalah konsumen yang

berasal dari Kota Bogor dan Jakarta. Hal ini disebabkan kedua kota tersebut dekat

dengan lokasi restoran dan kemungkinan besar konsumen dari kedua kota tersebut

akan melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor pada hari kerja,

weekend, atau hari libur nasional. Konsumen yang berasal dari Kota Bogor dan

Kota Jakarta merupakan pasar potensial bagi Restoran Bumbu Desa Bogor. Jadi

dapat disimpulkan, target konsumen yang ditetapkan oleh Restoran Bumbu Desa

Bogor sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan.

Tabel 12 Sebaran Responden Berdasarkan Kota Asal


Kota Jumlah (orang) Persentase(%)

Bandung 3 2,00
Bekasi 3 2,00
Bogor 87 58,00
Depok 9 6,00
Jakarta 42 28,00
Surabaya 1 0,67
Tangerang 5 3,33
Total 150 100,00
83

6.1.4 Suku Bangsa

Restoran Bumbu Desa Bogor merupakan restoran tradisional Sunda yang

menawarkan berbagai makanan-makanan tradisional Sunda. Oleh karena itu,

responden yang cocok melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor

adalah responden yang bersuku bangsa Sunda. Hal ini terbukti berdasarkan Tabel

13, mayoritas responden yang melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa

Bogor bersuku bangsa Sunda sebesar 56,00 persen. Sedangkan suku bangsa

responden yang terkecil melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor

adalah Banjar, Jambi, Manado, Palembang, dan Toraja dengan tingkat persentase

yang sama sebesar 1 persen. Responden bersuku bangsa Banjar, Jambi, Manado,

Palembang, dan Toraja melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor

disebabkan sudah lama menetap di daerah Sunda dan berbagai makanan daerah

Sunda sudah sesuai dengan lidah responden tersebut.

Tabel 13 Sebaran Responden Berdasarkan Suku Bangsa


Suku Bangsa Jumlah (orang) Persentase (%)

Banjar 1 0,67
Batak 6 4,00
Betawi 2 1,33
Bugis 4 2,67
Jambi 1 0,67
Jawa 40 26,67
Manado 1 0,67
Minang/Melayu 7 4,67
Palembang 1 0,67
Sunda 84 56,00
Tionghoa 2 1,33
Toraja 1 0,67
Total 150 100
84

6.1.5 Status Pernikahan

Berdasarkan sebaran responden menurut status pernikahan, dapat

diketahui bahwa responden dengan status menikah yang paling banyak melakukan

pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor. Responden dengan status menikah

sebesar 70,00 persen dan yang belum menikah sebesar 30,00 persen. Responden

yang sudah menikah menyatakan bahwa Restoran Bumbu Desa Bogor merupakan

tempat yang menyenangkan untuk berkumpul dengan keluarga, teman maupun

relasi bisnis (Tabel 14).

Tabel 14 Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan


Status Pernikahan Jumlah (orang) Persentase (%)
Menikah 105 70,00
Belum Menikah 45 30,00
Total 150 100,00

6.1.6 Pendidikan

Mayoritas responden yang melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa

Bogor berpendidikan terakhir sarjana (S1) yaitu 62,00 persen. Sedangkan

responden yang paling sedikit melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa

Bogor berpendidikan terakhir strata 3(S3) sebesar 0,67 persen. Hal ini terkait

dengan mayoritas pekerjaan responden yaitu pegawai swasta/BUMN. Dari hasil

pengamatan lapang, responden yang datang ke Restoran Bumbu Desa Bogor pada

hari Senin sampai hari Jumat umumnya berpakaian kerja dan rapi (Tabel 15).

Responden yang bekerja pada instansi-instansi di kawasan restoran melakukan

pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor pada jam makan siang. Pada umumnya

responden yang bekerja pada instansi-instansi di kawasan restoran berpendidikan

terakhir sarjana (S1).


85

Tabel 15 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
SMU 25 16,67
Diploma 24 16,00
S1 93 62,00
S2 7 4,67
S3 1 0,67
Total 150 100,00

6.1.7 Pekerjaan

Sebagian besar responden Restoran Bumbu Desa Bogor bekerja sebagai

pegawai swasta/ BUMN sebesar 56,67 persen (Tabel 16). Hal tersebut

menunjukkan bahwa responden yang berprofesi sebagai pegawai swasta/BUMN

memiliki tingkat pendapatan yang cukup tinggi, masih berusia muda, mempunyai

sedikit waktu di luar rumah dan mempunyai tingkat sosialisasi yang tinggi,

sehingga faktor kemudahan untuk mengkonsumsi makanan menjadi hal yang

penting untuk dipertimbangkan. Selain itu, responden yang telah bekerja

melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor dengan motivasi untuk

mengadakan meeting dan berdiskusi tentang pekerjaan dengan relasi kerja.

Tabel 16 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase
Pegawai swasta/BUMN 85 56,67
Wiraswasta 26 17,33
Pegawai negeri 15 10,00
Ibu Rumah Tangga 11 7,33
Mahasiswa 13 8,67
Total 150 100,00

6.1.8 Pendapatan

Berdasarkan hasil wawancara mengunakan kuesioner, didapatkan

persentase responden yang memiliki pendapatan per bulan tertinggi adalah


86

responden dengan kisaran pendapatan > Rp 3.600.000 sebesar 42,67 persen.

Sedangkan responden yang memiliki pendapatan per bulan terendah adalah

responden dengan kisaran pendapatan < Rp 900.000 sebesar 10,00 persen (Tabel

17).

Banyaknya responden yang memiliki pendapatan per bulan > Rp

3.600.000 menunjukkan bahwa responden yang melakukan pembelian di Restoran

Bumbu Desa Bogor merupakan konsumen menengah ke atas. Dari pengamatan di

lapangan terlihat bahwa sebagian besar konsumen melakukan pembelian di

Restoran Bumbu Desa Bogor menggunakan kendaraan pribadi. Penampilan

konsumen juga menunjukkan kemampuaan ekonomi yang baik, hal ini terlihat

dari pakaian dan aksesoris yang digunakan oleh konsumen. Selain itu, banyaknya

konsumen yang melakukan pembayaran pembelian di Restoran Bumbu Desa

Bogor dengan menggunakan kartu kredit menunjukkan bahwa mayoritas

konsumen yang melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor memiliki

pendapatan tinggi.

Tabel 17 Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan per Bulan


Pendapatan Jumlah (orang) Persentase (%)
< 900.000 15 10,00
900.000 1.800.000 18 12,00
1.800.001 2.700.000 30 20,00
2.700.001 3.600.000 23 15,33
> 3.600.000 64 42,67
Total 150 100,00

6.1.9 Sumber Informasi Mengenai Restoran Bumbu Desa Bogor

Berdasarkan hasil kuesioner yang didapatkan di lapangan, responden

mendapatkan informasi mengenai Restoran Bumbu Desa Bogor dari

teman/kerabat, brosur/iklan dan bildboard. Persentase responden tertinggi adalah


87

responden yang mendapatkan informasi mengenai Restoran Bumbu Desa Bogor

melalui teman/kerabat sebesar 62 persen. Hal ini disebabkan Restoran Bumbu

Desa Bogor baru beroperasi kurang dari satu tahun. Belum banyak konsumen

mengetahui tentang keberadaan Restoran Bumbu Desa Bogor. Konsumen yang

mengetahui keberadaan Restoran Bumbu Desa Bogor mendapatkan informasi dari

teman/kerabat yang bertempat tinggal di sekitar restoran atau sudah melakukan

pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor sebelumnya. Sedangkan persentase

responden kedua tertinggi adalah responden yang mendapatkan informasi tentang

Restoran Bumbu Desa Bogor melalui billboard yaitu sebesar 20 persen.

Responden yang mendapatkan informasi melalui billboard ini sebagian besar

berasal dari luar Kota Bogor yang berkunjung ke Kota Bogor pada weekend dan

hari libur.

Persentase responden terendah yang mendapatkan informasi mengenai

Restoran Bumbu Desa Bogor adalah responden yang mendapatkan informasi

tentang restoran melalui brosur/iklan yaitu sebesar 18,00 persen. Hal ini

mengindikasikan bahwa promosi melalui brosur/iklan oleh pihak manajemen

masih kurang untuk menjangkau konsumen. Penyebaran informasi restoran

melalui brosur/iklan masih ditujukan ke instansi-instansi di daerah Bogor.

Tabel 18 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi


Sumber Informasi Jumlah (orang) Persentase (%)
Teman/Kerabat 93 62
Brosur/Iklan 27 18
Bildboard 30 20
Total 150 100
88

6.2 Analisis Kepuasan Konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor

Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen

Restoran Bumbu Desa Bogor ada empat yaitu sangat puas, puas, tidak puas dan

sangat tidak puas. Konsumen yang berada pada kategori sangat puas merupakan

konsumen yang merasakan kinerja yang dirasakan setelah melakukan pembelian

di Restoran Bumbu Desa Bogor lebih dari yang diharapkan. Konsumen tersebut

kemungkinan akan sulit untuk berpindah ke restoran lain yang pada akhirnya

konsumen tersebut akan loyal. Sedangkan konsumen yang berada pada kategori

puas, merasakan bahwa kinerja yang didapatkan sudah sesuai dengan yang

diharapkannya. Konsumen yang berada pada kategori tidak puas adalah konsumen

yang merasakan bahwa kinerja restoran tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Sedangkan konsumen yang berada pada kategori sangat tidak puas adalah

konsumen yang merasakan bahwa kinerja restoran sangat tidak sesuai dengan

yang diharapkan. Konsumen yang berada pada kategori ini merupakan konsumen

yang kemungkinan sangat kecil untuk melakukan pembelian berikutnya ke

restoran.

6.2.1 Kepuasan Konsumen terhadap Kualitas Produk Restoran Bumbu


Desa Bogor

Kepuasan konsumen terhadap kualitas produk terdiri atas variabel rasa

produk dan keragaman produk. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19.

Berdasarkan Tabel 19, persentase jawaban responden untuk variabel rasa

produk menunjukkan variasi yang paling tinggi dibandingkan dengan variabel

keragaman produk dalam membangun kepuasan konsumen terhadap kualitas

produk. Secara umum responden sudah puas dengan rasa produk yang ditawarkan
89

oleh restoran. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19 bahwa median dari variabel rasa

produk adalah 3. Persentase kepuasan responden untuk rasa produk menunjukkan

bahwa responden yang sangat puas terhadap rasa produk sebesar 21,33 persen

dan puas sebesar 74,67 persen. Sedangkan responden yang tidak puas dan sangat

tidak puas masing-masing sebesar 2,67 persen dan 1,33 persen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang tidak puas

dan sangat tidak puas, responden menyatakan bahwa rasa produk yang ditawarkan

oleh Restoran Bumbu Desa Bogor berbeda dari penafsiran responden sebelum

memasuki restoran. Responden menafsirkan bahwa rasa produk yang ditawarkan

Restoran Bumbu Desa bogor lebih khas dibandingkan restoran Sunda lainya dan

memiliki citarasa yang menggigit. Akan tetapi, penafsiran mereka tidak sesuai

dengan kenyataannya. Responden menyatakan bahwa rasa produk kemanisan,

produk cumi bakar dan nasi terasa keras, sayur-sayuran yang mereka konsumsi

terasa asin dan es kopyor berbau tengik.

Variabel dari kualitas produk yang memiliki variasi jawaban responden

terendah adalah keragaman produk. Persentase responden yang sangat puas untuk

variabel keragaman produk yaitu sebesar 21,33 persen dan yang puas sebesar

77,33 persen. Sedangkan yang tidak puas sebesar 0,67 persen dan responden yang

sangat tidak puas sebesar 0,67 persen (Tabel 19).

Bervariasinya jawaban responden tersebut disebabkan karena tuntutan tiap

responden berbeda-beda. Responden yang sangat puas dan puas menilai bahwa

produk yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor sudah

beragam/bervariasi, lengkap dan sesuai dengan pilihan makanan orang Sunda.

Sedangkan responden yang tidak puas dan sangat tidak puas menilai bahwa
90

produk yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor belum bervariasi dan

belum lengkap. Kebutuhan responden belum terpenuhi dengan produk yang

ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor.

6.2.2 Kepuasan Konsumen terhadap Harga Restoran Bumbu Desa Bogor

Harga produk adalah variabel yang membangun kepuasan konsumen

terhadap harga. Responden yang diwawancarai sebagian besar menyatakan,

bahwa harga produk yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor sudah

sesuai dengan yang responden harapkan. Hal tersebut dapat dilihat dari median

kepuasan responden sebesar 3 yang mengindikasikan bahwa jawaban responden

menyebar pada kategori puas (Tabel 19). Persentase responden yang sangat puas

sebesar 8,67 persen, puas sebesar 82,00 persen, tidak puas sebesar 8,00 persen dan

sangat tidak puas sebesar 1,33 persen. Secara umum responden puas dengan harga

produk yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor. Hal ini didukung oleh

median tingkat kepuasan untuk variabel harga produk sebesar 3 yang berada pada

kategori puas. Beberapa responden menyatakan, bahwa harga produk yang

ditetapkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor sangat sesuai untuk ukuran restoran

tradisional Sunda yang memiliki bangunan mewah, produk yang ditawarkan

beragam, dan pelayanan yang bagus oleh para karyawan restoran.

6.2.3 Kepuasan Konsumen terhadap Service Quality (Kualitas Pelayanan)


Restoran Bumbu Desa Bogor

Jawaban responden untuk variabel kecepatan mengantarkan pesanan

memiliki variasi jawaban responden tertinggi dibanding variabel lain yang

membangun kepuasan konsumen terhadap service quality (kualitas pelayanan).


91

Persentase jawaban responden untuk kategori sangat puas dan puas masing-

masing sebesar 26,00 persen dan 66,67 persen. Sedangkan 3,33 persen responden

menilai tidak puas dan 4,00 persen responden menilai sangat tidak puas dengan

variabel kecepatan mengantarkan pesanan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

beberapa responden, menyatakan bahwa kecepatan mengantarkan pesanan oleh

waiter masih kurang terutama pada weekend dan hari libur nasional. Waktu yang

diperlukan waiter terkadang lebih lama dibandingkan dengan hari biasa atau hari

kerja.

Penampilan pelayan restoran memiliki variasi jawaban responden kedua

tertinggi setelah variabel kecepatan mengantarkan pesanan dalam membangun

kepuasan konsumen terhadap service quality (kualitas pelayanan). Persentase

kepuasan responden untuk kategori sangat puas sebesar 14,67 persen dan puas

sebesar 72,67 persen. Pelayan restoran yang memakai kaos putih petani dinilai

oleh responden sangat mencirikan budaya Sunda. Namun, penampilan pelayan

restoran ini masih harus ditingkatkan. Hal ini disebabkan masih ada konsumen

yang merasa tidak puas dan sangat tidak puas dengan penampilan pelayan restoran

ini. Persentase responden yang merasa tidak puas dan sangat tidak puas dengan

penampilan pelayan restoran ini yaitu sebesar 12,00 persen dan 0,67 persen.

Responden pada kategori ini menilai bahwa penampilan pelayan restoran yang

memakai kaos putih petani sangat tidak rapi dan tidak elegan.

Pengetahuan pramusaji terhadap produk merupakan variabel ketiga

tertinggi tingkat variasinya berdasarkan jawaban responden. Jawaban responden

cenderung homogen pada kategori puas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19

bahwa median tingkat kepuasan responden terhadap variabel pengetahuan


92

pramusaji terhadap produk sebesar 3. Adanya penjelasan dari pramusaji tentang

jenis produk yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor menyebabkan

responden puas terhadap variabel ini. Persentase responden yang sangat puas dan

puas dengan variabel pengetahuan pramusaji terhadap produk masing-masing

sebesar 28,67 persen dan 67,33 persen. Sedangkan persentase responden yang

tidak puas dan sangat tidak puas dengan variabel pengetahuan pramusaji terhadap

produk masing-masing sebesar 3,33 persen dan 0,67 persen.

Berdasarkan Tabel 19, variabel kemampuan pramusaji berkomunikasi

memiliki variasi jawaban responden keempat tertinggi setelah variabel kecepatan

mengantarkan pesanan, penampilan pelayan restoran, dan pengetahuan pramusaji

terhadap produk dalam membangun kepuasan konsumen terhadap service quality

(kualitas pelayanan). Persentase responden yang sangat puas dan puas dengan

variabel kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen yaitu sebesar

19,33 persen dan 71,33 persen, sedangkan persentase responden yang tidak puas

dan sangat tidak puas yaitu sebesar 9,33 persen dan 0,00 persen. Responden

sangat puas dan puas dengan variabel ini karena pramusaji langsung menanyakan

kepada responden produk apa yang akan di pesan ketika responden sampai di

meja prasmanan. Selain itu, adanya pembicaraan lain dari pramusaji pada saat

responden memilih produk yang akan dipesan seperti menanyakan kabar

responden, menanyakan kota asal responden, berapa orang rombongan, dan lain-

lain, membuat responden merasa senang dengan komunikasi dari pramusaji

tersebut.

Keramahan pelayan restoran memiliki variasi jawaban responden kelima

tertinggi setelah variabel kecepatan mengantarkan pesanan, penampilan pelayan


93

restoran, pengetahuan pramusaji terhadap produk, dan kemampuan pramusaji

berkomunikasi dengan konsumen dalam membangun kepuasan konsumen

terhadap service quality (kualitas pelayanan). Pin yang dipasang di seragam

pelayan restoran yang bertulis tim murah senyum dinilai kebanyakan responden

sudah dilaksanakan oleh pelayan restoran. Selain itu, adanya greeting semah

wilujeng sumping untuk menyambut responden yang baru masuk dan greeting

semah mulih, hatur nuhun sebagai ucapan terima kasih kepada responden yang

akan pulang, membuat para responden puas dan senang berada di restoran ini.

Responden merasa disambut dengan baik dan dihargai di Restoran Bumbu Desa

Bogor. Namun, keramahan pelayan restoran masih harus terus ditingkatkan,

sehingga dapat menyebabkan semakin banyak konsumen yang nyaman dan pada

akhirnya puas. Persentase jawaban responden untuk kategori sangat puas, puas,

tidak puas dan sangat tidak puas masing-masing sebesar 19,33 persen, 72,00

persen, 8,67 persen dan 0,00 persen.

Daftar menu merupakan variabel yang memiliki tingkat variasi jawaban

responden keempat terendah setelah variabel kesigapan waiter, kebersihan

fasilitas restoran, dan kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan dalam

membangun kepuasan konsumen terhadap service quality (kualitas pelayanan).

Daftar menu dinilai oleh responden sudah cukup memuaskan. Dari hasil median

tingkat kepuasan responden sebesar 3 menunjukkan bahwa konsumen sudah puas

dengan kinerja daftar menu. Persentase kepuasan responden untuk kategori sangat

puas, puas, dan tidak puas masing-masing sebesar 20,67 persen, 72,67 persen, dan

6,67 persen. Beberapa responden yang tidak puas, menyatakan bahwa Restoran

Bumbu Desa Bogor memiliki daftar menu makanan yang dipasang pada setiap
94

produk makanan di meja prasmanan, tetapi harga dari setiap produk makanan

tidak dicantumkan.

Jawaban responden untuk variabel kesesuaian pesanan dengan produk

yang disajikan memiliki variasi jawaban responden ketiga terendah setelah

variabel kesigapan waiter dan kebersihan fasilitas restoran dalam membangun

kepuasan konsumen terhadap service quality (kualitas pelayanan). Beberapa

responden yang tidak puas disebabkan produk yang dipesan tidak sesuai dengan

yang disajikan dan pesanan responden tidak diantarkan oleh pelayan restoran.

Akan tetapi secara umum responden sudah puas dengan kinerja kesesuaian

pesanan dengan produk yang disajikan. Hal tersebut didukung oleh median

tingkat kepuasan untuk variabel kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan

sebesar 3 yang berada pada kategori puas. Persentase responden yang sangat puas,

puas, tidak puas, dan sangat tidak puas masing-masing sebesar 13,33 persen,

77,33 persen, 8,67 persen dan 0,67 persen.

Kebersihan fasilitas restoran merupakan variabel yang tingkat variasi

jawaban responden kedua terendah setelah variabel kesigapan waiter dalam

membangun kepuasan konsumen terhadap service quality (kualitas pelayanan) .

Persentase responden untuk kebersihan fasilitas restoran yang sangat puas sebesar

14,00 persen dan puas sebesar 80,00 persen. Sedangkan persentase responden

yang tidak puas sebesar 4,67 persen dan sangat tidak puas sebesar 1,33 persen.

Beberapa responden tidak puas karena toilet restoran sempit dan ukuran tempat

sampah untuk tisu toilet sangat kecil, sehingga kebersihan toilet agak kurang.

Wastafel yang ceper dan becek di bawah wastafel menyebabkan responden

tidak puas dengan kebersihan fasilitas Restoran Bumbu Desa Bogor.


95

Kesigapan waiter memiliki variasi jawaban responden terendah dalam

membangun kepuasan konsumen terhadap service quality (kualitas pelayanan).

Persentase kepuasan responden untuk variabel kesigapan waiter menunjukkan

bahwa responden sudah puas dengan kesigapan waiter Restoran Bumbu Desa

Bogor dengan persentase sangat puas sebesar 14,67 persen dan puas sebesar 81,33

persen. Sedangkan persentase responden yang tidak puas dan sangat tidak puas

dengan variabel kesigapan waiter masing-masing sebesar 2,67 persen dan 1,33

persen. Beberapa responden yang berada pada kategori tidak puas dan sangat

tidak puas menilai bahwa kesigapan waiter Restoran Bumbu Desa Bogor tidak

sesuai dengan yang diharapkan. Responden harus berulangkali memanggil waiter

untuk memesan menu tambahan. Waiter kurang sigap dalam menanggapi

panggilan responden karena area ruang makan restoran yang banyak dan jumlah

waiter yang sedikit.

6.2.4 Kepuasan Konsumen terhadap Emotional Factor (Faktor Emosi)


Restoran Bumbu Desa Bogor

Persentase jawaban responden untuk variabel warna produk menunjukkan

variasi yang paling tinggi dibandingkan dengan variabel bentuk produk yang

membangun variabel emotional factor. Persentase konsumen yang sangat puas,

puas dan tidak puas dengan variabel warna produk masing-masing sebesar 11,33

persen, 82,00 persen dan 6,67 persen (Tabel 19). Tidak ada konsumen yang

menilai sangat tidak puas dengan variabel warna produk yang ditawarkan

Restoran Bumbu Desa Bogor. Secara umum, konsumen menilai kinerja variabel

warna produk berada pada kategori puas. Warna produk yang ditawarkan
96

Restoran Bumbu Desa Bogor sudah menarik, kelihatan fresh dan sesuai dengan

warna aslinya untuk suatu produk.

Bentuk produk adalah variabel yang paling rendah variasi jawaban

respondennya. Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa jawaban responden

cenderung homogen. Responden yang diwawancarai sebagian besar menyatakan

bahwa bentuk produk yang ditawarkan oleh pihak restoran sudah sesuai dengan

yang responden harapkan. Hal tersebut dapat dilihat dari median kepuasan

responden sebesar 3 yang mengindikasikan bahwa jawaban responden menyebar

pada kategori puas. Persentase responden yang sangat puas sebesar 11,33 persen,

puas sebesar 82,67 persen, tidak puas sebesar 6,00 persen dan sangat tidak puas

sebesar 0 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang

tidak puas dengan variabel ini, menyatakan bahwa wadah produk restoran tidak

sesuai dengan yang diharapkan, seperti wadah sambal yang datar, ukuran

mangkok sayur yang kecil, dan lain-lain.

6.2.5 Kepuasan Konsumen terhadap Kemudahan Restoran Bumbu Desa


Bogor
Kepuasan konsumen terhadap variabel kemudahan berdasarkan variabel

kemudahan mendapatkan produk dan variabel kemudahan mendapatkan tempat

duduk. Berdasarkan Tabel 19, variabel kemudahan mendapatkan tempat duduk

mempunyai variasi jawaban responden yang tertinggi dibandingkan variabel

kemudahan mendapatkan produk. Persentase responden yang sangat puas dan

puas terhadap variabel kemudahan mendapatkan tempat duduk masing-masing

sebesar 25,33 persen dan 68,00 persen. Sedangkan responden yang tidak puas dan

sangat tidak puas terhadap variabel kemudahan mendapatkan tempat duduk


97

masing-masing sebesar 4,00 persen dan 2,67 persen (Tabel 19). Berdasarkan hasil

wawancara dengan beberapa responden yang tidak puas dan sangat tidak puas

dengan variabel ini, responden menyatakan bahwa kemudahan mendapatkan

tempat duduk di Restoran Bumbu Desa Bogor sangatlah berbeda jika

dibandingkan pada hari biasa, weekend dan hari libur nasional. Pada hari biasa

(hari Senin sampai Jumat), responden sangat mudah untuk mendapatkan tempat

duduk di Restoran Bumbu Desa Bogor. Responden tidak perlu menunggu atau

waiting list untuk mendapatkan tempat duduk di restoran. Akan tetapi pada

weekend dan hari libur nasional, responden harus berantrian panjang/waiting list

untuk mendapatkan tempat duduk di restoran. Hal ini disebabkan pada weekend

dan hari libur nasional, konsumen yang melakukan pembelian di Restoran Bumbu

Desa Bogor sangat banyak, sedangkan kapasitas restoran untuk menampung

konsumen terbatas.

Variabel kemudahan mendapatkan produk memiliki variasi jawaban

responden yang terendah. Berdasarkan Tabel 19, persentase responden yang

sangat puas dan puas dengan variabel kemudahan mendapatkan produk masing-

masing sebesar 12,00 persen dan 80,67 persen. Sedangkan responden yang tidak

puas dan sangat tidak puas dengan variabel kemudahan mendapatkan produk

masing-masing sebesar 6,67 persen dan 0,67 persen. Secara umum kepuasan

responden terhadap variabel kemudahan mendapatkan produk berada pada

kategori puas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19, median dari variabel

kemudahan mendapatkan produk sebesar 3. Responden sangat puas dan puas

dengan penyajian produk makanan secara prasmanan, karena responden bisa


98

melihat langsung produk makanan yang ditawarkan restoran dan bisa

mendapatkan atau memilih produk makanan yang diinginkan.

Tabel 19 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan terhadap


Restoran Bumbu Desa Bogor
Med
Kepuasan (%) Varian
ian
Variabel SP P TP STP
Keterangan
(4) (3) (2) (1)
Kualitas Produk
Rasa Produk X11 21,33 74,67 2,67 1,33 3 0,27
Keragaman Produk X12 21,33 77,33 0,67 0,67 3 0,211
Harga
Harga Produk X21 8,67 82,00 8,00 1,33 3 0,221
Service Quality
Penampilan pelayan
X31 14,67 72,67 12,00 0,67 3 0,295
restoran
Kebersihan fasilitas
X32 14,00 80,00 4,67 1,33 3 0,237
restoran
Daftar menu X33 20,67 72,67 6,67 0,00 3 0,255
Kecepatan mengantarkan
X35 26,00 66,67 3,33 4,00 3 0,435
pesanan
Kesesuaian pesanan
dengan produk yang X36 13,33 77,33 8,67 0,67 3 0,247
disajikan
Kesigapan waiter X37 14,67 81,33 2,67 1,33 3 0,219
Keramahan pelayan
X38 19,33 72,00 8,67 0,00 3 0,27
restoran
Pengetahuan pramusaji
X39 28,67 67,33 3,33 0,67 3 0,291
terhadap produk
Kemampuan pramusaji
berkomunikasi dengan X310 19,33 71,33 9,33 0,00 3 0,279
konsumen
Emotional Factor
Bentuk produk X41 11,33 82,67 6,00 0,00 3 0,172
Warna produk X42 11,33 82,00 6,67 0,00 3 0,179
Kemudahan
Kemudahan
X51 12,00 80,67 6,67 0,67 3 0,213
mendapatkan produk
Kemudahan
mendapatkan tempat X52 25,33 68,00 4,00 2,67 3 0.,377
duduk
99

6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen


Restoran Bumbu Desa Bogor

6.3.1 Analisis Model Awal Structural Equation Modeling (SEM)

Model yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima variabel laten

16 variabel indikator. Variabel laten dalam model SEM digambarkan dalam

bentuk oval. Sedangkan variabel indikator digambarkan dalam bentuk kotak.

Variabel laten tidak bebas dilambangkan dengan huruf Yunani ksi () dan

variabel laten bebas dilambangkan dengan eta (). Besarnya loading antara

variabel indikator dan variabel laten digambarkan dengan lamda ().

merupakan koefisien yang menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel

indikator dalam membangun atau membentuk variabel laten. Nilai yang paling

besar menunjukkan bahwa variabel indikator tersebut merupakan faktor yang

paling berpengaruh dalam membentuk variabel laten.

Variabel laten kualitas produk dibangun oleh variabel indikator rasa

produk dan keragaman produk. Variabel laten harga dibangun oleh variabel

indikator harga produk. Variabel laten service quality (kualitas pelayanan)

dibangun oleh variabel indikator penampilan pelayan restoran, kebersihan fasilitas

restoran, daftar menu, kecepatan mengantarkan pesanan, kesesuaian pesanan

dengan produk yang disajikan, kesigapan waiter, keramahan pelayan restoran,

pengetahuan pramusaji terhadap produk, dan kemampuan pramusaji

berkomunikasi dengan konsumen. Variabel laten emotional factor (faktor emosi)

dibangun oleh variabel indikator bentuk produk dan warna produk. Sedangkan

variabel laten kemudahan dibangun oleh variabel indikator kemudahan

mendapatkan produk dan kemudahan mendapatkan tempat duduk.


100

Variabel-variabel di atas dioperasikan dengan menggunakan program

Lisrel 8.30,sehingga diperoleh path model awal kepuasan konsumen Restoran

Bumbu Desa Bogor seperti pada Gambar 8.

X 11 0.46

X 12 0.48
0.73
0.72 X 21 0.00

KP X 31 0.75
1.00
X 32 0.53
0.91
HG 0.50 X 33 0.60
0.02 0.68
X 35 0.87
1.00 KEPUASAN 0.63
0.69 0.37
X 36 0.60
SQ 0.63
0.70
0.92 X 37 0.50
0.54
0.62
0.54 X 38 0.71
0.65
EF
X 39 0.62
0.81
X 310 0.58
0.65
KM
X 41 0.35

0.97 X 42 0.58
0.38
X 51 0.05

X 52 0.86

Chi-Square=395.26, df=101, P-value=0.00000, RMSEA=0.140

Gambar 8 Path Model Awal Kepuasan Konsumen


Restoran Bumbu Desa Bogor.

Keterangan gambar:
KP = Kualitas Produk
HG = Harga
SQ = Service Quality
EF = Emotional Factor
KM = Kemudahan
101

Path model awal yang diperoleh memiliki ukuran kebaikan model

(goodness of fit) yang tidak baik untuk menjelaskan data. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 20. Pada Tabel 20, terlihat bahwa satu kriteria goodness

of fit model yang sesuai dengan nilai yang disarankan untuk model fit dan empat

kriteria goodness of fit model belum berada pada nilai yang disarankan untuk

model fit. Nilai degree of freedom model sebesar 101. Nilai ini sesuai dengan nilai

yang disarankan untuk model fit. Nilai RMSEA model sebesar 0,14 yang melebihi

nilai RMSEA yang disarankan untuk model fit. Nilai RMR sebesar 0,11 yang

melebihi nilai yang disarankan untuk model fit. Nilai GFI dan AGFI model

masing-masing sebesar 0,75 dan 0,66. Nilai ini kurang dari nilai GFI dan AGFI

yang disarankan untuk model fit.

Tabel 20 Goodness of Fit Model Awal


No Kriteria Hasil Uji Nilai yang disarankan
1 DF 101 +
2 RMSEA 0,14 0,08
3 RMR 0,11 0,10
4 GFI 0,75 0,90
5 AGFI 0,66 0,90

6.3.2 Rekomendasi Model Structural Equation Modeling (SEM)

Menurut Hair et al., (1998), perlu dilakukan modifikasi model untuk

memperbaiki kecocokan model terhadap data. Modifikasi model didasarkan pada

indeks modifikasi model (modification indices) yang dihitung untuk setiap

hubungan yang tidak dinyatakan dalam model. Ada dua saran yang diusulkan

dalam indeks modifikasi, yaitu (1) penambahan lintasan (path) diantara variabel

laten dengan variabel teramati dan (2) penambahan kovariasi diantara dua

kesalahan (errors).
102

Peneliti melakukan modifikasi model dengan menambahkan kovariasi

diantara dua kesalahan (errors) berdasarkan informasi yang ada pada modification

indices. Model hasil modifikasi (rekomendasi) dapat dilihat pada Gambar 9.

X 11 0.55

X 12 0.28
0.64 -0.35
0.89 X 21 0.00
0.16

KP X 31 0.77 0.22
1.00 -0.37
0.28
X 32 0.51
0.66 0.17
HG 0.48 X 33 0.54 -0.26
0.18 0.70
X 35 0.96 0.35
1.00 KEPUASAN 0.68
0.27 0.15 -0.16
0.02
0.88
X 36 0.56
0.16
-0.30
SQ 0.68
0.70 -0.13
0.74 X 37 0.53
-0.18
0.26
0.65
0.59
0.62 X 38 0.57
0.64
EF
X 39 0.69 0.22
0.10
0.17 -0.16
0.71
X 3 10 0.61
-0.25
0.08
0.69
KM -0.21
X 41 0.50
-0.10

0.98 X 42 0.45
0.36
X 51 0.05
-0.24

X 52 0.87

Chi-Square=118.86, df=76, P-value=0.00122, RMSEA=0.062

Gambar 9 Path Model Rekomendasi Kepuasan Konsumen


Restoran Bumbu Desa Bogor.

Keterangan gambar:
KP = Kualitas Produk
HG = Harga
SQ = Service Quality
EF = Emotional Factor
KM = Kemudahan

Path model yang diperoleh memiliki ukuran kebaikan model (goodness of

fit) yang cukup baik untuk menjelaskan data.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Tabel 21. Pada Tabel 21, terlihat bahwa empat kriteria goodness of fit model
103

yang sesuai dengan nilai yang disarankan untuk model fit dan satu kriteria

goodness of fit model belum berada pada nilai yang disarankan untuk model fit.

Nilai degree of freedom model sebesar 76. Nilai ini sesuai dengan nilai yang

disarankan untuk model fit. Nilai RMSEA model sebesar 0,062 yang berada pada

nilai yang disarankan untuk model fit. Nilai RMR sebesar 0,066 yang berada pada

nilai yang disarankan untuk model fit. Nilai GFI model sebesar 0,91 yang berada

pada nilai yang disarankan untuk model fit. Sedangkan nilai AGFI model sebesar

0,84. Nilai ini tidak berada pada nilai yang disarankan untuk model fit.

Tabel 21 Goodness of Fit Model Rekomendasi


No Kriteria Hasil Uji Nilai yang disarankan
1 DF 76 +
2 RMSEA 0,062 0,08
3 RMR 0,066 0,10
4 GFI 0.91 0,9
5 AGFI 0,84 0,9

6.3.3 Hubungan antara Kualitas Produk dengan Variabel Indikator


Kualitas Produk
Variabel yang diamati untuk mengukur kepuasan kualitas produk ada dua,

yang diurutkan berdasarkan pengaruh tertinggi sampai pengaruh terendah dalam

membangun kepuasan kualitas produk yaitu, keragaman produk (X12) dan rasa

produk (X11). Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan bahwa keragaman

produk memiliki nilai tertinggi, yang artinya bahwa keragaman produk

mempunyai pengaruh yang tertinggi dalam membangun kepuasan kualitas produk.

Sedangkan rasa produk memiliki nilai yang terendah, berarti rasa produk

memiliki kontribusi terendah dalam membangun kepuasan kualitas produk.

Berikut ini merupakan uraian secara rinci mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan kualitas produk.


104

6.3.3.1 Keragaman Produk (X12)

Keragaman produk adalah variasi jenis produk makanan dan minuman

yang ditawarkan. Banyaknya variasi produk yang ditawarkan dapat membuat

konsumen tidak mudah bosan karena dapat menyesuaikan seleranya dengan

produk yang ditawarkan.

Keragaman produk merupakan variabel tertinggi pengaruhnya dalam

membangun kepuasan kualitas produk dengan nilai -nya sebesar 0,89.

Berdasarkan Tabel 19, variasi jawaban responden sangat rendah dengan variabel

keragaman produk. Persentase responden yang sangat puas untuk variabel

keragaman produk yaitu sebesar 21,33 persen dan yang puas sebesar 77,33 persen.

Sedangkan yang tidak puas sebesar 0,67 persen dan responden yang sangat tidak

puas sebesar 0,67 persen.

Bervariasinya jawaban responden tersebut disebabkan karena tuntutan tiap

responden berbeda-beda. Responden yang sangat puas dan puas menilai bahwa

produk yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor sudah

beragam/bervariasi, lengkap dan sesuai dengan pilihan makanan orang Sunda.

Sedangkan responden yang tidak puas dan sangat tidak puas menilai bahwa

produk yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor belum bervariasi dan

belum lengkap. Kebutuhan responden belum terpenuhi dengan produk yang

ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor.

6.3.3.2 Rasa Produk (X11)


105

Rasa produk adalah rasa bumbu dan bahan baku dari masing-masing

produk makanan dan minuman. Rasa yang enak sesuai dengan harapan konsumen

sangat mempengaruhi kepuasan konsumen. Ketepatan dalam meracik bahan

makanan dan bahan minuman yang disajikan akan sangat menentukan rasa dari

produk itu sendiri.

Variabel rasa produk memiliki nilai sebesar 0,64. Variabel ini

mempunyai pengaruh terendah dalam membangun kepuasan kualitas produk.

Berdasarkan sebaran responden terhadap tingkat kepuasan Restoran Bumbu Desa

Bogor (Tabel 19), jawaban responden untuk variabel rasa produk memiliki variasi

jawaban yang tinggi. Secara umum jawaban responden terhadap variabel rasa

produk berada pada kategori puas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19 bahwa

median dari variabel rasa produk adalah 3. Persentase kepuasan responden untuk

rasa produk menunjukkan bahwa responden yang sangat puas terhadap rasa

produk sebesar 21,33 persen dan puas sebesar 74,67 persen. Sedangkan

responden yang tidak puas dan sangat tidak puas masing-masing sebesar 2,67

persen dan 1,33 persen.

6.3.4 Hubungan antara Harga dengan Variabel Indikator Harga

Variabel yang diamati untuk mengukur kepuasan harga yaitu, harga

produk (X21). Berikut ini merupakan uraian secara rinci mengenai faktor yang

mempengaruhi kepuasan harga.

6.3.4.1 Harga Produk (X21)


106

Harga merupakan alat bauran pemasaran yang penting. Harga Produk

adalah nilai yang harus dibayarkan oleh konsumen dari produk yang

dibeli/dikonsumsi. Harga produk termasuk sebagai variabel indikator harga yang

diturunkan dari teori Irawan (2007).

Harga produk memiliki nilai sebesar 1,00. Variabel ini berpengaruh 100

persen dalam membangun kepuasan harga. Responden yang diwawancarai

sebagian besar menyatakan, bahwa harga produk yang ditawarkan oleh Restoran

Bumbu Desa Bogor sudah sesuai dengan yang responden harapkan. Hal tersebut

dapat dilihat dari median kepuasan responden sebesar 3 yang mengindikasikan

bahwa jawaban responden menyebar pada kategori puas (Tabel 19).

6.3.5 Hubungan antara Service Quality (Kualitas Pelayanan) dengan


Variabel Indikator Service Quality (Kualitas Pelayanan)

Variabel yang diamati untuk mengukur kepuasan service quality (kualitas

pelayanan) ada sembilan, yang diurutkan berdasarkan pengaruh tertinggi sampai

pengaruh terendah dalam membangun kepuasan service quality (kualitas

pelayanan) yaitu kesigapan waiter (X37), kebersihan fasilitas restoran (X32),

kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan (X36), daftar menu (X33),

keramahan pelayan restoran (X38), kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan

konsumen (X310), pengetahuan pramusaji terhadap produk (X39), penampilam

pelayan restoran (X31), dan kecepatan mengantarkan pesanan (X35). Berdasarkan

hasil analisis data, didapatkan bahwa kesigapan waiter dan kebersihan fasilitas

restoran memiliki nilai tertinggi, yang artinya bahwa kesigapan waiter dan

kebersihan fasilitas restoran mempunyai pengaruh yang tertinggi dalam

membangun kepuasan service quality (kualitas pelayanan). Sedangkan kecepatan


107

mengantarkan pesanan memiliki nilai yang terendah, berarti kecepatan

mengantarkan pesanan memiliki kontribusi terendah dalam mempengaruhi

kepuasan service quality (kulitas pelayanan). Berikut ini merupakan uraian secara

rinci mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan service quality

(kualitas pelayanan).

6.3.5.1 Kesigapan Waiter (X37)

Kesigapan waiter adalah cepat/tanggapnya waiter melayani konsumen jika

konsumen memesan produk tambahan, bantuan atau jika ada keluhan dari

konsumen. Semakin cepat/tanggap waiter melayani konsumen jika konsumen

memesan produk tambahan, bantuan atau jika ada keluhan dari konsumen, maka

akan menimbulkan kepuasan bagi konsumen terhadap service quality (kualitas

pelayanan) Restoran Bumbu Desa Bogor.

Kesigapan waiter memiliki nilai sebesar 0,70. Variabel ini memiliki

pengaruh tertinggi dalam membangun kepuasan service quality (kualitas

pelayanan). Hal ini didukung oleh persentase konsumen yang menjawab sangat

puas dan puas dengan variabel kesigapan waiter sangat besar, yaitu masing-

masing sebesar 14,67 persen dan 81,33 persen (Tabel 19).

6.3.5.2 Kebersihan Fasilitas Restoran (X32)

Kebersihan fasilitas restoran adalah kebersihan fasilitas-fasilitas yang ada

di Restoran Bumbu Desa Bogor seperti kebersihan wastafel, kebersihan toilet dan

kebersihan peralatan makan. Fasilitas dikatakan bersih apabila terbebas dari


108

benda-benda asing, sesuai dengan standar dan tidak kotor. Restoran yang bersih

akan sangat mempengaruhi kenyamanan konsumen.

Kebersihan fasilitas restoran memiliki nilai sebesar 0,70. Variabel ini

memiliki pengaruh yang sama dengan variabel kesigapan waiter dalam

membangun kepuasan service quality (kualitas pelayanan). Berdasarkan Tabel 19,

secara umum responden menilai puas dengan varaiabel kebersihan fasilitas

restoran. Persentase konsumen untuk kebersihan fasilitas restoran yang sangat

puas sebesar 14,00 persen dan puas sebesar 80,00 persen.

6.3.5.3 Kesesuaian Pesanan dengan Produk yang Disajikan (X36)

Kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan adalah tidak adanya

kesalahan penyajian jenis makanan dan minuman antara makanan dan minuman

yang dipesan dengan makanan dan minuman yang disajikan oleh waiter.

Berdasarkan Tabel 19, secara umum responden sudah puas dengan kinerja

kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan. Hal tersebut didukung oleh

median tingkat kepuasan untuk variabel kesesuaian pesanan dengan produk yang

disajikan sebesar 3 yang berada pada kategori puas. Persentase responden yang

sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas masing-masing sebesar 13,33

persen, 77,33 persen, 8,67 persen dan 0,67 persen. Responden yang tidak puas

disebabkan karena produk yang dipesan tidak sesuai dengan yang disajikan dan

pesanan konsumen tidak diantarkan oleh waiter.

Variabel kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan memiliki nilai

sebesar 0,68. Variabel ini memiliki pengaruh kedua tertinggi dalam membangun

kepuasan service quality (kualitas pelayanan).


109

6.3.5.4 Daftar Menu (X33)

Daftar menu adalah daftar yang memuat jenis-jenis menu makanan dan

minuman yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor beserta harganya

masing-masing. Daftar menu Restoran Bumbu Desa Bogor terdiri dari daftar

menu makanan dan daftar menu minuman. Daftar menu makanan dipasang pada

masing-masing produk makanan yang di display di meja prasmanan. Pada daftar

menu makanan, harga dari makanan yang ditawarkan tidak dicantumkan. Hal ini

disebabkan setiap minggu Restoran Bumbu Desa Bogor mengeluarkan beberapa

menu baru dengan perubahan harga makanan yang disesuaikan. Sedangkan daftar

menu minuman berupa kertas yang di laminating yang memuat jenis-jenis

minuamn yang ditawarkan restoran beserta harganya yang diberikan oleh waiter

kepada konsumen yang akan melakukan pembelian minuman.

Daftar menu memiliki nilai sebesar 0,68. Variabel daftar menu memiliki

pengaruh yang sama dengan variabel kesesuaian pesanan dengan produk yang

disajikan dalam membangun kepuasan service quality (kualitas pelayanan).

Berdasarkan Tabel 19, daftar menu dinilai oleh konsumen sudah cukup

memuaskan. Dari hasil median tingkat kepuasan responden sebesar 3

menunjukkan bahwa konsumen sudah puas dengan kinerja daftar menu.

Persentase kepuasan responden untuk kategori sangat puas, puas, tidak puas

masing-masing sebesar 20,67 persen, 72,67 persen, dan 6,67 persen. Beberapa

responden yang tidak puas disebabkan tidak ada pencatuman harga pada daftar

menu makanan, sehingga responden tidak dapat menaksir harga dari makanan

yang dikonsumsinya.
110

6.3.5.5 Keramahan Pelayan Restoran (X38)

Pelayan restoran dalam memberikan pelayanan kepada konsumen harus

dapat memiliki keramahan. Keramahan pelayan restoran adalah sikap pelayan

restoran dalam melayani konsumen yaitu memberi salam kepada konsumen yang

memasuki restoran, memberi salam kepada konsumen yang keluar restoran

setelah melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor, memberikan

senyuman kepada konsumen ,dan bersikap sopan dalam melayani konsumen.

Keramahan pelayan restoran memiliki nilai sebesar 0,65. Variabel

keramahan pelayan restoran memiliki pengaruh ketiga tertinggi dalam

membangun kepuasan service quality (kualitas pelayanan). Berdasarkan Tabel 19,

keramahan pelayan restoran memiliki variasi jawaban responden yang cukup

besar. Persentase jawaban responden untuk kategori sangat puas sebesar 19,33

persen, jawaban puas sebesar sebesar 72,00 persen, jawaban tidak puas sebesar

8,67 persen dan jawaban sangat tidak puas sebesar 0,00 persen. Beberapa

responden yang menjawab tidak puas dan sangat tidak puas dengan variabel

keramahan pelayan restoran menilai bahwa adanya greeting semah wilujeng

sumping untuk menyambut konsumen yang baru masuk dan greeting semah

mulih, hatur nuhun sebagai ucapan terima kasih kepada konsumen yang akan

pulang, membuat suasana restoran menjadi ribut dan tidak nyaman. Selain itu,

beberapa responden menilai pelayan restoran kurang sopan dalam melayani

responden. Sikap waiter yang mengangkat piring dan membersihkan meja

responden setelah menikmati makanan dan minuman, membuat responden

mengeluh dengan sikap waiter ini. Responden merasa diusir secara tidak langsung

untuk meninggalkan restoran. Keramahan pelayan restoran masih harus terus


111

ditingkatkan, sehingga dapat menyebabkan semakin banyak konsumen yang

nyaman dan pada akhirnya puas.

6.3.5.6 Kemampuan Pramusaji Berkomunikasi dengan Konsumen (X310)

Kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen adalah adanya

inisiatif pramusaji berkomunikasi kepada konsumen. Pramusaji menanyakan

menu apa yang akan dipesan kepada konsumen serta pembicaraan lain di luar itu.

Berdasarkan hasil analisis SEM, variabel kemampuan pramusaji

berkomunikasi dengan konsumen memiliki nilai sebesar 0,64. Variabel ini

memiliki pengaruh keempat tertinggi dalam membangun kepuasan service quality

(kualitas pelayanan). Berdasarkan Tabel 19, variabel kemampuan pramusaji

berkomunikasi dengan konsumen mempunyai median 3, artinya secara umum

konsumen puas dengan variabel ini. Persentase responden yang sangat puas dan

puas dengan variabel kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen

yaitu sebesar 19,33 persen dan 71,33 persen, sedangkan persentase responden

yang tidak puas dan sangat tidak puas yaitu sebesar 9,33 persen dan 0,00 persen.

Responden sangat puas dan puas dengan variabel ini karena pramusaji langsung

menanyakan kepada responden produk apa yang akan di pesan ketika responden

sampai di meja prasmanan. Selain itu, adanya pembicaraan lain dari pramusaji

pada saat responden memilih produk yang akan dipesan seperti menanyakan kabar

responden, menanyakan kota asal responden, berapa orang rombongan, dan lain-

lain, membuat responden merasa senang dengan komunikasi dari pramusaji

tersebut.
112

6.3.5.7 Pengetahuan Pramusaji terhadap Produk (X39)

Pengetahuan pramusaji terhadap produk adalah tingkat pengetahuan

pramusaji terhadap jenis-jenis produk yang ditawarkan restoran. Pengetahuan

pramusaji terhadap produk merupakan variabel terendah tingkat variasinya

berdasarkan jawaban responden. Jawaban responden cenderung homogen pada

kategori puas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19 bahwa median tingkat kepuasan

responden terhadap variabel pengetahuan pramusaji terhadap produk sebesar 3.

Adanya penjelasan dari pramusaji tentang jenis produk yang ditawarkan Restoran

Bumbu Desa Bogor menyebabkan responden puas terhadap variabel ini.

Persentase responden yang sangat puas dan puas yaitu sebesar 28,67 persen dan

67,33 persen. Sedangkan persentase responden yang tidak puas dan sangat tidak

puas masing-masing sebesar 3,33 persen dan 0,67 persen.

Variabel pengetahuan pramusaji terhadap produk memiliki nilai sebesar

0,59. Variabel ini memiliki pengaruh ketiga terendah dalam membangun kepuasan

service quality (kualitas pelayanan).

6.3.5.8 Penampilan Pelayan Restoran (X31)

Penampilan pelayan restoran adalah bagaimana pelayan restoran

berpenampilan mulai dari pakaian yang dipakai oleh karyawan yang berupa

seragam, bersih, rapi dan sopan serta kebersihan karyawan. Penampilan karyawan

yang menarik dapat menimbulkan kenyamanan bagi konsumen pada saat dilayani.

Penampilan pelayan restoran memiliki nilai sebesar 0,48. Variabel ini

memiliki pengaruh kedua terendah dalam membangun kepuasan service quality

(kualitas pelayanan). Hal ini didukung oleh data pada Tabel 19. Berdasarkan
113

Tabel 19, penampilan pelayan restoran memiliki variasi jawaban responden yang

tertinggi dibanding variabel lain yang mempengaruhi service quality (kualitas

pelayanan). Persentase kepuasan responden untuk kategori sangat puas sebesar

14,67 persen dan puas sebesar 72,67 persen. Responden menilai penampilan

pelayan restoran cukup memuaskan. Hal ini terlihat dari hasil median tingkat

kepuasan responden sebesar 3 yang menunjukkan bahwa konsumen sudah puas

dengan kinerja penampilan pelayan restoran. Pelayan restoran yang memakai kaos

putih petani dinilai oleh responden sangat mencirikan budaya Sunda. Namun,

penampilan pelayan restoran ini masih harus ditingkatkan. Hal ini disebabkan

masih ada konsumen yang merasa tidak puas dan sangat tidak puas dengan

penampilan pelayan restoran ini. Persentase responden yang merasa tidak puas

dan sangat tidak puas dengan penampilan pelayan restoran ini yaitu sebesar 12,00

persen dan 0,67 persen. Responden pada kategori ini menilai bahwa penampilan

pelayan restoran yang memakai kaos putih petani sangat tidak menarik dan tidak

elegan.

6.3.5.9 Kecepatan Mengantarkan Pesanan (X35)

Kecepatan mengantarkan pesanan adalah waktu antara pemesanan produk

sampai produk disajikan. Kecepatan dalam melayani konsumen akan memberikan

kepuasan tersendiri kepada konsumen pada saat melakukan pembelian di Restoran

Bumbu Desa Bogor. Hal tersebut dikarenakan konsumen tidak perlu membuang

waktu dnan menunggu waktu lama untuk mengkonsumsi makanan.

Kecepatan mengantarkan pesanan memiliki nilai sebesar 0,27. Variabel

ini memiliki pengaruh terendah dalam membangun kepuasan service quality


114

(kualitas pelayanan). Jawaban responden untuk variabel kecepatan mengantarkan

pesanan memiliki variasi jawaban responden kedua tertinggi setelah penampilan

pelayan restoran. Persentase jawaban responden untuk kategori sangat puas dan

puas masing-masing sebesar 26,00 persen dan 66,67 persen. Sedangkan 3,33

persen responden menilai tidak puas dan 4,00 persen responden menilai sangat

tidak puas dengan variabel kecepatan mengantarkan pesanan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan beberapa responden, menyatakan bahwa kecepatan

mengantarkan pesanan oleh waiter masih kurang terutama pada weekend dan hari

libur nasional. Waktu yang diperlukan waiter terkadang lebih lama dibandingkan

dengan hari biasa atau hari kerja.

6.3.6 Hubungan antara Emotional Factor (Faktor Emosi) dengan Variabel


Indikator Emotional Factor (Faktor Emosi)

Variabel yang diamati untuk mengukur kepuasan emotional factor (faktor

emosi) ada dua yang diurutkan berdasarkan pengaruh tertinggi sampai pengaruh

terendah dalam membangun kepuasan emotional factor (faktor emosi), yaitu

bentuk produk (X41) dan warna produk (X42). Berdasarkan hasil analisis data,

didapatkan bahwa bentuk produk memiliki nilai tertinggi, yang artinya bahwa

bentuk produk mempunyai pengaruh yang tertinggi dalam membangun kepuasan

emotional factor (faktor emosi). Sedangkan warna produk memiliki nilai yang

terendah, berarti warna produk memiliki pengaruh terendah dalam membangun

kepuasan emotional factor (faktor emosi). Berikut ini merupakan uraian secara

rinci mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan emotional factor

(faktor emosi).
115

6.3.6.1 Bentuk Produk (X41)

Bentuk produk adalah penyajian produk pada wadahnya. Bentuk produk

yang menarik pada wadahnya dapat meningkatkan kepuasan konsumen yang

mengkonsumsinya.

Bentuk produk memiliki nilai sebesar 0,71. Variabel bentuk produk

memiliki pengaruh tertinggi dalam membangun kepuasan emotional factor (faktor

emosi). Bentuk produk adalah variabel yang paling rendah variasi jawaban

respondennya. Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa jawaban responden

cenderung homogen. Responden yang diwawancarai sebagian besar menyatakan

bahwa bentuk produk yang ditawarkan oleh pihak restoran sudah sesuai dengan

yang responden harapkan. Hal tersebut dapat dilihat dari median kepuasan

responden sebesar 3 yang mengindikasikan bahwa jawaban responden menyebar

pada kategori puas. Persentase responden yang sangat puas sebesar 11,33 persen,

puas sebesar 82,67 persen, tidak puas sebesar 6,00 persen dan sangat tidak puas

sebesar 0,00 persen. Tingginya persentase jawaban responden yang sangat puas

dan puas terhadap variabel bentuk produk, menunjukkan bahwa variabel bentuk

produk mempunyai pengaruh tertinggi dalam membangun kepuasan emotional

factor (emosi).

6.3.6.2 Warna Produk (X42)

Warna produk adalah warna dari produk makanan dan minuman setelah

pengolahan atau pada saat produk disajikan. Warna produk yang menarik,

kelihatan fresh dan sesuai dengan warna aslinya untuk ukuran suatu produk dapat

meningkatkan kepuasan konsumen.


116

Persentase jawaban responden untuk variabel warna produk menunjukkan

variasi yang paling tinggi dibandingkan dengan variabel bentuk produk yang

membangun variabel emotional factor. Persentase responden yang sangat puas,

puas dan tidak puas masing-masing sebesar 11,33 persen, 82,00 persen dan 6,67

persen (Tabel 19). Tidak ada responden yang menilai sangat tidak puas dengan

variabel warna produk yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor. Secara

umum, responden menilai kinerja variabel warna produk berada pada kategori

puas. Warna produk yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor sudah

menarik, kelihatan fresh dan sesuai dengan warna aslinya untuk suatu produk.

Berdasarkan hasil analisis SEM, warna produk memiliki nilai sebesar

0,69. Variabel warna produk memiliki pengaruh terendah dalam membangun

kepuasan emotional factor (faktor emosi).

6.3.7 Hubungan antara Kemudahan dengan Variabel Indikator


Kemudahan

Variabel yang diamati untuk mengukur kepuasan kemudahan ada dua yang

diurutkan berdasarkan pengaruh tertinggi sampai pengaruh terendah dalam

membangun kepuasan kemudahan, yaitu kemudahan mendapatkan produk (X51)

dan kemudahan mendapatkan tempat duduk (X52). Berdasarkan hasil analisis

data, didapatkan bahwa kemudahan mendapatkan produk memiliki nilai

tertinggi, yang artinya bahwa kemudahan mendapatkan produk mempunyai

pengaruh yang tertinggi dalam membangun kepuasan kemudahan. Sedangkan

kemudahan mendapatkan tempat duduk memiliki nilai yang terendah, berarti

kemudahan mendapatkan tempat duduk memiliki pengaruh terendah dalam


117

membangun kepuasan kemudahan. Berikut ini merupakan uraian secara rinci

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kemudahan.

6.3.7.1 Kemudahan Mendapatkan Produk (X51)

Kemudahan mendapatkan produk adalah kemudahan konsumen untuk

mengetahui secara pasti produk yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor

dan konsumen bisa mendapatkan atau memilih produk yang diinginkan. Penyajian

produk makanan secara prasmanan membuat konsumen mudah mendapatkan

produk yang diinginkan dan mengetahui produk yang tidak ditawarkan Restoran

Bumbu Desa Bogor.

Kemudahan mendapatkan produk memiliki nilai sebesar 0,98. Variabel

kemudahan mendapatkan produk memiliki pengaruh tertinggi dalam membangun

kepuasan kemudahan. Variabel kemudahan mendapatkan produk memiliki variasi

jawaban responden yang terendah. Secara umum kepuasan responden terhadap

variabel kemudahan mendapatkan produk berada pada kategori puas. Hal ini dapat

dilihat pada Tabel 19, median dari variabel kemudahan mendapatkan produk

sebesar 3. Responden sangat puas dan puas dengan penyajian produk makanan

secara prasmanan, karena responden bisa melihat langsung produk makanan yang

ditawarkan restoran dan bisa mendapatkan atau memilih produk makanan yang

diinginkan.

6.3.7.2 Kemudahan Mendapatkan Tempat Duduk (X52)

Kemudahan mendapatkan tempat duduk adalah tingkat kemudahan

memasuki restoran untuk mendapatkan tempat duduk di restoran. Persentase


118

responden yang sangat puas dan puas terhadap variabel kemudahan mendapatkan

tempat duduk masing-masing sebesar 25,33 persen dan 68,00 persen. Sedangkan

responden yang tidak puas dan sangat tidak puas terhadap variabel kemudahan

mendapatkan tempat duduk masing-masing sebesar 4,00 persen dan 2,67 persen

(Tabel 19). Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang tidak

puas dan sangat tidak puas dengan variabel ini, responden menyatakan bahwa

kemudahan mendapatkan tempat duduk di Restoran Bumbu Desa Bogor sangatlah

berbeda jika dibandingkan pada hari biasa, weekend dan hari libur nasional. Pada

hari biasa (hari Senin sampai Jumat), responden sangat mudah untuk mendapatkan

tempat duduk di Restoran Bumbu Desa Bogor. Responden tidak perlu menunggu

atau waiting list untuk mendapatkan tempat duduk di restoran. Akan tetapi pada

weekend dan hari libur nasional, responden harus berantrian panjang dan waiting

list untuk mendapatkan tempat duduk di restoran. Hal ini disebabkan pada

weekend dan hari libur nasional, konsumen yang melakukan pembelian di

Restoran Bumbu Desa Bogor sangat banyak, sedangkan kapasitas restoran untuk

menampung konsumen terbatas.

Variabel kemudahan mendapatkan tempat duduk memiliki nilai sebesar

0,36. Variabel ini memiliki pengaruh terendah dalam membangun kepuasan

kemudahan.

6.3.8 Hubungan antara Kualitas Produk, Harga, Service Quality (kualitas


pelayanan), Emotional Factor (Faktor Emosi), dan Kemudahan
terhadap Kepuasan Konsumen

Kelima variabel laten yang diamati sebagai pembentuk kepuasan

konsumen ternyata diterima sebagai variabel indikator. Kepuasan terhadap


119

kualitas produk (1) , kepuasan terhadap harga (2), kepuasan terhadap service

quality (kualitas pelayanan) (3), kepuasan terhadap emotional factor (faktor

emosi) (4), dan kepuasan terhadap kemudahan (5) bersama-sama menghasilkan

kepuasan konsumen.

Kepuasan terhadap service quality (kualitas pelayanan) merupakan

variabel yang paling tinggi kontribusinya dalam membangun kepuasan konsumen.

Sedangkan kepuasan terhadap harga memberikan kontribusi yang paling rendah

dalam membangun kepuasan konsumen. Berikut ini merupakan uraian secara rinci

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen.

6.3.8.1 Kepuasan Konsumen terhadap Service Quality (Kualitas Pelayanan)

Kepuasan konsumen terhadap service quality (kualitas pelayanan)

memiliki nilai sebesar 0,88. Service quality (kualitas pelayanan) memiliki

pengaruh tertinggi dalam membangun kepuasan konsumen. Hal ini sesuai dengan

keunggulan dan keunikan Restoran Bumbu Desa Bogor terletak pada

pelayanannya. Adanya greeting wilujeng sumping oleh para karyawan restoran

ketika konsumen memasuki restoran dan adanya greeting semah mulih hatur

nuhun oleh para karyawan restoran ketika konsumen meninggalkan restoran

membuat para konsumen disambut dengan baik dan dihargai di Restoran Bumbu

Desa Bogor . Untuk berkomunikasi dengan konsumen, para pelayan restoran

menggunakan bahasa tubuh berupa tangan kanan menempel dada kiri dan badan

dibungkukkan. Para pelayan Restoran Bumbu Desa Bogor menggunakan pin

murah senyum sebagai bentuk komunikasi non verbal kepada para konsumen,
120

bahwa para karyawan restoran ini selalu bersikap ramah dalam melayani

konsumennya.

6.3.8.2 Kepuasan Konsumen terhadap Emotional Factor (Faktor Emosi)

Kepuasan konsumen terhadap emotional factor (faktor emosi) memiliki

nilai sebesar 0,74. Kepuasan konsumen terhadap emotional factor (faktor emosi)

memiliki pengaruh kedua tertinggi dalam membangun kepuasan konsumen.

Penyajian makanan pada wadah yang menarik dengan daun pisang di wadahnya

membuat kepuasan konsumen meningkat. Penyajian makanan di meja prasmanan

dengan wadah bercirikan Sunda seperti wadah terbuat dari batu dan bambu

membuat konsumen tertarik dengan Restoran Bumbu Desa Bogor.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajer restoran, emotional

faktor (faktor emosi) dijadikan sebagai variabel kedua tertinggi dalam

membangun kepuasan konsumen. Penyajian makanan pada wadah-wadah yang

menarik di meja prasmanan membuat konsumen bertambah. Oleh karena itu,

pihak manajmen Restoran Bumbu Desa Bogor perlu mempertahankan dan

meningkatkan kinerja emotional factor (faktor emosi) dari produk yang

ditawarkan.

6.3.8.3 Kepuasan Konsumen terhadap Kualitas Produk

Kepuasan konsumen terhadap kualitas produk memiliki nilai sebesar

0,66. Kualitas produk memiliki pengaruh ketiga tertinggi dalam membangun

kepuasan konsumen. Kekhasan rasa produk yang cenderung tajam ke rasa asin

dan manis diciptakan Restoran Bumbu Desa Bogor dengan tujuan menciptakan
121

pengalaman baru bagi konsumen yang melakukan pembelian di Restoran Bumbu

Desa Bogor dan membuat konsumen tertarik untuk melakukan pembelian ulang di

Restoran Bumbu Desa Bogor. Responden yang sangat puas dan puas menilai

bahwa produk yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor sudah

beragam/bervariasi, lengkap dan sesuai dengan pilihan makanan orang Sunda.

Kualitas produk yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor harus

ditingkatkan untuk mendapatkan konsumen yang puas sebanyak mungkin.

6.3.8.4 Kepuasan Konsumen terhadap Kemudahan

Kepuasan konsumen terhadap kemudahan memiliki nilai sebesar 0,62.

Kemudahan memiliki pengaruh kedua terendah dalam membangun kepuasan

konsumen. Rendahnya pengaruh kemudahan dalam membangun kepuasan

konsumen disebabkan kinerja variabel kemudahan tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Responden sangat puas dan puas dengan penyajian produk makanan

secara prasmanan, karena responden bisa melihat langsung produk makanan yang

ditawarkan restoran dan bisa mendapatkan atau memilih produk makanan yang

diinginkan. Pada hari biasa (hari Senin sampai Jumat), responden sangat mudah

untuk mendapatkan tempat duduk di Restoran Bumbu Desa Bogor. Responden

tidak perlu menunggu atau waiting list untuk mendapatkan tempat duduk di

restoran. Akan tetapi pada weekend dan hari libur nasional, responden harus

berantrian panjang dan waiting list untuk mendapatkan tempat duduk di restoran.

Hal ini disebabkan pada weekend dan hari libur nasional, konsumen yang

melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor sangat banyak, sedangkan

kapasitas restoran untuk menampung konsumen terbatas.


122

6.3.8.5 Kepuasan Konsumen terhadap Harga

Berdasarkan nilai untuk kepuasan terhadap harga sebesar 0,18

menunjukkan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh terendah dalam

membangun kepuasan konsumen. Hal ini disebabkan masih ada responden yang

tidak puas dan sangat tidak puas dengan variabel harga ini, yaitu masing-masing

sebesar 8,00 persen dan 1,33 persen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang tidak puas

dan puas dengan variabel harga produk menyatakan bahwa, harga produk yang

ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor terlalu mahal terutama produk makanan.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan kepuasan konsumen Restoran Bumbu Desa

Bogor, pihak restoran harus mempertimbangkan kembali penetapan harga produk

yang ditawarkan.

6.4 Implikasi Alternatif Strategi

6.4.1 Kualitas Produk

Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk keragaman produk adalah

terus melakukan inovasi dengan menambah variasi menu yang ditawarkan setiap

minggunya. Pihak manajemen restoran dapat melakukan diversifikasi jenis

makanan dan minuman dengan menambah beberapa menu dengan syarat menu

yang disajikan masih berkaitan dengan menu utama dan berciri tradisional. Selain

itu ketersediaan menu harus diperhatikan, karena akan mampu mempengaruhi

kepuasan konsumen.

Variabel rasa produk yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor

dinilai kinerjanya oleh konsumen cukup memuaskan. Berdasarkan hasil analisis


123

SEM, rasa produk memiliki pengaruh terendah dalam membangun kepuasan

kualitas produk. Perlu perhatian dari pihak manjemen Restoran Bumbu Desa

Bogor untuk terus meningkatkan kualitas dan kelezatan produk dengan

memberikan takaran bumbu yang pas yang juga disesuaikan dengan jenis produk

yang ditawarkan, yang tentunya juga harus sesuai dengan selera konsumen.

Restoran Bumbu Desa Bogor juga tetap menciptakan rasa khas Sunda pada

produk makanan yang ditawarkan dan rasa produk harus konsisten setiap harinya.

Kekhasan rasa produk yang cenderung tajam ke rasa asin dan manis diciptakan

Restoran Bumbu Desa Bogor dengan tujuan menciptakan pengalaman baru bagi

konsumen yang melakukan pembelian di Restoran Bumbu Desa Bogor dan

membuat konsumen tertarik untuk melakukan pembelian ulang di Restoran

Bumbu Desa Bogor.

6.4.2 Harga

Harga produk yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor sudah sesuai

dengan yang diharapkan. Secara umum responden puas dengan harga produk yang

ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor. Beberapa responden menyatakan,

bahwa harga produk yang ditetapkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor sangat

sesuai untuk ukuran restoran tradisional Sunda yang memiliki bangunan mewah,

rasa produk yang enak, produk yang ditawarkan beragam, dan pelayanan yang

bagus oleh para karyawan restoran. Akan tetapi, Restoran Bumbu Desa Bogor

harus melakukan alternatif strategi harga produk untuk meningkatkan kepuasan

konsumen. Restoran Bumbu Desa Bogor tidak hanya memberikan potongan harga

(diskon) kepada konsumen yang melakukan pembelian rombongan di atas 30


124

orang, tetapi potongan harga (diskon) bisa diberikan kepada konsumen yang

melakukan pembelian produk sejumlah tertentu. Adanya potongan harga akan

merangsang konsumen untuk melakukan pembelian produk dalam jumlah yang

besar. Selain itu, strategi harga produk yang bisa diterapkan oleh Restoran Bumbu

Desa Bogor adalah memberikan potongan harga (diskon) kepada konsumen yang

mempunyai member card. Oleh karena itu, Restoran Bumbu Desa Bogor

sebaiknya mengaktifkan lagi pembuatan member card untuk semua konsumen

yang melakukan pembelian di RestoranBumbu Desa Bogor lebih dari 2 kali.

6.4.3 Service Quality (Kualitas Pelayanan)

Pada weekend dan hari libur nasional, waiter kurang sigap dalam melayani

konsumen. Waiter kurang sigap mendatangi konsumen ketika ada konsumen yang

memesan produk tambahan atau keluhan dari konsumen. Hal ini dapat

menyebabkan kepuasan konsumen berkurang. Untuk mengatasi hal ini, pihak

manajemen restoran harus mengatur formasi penempatan waiter antara waiter

yang bertugas mengantarkan pesanan ke konsumen dengan waiter yang stand by

di setiap bagian area restoran. Dengan adanya tindakan ini, diharapkan semua

keinginan konsumen dapat dilayani oleh waiter dengan cepat.

Variabel kebersihan fasilitas restoran dinilai kinerjanya oleh konsumen

cukup memuaskan. Namun, masih banyak responden yang menilai kebersihan

fasilitas Restoran Bumbu Desa Bogor masih kurang. Toilet restoran yang sempit

dan ukuran tempat sampah untuk tisu toilet sangat kecil, sehingga kebersihan

toilet agak kurang. Wastafel yang ceper dan becek di bawah wastafel

menyebabkan konsumen tidak puas dengan kebersihan fasilitas Restoran Bumbu


125

Desa Bogor. Oleh karena itu, pihak manjemen restoran harus meningkatkan

kebersihan fasilitas restoran. Salah satu caranya, pihak manajemen restoran

sebaiknya menugaskan houseman stand by dengan tugasnya untuk membersihkan

fasilitas restoran tersebut setiap waktu.

Kinerja variabel kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan dinilai

responden sudah sesuai dengan yang diharapkan. Akan tetapi, pada weekend dan

hari libur nasional, beberapa responden sering mengeluh dengan variabel ini.

Produk yang dipesan responden tidak sesuai dengan produk yang disajikan dan

terdapat kesalahan penulisan pesanan pada struk pembayaran. Oleh karena itu,

pramusaji harus lebih teliti lagi dalam menulis setiap pesanan konsumen dan

memastikan kembali ke konsumen produk yang dipesan.

Restoran Bumbu Desa Bogor hanya mencatumkan harga untuk daftar

menu minuman. Sebaliknya, restoran tidak mencatumkan harga pada daftar menu

makanan yang dipasang pada setiap produk di meja prasmanan. Konsumen hanya

mengetahui nama produk makanan yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa

Bogor, tanpa mengetahui harganya. Hal ini dapat membuat konsumen tidak puas

dengan varaiabel ini. Oleh karena itu, alternatif strategi yang dapat dilakukan

untuk variabel daftar menu adalah membuat daftar harga untuk menu makanan.

Variabel keramahan pelayan restoran memiliki pengaruh ketiga tertinggi

dalam membangun kepuasan service quality (kualitas pelayanan). Beberapa

responden yang menjawab tidak puas dan sangat tidak puas dengan variabel

keramahan pelayan restoran menilai bahwa adanya greeting semah wilujeng

sumping untuk menyambut konsumen yang baru masuk dan greeting semah

mulih, hatur nuhun sebagai ucapan terima kasih kepada konsumen yang akan
126

pulang, membuat suasana restoran menjadi ribut dan tidak nyaman. Selain itu,

beberapa responden menilai keramahan pelayan restoran tergantung pada

banyaknya konsumen. Pada saat konsumen banyak melakukan pembelian di

Restoran Bumbu Desa Bogor, sikap pelayan kurang ramah dan sopan. Pelayan

restoran segera mengangkat piring dari meja konsumen setelah konsumen selesai

makan. Hal ini dapat mengurangi kepuasan konsumen. Oleh karena itu, pihak

manjemen restoran sebaiknya memberikan pelatihan kepada pelayan restoran

untuk pandai membaca situasi konsumen, bersikap sopan dan ramah dalm

melayani konsumen. Pelayan restoran, terutama waiter harus benar-benar

mengetahui waktu yang tepat untuk mengangkat piring konsumen setelah makan

supaya kelihatannya tidak mengusir konsumen secara tidak langsung.

Kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen harus selalu

ditingkatkan untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Komunikasi pramusaji

dengan konsumen tidak sebatas menanyakan produk yang dipesan konsumen,

melainkan menanyakan kabar konsumen, menanyakan kota asal konsumen,

berapa orang rombongan, dan lain-lain. Hal ini membuat konsumen merasa

senang dengan komunikasi dari pramusaji tersebut dan meningkatkan kepuasan

konsumen di Restoran Bumbu Desa Bogor.

Pengetahuan pramusaji terhadap produk yang ditawarkan Restoran Bumbu

Desa Bogor sudah cukup memuaskan. Pramusaji harus selalu mengetahui seputar

produk baru yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor sehingga dapat

memberikan penjelasan kepada konsumen yang bertanya tentang produk.

Pelayan restoran yang memakai kaos putih petani dinilai oleh responden

sangat mencirikan budaya Sunda. Namun, penampilan pelayan restoran ini masih
127

harus ditingkatkan kerapiannya. Hal ini disebabkan masih ada responden yang

merasa tidak puas dan sangat tidak puas dengan penampilan pelayan restoran ini.

Responden pada kategori ini menilai bahwa penampilan pelayan restoran yang

memakai kaos putih petani sangat tidak rapi dan tidak elegan. Pelayan restoran

harus berpenampilan menarik di sepanjang waktu dalam melayani konsumen, agar

kepuasan konsumen meningkat.

Berdasarkan hasil analisis SEM, kecepatan mengantarkan pesanan

memiliki pengaruh terendah dalam membangun kepuasan service quality (kualitas

pelayanan). Kecepatan mengantarkan pesanan dinilai oleh responden sangat lama,

melebihi waktu standar untuk menunggu pesanan (10 menit). Hal ini tidak dapat

dielakkkan, karena cook harus memasak terlebih dahulu produk yang dipesan oleh

konsumen. Selain itu tenaga kerja waiter di Restoran Bumbu Desa Bogor yang

beroperasi di setiap shift-nya sangat sedikit. Alternatif strategi yang dapat

diterapkan restoran untuk meningkatkan kecepatan mengantarkan pesanan adalah

menambah jumlah waiter yang beroperasi untuk setiap shift-nya.

6.4.4 Emotional Factor (Faktor Emosi)

Bentuk produk memiliki pengaruh tertinggi dalam membangun kepuasan

emotional factor (faktor emosi). Akan tetapi beberapa responden yang tidak puas

dan sangat tidak puas dengan variabel bentuk produk menyatakan bahwa, wadah

produk restoran tidak sesuai dengan yang diharapkan, seperti wadah sambal yang

datar, ukuran mangkok sayur yang kecil, dan lain-lain. Oleh karena itu, pihak

manajemen restoran harus menggunakan wadah yang cocok untuk produk yang
128

ditawarkan, sehingga kepuasan konsumen terhadap variabel ini dapat

ditingkatkan.

Secara umum, konsumen menilai kinerja variabel warna produk berada

pada kategori puas. Warna produk yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor

sudah menarik, kelihatan fresh dan sesuai dengan warna aslinya untuk suatu

produk. Pihak manajemen restoran harus mempertahankan kinerja warna produk

yang ditawarkan.

6.4.5 Kemudahan

Kemudahan mendapatkan produk merupakan variabel yang memiliki

pengaruh tertinggi dalam membangun kepuasan kemudahan. Secara umum

kepuasan responden terhadap variabel kemudahan mendapatkan produk berada

pada kategori puas. Responden sangat puas dan puas dengan penyajian produk

makanan secara prasmanan, karena responden bisa melihat langsung produk

makanan yang ditawarkan restoran dan bisa mendapatkan atau memilih produk

makanan yang diinginkan.

Alternatif strategi yang dilakukan Restoran Bumbu Desa Bogor untuk

variabel kemudahan mendapatkan produk adalah meningkatkan daya tarik

penyajian produk makanan secara prasmanan dan membebaskan konsumen

memilih produk makanan yang diinginkan.

Kemudahan mendapatkan tempat duduk merupakan variabel yang

memiliki pengaruh terendah dalam membangun kepuasan kemudahan..

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang tidak puas dan

sangat tidak puas dengan variabel ini, responden menyatakan bahwa kemudahan
129

mendapatkan tempat duduk di Restoran Bumbu Desa Bogor sangatlah berbeda

jika dibandingkan pada hari kerja, hari weekend dan hari libur nasional. Pada hari

kerja (hari Senin sampai Jumat), responden sangat mudah untuk mendapatkan

tempat duduk di Restoran Bumbu Desa Bogor. Responden tidak perlu menunggu

atau waiting list untuk mendapatkan tempat duduk di restoran. Akan tetapi pada

hari weekend dan hari libur, responden harus berantrian panjang dan waiting list

untuk mendapatkan tempat duduk di restoran. Hal ini disebabkan pada hari

weekend dan hari libur, konsumen yang melakukan pembelian di Restoran Bumbu

Desa Bogor sangat banyak, sedangkan kapasitas restoran untuk menampung

konsumen terbatas.

Restoran Bumbu Desa Bogor harus memberikan perlakuan kepada

konsumen yang sedang waiting list di teras. Alternatif strategi yang bisa dilakukan

Restoran Bumbu Desa Bogor kepada konsumen yang sedang waiting list adalah

memberikan minuman pembuka secara gratis, membuat stand makanan dan stand

minuman di teras tempat waiting list. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan

konsumen tersebut
130

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Karakteristik konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor berusia 27-36 tahun,

berjenis kelamin laki-laki, daerah asal Kota Bogor, suku bangsa Sunda,

pendidikan terakhir sarjana (S1), pegawai swasta/BUMN, pendapatan per

bulan > Rp 3.600.000, informasi Restoran Bumbu Desa Bogor diperoleh

melalui teman/kerabat.

2. Kepuasan terhadap kualitas produk paling tinggi pada variabel keragaman

produk. Konsumen sudah puas terhadap harga produk. Kepuasan

konsumen terhadap service quality (kualitas pelayanan) paling tinggi pada

variabel kesigapan waiter dan kebersihan fasilitas restoran. Kepuasan

konsumen terhadap emotional factor (faktor emosi) paling tinggi pada

variabel bentuk produk. Kepuasan konsumen terhadap kemudahan paling

tinggi pada variabel kemudahan mendapatkan produk.

3. Variabel keragaman produk memiliki pengaruh tertinggi dalam

membangun kepuasan terhadap kualitas produk. Variabel harga produk

memiliki pengaruh dalam membangun kepuasan harga. Variabel

kesigapan waiter dan kebersihan fasilitas restoran memiliki pengaruh

tertinggi dalam membangun kepuasan service quality (kualitas pelayanan).

Variabel bentuk produk memiliki pengaruh tertinggi dalam membangun


131

kepuasan emotional factor (faktor emosi). Variabel kemudahan

mendapatkan produk memiliki pengaruh tertinggi dalam membangun

kepuasan kemudahan. Dari kelima variabel laten dalam membangun

kepuasan konsumen, service quality (kualitas pelayanan) memiliki

pengaruh tertinggi dan harga memiliki pengaruh terendah.

4. Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk rasa produk adalah terus

meningkatkan kualitas dan kelezatan produk dengan memberikan takaran

bumbu yang pas yang juga disesuaikan dengan jenis produk yang

ditawarkan, yang tentunya juga harus sesuai dengan selera konsumen.

Rasa produk yang ditawarkan restoran harus konsisten setiap harinya.

Adanya potongan harga akan merangsang konsumen untuk melakukan

pembelian produk dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi harga

produk yang bisa diterapkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor adalah

memberikan potongan harga (diskon) kepada konsumen yang telah

mempunyai member card. Alternatif strategi yang dapat diterapkan

restoran untuk meningkatkan kecepatan mengantarkan pesanan adalah

menambah jumlah waiter yang beroperasi untuk setiap shift-nya.Warna

produk yang ditawarkan Restoran Bumbu Desa Bogor sudah menarik,

kelihatan fresh dan sesuai dengan warna aslinya untuk suatu produk. Pihak

manajemen restoran harus mempertahankan kinerja warna produk yang

ditawarkan. Alternatif strategi yang bisa dilakukan Restoran Bumbu Desa

Bogor kepada konsumen yang sedang waiting list adalah memberikan

minuman pembuka (welcome drink) secara gratis, membuat stand


132

makanan dan stand minuman di teras tempat waiting list. Hal ini dapat

meningkatkan kepuasan konsumen tersebut.

7.2 Saran

1. Restoran Bumbu Desa Bogor sebaiknya mengaktifkan lagi pembuatan

member card untuk semua konsumen yang melakukan pembelian di

Restoran Bumbu Desa Bogor lebih dari dua kali.

2. Melakukan promosi restoran dengan menyebarkan brosur-brosur dan

pamflet ke perusahan-perusahan, instansi-instansi dan kelompok-

kelompok di luar Kota Bogor. Selain itu Restoran Bumbu Desa Bogor

sebaiknya melakukan kerjasama dengan travel-travel di luar Kota Bogor

dalam bentuk penyebaran pamflet dan brosur-brosur restoran. Kerjasama

ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah konsumen melakukan pembelian

di Restoran Bumbu Desa Bogor dan jumlah orang yang berwisata ke Kota

Bogor.

3. Rasa produk yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa Bogor harus

konsisten setiap harinya. Produk yang telah diproduksi/dimasak sebaiknya

dicicipi/ada taster terlebih dahulu untuk mengevaluasi kembali rasa dari

produk tersebut.

4. Memberikan potongan harga (diskon) kepada konsumen yang melakukan

pembelian lebih dari Rp 200.000

5. Membuat daftar harga untuk menu makanan sehingga konsumen

mengetahui harga makanan yang dikonsumsinya.


133

6. Menambah jumlah waiter yang beroperasi untuk setiap shift-nya untuk

meningkatkan kecepatan mengantarkan pesanan konsumen.

7. Pihak manajemen restoran sebaiknya mengatur formasi penempatan waiter

antara waiter yang bertugas mengantarkan pesanan ke konsumen dengan

waiter yang stand by di setiap bagian area restoran. Dengan adanya

tindakan ini, diharapkan semua keinginan konsumen dapat dilayani oleh

waiter dengan cepat.

8. Menggunakan wadah yang cocok untuk produk yang ditawarkan, sehingga

kepuasan konsumen terhadap variabel ini dapat ditingkatkan. Sebaiknya

restoran menambah porsi produk sayur-sayuran dan tumis-tumisan pada

wadah produk tersebut.

9. Memberikan minuman pembuka secara gratis, membuat stand makanan

dan stand minuman di teras tempat waiting list. Hal ini dapat

meningkatkan kepuasan konsumen tersebut.

10. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di Restoran Bumbu Desa

Bogor. Dalam merumuskan pertanyaan yang akan diajukan ke responden

restoran, sebaiknya menggunakan diksi kalimat pertanyaan yang

dimengerti konsumen supaya semua pertanyaan yang diajukan valid.


134

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, G. 2001. Tinjauan Metodologi: Structural Equation Modeling dan


Penerapannya dalam Pendidikan. http://www.depdiknas.go.id.

Agisty, S. 2003. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap Mutu Pelayanan


Industri Jasa Boga (Studi Kasus di Rindu Alam I, Puncak Pas-Bogor).
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Ancok, D. Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Yogyakarta : Pusat Penelitian


Kependudukan, Universitas Gajah Mada, 1987.

Aritonang, L.R. 2005. Kepuasan Pelanggan Pengukuran dan Penganalisisan


dengan SPSS. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2003. PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Barat Menurut


Lapangan Usaha tahun 2002-2003.

Badan Pusat Statistik. 2007. Statistika Indonesia 2006/2007. Badan Pusat


Statistik. Bogor.

Dewanto, Y.I. 2002. Mempelajari Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap Mutu


Pelayanan pada Industri Jasa Boga (Studi Kasus pada PT. Rolika
Catering di Bogor). Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan. 2007. Hotel dan Akomodasi


Pariwisata Bogor. Bogor.

Effendi dan Singarimbun M.1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Engel, J.F., R.D. Blckwell and P. Minnard. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi
Keenam. Jilid 1 dan Jilid 2. Binarupa Aksara. Jakarta.

Ghozali, I. dan Fuad. 2005. Structural Equation Modeling. Penerbit: Universitas


Diponegoro. Semarang.

Griffin, R.W. 2003. Bisnis. Edisis Keenam. Jilid 1. Penerbit Prenhallindo. Jakarta.

Hair, Anderson, Tatham, Black.1998. Multivariate Data Analysis Fifth Edition.


Prentice Hall. USA.

Husein, U. 2002. Metode Riset Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
135

Indriasari, E.D. 2000. Analisis Preferensi Pelanggan dan Atribut Ideal Ayam
Panggang Tradisional Sunda (Studi Kasus di Rumah Makan Ayam
Panggang Galuga Kotamadya Bogor). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.

Irawan, H. 2007. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. PT. Gramedia. Jakarta.

Joreskog, K.G. dan D. Sorbom. 1996. LISREL 8 Users Reference Guide.


http://www.ssicentral/SEM/references.htm. 20 Februari 2008

Kombong, E.N. 2007. Analisis Kepuasan Konsumen Restoran Bakul-Bakul


Bogor. Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Erlangga. Jakarta.

. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Edisi ketiga. Jilid 1.PT


Prenhallindo. Jakarta.

Lovelylock & Wirtz. 1987. Service Marketing. Prentice Hall. USA.

Maharani, D.S. 2007. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap Mutu


Pelayanan dan Mutu Produk Makanan di Restoran Kedai Sunda
Cipayung Bogor. Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Marsum, W.A. 1993. Restoran dan Segala Permasalahannya. Andi. Yogyakarta.

Moehyi, M. 1992. Penyelenggaraan Makanan dan Institusi & Jasa Boga.


Bharatara.Jakarta

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Pratikto, S.B. 2003. Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Pelayanan


Restoran Famili Resto Cibubur. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Pratiwi, N.A.H. 2006. Analisis Nilai dan Loyalitas Pelanggan Macaroni


Panggang, Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Ramadhani, Y. 2005. Analisis Structural Equation Modeling (SEM) pada Faktor-


Faktor dalam Sistem Penilaian Kinerja Karyawan dan Budaya
Perusahaan terhadap Pengembangan Sumberdaya Manusia. Skripsi.
Departemen Teknologi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
136

Rangkuti, F. 2003. Measuring Customer Satisfaction: Teknik Mengukur dan


Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

Santoso, S. 2003. SPSS Statistik Multivariat. PT. Elex Media Komputindo,


Jakarta.
Sinaga, S. 2003. Nilai Kepuasan Pelanggan terhadap Mutu Pelayanan dan
Produk di Restoran Cepat Saji Mc Donalds Cabang Bogor. Skripsi.
Jurusan Gizi Masyarakat & Sumberdaya Manusia. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.

Siska, E. 2004. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan terhadap Restoran


Padang (Kasus Restoran Permai Bogor). Skripsi. Departemen Ilmu-
Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.

Sitinjak, T., D. Durianto, Sugiarto. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui


Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Sugiarto, H. 2002. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap Pelaksanaan


Restoran Ayam Goreng Fast Food di Kelapa Gading Jakarta. Skripsi.
Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Sukajo, B. dan Suwarno.2002. Linear Structural Relationship (Lisrel) Teori dan


Aplikasinya. Jurusan Matematika. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sumarwan, U. 2002. Perilaku Pelanggan Teori dan Penerapannya dalam


Pemasaran. Penerbit Ghalia Indonesia.

Susanti, D.E. 2004. Tingkat Kepuasan Pelanggan Restoran di Jakarta dan


Hubungannya dengan Keinginan Berkunjung Kembali. Skripsi.
Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Tjiptono, F. 2004. Pemasaran Jasa. Edisi Pertama. Banyu Media Publishing.


Jakarta.

Umar, H. 1999. Metodologi Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. PT. Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta.

Walpole, R.E. Pengantar Statistika Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

Zabidi, Y. 2002. Customer Satisfaction Measurement and Management: Sebuah


Teknik dalam Pengukuran Kepuasan Konsumen.
http://www.yahoo.com
137

Lampiran 1

KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN
RESTORAN BUMBU DESA BOGOR

Responden Yang terhormat,


Saya, Arisman, Mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, bermaksud melakukan penelitian mengenai Analisis Kepuasan Konsumen
Restoran Bumbu Desa Bogor, untuk penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan
studi. Demi tercapainya hasil yang diinginkan, mohon kesediaan saudara/i untuk berpartisipasi
dengan mengisi kuisioner ini secara lengkap dan benar. Semua informasi yang diberikan akan
dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas kerjasamanya, saya
ucapkan terima kasih.

No. Responden:.. Tgl:../../


Petunjuk : Berilah tanda silang X pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda

SCREENING RESPONDEN
1. Apakah sebelumnya Anda sudah pernah mengkonsumsi makanan di Restoran Bumbu Desa?
a. Belum pernah (stop) b. Pernah (lanjut)
2. Apakah Anda pernah mengkonsumsi makanan restoran tradisional sunda lainnya?
a. Belum pernah (stop) b. Pernah (lanjut)

A. KARAKTERISTIK KONSUMEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Status : a. Menikah b. Belum Menikah
Kecamatan/kota :
Pendidikan terakhir : a. SD c. SMU e. Sarjana
b. SLTP d. Diploma f. Lainnya,sebutkan
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Nomor telp./HP :

B. PENDAHULUAN
1. Dari mana Anda mendapatkan informasi mengenai Restoran Bumbu desa?
a. Teman/Kerabat b. Brosur/Iklan c. Lainnya, sebutkan..
2. Berapa pendapatan Anda per bulan?
a. < Rp 900.000 c. Rp 1.800.001-Rp2.700.000 e.>Rp 3.600.000
b. Rp 900.000-Rp 1.800.000 d. Rp 2.700.001-Rp 3.600.000
138

C. TINGKAT KEPUASAN
Kualitas Produk
1. Apakah rasa produk yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa sudah sesuai dengan yang
Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas
.............................................
2. Apakah keragaman produk yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa sudah sesuai dengan
yang Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas
.

Harga
1. Apakah harga produk yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa sudah sesuai dengan yang
Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas

Kualitas Pelayanan (Service Quality)


1. Apakah penampilan pelayan Restoran Bumbu Desa sudah sesuai dengan yang Anda
harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas

2. Apakah kebersihan fasilitas restoran (wastafel, toilet dan peralatan makan) sudah sesuai
dengan yang Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas

139

3. Apakah daftar menu yang ditawarkan oleh Restoran Bumbu Desa sudah sesuai dengan yang
Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas

4. Apakah alunan musik yang diputar oleh Restoran Bumbu Desa sudah sesuai dengan yang
Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas

5. Apakah kecepatan mengantarkan pesanan di restoran sudah sesuai dengan yang Anda
harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas

6. Apakah kesesuaian pesanan dengan produk yang disajikan sudah sesuai dengan yang Anda
harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas

7. Apakah kesigapan waitress restoran sudah sesuai dengan yang Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas
.
8. Apakah keramahan pelayan restoran sudah sesuai dengan yang Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas

140

9. Apakah pengetahuan pramusaji terhadap produk sudah sesuai dengan yang Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas

10. Apakah kemampuan pramusaji berkomunikasi dengan konsumen sudah sesuai dengan yang
Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas
.

Emotional Factor (Faktor Emosi)


1. Apakah bentuk produk (penyajian makanan dan minuman pada wadahnya) yang ditawarkan
restoran sudah sesuai dengan yang Anda harapkan?
d. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
e. tidak sesuai dengan yang diharapkan
f. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas
.
2. Apakah warna produk ditawarkan restoran sudah sesuai dengan yang Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas

Kemudahan

1. Apakah kemudahan mendapatkan produk sudah sesuai dengan yang Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas
.
141

2. Apakah kemudahan mendapatkan tempat duduk sudah sesuai dengan yang Anda harapkan?
a. sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. tidak sesuai dengan yang diharapkan
c. sesuai dengan yang diharapkan
d. sangat sesuai dengan yang diharapkan
e. sebutkan alasan Anda memilih salah satu point di atas
.

TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN ANDA UNTUK MENGISI KUISIONER INI,


PARTISIPASI ANDA SANGAT BERHARGA
142

Lampiran 2

Uji Validitas Kuisioner Penelitian


Variabel Sig. (1-tailed) Keterangan
Rasa Produk (X11) 0,004 Valid
Keragaman Produk (X12) 0,024 Valid
Harga Produk (X21) 0,043 Valid
Penampilan Pelayan Restoran (X31) 0,012 Valid
Kebersihan Fasilitas Restoran (X32) 0,000 Valid
Daftar Menu (X33) 0,000 Valid
Alunan Musik (X34) 0,193 Tidak Valid
Kecepatan Mengantarkan Pesanan (X35) 0,035 Valid
Kesesuaian Pesanan dengan Produk yang Disajikan (X36) 0,002 Valid
Kesigapan Waitress (X37) 0,012 Valid
Keramahan Pelayan Restoran (X38) 0,017 Valid
Pengetahuan Pramusaji Terhadap Produk (X39) 0,012 Valid
Kemampuan Pramusaji Berkomunikasi dengan Konsumen
(X310) 0,005 Valid
Bentuk Produk (X41) 0,001 Valid
Warna Produk (X42) 0,018 Valid
Kemudahan Mendapatkan Produk (X51) 0,000 Valid
Kemudahan Mendapatkan Tempat Duduk (X52) 0,010 Valid

Uji Reliabilitas Kuisioner Penelitian


N of
Cronbach's Alpha Items
0,728 17
143

LAMPIRAN 3

DATE: 5/12/2008

TIME: 10:53

L I S R E L 8.30

BY

Karl G. Jreskog & Dag Srbom

This program is published exclusively by

Scientific Software International, Inc.

7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100

Chicago, IL 60646-1704, U.S.A.

Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140

Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99

Use of this program is subject to the terms specified in the

Universal Copyright Convention.

Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file D:\LISREL\DATA.SPJ:

MODEL KEPUASAN PELANGGAN

OBSERVED VARIABLES

X11 X12 X21 X31 X32 X33 X35 X36 X37 X38 X39 X310 X41 X42 X51 X52

CORRELATION MATRIX FROM FILE D:\LISREL\KORELASI.COR

SAMPLE SIZE 150

LATENT VARIABLES

KP HG SQ EF KM KEPUASAN

RELATIONSHIPS
144

X11 X12= KP

X21 = 1*HG

X31 X32 X33 X35 X36 X37 X38 X39 X310 = SQ

X41 X42= EF

X51 X52= KM

KP= KEPUASAN

HG = KEPUASAN

SQ = KEPUASAN

EF = KEPUASAN

KM = KEPUASAN

SET THE ERROR VARIANCE OF X21 EQUAL TO 0

SET THE ERROR VARIANCE OF X51 EQUAL TO 0.05

Let Error Covariance X41 and X11 Free

Let Error Covariance X42 and X36 Free

Let Error Covariance X42 and X11 Free

Let Error Covariance X38 and X33 Free

Let Error Covariance X38 and X36 Free

Let Error Covariance X21 and X12 Free

Let Error Covariance X41 and X39 Free

Let Error Covariance X52 and X42 Free

Let Error Covariance X38 and X11 Free

Let Error Covariance X310 and X39 Free

Let Error Covariance X42 and X38 Free

Let Error Covariance X33 and X21 Free

Let Error Covariance X39 and X35 Free

Let Error Covariance X310 and X32 Free


145

Let Error Covariance X42 and X310 Free

Let Error Covariance X51 and X38 Free

Let Error Covariance X52 and X33 Free

Let Error Covariance X52 and X35 Free

Let Error Covariance X31 and X12 Free

Let Error Covariance X37 and X21 Free

Let Error Covariance X310 and X21 Free

Let Error Covariance X35 and X12 Free

Let Error Covariance X37 and X35 Free

Let Error Covariance X35 and X11 Free

Let Error Covariance X36 and X35 Free

OPTIONS ME = ML AD = OFF

PATH DIAGRAM

END OF PROBLEM

Sample Size = 150

MODEL KEPUASAN PELANGGAN

Correlation Matrix to be Analyzed

X11 X12 X21 X31 X32 X33

-------- -------- -------- -------- -------- --------

X11 1.00

X12 0.53 1.00

X21 0.11 -0.20 1.00


146

X31 0.20 0.41 0.10 1.00

X32 0.19 0.32 0.09 0.32 1.00

X33 0.36 0.41 -0.22 0.39 0.49 1.00

X35 0.39 0.34 0.16 0.00 0.18 0.21

X36 0.16 0.41 0.16 0.44 0.53 0.42

X37 0.22 0.34 -0.12 0.29 0.45 0.38

X38 0.35 0.23 0.10 0.21 0.42 0.14

X39 0.15 0.13 0.17 0.21 0.47 0.42

X310 0.20 0.29 -0.06 0.38 0.35 0.37

X41 0.66 0.44 -0.02 0.29 0.27 0.43

X42 0.27 0.44 0.10 0.33 0.32 0.31

X51 0.26 0.32 0.13 0.29 0.29 0.35

X52 -0.05 0.01 -0.04 0.08 0.04 0.25

Correlation Matrix to be Analyzed

X35 X36 X37 X38 X39 X310

-------- -------- -------- -------- -------- --------

X35 1.00

X36 0.29 1.00

X37 0.33 0.43 1.00

X38 0.11 0.19 0.49 1.00

X39 0.30 0.33 0.46 0.33 1.00

X310 0.16 0.29 0.53 0.52 0.52 1.00

X41 0.32 0.26 0.22 0.28 0.07 0.29

X42 0.12 0.54 0.21 0.34 0.24 0.14

X51 0.19 0.50 0.42 0.11 0.34 0.30


147

X52 -0.09 0.17 0.20 0.06 0.16 0.12

Correlation Matrix to be Analyzed

X41 X42 X51 X52

-------- -------- -------- --------

X41 1.00

X42 0.52 1.00

X51 0.34 0.37 1.00

X52 -0.05 -0.18 0.37 1.00

MODEL KEPUASAN PELANGGAN

Number of Iterations = 72

LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

X11 = 0.64*KP, Errorvar.= 0.55 , R = 0.42

(0.075) (0.083)

8.56 6.70

X12 = 0.89*KP, Errorvar.= 0.28 , R = 0.73

(0.12) (0.12)

7.31 2.30

X21 = 1.00*HG,, R = 1.00

X31 = 0.48*SQ, Errorvar.= 0.77 , R = 0.23

(0.12) (0.089)

4.05 8.61

X32 = 0.70*SQ, Errorvar.= 0.51 , R = 0.49

(0.15) (0.058)

4.56 8.77
148

X33 = 0.68*SQ, Errorvar.= 0.54 , R = 0.46

(0.15) (0.071)

4.42 7.62

X35 = 0.27*SQ, Errorvar.= 0.96 , R = 0.072

(0.098) (0.11)

2.79 9.09

X36 = 0.68*SQ, Errorvar.= 0.56 , R = 0.45

(0.15) (0.071)

4.51 7.91

X37 = 0.70*SQ, Errorvar.= 0.53 , R = 0.48

(0.15) (0.064)

4.50 8.22

X38 = 0.65*SQ, Errorvar.= 0.57 , R = 0.43

(0.15) (0.074)

4.35 7.74

X39 = 0.59*SQ, Errorvar.= 0.69 , R = 0.33

(0.14) (0.079)

4.23 8.74

X310 = 0.64*SQ, Errorvar.= 0.61 , R = 0.40

(0.15) (0.074)

4.29 8.27

X41 = 0.71*EF, Errorvar.= 0.50 , R = 0.50

(0.10) (0.086)

6.88 5.84

X42 = 0.69*EF, Errorvar.= 0.45 , R = 0.51


149

(0.094) (0.078)

7.38 5.83

X51 = 0.98*KM, Errorvar.= 0.050, R = 0.95

(0.069)

14.18

X52 = 0.36*KM, Errorvar.= 0.87 , R = 0.13

(0.074) (0.099)

4.93 8.77

Error Covariance for X21 and X12 = -0.35

(0.058)

-5.99

Error Covariance for X31 and X12 = 0.16

(0.054)

2.97

Error Covariance for X33 and X21 = -0.37

(0.060)

-6.19

Error Covariance for X35 and X11 = 0.22

(0.052)

4.26

Error Covariance for X35 and X12 = 0.28

(0.060)

4.71

Error Covariance for X36 and X35 = 0.15

(0.050)
150

3.00

Error Covariance for X37 and X21 = -0.26

(0.053)

-4.90

Error Covariance for X37 and X35 = 0.16

(0.050)

3.18

Error Covariance for X38 and X11 = 0.17

(0.044)

3.92

Error Covariance for X38 and X33 = -0.30

(0.048)

-6.24

Error Covariance for X38 and X36 = -0.18

(0.049)

-3.67

Error Covariance for X39 and X35 = 0.26

(0.054)

4.84

Error Covariance for X310 and X21 = -0.16

(0.049)

-3.35

Error Covariance for X310 and X32 = -0.13

(0.044)

-2.86
151

Error Covariance for X310 and X39 = 0.17

(0.054)

3.10

Error Covariance for X41 and X11 = 0.35

(0.057)

6.22

Error Covariance for X41 and X39 = -0.25

(0.047)

-5.41

Error Covariance for X42 and X11 = 0.018

(0.044)

0.40

Error Covariance for X42 and X36 = 0.22

(0.049)

4.58

Error Covariance for X42 and X38 = 0.081

(0.048)

1.68

Error Covariance for X42 and X310 = -0.10

(0.044)

-2.28

Error Covariance for X51 and X38 = -0.21

(0.049)

-4.22

Error Covariance for X52 and X33 = 0.10


152

(0.049)

2.13

Error Covariance for X52 and X35 = -0.16

(0.058)

-2.77

Error Covariance for X52 and X42 = -0.24

(0.052)

-4.58

KP = 0.66*KEPUASAN, Errorvar.= 0.56, R = 0.44

(0.12)

5.36

HG = 0.18*KEPUASAN, Errorvar.= 0.98 , R = 0.033

(0.091) (0.11)

2.01 8.99

SQ = 0.88*KEPUASAN, Errorvar.= 0.23, R = 0.77

(0.24)

3.72

EF = 0.74*KEPUASAN, Errorvar.= 0.45, R = 0.55

(0.14)

5.47

KM = 0.62*KEPUASAN, Errorvar.= 0.61, R = 0.39

(0.10)

6.22

Correlation Matrix of Independent Variables


153

KEPUASAN

--------

1.00

Covariance Matrix of Latent Variables

KP HG SQ EF KM KEPUASAN

-------- -------- -------- -------- -------- --------

KP 1.00

HG 0.12 1.02

SQ 0.58 0.16 1.00

EF 0.49 0.14 0.65 1.00

KM 0.41 0.11 0.55 0.46 1.00

KEPUASAN 0.66 0.18 0.88 0.74 0.62 1.00

Goodness of Fit Statistic

Degrees of Freedom = 76

Minimum Fit Function Chi-Square = 138.57 (P = 0.00)

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 118.86 (P = 0.0012)

Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 42.86

90 Percent Confidence Interval for NCP = (17.18 ; 76.48)

Minimum Fit Function Value = 0.93

Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.29

90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.12 ; 0.51)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.062

90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.039 ; 0.082)


154

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.18

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.60

90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.43 ; 1.83)

ECVI for Saturated Model = 1.83

ECVI for Independence Model = 7.94

Chi-Square for Independence Model with 120 Degrees of Freedom = 1151.33

Independence AIC = 1183.33

Model AIC = 238.86

Saturated AIC = 272.00

Independence CAIC = 1247.50

Model CAIC = 479.50

Saturated CAIC = 817.45

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.066

Standardized RMR = 0.066

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.91

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.84

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.51

Normed Fit Index (NFI) = 0.88

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.90

Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.56

Comparative Fit Index (CFI) = 0.94

Incremental Fit Index (IFI) = 0.94

Relative Fit Index (RFI) = 0.81


155

Critical N (CN) = 116.68

The Problem used 65416 Bytes (= 0.1% of Available Workspace)

Time used: 0.094 Seconds


143

LAMPIRAN 3

DATE: 5/12/2008

TIME: 10:53

L I S R E L 8.30

BY

Karl G. Jreskog & Dag Srbom

This program is published exclusively by

Scientific Software International, Inc.

7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100

Chicago, IL 60646-1704, U.S.A.

Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140

Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99

Use of this program is subject to the terms specified in the

Universal Copyright Convention.

Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file D:\LISREL\DATA.SPJ:

MODEL KEPUASAN PELANGGAN

OBSERVED VARIABLES

X11 X12 X21 X31 X32 X33 X35 X36 X37 X38 X39 X310 X41 X42 X51 X52

CORRELATION MATRIX FROM FILE D:\LISREL\KORELASI.COR

SAMPLE SIZE 150

LATENT VARIABLES

KP HG SQ EF KM KEPUASAN

RELATIONSHIPS
144

X11 X12= KP

X21 = 1*HG

X31 X32 X33 X35 X36 X37 X38 X39 X310 = SQ

X41 X42= EF

X51 X52= KM

KP= KEPUASAN

HG = KEPUASAN

SQ = KEPUASAN

EF = KEPUASAN

KM = KEPUASAN

SET THE ERROR VARIANCE OF X21 EQUAL TO 0

SET THE ERROR VARIANCE OF X51 EQUAL TO 0.05

Let Error Covariance X41 and X11 Free

Let Error Covariance X42 and X36 Free

Let Error Covariance X42 and X11 Free

Let Error Covariance X38 and X33 Free

Let Error Covariance X38 and X36 Free

Let Error Covariance X21 and X12 Free

Let Error Covariance X41 and X39 Free

Let Error Covariance X52 and X42 Free

Let Error Covariance X38 and X11 Free

Let Error Covariance X310 and X39 Free

Let Error Covariance X42 and X38 Free

Let Error Covariance X33 and X21 Free

Let Error Covariance X39 and X35 Free

Let Error Covariance X310 and X32 Free


145

Let Error Covariance X42 and X310 Free

Let Error Covariance X51 and X38 Free

Let Error Covariance X52 and X33 Free

Let Error Covariance X52 and X35 Free

Let Error Covariance X31 and X12 Free

Let Error Covariance X37 and X21 Free

Let Error Covariance X310 and X21 Free

Let Error Covariance X35 and X12 Free

Let Error Covariance X37 and X35 Free

Let Error Covariance X35 and X11 Free

Let Error Covariance X36 and X35 Free

OPTIONS ME = ML AD = OFF

PATH DIAGRAM

END OF PROBLEM

Sample Size = 150

MODEL KEPUASAN PELANGGAN

Correlation Matrix to be Analyzed

X11 X12 X21 X31 X32 X33

-------- -------- -------- -------- -------- --------

X11 1.00

X12 0.53 1.00

X21 0.11 -0.20 1.00


146

X31 0.20 0.41 0.10 1.00

X32 0.19 0.32 0.09 0.32 1.00

X33 0.36 0.41 -0.22 0.39 0.49 1.00

X35 0.39 0.34 0.16 0.00 0.18 0.21

X36 0.16 0.41 0.16 0.44 0.53 0.42

X37 0.22 0.34 -0.12 0.29 0.45 0.38

X38 0.35 0.23 0.10 0.21 0.42 0.14

X39 0.15 0.13 0.17 0.21 0.47 0.42

X310 0.20 0.29 -0.06 0.38 0.35 0.37

X41 0.66 0.44 -0.02 0.29 0.27 0.43

X42 0.27 0.44 0.10 0.33 0.32 0.31

X51 0.26 0.32 0.13 0.29 0.29 0.35

X52 -0.05 0.01 -0.04 0.08 0.04 0.25

Correlation Matrix to be Analyzed

X35 X36 X37 X38 X39 X310

-------- -------- -------- -------- -------- --------

X35 1.00

X36 0.29 1.00

X37 0.33 0.43 1.00

X38 0.11 0.19 0.49 1.00

X39 0.30 0.33 0.46 0.33 1.00

X310 0.16 0.29 0.53 0.52 0.52 1.00

X41 0.32 0.26 0.22 0.28 0.07 0.29

X42 0.12 0.54 0.21 0.34 0.24 0.14

X51 0.19 0.50 0.42 0.11 0.34 0.30


147

X52 -0.09 0.17 0.20 0.06 0.16 0.12

Correlation Matrix to be Analyzed

X41 X42 X51 X52

-------- -------- -------- --------

X41 1.00

X42 0.52 1.00

X51 0.34 0.37 1.00

X52 -0.05 -0.18 0.37 1.00

MODEL KEPUASAN PELANGGAN

Number of Iterations = 72

LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

X11 = 0.64*KP, Errorvar.= 0.55 , R = 0.42

(0.075) (0.083)

8.56 6.70

X12 = 0.89*KP, Errorvar.= 0.28 , R = 0.73

(0.12) (0.12)

7.31 2.30

X21 = 1.00*HG,, R = 1.00

X31 = 0.48*SQ, Errorvar.= 0.77 , R = 0.23

(0.12) (0.089)

4.05 8.61

X32 = 0.70*SQ, Errorvar.= 0.51 , R = 0.49

(0.15) (0.058)

4.56 8.77
148

X33 = 0.68*SQ, Errorvar.= 0.54 , R = 0.46

(0.15) (0.071)

4.42 7.62

X35 = 0.27*SQ, Errorvar.= 0.96 , R = 0.072

(0.098) (0.11)

2.79 9.09

X36 = 0.68*SQ, Errorvar.= 0.56 , R = 0.45

(0.15) (0.071)

4.51 7.91

X37 = 0.70*SQ, Errorvar.= 0.53 , R = 0.48

(0.15) (0.064)

4.50 8.22

X38 = 0.65*SQ, Errorvar.= 0.57 , R = 0.43

(0.15) (0.074)

4.35 7.74

X39 = 0.59*SQ, Errorvar.= 0.69 , R = 0.33

(0.14) (0.079)

4.23 8.74

X310 = 0.64*SQ, Errorvar.= 0.61 , R = 0.40

(0.15) (0.074)

4.29 8.27

X41 = 0.71*EF, Errorvar.= 0.50 , R = 0.50

(0.10) (0.086)

6.88 5.84

X42 = 0.69*EF, Errorvar.= 0.45 , R = 0.51


149

(0.094) (0.078)

7.38 5.83

X51 = 0.98*KM, Errorvar.= 0.050, R = 0.95

(0.069)

14.18

X52 = 0.36*KM, Errorvar.= 0.87 , R = 0.13

(0.074) (0.099)

4.93 8.77

Error Covariance for X21 and X12 = -0.35

(0.058)

-5.99

Error Covariance for X31 and X12 = 0.16

(0.054)

2.97

Error Covariance for X33 and X21 = -0.37

(0.060)

-6.19

Error Covariance for X35 and X11 = 0.22

(0.052)

4.26

Error Covariance for X35 and X12 = 0.28

(0.060)

4.71

Error Covariance for X36 and X35 = 0.15

(0.050)
150

3.00

Error Covariance for X37 and X21 = -0.26

(0.053)

-4.90

Error Covariance for X37 and X35 = 0.16

(0.050)

3.18

Error Covariance for X38 and X11 = 0.17

(0.044)

3.92

Error Covariance for X38 and X33 = -0.30

(0.048)

-6.24

Error Covariance for X38 and X36 = -0.18

(0.049)

-3.67

Error Covariance for X39 and X35 = 0.26

(0.054)

4.84

Error Covariance for X310 and X21 = -0.16

(0.049)

-3.35

Error Covariance for X310 and X32 = -0.13

(0.044)

-2.86
151

Error Covariance for X310 and X39 = 0.17

(0.054)

3.10

Error Covariance for X41 and X11 = 0.35

(0.057)

6.22

Error Covariance for X41 and X39 = -0.25

(0.047)

-5.41

Error Covariance for X42 and X11 = 0.018

(0.044)

0.40

Error Covariance for X42 and X36 = 0.22

(0.049)

4.58

Error Covariance for X42 and X38 = 0.081

(0.048)

1.68

Error Covariance for X42 and X310 = -0.10

(0.044)

-2.28

Error Covariance for X51 and X38 = -0.21

(0.049)

-4.22

Error Covariance for X52 and X33 = 0.10


152

(0.049)

2.13

Error Covariance for X52 and X35 = -0.16

(0.058)

-2.77

Error Covariance for X52 and X42 = -0.24

(0.052)

-4.58

KP = 0.66*KEPUASAN, Errorvar.= 0.56, R = 0.44

(0.12)

5.36

HG = 0.18*KEPUASAN, Errorvar.= 0.98 , R = 0.033

(0.091) (0.11)

2.01 8.99

SQ = 0.88*KEPUASAN, Errorvar.= 0.23, R = 0.77

(0.24)

3.72

EF = 0.74*KEPUASAN, Errorvar.= 0.45, R = 0.55

(0.14)

5.47

KM = 0.62*KEPUASAN, Errorvar.= 0.61, R = 0.39

(0.10)

6.22

Correlation Matrix of Independent Variables


153

KEPUASAN

--------

1.00

Covariance Matrix of Latent Variables

KP HG SQ EF KM KEPUASAN

-------- -------- -------- -------- -------- --------

KP 1.00

HG 0.12 1.02

SQ 0.58 0.16 1.00

EF 0.49 0.14 0.65 1.00

KM 0.41 0.11 0.55 0.46 1.00

KEPUASAN 0.66 0.18 0.88 0.74 0.62 1.00

Goodness of Fit Statistic

Degrees of Freedom = 76

Minimum Fit Function Chi-Square = 138.57 (P = 0.00)

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 118.86 (P = 0.0012)

Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 42.86

90 Percent Confidence Interval for NCP = (17.18 ; 76.48)

Minimum Fit Function Value = 0.93

Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.29

90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.12 ; 0.51)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.062

90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.039 ; 0.082)


154

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.18

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.60

90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.43 ; 1.83)

ECVI for Saturated Model = 1.83

ECVI for Independence Model = 7.94

Chi-Square for Independence Model with 120 Degrees of Freedom = 1151.33

Independence AIC = 1183.33

Model AIC = 238.86

Saturated AIC = 272.00

Independence CAIC = 1247.50

Model CAIC = 479.50

Saturated CAIC = 817.45

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.066

Standardized RMR = 0.066

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.91

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.84

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.51

Normed Fit Index (NFI) = 0.88

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.90

Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.56

Comparative Fit Index (CFI) = 0.94

Incremental Fit Index (IFI) = 0.94

Relative Fit Index (RFI) = 0.81


155

Critical N (CN) = 116.68

The Problem used 65416 Bytes (= 0.1% of Available Workspace)

Time used: 0.094 Seconds


Lampiran 6 Dokumentasi Produk

Lalapan & Sambal Penyajian Prasmanan

Limpa Usus Sapi Ikan Mas Goreng

Cumi Goreng Udang Rarong

Tutut Monyong Udang Goreng Tusuk


Es Telaga Warna Es Kopyor

Tim Kencleng

Anda mungkin juga menyukai