Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yudhistira Ade Adhyaksa

EP.
NIM : F1D314045
Prodi : Teknik Geofisika
Resume pert3 Migrasi Magma &Produksi Magma dan pert4 Penyimpanan Magma
Erupsi vulkanik dapat ditampilkan sebagai puncak dari rangkaian proses fisika dan
kimia Tahapan awal dari rangkaian tersebut adalah pembentukan magma di dalam Bumi.
Tidak akan terjadi erupsi jika tidak terdapat magma.
Semua batuan tersusun dari suatu campuran berbagai mineral yang berbeda sehingga
mereka cenderung meleleh pada rentang temperatur yang beragam, bukan pada temperatur
yang spesifik. Temperatur di mana pelelehan pertama dimulai disebut temperatur solidus,
sementara temperatur di mana seluruh batuan berubah menjadi cair dan material padat lenyap
disebut liquidus temperature. Saat sel konveksi baru terbentuk di mantel, maka akan bergerak
ke atas membentuk mantel plume, mengalami proses partial melting seiring penurunan
tekanan dan menghasilkan tubuh lelehan densitas rendah yang bercampur dengan padatan
dari sisa diapire yang muncul di sekeliling batuan matel. Batuan ini, meskipun berbentuk
padat tetapi memiliki sifat fluida yang sangat kental dalam waktu yang lama dan memiliki
tingkat deformasi yang lambat.
Dengan cara yang sama, sedimen-sedimen basah dan batuan dasar samudra
menunjam masuk di zona subduksi, menciptakan area partial melting densitas rendah yang
menghasilkan diapire. Diapire pada zona subduksi memiliki ukuran yang jauh lebih kecil
daripada diapire mantle plume.
Kecepatan dan ukuran/dimensi diapire mengontrol tingkat strain host rock yang
dilalui diapire. Jika tingkat strain terlalu tinggi, respons perubahan host rock dari viscous ke
elastic dan kemudian hancur memungkinkan dike mulai terbentuk. Proses ini cenderung
terjadi pada kedalaman yang lebih dalam untuk diapire mantel plume yang besar
dibandingkan diapire yang lebih kecil, yaitu diapire pada zona subduksi. Tingkat pelelehan
menentukan banyaknya daerah partial melting yang meleleh menjadi dike yang dipengaruhi
juga oleh viskositas magma. Kemampuan dike untuk mulai terbentuk dan akhir
pembentukannya dikontrol oleh kekasaran rekahan semu (apparent fracture roughness) dari
host rock yang tergantung pada strain batuan, beban kompresi dari batuan di atasnya, serta
kehadiran gas yang dikeluarkan dari magma dan terakumulasi di puncak rekahan. Dike dapat
terperangkap atau dengan kata lain berhenti tumbuh ketika tekanan di puncak dike menjadi
lebih kecil daripada kekasaran rekahan lokalnya. Jika dike berhenti dengan cara seperti ini
dan masih ada suplai magma dari daerah sumber, maka akan muncul dike baru. Ukuran dan
bentuk dike yang terbentuk dari sumber magma dikontrol oleh distribusi tekanan dan
kekuatan batuan yang dilewatinya. Di lingkungan samudra, hal ini termasuk di gunungapi
mid-oceanic ridge (MOR) dan rangkaian gunungapi perisai di atas mantel plume yang jauh
dari MOR. Di lingkungan benua, dike dapat terperangkap dalam bentuk kumpulan dike yang
sangat luas atau keluar dalam bentuk flood basalt.
Seiring lelehan yang bergerak ke atas, butiran mineral di bagian bawah di mana
pelelehan terjadi akan terkompaksi dan fraksi lelehan bagian atas akan meningkat. Seluruh
bagian atas dari lokasi yang kaya lelehan secepatnya akan mulai naik sebagai tubuh yang
terpisah yang disebut diapir. Kenaikan diapir dibatasi oleh peningkatan viskositas batuan di
sekitarnya, dan selanjutnya, lelehan cenderung naik melalui rekahan yang terisi magma yang
disebut dyke, terbentuk ketika laju tegangan di dalam host rocks menjadi sangat besar
sehingga responnya cenderung dalam mode rapuh dibanding mode plastis.
Apa perbedaan jenis magma didasarkan pada setting pembentukannya?

MID OCEANIC RIDGES AND OCEANIC INTRAPLATE SETTING


Tipe magma dominan pada MOR adalah basalt, dan mid-ocean ridge basalt (MORBs)
adalah hasil langsung dari partial melting mamtel yang naik keatas dibawah pemekaran
lempeng. Ketika hotspot mantel berinteraksi dengan kerak samudra dari lempeng yang
mekar, pelelehan pertama pada mantle head menghasilkan magma basaltic dengan volume
yang sangat besar yang keluar dan membentuk Igneous Province (LIP). Setelah fase awal
banjir vulkanisme, magmatisme berlanjut lebih lambat dan didominasi oleh ocean island
basalt (OIBs).
Ketika material mantel terangkat dengan confining pressure yang lebih rendah dan
volume akan mengembang. Ekspansi ini adalah adiabatic (terjadi tanpa tambahan panas dari
luar) dan menyebabkan turunya temperatur dari mantel yang terangkat 0,5 1,00C/km.
sebagai tambahan, material bergerak ke zona temperatur lebih rendah dan sehingga ada
kesempatan untuk kehilangan panas ke mantel disekitarnya. Jika kenaikan material mantel
lebih lambat dari tingkat kehilangan panas maka material mantel yang naik akan cukup
dingin, dan tidak terjadi pelelehan. Bagaimanapun, jika kenaikan cukup cepat, konduksi
panas terhadap mantel sekitar akan minimal dan pendinginan yang terjadi terbatas disebabkan
oleh ekspansi adiabatic dari material plume. Dalam prakteknya biasanya terlihat bahwa
kecepatan kenaikan material mantel, tidak hanya adiabatic, cukup cepat untuk meminimalisir
kehilangan panas oleh konduksi dan sehingga mantel yang naik mengikuti arah seperti yang
ditunjukkan antara titik A dan B. mempertimbangkan apa yang terjadi pada material mantel
yang naik dari titik A ke B.
INTRAPLATE SETTING
Terdapat setting dimana MORs dan hotspot samudra merupakan zona mantel yang
naik dan juga zona terjadinya pelelehan akibat dekompresioanal. Di setting yang lain
khususnya di East African Rift Valley, ditemukan komposisi magma yang sangat beragam.
Ditemukan magma paling aneh pemekaran benua adalah carbonatite. Carbonatit adalah
magma dimana mengandung lebih dari 50% mineral karbonat dan teramati pada erupsi di
Oldoinyo Lengai, gunungapi di East African Rift Valley. Pengamatan awal menunjukkan
aliran carbonatit adalah aliran lumpur yang muncrat saat erupsi dan agak berpijar ketika
diamati pada malam hari. Lava tersebut memiliki temperatur paling rendah (khususnya 500
5900C di Oldoinyo Lengai) dan viskositas terendah dari lava daratan yang diketahui. Mereka
sangat mirip dengan basalt.
Bagaimana proses pelelehan magma?
Pelelehan dimulai dari tekanan yang dilepaskan pada beberapa bagian mantel, cairan
akan terbentuk oleh kontak antar butiran pada mineral Ketika jumlah lelehan meningkat,
tubuh lelehan akan berubah; lelehan akan menyebar ke ruang kosong antarbutiran mineral.
Kontrol utama dari proses ini adalah tegangan permukaan antara liquid-solid. Material yang
liquid akan terus berkembang mencari ruang kosong pada mineral yang saling bertemu.
Ketika ruang kosong sudah terisi penuh, sementara lelehan masih terus berkembang maka
lelehan akan membuat stress pada mineral disekelilingnya, maka timbullah fraktur/retakan
pada mineral yang solid kemudian fraktur itu akan diisi oleh lelehan atau yang kita sebut
dengan vein.
Apa faktor-faktor terjadinya migrasi magma?
Magma terbentuk dari pelelehan pada mantle dengan gaya buoyancy relative yang
bekerja di sekitarnya dan gaya buoyancy positif pada mantle dapat mengimbangi gaya
buoyancy negative yang menghambat pergerakan magma ke permukaaan. Hal tersebut dapat
dihitung dengan menganggap magma akan muncul dari pelelehan sebagian sumber ke
batuan-batuan di atasnya hingga tekanan yang mendesak oleh berat kolom liquid magma
adalah sama dengan tekanan yang mendesak sumber batuan yang tidak meleleh. ensitas dan
suhu struktur kerak dan mantel mengontrol lokasi dimana diapire dan dike memberi
kemungkinan paling besar untuk mendominasi gerakan magma. Parameter densitas juga
menentukan kisaran kedalaman dimana magma terakumulasi dalam suatu reservoir sebelum
akhirnya keluar ke permukaan atau membentuk intrusi dangkal.

Anda mungkin juga menyukai