TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kitin
Kitin membentuk serat mirip selulosa yang tidak dapat dicerna oleh
vertebrata. Kitin adalah polimer yang paling melimpah di laut. Sedangkan pada
kelimpahan di muka bumi, kitin menempati posisi kedua setelah selulosa. Hal ini
karena kitin dapat ditemukan di berbagai organisme eukariotik termasuk serangga,
moluska, krustase, fungi, dan protista.
Kitin yang fleksibel dan kuat membuatnya bisa digunakan sebagai benang
untuk menjahit luka bedah. Dalam hal fungsi, kitin termasuk dalam keratin
protein. Kitin juga biodegradabel, sehingga akan larut atau luruh seiring dengan
penyembuhan luka. Kitin tidak larut dalam air, asam, basa dan pelarut organik
4
5
tetapi larut dalam asam sulfat pekat panas dan asam format anhidrid. Sedangkan
dalam fungsinya kitin memiliki berbagai manfaat, bukan hanya dalam satu bidang
saja namun dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang pertanian. Kebanyakan
penelitian terakhir menunjukkan bahwa kitin adalah inducer yang baik untuk
mekanisme pertahanan pada tanaman. Hal ini juga telah dinilai sebagai pupuk
yang dapat meningkatkan asil panen secara keseluruhan.
2.2. Kitosan
asam klorida, asam sulfat dan asam fosfat pekat. Kitosan dengan bentuk amino
bebas tidak selalu larut dalam air pada pH lebih dari 6 ,5 sehingga memerlukan
asam untuk melarutkannya. Kitosan larut dalam asam asetat dam asam formiat
encer. Adanya dua gugus hidroksil pada kitin sedangkan kitosan dengan 1 gugus
amino dan 2 gugus hidroksil merupakan target dalam modifikasi kimiawi.
Sifat kation kitosan adalah linier polielektrolit, bermuatan positif, flokulan
yang sangat baik, pengkelat ion-ion logam. Sifat biologi kitosan adalah non
toksik, polimer alami, sedangkan sifat kimia seperti linier poliamin, gugus amino
dan gugus hidroksil yang reaktif. Aplikasi kitosan telah berkembang dalam
berbagai bidang namun tergantung sifat kationik, biologi dan kimianya . Fungsi
kitosan mulai dikembangkan pada penjernihan air limbah telah banyak digunakan
di Jepang dengan volume penggunaan mencapai 500 ton pada 1986.
Sifat alami kitosan dapat dibagi menjadi dua sifat besar yaitu, sifat kimia
dan biologi. Sifat kimia kitosan sama dengan kitin tetapi yang khas antara lain:
1. Merupakan polimer poliamin berbentuk linear.
2. Mempunyai gugus amino aktif.
3. Mempunyai kemampuan mengikat beberapa logam.
Sedangkan untuk sifat biologi dari kitosan itu sendiri antara lain bersifat
biokompatibel artinya sebagai polimer alami sifatnya tidak mempunyai akibat
samping, tidak beracun, tidak dapat dicerna, mudah diuraikan oleh mikroba
(biodegradable). Dapat berikatan dengan sel mamalia dan mikroba secara agresif.
Bersifat hemostatik, fungistatik, spermisidal, antitumor, antikolesterol. Bersifat
sebagai depresan pada sistem saraf pusat (Halimi W, 2010).
cangkang yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor
dalam tubuhnya dapat dilihat dari gambar 2.3. (Syahrir A, 2012).
Cangkang pada bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis . Cangkang ini
terdiri atas 3 lapisan, yaitu lapisan pertama periostrakum adalah lapisan terluar
dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung, lapisan prismatic tersusun dari
kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma, dan lapisan nakreas atau sering
disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis
dan paralel. Adapun kadungan kerang darah sebagai berikut pada tabel 2.1.
banyak mengandung batang insang. Antara tubuh dan mantel terdapat rongga
mantel yang merupakan jalan keluar masuknya air.
2.4.1. Demineralisasi
2.4.2. Deproteinasi
11
hampir 98% menjadi chitosan. Proses deasetilasi kitin menjadi kitosan, yaitu kitin
ditambah, lalu campuran diaduk dan dipanaskan pada suhu 80-90 0C selama 1 jam.
Hasil serbuk yang didapat dilakukan proses pencucian dan dikeringkan hasil yang
didapat adalah kitosan (Kumar, 2012).
Kitosan dapat menyatu dengan zat asam empedu yang akan membawa
muatan listrik negatif, sehingga menghambat penyerapan kolesterol. Setelah zat
asam empedu yang disekresi liver membantu pencernaan zat lemak, sebagian
besar akan diserap ulang dan ada beberapa yang disekresi ulang ke dalam rongga
usus. Setelah kitosan dan zat asam empedu menyatu maka dapat menghalangi
penyerapan zat asam empedu, sehingga kolesterol yang ada dalam darah dengan
jumlah yang besar setelah masuk ke dalam liver diubah menjadi zat asam empedu
untuk mencapai tujuan yaitu dengan mengurangi kolesterol yang ada dalam darah.
2.5.3. Kitosan untuk mengurangi tekanan darah
Kitosan akan membawa muatan listrik positif dan berupa senyawa CL
yang terdapat dalam makanan sehingga akan mampu mengurangi suatu
penyerapan garam dapur yang akan berdampak dalam mengurangi tekanan darah.
Pada pasien penderita tekanan darah tinggi, dengan membatasi suatu pemasukan
garam dapur maka dapat mengurangi 60% tekanan darah pasien. Apabila CL
dalam tubuh meningkat, maka unsur menegangnya pembuluh darah meningkat,
pembuluh nadi kecil menyusut, sehingga semakin menambah peningkatan tekanan
darah. Oleh karena itu, dengan menghambat jumlah pemasukan CL dapat
mengurangi tekanan darah tinggi (Hidayat N, 2007).
2.6. Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan partikel-partikel dari suatu
fluida (cairan maupun gas) oleh suatu padatan hingga terbentuk suatu film
(lapisan tipis) pada permukaan adsorben. Padatan yang dapat menyerap partikel
fluida disebut bahan pengadsorpsi atau adsorben. Sedangkan zat yang terserap
disebut adsorbat. Secara umum Adsorpsi didefinisikan sebagai suatu proses
penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh
permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika
antara substansi dengan penyerapnya (Kurniawan R, 2013).
Penyerapan partikel atau ion oleh permukaan koloid atau yang disebut
peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan koloid menjadi bermuatan listrik .
Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik
ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi . Adanya gaya-gaya
13
ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi
berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam
adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap hanya pada permukaan.
2.7. Lemak
Lemak (lipid) adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut
dalam air. Namun lemak dapat larut dalam pelarut organik seperti kloroform, eter
dan benzen. Unsur penyusun lemak antara lain adalah Karbon (C), Hidrogen (H),
Oksigen (O), dan kadang-kadang Fosforus (P) serta Nitrogen (N) . Molekul lemak
terdiri dari empat bagian, yaitu satu molekul gliserol dan tiga molekul asam
lemak. Asam lemak terdiri dari rantai Hidrokarbon (CH) dan gugus Karboksil (-
COOH). Molekul gliserol memiliki tiga gugus Hidroksil (-OH) dan tiap gugus
hidroksil berinteraksi dengan gugus karboksil asam lemak (Sakti Z, 2014).
Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu
ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan
tubuh yang disebut adiposa. Pada jaringan adiposa, sel lemak mengeluarkan
hormon leptin dan resistin yang berperan dalam sistem kekebalan, hormon
sitokina yang berperan dalam komunikasi antar sel . Hormon sitokina yang
dihasilkan oleh jaringan adiposa secara khusus disebut hormon adipokina, antara
lain kemerin, interleukin-6, plasminogen activator inhibitor-1, retinol binding
protein 4 (RBP4), tumor necrosis factor-alpha (TNF), visfatin, dan hormon
metabolik seperti adiponektin dan hormon adipokinetik ( Hadi A, 2013).
2.7.1. Lemak Kambing
Daging kambing memiliki kandungan lemak jenuh yang lumayan tinggi.
Namun kandungan lemak tak jenuhnya tidak lebih tinggi dibanding daging
bewarna merah lain seperti daging sapi atau daging babi. Kandungan kadar lemak
dan kolesterol pada daging kambing yaitu 70 gram kolesterol, 154 kalori, 9,2 mg
lemak dan 3,6 mg lemak jenuh, dan 0,6 lemak tidak jenuh. Salah satu upaya untuk
menurunkan kadar kolesterol dalam lemak dengan menggunakan biopolimer
kitosan. Senyawa ini akan membawa muatan listrik positif, dapat menyatu dengan
zat asam empedu yang bermuatan negatif sehingga menghambat penyerapan
14
kolesterol, karena zat lemak yang masuk bersama makanan harus dicerna dan
diserap dengan bantuan zat asam empedu yang disekresi liver (Nabawi T, 2013).