Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

JUDUL SAMPUL....................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang.........................................................................1

1.2 Tujuan......................................................................................2

1.3 Manfaat...................................................................................2

BAB II ISI JURNAL

2.1 Judul
Jurnal ......................................................................................................3

2.2 Penulis /
Peneliti ..............................................................................................3

2.3 Nama
Jurnal .....................................................................................................3

2.4 Ringkasan
Jurnal ..............................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Analisis Jurnal .......................................................................5

3.1 Implikasi Keperawatan...........................................................8

BAB IV PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan..............................................................................9

4.2 Saran.......................................................................................9

1
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................
............10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktu. Makalah ini
dibuat dengan menggunakan informasi dari kajian literatur dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tugas system digestif. Dalam analisis jurnal ini, kami membahas
mengenai Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp Asi) Dini Dengan Kejadian
Konstipasi Pada Bayi Dibawah Umur 6 Bulan
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah yang
kami susun ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
pentempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Jombang, 14 Februari 2017

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belaka

Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses menjadi
keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi. Konstipasi sering ditandai
dengan gejala cemas ketika defekasi oleh karena rasa nyeri saat buang air besar. Konstipasi
dapat menimbulkan stres berat bagi penderita akibat ketidaknyamanan. Konstipasi jika tidak
segera diatasi dapat terjadi hemoroid dan divertikel. Dampak lain akibat konstipasi
fungsional yakni gangguan aktivitas seperti kram perut, penurunan kualitas hidup melalui
produktivitas belajar yang menurun dan tingginya tingkat ketidakhadiran di sekolah.
Konstipasi pada anak merupakan masalah umum dengan prevalensi antara . Dalam
menangani anak dengan konstipasi perlu ditekankan tentang pentingnya hubungan yang erat
antara dokter, orangtua, dan pasien. Pada dasarnya, terapi konstipasi terdiri dari dua fase,
yaitu fase pengeluaran masa tinja dan fase pemeliharaan. Catatan harian tentang b.a.b, latihan
b.a.b (toilet training), makan makanan berserat, terapi laksatif, serta pendekatan secara
psikiatri/psikologi merupakan upaya yang perlu dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang
optimal.
Konstipasi merupakan suatu gejala klinis dibanding sebagai suatu penyakit tersendiri.
Salah satu kendala dalam mempelajari konstipasi adalah sulitnya menentukan definisi
kelainan ini.1-4 Terdapat tiga aspek penting untuk menentukan adanya konstipasi, yaitu
konsistensi tinja, frekuensi defekasi dan temuan pada fisis. Konstipasi ditemukan pada 3%
anak usia prasekolah dan 1-2% anak usia sekolah. Semasa usia prasekolah, angka kejadian
konstipasi pada anak perempuan dan laki-laki seimbang. Namun pada usia sekolah,
konstipasi lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Dari seluruh kasus anak yang dirujuk
dengan konstipasi, 95% kasus merupakan konstipasi fungsional.
Penyebab konstipasi bersifat multifaktorial. Beberapa faktor risiko yang berhubungan
dengan konstipasi pada anak telah diteliti. Penelitian Roma dkk. (1999) didapatkan bahwa
anak dengan konstipasi terbukti mengkonsumsi asupan serat makanan yang tidak sesuai
dengan nilai yang dianjurkan. Riwayat penyakit kronis merupakan faktor risiko yang

1
berhubungan dengan konstipasi fungsional, sedangkan penelitian lain mendapatkan hasil
riwayat konstipasi pada keluarga merupakan salah satu risiko terjadinya konstipasi
(Rajindrajith dkk., 2010; Ip dkk., 2005). Penelitian Inan dkk. (2007) didapatkan adanya
hubungan antara konstipasi dengan faktor psikologis anak seperti trauma fisik atau psikologis
dan masalah kesehatan pribadi. Penelitian lain menunjukkan bahwa alergi susu sapi
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya konstipasi (Iacono dkk., 2005; Daher dkk.,
2001). Meningkatnya konsumsi makanan siap saji dan makin banyaknya restoran siap saji
dapat meningkatkan prevalensi konstipasi pada anak yang tinggal di wilayah perkotaan
(Ludviggson, 2006; Rajindrajith dkk., 2009).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari konstipasi
2. Mengetahui penyebab dari konstipasi
3. Mengetahui gejala dari konstipasi
4. Mengetahui dampak lain dari konstipasi
5. Mengetahui pengobatan pada konstipasi
6. Mengetahui aplikasi dari penelitian pada praktik keperawatan
1.3 Manfaat
Memberikan pengetahuan bagi pembaca mengenai konstipasi dan bagaimana aplikasi yang
diterapkan dari penelitin tersebut pada praktek keperawatan

BAB II
ISI JURNAL
2.1 Judul Jurnal
Adapun jurnal yang saya ambil yaitu Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp
Asi) Dini Dengan Kejadian Konstipasi Pada Bayi Dibawah Umur 6 Bulan

2.2 Penulis / Peneliti

2
Penulis jurnal ini berjumlah 2 orang, diantaranya :
1. Nitasari Wulan Jayanti, Ardiani Sulistianik, Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali
2. Floria Eva
2.3 Nama Jurnal
Adapun nama jurnal yang saya ambil yaitu e-jurnal dan google cendikia
2.4 Ringkasan Jurnal
Tingginya morbiditas anak menunjukkan bahwa usia anak-anak sering mengalami sakit.
Penyakit diare, demam, sembelit, batuk pilek atau ISPA, ruam popok, batuk dan muntah.
Kasus yang dominan adalah gangguan pada sistem pencernaan antara lain sembelit dan diare
sekitar 73,2% serta ISPA 26,8%. Penyakit tersebut dapat dilakukan pengobatan tanpa harus
rawat inap,akan tetapi jika pengobatan tidak berhasil ataupun tidak di obati akan
menimbulkan komplikasi yang lebih fatal. Kondisi seperti ini terjadi pada bayi akan dapat
berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. Untuk itu diperlukan suatu
tindakan pencegahan agar bayi terhindar dari sakit yaitu dengan perawatan yang sebaik
mungkin (Maya, 2008).
Konstipasi pada anak merupakan masalah umum dengan prevalensi antara 0,69-29,6%
(Van Den Berg dkk., 2006). Penelitian prevalensi sebelumnya banyak dilakukan di negara
maju dan negara berkembang. Prevalensi konstipasi di Hongkong pada anak sekolah taman
kanak-kanak usia 3-5 tahun didapatkan sebanyak 29% (Ip dkk., 2005).
Pemberian MP-ASI secara dini dapat berdampak negatif bagi bayi yaitu kemungkinan
timbulnya konstipasi atau diare karena kemungkinan adanya malabsorbsi pada bayi karena
intoleransi laktosa, terkontaminasinya makanan dengan serangga, memakan atau meminum
makanan basi, ketidak mampuan sistem pencernaan untuk mencerna makanan pada bayi
umur bawah 6 bulan. Karena bayi umur bawah 6 bulan sistem pencernaan makanan belum
siap untuk mencerna atau menerima makanan pendamping. Penelitian Inan dkk. (2007)
didapatkan adanya hubungan antara konstipasi dengan faktor psikologis anak seperti trauma
fisik atau psikologis dan masalah kesehatan pribadi. Penelitian lain menunjukkan bahwa
alergi susu sapi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya konstipasi (Iacono dkk., 2005;
Daher dkk

3
Konstipasi yang berat atau cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Apabila seseorang
menganggap remeh obstipasi ini dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi
balita (Keyla,2008).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Isi Jurnal
Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses
menjadi keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi. Konstipasi sering

4
ditandai dengan gejala cemas ketika defekasi oleh karena rasa nyeri saat buang air besar.
Konstipasi dapat menimbulkan stres berat bagi penderita akibat ketidaknyamanan. Konstipasi
jika tidak segera diatasi dapat terjadi hemoroid dan divertikel. Dampak lain akibat konstipasi
fungsional yakni gangguan aktivitas seperti kram perut, penurunan kualitas hidup melalui
produktivitas belajar yang menurun dan tingginya tingkat ketidakhadiran di sekolah.
Konstipasi pada anak merupakan masalah umum dengan prevalensi antara . Dalam
menangani anak dengan konstipasi perlu ditekankan tentang pentingnya hubungan yang erat
antara dokter, orangtua, dan pasien. Pada dasarnya, terapi konstipasi terdiri dari dua fase,
yaitu fase pengeluaran masa tinja dan fase pemeliharaan. Catatan harian tentang b.a.b, latihan
b.a.b (toilet training), makan makanan berserat, terapi laksatif, serta pendekatan secara
psikiatri/psikologi merupakan upaya yang perlu dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang
optimal.
Konstipasi merupakan suatu gejala klinis dibanding sebagai suatu penyakit tersendiri.
Salah satu kendala dalam mempelajari konstipasi adalah sulitnya menentukan definisi
kelainan ini.1-4 Terdapat tiga aspek penting untuk menentukan adanya konstipasi, yaitu
konsistensi tinja, frekuensi defekasi dan temuan pada fisis. Konstipasi ditemukan pada 3%
anak usia prasekolah dan 1-2% anak usia sekolah. Semasa usia prasekolah, angka kejadian
konstipasi pada anak perempuan dan laki-laki seimbang. Namun pada usia sekolah,
konstipasi lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Dari seluruh kasus anak yang dirujuk
dengan konstipasi, 95% kasus merupakan konstipasi fungsional
Pada jurnal hubungan pemberian makanan pendamping asi (mp asi) dini dengan
kejadian konstipasi pada bayi dibawah umur 6 bulan bahwa 22 responden (56.4%) bayi
mengalami konstipasi. Konstipasi atau kesulitan buang air besar artinya bayi buang air besar
sukar, feses keras dan seperti batu dan sangat sulit dan sakit sewaktu keluar (Sudarti, 2010).
Konstipasi dapat terjadi karena ibu memberikan makanan padat dan tidak memberikan ASI on
demand sehingga bayi mengalami gangguan saluran pencernaan dan kekurangan cairan.
Apabila tidak tertangani dengan baik konstipasi yang berat atau cukup hebat dapat terjadi
obstipasi. Obstipasi ini dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi balita
(Keyla, 2008) Sedangkan 17 responden (43.6%) tidak konstipasi. Bila asupan nutrisi bayi
sesuai dengan kebutuhan bayi dimanan ibu mengerti tentang kebutuhan bayi dan ibu yang
mengurus sendiri bayinya akan lebih memperhatikan keadaan bayi. Hal ini sesuai dengan

5
pernyataan Supriyadi (2002) hampir semua ibu rumah tangga melaksanakan aktifitas
pekerjaan utamanya yaitu pekerjaan rumah dan mengasuh anak. Setelah pekerjaan rumah
selesai ibu akan memiliki lebih banyak waktu untuk memperhatikan anaknya
Konstipasi bisa disebabkan karena ibu yang memberikan MP ASI dini pada bayi dibawah
umur 6 bulan seperti pemberian susu formula. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Defka,
(2010) yaitu pemakaian susu formula yang diperuntukkan khusus untuk bayi dimana
komposisinya disesuaikan mendekati komposisi ASI masih menimbulkan efek samping
termasuk konstipasi. Hal tersebut karena komposisi susu formula tidak dapat sama persis
dengan ASI sehingga masih terdapat zat-zat yang sulit diserap oleh tubuh bayi. Jenis asupan
nutrisi yang berupa ASI tidak akan menimbulkan konstipasi. Hal ini dikarena ASI
mengandung komposisi yang tepat untuk bayi, semua zat yang terkandung dalam ASI adalah
zat yang dibutuhkan untuk bayi, sehingga dapat dicerna tubuh bayi dengan baik dan tidak
menyebabkan konstipasi (Roesli, 2005:13).
MP ASI seperti susu formula biasanya mengandung laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa
(vanila, coklat, strawberi, madu), komposisi lemak, kandungan DHA, minyak jagung, minyak
kelapa sawit dan sebagainya yang memicu terjadinya konstipasi, sedangkan ASI mengandung
laktosa (gula susu). Tingginya laktosa pada ASI membuat bayi BAB normal (Defka, 2010).
Lebih lanjut terdapat 5 responden (12.8%) yang hanya mendapatkan ASI Eksklusif dan
mengalami konstipasi. Sesuai dengan teori bahwa konstipasi tidak hanya disebabkan oleh
asupan nutrisi tetapi terdapat faktor lain seperti dehidrasi konstipasi dikarenakan dehidrasi,
bayi tersebut mengalami dehidrasi dikarenakan udara yang panas dan ibu tidak menyusui
bayinya secara on demand sehingga asupan nutrisi bayi berkurang. Hal sesuai dengan
pendapat Wardhani (2012) yang menyatakan bahwa udara yang panas bila tidak diimbangi
dengan asupan nutrisi yang adekuat akan menyebabkan dehidrasi pada bayi. Serta terdapat 4
responden (10,3%) yang diberikan MP ASI tidak mengalami konstipasi. Hal ini dikarenakan
respon tubuh yang berbeda-beda pada setiap responden, walaupun dberikan MP ASI tetapi
bila tubuh dapat mencerna dan memproses dengan baik bayi tidak akan mengalami konstipasi.
Sesuai dengan pendapat Defka (2010) bahwa tidak semua bayi yang diberikan susu formula
mengalami konstipasi hal ini tergantung pada pencernaan bayi dan cara pembuatan susu
formula.

6
Penelitian di Hong Kong dan Maldives (India) didapatkan hasil bahwa asupan serat pada
anak lebih rendah dari nilai yang dianjurkan dan didapatkan hanya 45% anak usia 4-6 tahun
mengkonsumsi serat makanan cukup sesuai perhitungan umur (tahun) ditambah lima gram
dan sebanyak 32% anak usia 7-10 tahun (Lee dkk., 2008). Penelitian Loeing-Baucke (2004)
didapatkan kan bahwa perubahan diet serat yang diberikan terhadap 116 anak usia dua tahun
dapat menurunkan prevalensi kejadian konstipasi sebanyak 25%. Salah satu cara dalam
mengatasi konstipasi yaitu dengan mengkonsumsi makanan berserat, meningkatkan asupan
cairan. Diet dengan serat yang cukup, membantu memperlunak tinja dan menormalkan
frekuensi buang air besar.
Salah satu cara terbaik untuk menghindari bayi dari sakit adalah dengan pemberian ASI.
Menurut Roesli (2007:32) disebutkan bahwa ASI merupakan makanan yang fisiologis untuk
dapat menghindarkan bayi dari gangguan pada sistem saluran pencernaan bayi. Dalam
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010, menyebutkan jumlah bayi usia
enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif adalah 61,3% dan terdapat penurunan seiring
dengan bertambahnya umur bayi. Data di Jawa Tengah tahun 2011 menjelaskan 45,36% dari
total bayi yang diberikan ASI Eksklusif meningkat dari pada tahun 2010 yaitu 37,18%.
Sedangkancakupan ASI Eksklusif di KabupatenBoyolali tahun 2011 dari 7,834 bayi yang
mendapatkan ASI Eksklusif adalah 26,16%. Kurangnya cakupan ASI Eksklusif dapat
meningkatkan jumlah kejadian sakit pada bayi di Indonesia (DepKes Prov Jateng ,
2011:153).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pemberian MP
ASI dini dengan kejadian konstipasi pada bayidibawah umur 6 bulan. Dimana bayi yang
memperoleh MP ASI dinimengalami konstipasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
bahwa MP ASI dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Karena komposisi bahan bahan
dalam MP ASI dini yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh tubuh (Ika,2008)

3.2 Kelebihan dan Kekurangan


3.2.1 Kelebihan Jurnal
a. Tidak perlu mengeluarkan biaya
b. Memperkarya ilmu dalam bidang keperawatan yang bersifat non medis

7
3.2.2 Kekurangan Jurnal
a. Penjelasan kurang lengkap
3.3 Implikasi Keperawatan
Keperawatan adalah bidang ilmu yang sangat berpengaruh terhadap pasien apalagi
penanganan pasien dengan konstipasi pada bayi dibawah umur 6 bulan. Pemberian ASI
Ekslusif selama 6 bulan untuk menghindari adanya konstipasi pada bayi dibawah 6 bulan.
Ditinjau dari segi ilmu, mahasiswa keperawatan dapat mempelajar lebih dalam untuk
meningkatkan KIE kepada ibu post partum dan Mendorong kader posyandu untuk
memberikan bayinya ASI Eksklusif selama 6 bulan yang dapat dilihat dari pembelajaran dan
praktik lapangan agar bisa terwujud dengan baik

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

8
Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses menjadi
keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi. Konstipasi sering ditandai
dengan gejala cemas ketika defekasi oleh karena rasa nyeri saat buang air besar. Konstipasi
dapat menimbulkan stres berat bagi penderita akibat ketidaknyamanan. Konstipasi jika tidak
segera diatasi dapat terjadi hemoroid dan divertikel.
Salah satu cara terbaik untuk menghindari bayi dari sakit adalah dengan pemberian ASI.
Menurut Roesli (2007:32) disebutkan bahwa ASI merupakan makanan yang fisiologis untuk
dapat menghindarkan bayi dari gangguan pada sistem saluran pencernaan bayi.
4.2 Saran
Seharusnya untuk petugas kesehatan untuk dapat lebih meningkatkan KIE kepada ibu
post partum untuk memberikan bayinya ASI Eksklusif selama 6 bulan karena dapat
mengurangi resiko konstipasi. dan Mendorong kader posyandu untuk memberikan KIE
kepada ibu post partum untuk memberikan bayinya ASI Eksklusif selama 6 bulan karena
dapat mengurangi resiko konstipasi.

DAFTAR PUSTAKA

9
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=yeWVWOeQI4vzvgTd-
KTQDA#q=buku+konstipasi+pdf

https://scholar.google.co.id/scholar?
q=penyebab+konstipasi&btnG=&hl=en&as_sdt=0%2C5
http://www.e-jurnal.com/2016/12/hubungan-pemberian-makanan-pendamping.html

10

Anda mungkin juga menyukai