Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biaya pelayanan kesehatan adalah biaya yang dikeluarkan oleh pasien untuk
mendapatkan layanan kesehatan. Dari waktu ke waktu, biaya pelayanan kesehatan ini terus
meningkat. Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan ini menyebabkan penyedia
pelayanan kesehatan harus menghitung secara terperinci biaya yang akan dikeluarkan dari
mulai bangunan sampai perawatan yang akan dilakukan kepada pasien, baik itu dalam
rumah sakit maupun praktik pribadi. Oleh karena itu, penyedia pelayanan kesehatan yaitu
dokter gigi yang mendirikan praktik kedokteran gigi pribadi harus memperhitungkan
dengan benar dan terperinci biaya yang dibutuhkan untuk pendirian praktik (unit cost),
mulai dari gedung sampai alat dan bahan yang digunakan selama proses perawatan. Unit
cost adalah biaya yang dihitung untuk satu produk pelayanan. Perhitungan unit cost ini
harus disesuaikan dengan Standar Operasional Procedur dalam melakukan suatu tindakan
perawatan.

Selain menghitung unit cost seorang dokter gigi juga harus mempertimbangkan jasa
medik dalam meberikan suatu pelayanan. Jasa medik merupakan jasa atas pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien. Perhitungan jasa medik ini disesuaikan dengan
kebutuhan dokter gigi dalam jangka waktu satu bulan. Melalui unit cost dan jasa medik
akan didapatkan tarif dalam melakukan sauatu tindakan perawatan. Oleh karena itu, dalam
menjalankan sebuah praktek dokter gigi perlu memiliki kemampuan dalam menghitung
unit cost, jasa medik sehingga dapat mengetahui jumlah tarif yang diberlakukan kepada
pasien.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Standar Operasional Prosedur

Pengertian SOP (Standar Operasional Prosedur)

Standar operasional prosedur adalah sistem yang disusun untuk memudahkan,


merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses melakukan
pekerjaan dari awal sampai akhir. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen
yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para
pekerja dengan biaya yang serendah-rendahnya. Berikut beberapa pengertian SOP dari
beberapa sumber :

Menurut Sailendra Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan panduan yang


digunakan untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan
dengan lancar.

Menurut Moekijat Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah urutan langkah-


langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan), di mana pekerjaan tersebut dilakukan,
berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana
melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa yang melakukannya. Menurut Tjipto
Atmoko Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja instansi
pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata
kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Menurut Insani
SOP atau standar operasional prosedur adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi
tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi
perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat
penyelenggaraan dan aktor yang berperan dalam kegiatan
Tujuan dan Fungsi SOP

Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan perincian atau standar yang tetap
mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang diselenggarakan dalam suatu

2
organisasi. SOP yang baik adalah SOP yang mampu menjadikan arus kerja yang lebih baik,
menjadi panduan untuk karyawan, penghematan biaya, memudahkan pengawasan, serta
mengakibatkan koordinasi yang baik. Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan
kemana petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan
tertentu.
2. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, dan
supervisor.
3. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan demikian menghindari dan
mengurangi konflik), keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam proses
pelaksanaan kegiatan.
4. Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan.
5. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan
efektif.
6. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas yang
terkait.
7. Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja bila
terjadi suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan kesalahan administratif
lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas.
8. Sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan.
9. Sebagai dokumen sejarah bila telah di buat revisi SOP yang baru.
Sedangkan fungsi SOP adalah sebagai berikut
1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
Manfaat SOP

SOP atau yang sering disebut sebagai prosedur tetap (protap) adalah penetapan
tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana dan oleh siapa dan dibuat untuk
menghindari terjadinya variasi dalam proses pelaksanaan kegiatan oleh pegawai yang akan
mengganggu kinerja organisasi secara keseluruhan. SOP memiliki manfaat bagi organisasi
antara lain

3
1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan
khusus, mengurangi kesalahan dan kelalaian.
2. SOP membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi
manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan
proses sehari-hari.
3. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung jawab khusus
dalam melaksanakan tugas.
4. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai. cara konkret
untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah
dilakukan.
5. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru untuk cepat
melakukan tugasnya.
6. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efisien dan dikelola dengan baik.
7. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit pelayanan dalam melaksanakan
pemberian pelayanan sehari-hari.
8. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan.
9. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam
memberikan pelayanan. Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam berbagai
situasi.
Prinsip-prinsip SOP

Penyusunan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip antara lain: kemudahan dan


kejelasan, efisiensi dan efektivitas, keselarasan, keterukuran, dimanis, berorientasi pada
pengguna, kepatuhan hukum, dan kepastian hukum.
1. Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh
siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran organisasi
pemerintahan.
2. Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh
jajaran organisasi, dari level yang paling rendah dan tertinggi.
3. Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap
penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-benar
efisien dan efektif.
4. Mengikat. SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan prosedur standar yang telah ditetapkan.
5. Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh pegawai peran-peran tertentu
dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika pegawai tertentu tidak

4
melaksanakan perannya dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan
proses, yang akhirnya juga berdampak pada proses penyelenggaraan
pemerintahan.
6. Terdokumentasi dengan baik. Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus
didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan referensi bagi
setiap mereka yang memerlukan.

Standart Operasional Prosedur Mahkota Jaket Akrilik

1. Pengurangan bagan insisal

- Dengan wheel stone kecil dengan putaran rendah : wheel stone kecil

- Dengan diamond fisura/wheel dengan putaran cepat / sangat cepat

2. Pengurangan permukaan proksimal

- Dengan putaran rendah., menggunakan diskus karborundum / diamond


dengan permukaan tajam sebelah dengan diameter 3/8 inci.

- Dengan Menggunakan diamond fisura bentuk taper / kerucut putaran cepat


dan sangat cepat dengan Diameter 0,8 1 mm
3. Pengurangan permukaan labial
- Dengan menggunakan wheel diameter 1,5-2mm dengan arah pemotongan
permukaan labial dibagi menjadi 3-4 area
- Permukaan diratakan dengan bur bentuk fisura atau silinder

4. Pengurangan permukaan lingual


- Dengan putaran rendah menggunakan wheel stone kecil dan bila
menggunakan putaran cepat / sangat cepat digunakan diamond bentuk buah
peer
- Diratakan dengan diamond / stone silindris fisura tapered

- Pengurangan email didaerah cingulum dikurangi dengan bur fisure tapered


/ silindris kearah cervikal mengikuti permukaan lingual.Pengurangan
cingulum ke insisal dengan wheel stone / bentuk buah peer

5. Preparasi daerah servikal gigi

5
- Bagian labial dan lingual Dengan bur fisur no. 1

- Bagian proksimal dengan bur fisur no. 1 Low speed / high speed dan
dengan menggunakan enamel cleaver

- Dipoles dengan sand paper disc dan petroleum jelly

6. Penyelesaian (toilet form)

- Dengan enamel cleaver dimasukkan ke dalam subgingiva sepanjang tepi


preparasi kemudian ditarik ke insisal keudian diolesi vaselin

Persiapan Sebelum Dicetak :

a. Preparasi mahkota jaket sudah baik atau belum

b. Meretraksi gusi menggunakan copper band kemudian dibentuk contour


lalu tepi band masuk ke sulkus gingiva kemudian cetak bentuk pundak
dengan green kerr.
Mencetak Tonggak Preparasi Mahkota Jaket

- Greenstick yang diameternya kecil dimasukkan di lampu spiritus atau air


panas hingga lembek.
- Kemudian tabung diisi penuh kemudian Green stick compound dimasukkan
ke preparasi tonggak mahkota jaket sampek servikal lalu ditunggu hingga
keras.

6
2.2 Unit Cost

Biaya satuan ( unit cost ) adalah biaya yang dihitung untuk satu satuan produk
pelayanan yang dihitung dengan cara membagi total cost dengan jumlah/kualitas output
Perhitungan biaya satuan (unit cost) bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
perencanaan anggaran, pengendalian biaya, penetapan harga, penetapan subsidi serta
membantu pengambilan keputusan. Hal tersebut dilakukan agar keseimbangan antara
pendapatan dengan biaya produksi dapat direncanakan dengan sebaik mungkin sehingga
kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien dapat dilakukan secara optimal, tepat guna dan
terjangkau bagi masyarakat.

Manfaat Unit Cost :

Membantu manajemen dalam menilai kesehatan keuangan rumah sakit melalui


tinjauan positioning biaya terhadap tarif rumah sakit saat ini, sehingga dapat menjadi
dasar perencanaan pendanaan RS di masa depan.
Memberi masukan/acuan dalam mengusulkan tarif baru berdasar perhitungan biaya
per unit (unit cost)
Bila dikuasai dan diterapkan dengan baik, hasil analisis unit cost ini dapat menjadi
alat bargaining dalam pengajuan kerjasama terhadap pihak ketiga (Lembaga Asuransi
Kesehatan dll).
Out put dari analisis unit cost ini dapat juga dijadikan dasar negosiasi mengenai
subsidi atas pelayanan rumah sakit kepada pasien tidak mampu/Gakin (Jamkesmas,
PT Askes dll),
Membantu proses penyusunan pola tarif baru berdasarkan perhitungan biaya per unit
(unit cost).
Membantu dalam proses inventarisasi aset dan dalam menyusun strategi keuangan ke
depan,
Laporan unit cost yang ada dapat dijadikan dasar dalam penilaian kinerja dan dasar
dalam penyusunan anggaran rumah sakit maupun subsidi pemerintah ke rumah sakit
Unit cost akan menjadi dasar bargaining power/alat advocacy dalam negosiasi dengan
stakeholder terkait (pengajuan usulan pembiayaan maupun pengajuan subsidi
anggaran).

Perhitungan unit cost (biaya satuan)

Biaya satuan adalah seluruh biaya yang dikeluakan untuk melaksanakan kegiatan
produksi atau menghasilkan jasa/kegiatan. Jadi biaya yang dihitung untuk satu satuan produk

7
pelayanan, diperoleh dengan cara menjumlahkan total biaya tetap (fixed cost) dan biaya
operasional tidak tetap (variable cost). Biaya tetap dihitung dari nilai barang investasi.
Komponen biaya investasi yang terbesar adalah gedung, kemudian alat medis, dilanjutkan
dengan alat non medis dan yang terkecil adalah komponen kendaraan. Jumlah total dari AIC
gedung, kendaraan, alat medis, dan alat non medis menghasilkan data biaya tetap (fixed cost).
Variable cost meliputi komponen biaya habis pakai medis. Variabel cost berhubungan dengan
jumlah pasien yang mendapat pelayanan, bila jumlah pasien meningkat maka akan
berpengaruh terhadap peningkatan variabel cost. Biaya yang terbesar dalam variabel cost
adalah biaya bahan habis pakai medis, hal ini disebabkan karena tindakan medis memerlukan
bahan dan alat kesehatan habis pakai yang banyak dan mahal. Jenis dan lamanya waktu
pemberian tindakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah dan macamnya
alat kesehatan yang digunakan.

Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Variabel Cost (biaya Variabel)

Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume
penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini
biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel
cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.

2. Fixed Cost (biaya tetap)

Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume
penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini
akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi
atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.

3. Semi Varibel Cost

Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang
kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya:
Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range
atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.

3.1 Unit Cost


Perhitungan unit cost

8
a. Fixed cost
1. Gedung
Harga sewa gedung adalah Rp 24.000.000,-
Biaya dental unit Rp. 20.000.000,- per unit dengan jangka waktu 1 tahun.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien
Unit cost untuk 1 tahun
24.000.000 = 24.000.000 = 100.000
20x12x1 240
100.000 = 16.667 (16.700) pembulatan
6
Jadi, unit cost untuk gedung adalah Rp 16.700 per pasien

2. Dental unit
Biaya dental unit Rp. 90.000.000,- per unit dengan estimasi waktu pakai 10 tahun.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasiem
Unit cost untuk 15 tahun
90.000.000 = 90.000.000 = 37.500
20x12x10 2.400
37.500 = 6.250
6
Jadi, unit cost untuk dental unit adalah Rp 6.250 per pasien
3. Listrik
Biaya listrik Rp 200.000 per bulan.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien.
Unit cost 200.000 = 10.000
20
10.000 = 1.667 (1.700) pembulatan
6
jadi, unit cost untuk listrik adalah Rp 1.700 per pasien.
4. Air
Biaya air Rp 50.000 per bulan.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien.
Unit cost 50.000 = 2.500
20
2.500 = 416,67 (420) pembulatan
6
jadi, unit cost untuk air adalah Rp 420 per pasien.
5. Dental instrument
Biaya untuk dental instrument Rp. 2.000.000 untuk pemakaian selama 5 tahun.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien.
Unit cost 2.000.000 = 2.000.000 = 1.667 (1.700) pembulatan
20x12x5 1.200
1.700 = 283,33 (300) pembulatan
6

9
jadi, unit cost untuk dental instrument adalah Rp 300 per pasien.
6. Dental meubel set
Biaya dental meubel set Rp 5.000.000 per 10 tahun.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien
Unit cost 5.000.000 = 5.000.000 = 2.083 (2.100) pembulatan
20x12x10 2.400
2.100 = 350
6
jadi, unit cost untuk dental meubel set adalah Rp 350 per pasien.

7. Air Conditioner + perawatan


Biaya Air Conditioner Rp 2.000.000 per 10 tahun.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien
Unit cost 2.000.000 = 2.000.000 = 833 (840) pembulatan
20x12x10 2.400
840 = 140
6
jadi, unit cost untuk Air Conditioner + perawatan adalah Rp 140 per pasien.
8. Lap Dada + Lap Meja
Biaya Lap Dada + Lap Meja Rp 28.000 per 1 bulan.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien
Unit cost 28.000 = 28.000 = 1.400
20x1 20
1.400 = 233 (240) pembulatan
6
jadi, unit cost Lap Dada + Lap Meja adalah Rp 240 per pasien.
9. Lampu
Biaya Lampu Rp 66.000 per 1 tahun.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien
Unit cost 66.000 = 66.000 = 275
20x1x12 240
275 = 48,33 (50) pembulatan
6
jadi, unit cost Lampu adalah Rp 50,- per pasien.

b. Variable cost
1. Cotton Roll
Biaya cotton roll Rp 250.000 per tahun.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien.
Unit cost 250.000 = 250.000 = 1.000
20x12 240
1. 000 = 166 (170) pembulatan
6
jadi, unit cost untuk cotton roll adalah Rp 170 per pasien.
2. Alkohol

10
Biaya Alkohol Rp 60.000 per 1 bulan.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien
Unit cost 60.000 = 60.000 = 3000
20x1 20
3.000 = 500
6
jadi, unit cost untuk Alkohol adalah Rp 500 per pasien.

3. Spiritus
Biaya spiritus Rp 8.000 per bulan
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien.
Unit cost 8.000 = 400
20
400 = 66,67 (70) pembulatan
6
jadi, unit cost untuk spiritus adalah Rp 70,- per pasien.
4. Gelas Kumur
Biaya Gelas Kumur Rp 60.000 per 1 bulan.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien
Unit cost 60.000 = 60.000 = 3000
20x1 20
3.000 = 500
6
jadi, unit cost untuk Gelas Kumur adalah Rp 500 per pasien.
5. Handscoon + Masker
Biaya Handscoon + Masker Rp 150.000 per 1 bulan.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien
Unit cost 150.000 = 150.000 = 7.500
20x1 20
7.500 = 1.250
6
jadi, unit cost untuk Handscoon + Maskeradalah Rp 1.250 per pasien.
6. Gaji Asisten
Biaya Gaji Asisten Rp 1.700.000 per 1 bulan.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 6 pasien
Unit cost 1.700.000 = 85.000
20x1
85.000 = 14,167 (14.200) pembulatan
6

Jadi total unit cost adalah

11
Total fixed cost
16.700 + 6.250 + 1.700 + 420 + 300 + 350 + 140 + 240 +50
= Rp 26.150,-
Total variable cost
170 + 500 + 70 + 500 + 1.250 + 14.200
= Rp 16.690,-
Total unit cost = total fix cost + total variable cost
= Rp 26.150 + 16.690,-
= Rp 42.840 (Rp 43.000) pembulatan
Biaya Tekniker Rp 250.000,-
Total biaya Rp 43.000 + Rp 250.000 = Rp 293.000,-

2.3 JASA MEDIK

Jasa medik merupakan penghargaan atau rewards yang diterima karyawan rumah
sakit sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang karyawan lakukan. Jasa medik yang langsung
terkait dengan kinerja seperti jasa pelayanan, dapat memotivasi perbaikan kinerja individu,
akan tetapi juga dapat merusak motivasi apabila sistem yang diterapkan tidak sesuai. Tingkat
kepuasan jasa pelayanan adalah derajat tinggi rendahnya persepsi perawat terhadap
kesesuaian jasa medik yang diharapkan dengan yang diterima atau yang seharusnya diterima
(Depkes RI, 2001).
Menurut Sulaeman (1996) menyatakan bahwa prinsip pembagian jasa pelayanan
adalah merata dan adil. Merata yaitu semua karyawan mendapat pembagian jasa pelayanan
dan adil jika karyawan yang produktivitasnya tinggi harus mendapat jasa pelayanan yang
lebih besar. Pengembangan sistem pembagian jasa pelayanan menurut Maas (1996) dilakukan
melalui proses pengelompokan unsur penerima jasa pelayanan, penentuan besaran dan cara
pembagiannya.
Jasa medik atau imbalan jasa (compensation) mempunyai cakupan yang lebih
luas dari pada upah atau gaji. Imbalan mencakup semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk pekerja dan diterima atau dinikmati oleh pekerja, baik secara langsung
(rutin) atau tidak langsung (Ruky, 2001). Wingrove (2003) menyatakan bahwa imbalan jasa
merupakan penghasilan yang pemberiannya didasarkan pada berat ringannya tugas yang
dilakukan. Imbalan jasa dari perusahaan yang diberikan kepada para pegawainya dalam
bentuk uang atau faslitas yang dapat disesuaikan dengan nilai uang sesuai dengan kinerja
pegawai dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Sistem Pembagian Jasa Medik

12
Salah satu bagian penting dalam keseluruhan proses pengelolaan sumber daya
manusia dalam setiap organisasi adalah tercipta dan terpeliharanya sistem imbalan yang baik.
Menurut Schuler dalam Nofrinaldi dkk. (2006) prinsip sistem pemberian imbalan harus
memenuhi kriteria: adil pembayarannya; wajar dalam pembayarannya;pembayarannya
transparan berdasarkan alat yang akurat dan senantiasa berkelanjutan (konsisten) dan
diperbaharui. Sistem imbalan yang baik adalah suatu sistem pemberian balas jasa kepada para
pegawai yang didasarkan pada paling sedikit empat prinsip, yaitu:
1. Prinsip Keadilan, yaitu imbalan yang diberikan kepada para pegawai sudah
memperhitungkan alat-alat pembanding yang digunakan oleh para pegawai dalam
organisasi yang bersangkutan. Alat pembanding pertama, diri sendiri, berarti bahwa
setiap pegawai baru membawa serta harapan tertentu mengenai berbagai hal,
termasuk imbalan, yang menurut persepsinya layak diterimanya. Dengan pendidikan
atau pelatihan yang pernah ditempuh dan diselesaikan, pengetahuan, keterampilan,
bakat dan pengalaman yang dibawanya ke dalam organisasi, ia berharap menerima
sejumlah imbalan. Alat pembanding kedua, orang lain dalam organisasi yang sama,
dan alat pembanding ketiag adalah orang lain dalam organisasi yang berbeda.
Sedangkan Alat pembanding ketiga adalah imbalan yang diterima oleh orang lain di
organisasi lain tetapi dengan sifat pekerjaan, tingkat jabatan, kedudukan dan pangkat
yang sama. Dalam lingkungan pemerintahan hal ini tidak merupakan persoalan
karena, sistem imbalan bagi para pegawai pemerintah sudah diatur secara nasional.
Menurut Handoko (2001) perusahaan harus memperhatikan prinsip keadilan dalam
penerapan kebijaksanaan kompensasinya. Bila seorang karyawan menerima
kompensasi dari perusahaan, persepsi keadilan dipengaruhi oleh dua faktor :
a. Rasio kompensasi dengan masukan-masukan (input) seseorang yang berupa
tenaga, pendidikan, pengalaman, latihan, daya tahan dan lain sebagainya
b. Perbandingan rasio tersebut dengan rasio-rasio yang diterima orang lain
dengansiapa kontak langsung selalu terjadi.

Keadilan biasanya ada bila seorang karyawan memandang rasio penghasilannya


terhadap masukan-masukan adalah seimbang, baik secara internal maupun dalam
hubungannya dengan karyawan lain. Teori Keadilan yang didasarkan pada asumsi
bahwa faktor utama dalam motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu/penghargaan
yang diterima. Individu akan termotivasi kalau mereka mengalami kepuasan dan
mereka terima dari upaya dalam proporsi dan dengan usaha yang mereka pergunakan.

13
Keadilan atau konsistensi internal berarti bahwa besarnya kompensasi harus dikaitkan
dengan nilai relatif pekerjaan-pekerjaan. Keadilan atau konsistensi eksternal
mengangkat pembayaran kepada para karyawan pada tingkat yang layak atau sama
dengan pembayaran yang diterima para karyawan yang serupa di perusahaan-
perusahaan lain. Ketidakpuasan sebagian besar karyawan terhadap besarnya
kompensasi sering diakibatkan adanya perasaan tidak diperlakukan dengan adil dan
layak dalam pembayaran mereka. Pada umumnya karyawan akan menerima
perbedaan-perbedaan kompensasi yang berdasarkan pada perbedaan tanggungjawab,
kemampuan, pengetahuan, produktifitas atau kegiatan-kegiatan manajerial. Perbedaan
pembayaran atas dasar ras, kelompok etnis, atau jenis kelamin, dilarang oleh hukum
dan kebijaksanaan umum.
2. Prinsip Kewajaran; Pegawai yang bekerja pada instansi pemerintah tidak
berdasarkan motivasi mencari nafkah, melainkan karena pengabdian kepada bangsa
dan negara, tetap ingin memuaskan berbagai kebutuhan secara wajar. Imbalan yang
diberikan oleh pemerintah kepada para pegawainya relatif sama dengan imbalan yang
diberikan oleh organisasi-organisasi lain dalam masyarakat, walaupun terdapat
perbedaan yang tidak terlalu menonjol. Penerapan prinsip ini menjadi lebih penting
lagi apabila diingat bahwa sebagai manusia biasa, para pegawai pemerintah tidak
kebal terhadap godaan materi betapapun besarnya rasa pengabdiannya kepada
pemerintah, bangsa dan negaranya.
3. Prinsip Transparansi; Schuler dalam Nofrinaldi dkk. (2006) menyatakan bahwa
masalah transparansi sangat penting sebab uang akan menimbulkan kepuasan dan
motivasi kerja apabila transparan dalam pembayarannya, karena bila pekerja
menerima imbalan/insentif yang tidak disertai perincian yang jelas hal semacam ini
menimbulkan kecurigaan dan berakibat pada ketidakpuasan. Keterbukaan pimpinan
dalam pengelolaan keuangan organisasi akan meningkatkan rasa kebersamaan staf
dalam melaksanakan tugasnya.
4. Prinsip Konsistensi; konsistensi berarti waktu pemberian dilakukan pada waktu
yang telah ditetapkan pada setiap pemberian imbalan serta disesuaikan kebutuhan
petugas

Jasa Medik
Perhitungan Jasa Medik dengan menghitung Kebutuhan hidup (dalam sebulan):

- Makan (@3x3) x 30hari Rp. 5.400.000,00

14
- Kendaraan Rp. 1.700.000,00
- Listrik Rp. 300.000,00
- Air Rp. 70.000,00
- Telpon Rp. 150.000,00
- Pakaian, sepatu dan parfum Rp. 1.500.000,00
- Gadget Rp. 300.000,00
- Alat mandi Rp. 100.0000,00
- Liburan Rp. 200.0000,00
- Memberi orang tua Rp. 1.000.000,00
- Biaya sekolah anak Rp. 1.000.000,00
- Biaya kesehatan Rp. 100.000,00
- Bensin Rp. 300.000,00
- Kebutuhan tak terduga Rp. 500.000,00 +
Rp. 11.620.000,00

Tarif pelayanan per pasien:

Jumlah kebutuhan hidup

Jumlah hari praktek dalam 1bulan x Jumlah pasien dalam sehari

Rp. 11.620.000,00

20x6
= Rp. 96.850,00

2.4 Tarif
Pengertian tarif sering kali diartikan sebagai daftar harga (sewa, ongkos dan sebagainya)
sehingga dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tarif sama dengan harga.
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS
Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar
tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
2. Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan.
3. Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-CBGs adalah
besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur.
A. Jenis-jenis Tarif
Selanjutnya akan dijelaskan beberapa jenis-jenis tarif:

15
1. Tarif nominal : adalah besarnya presentase tarif suatu barang tertentu yang tercantum dalam
Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI). Buku Tarif Bea Masuk Indonesia yang digunakan
saat ini adalah buku tarif berdasarkan ketentuan harmonized system atau HS yang menggunakan
penggolongan barang dengan sistem 9 digit. Penggolongan barang dengan sistem digit ini akan
mempermudah dan memperlancar arus perdagangan internasional karena adanya kesatuan kode
barang untuk seluruh negara, terutama yang telah menjadi anggota World Customs
Organization (WCO) yang bermarkas di Brussel.
2. Tarif proteksi efektif : Tarif proteksi efektif ini disebut juga sebagai Effective Rate of Protection
(ERP), yaitu kenaikan Value Added Manufacturing (VAM) yang terjadi karena perbedaan antara
presentase tarif nominal untuk barang jadi atau CBU (Completely Built-Up) dengan tarif
nominal untuk bahan baku/ komponen input impornya atau CKD (Completely Knock Down).
3. Tarif berdasarkan harga (burden rate) : tarif yang digunakan dalam pembebanan overhead pra
produksi.
4. Tarif bunga efektif (effective rate of interest) : adalah tarif bunga di pasaran pada saat
pengeluaran obligasi.
5. Tarif dasar (basing rate):
a) Tempat yang dipilih untuk dijadikan dasar penentu dari tarif-tarif pengangkutan dari satu
tempat ke tempat lain.
b) Tarif untuk menentukan tarif-tarif lainnya.
6. Tarif diskonto (discount rate): adalah tarif yang digunakan untuk menghitung bunga yang harus
dipotongkan dari nilai jatuh tempo dari wesel.
7. Tarif pajak (tax rate): adalah tarif yang diterapkan atas penghasilan kena pajak untuk
menghitung pajak penghasilan yang terhutang. Tarif ini ditetapkan dalam undang-undang.
8. Tarif pajak marjinal (marginal tax rate): adalah tarif pajak tertinggi yang dikenakan terhadap
laba dari wajib pajak.
9. Tarif transito (cut back rate): adalah tarif pengangkutan yang dikenakan untuk pengapalan
transito
10. Tarif varian upah langsung (direct labor rate variance): adalah perbedaan biaya antara tarif
sebenarnya yang dibayar untuk upah langsung dengan tarif standar untuk memproduksi barang.
11. Tarif yang ditentukan lebih dulu (predetermined transfer price): adalah beban biaya tidak
langsung yang ditentukan terlebih dahulu untuk tiap departemen yang menggunakannya. Jadi
disini beban-beban yang dianggarkan, sehingga setelah terjadi dicari selisih efisiensi (spending
variance).
Tarif pelayanan kesehatan pada FKTP meliputi:
a. Tarif Kapitasi; dan
b. Tarif Non Kapitasi.
Tarif Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam diberlakukan pada FKTP yang melakukan
pelayanan:
a. administrasi pelayanan;
b. pelayanan promotif dan preventif;

16
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, termasuk pil dan kondom untuk pelayanan
Keluarga Berencana;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama.
(2) Tarif Non Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam diberlakukan pada FKTP yang
melakukan pelayanan kesehatan di luar lingkup pembayaran kapitasi yang meliputi:
a. pelayanan ambulans;
b. pelayanan obat rujuk balik;
c. pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk balik;
d. pelayanan skrining kesehatan tertentu termasuk pelayanan terapi krio untuk kanker leher
rahim;
e. rawat inap tingkat pertama;
f. jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau dokter, sesuai
kompetensi dan kewenangannya;
g. pelayanan Keluarga Berencana berupa MOP/vasektomi;
h. kompensasi pada daerah yang tidak terdapat fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat;
i. pelayanan darah; dan/atau
j. pelayanan gawat darurat di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan.
Penetapan besaran tarif pelayanan per perawatan (unit cost)

Tarif pelayanan kesehatan gigi adalah penjumlahan dari unit cost pelayanan + Jasa
Pelayanan

Berdasarkan rumus di atas, maka

Total tarif = Rp. 293.000 + Rp. 96.850

= Rp. 389.850 (pembulatan = Rp. 400.000)

17
DAFTAR PUSTAKA

- Atmoko, Tjipto. 2012. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah. Skripsi Unpad. Jakarta.
- Depkes RI, 2001. Pedoman Insentif bagi Tenaga Kesehatan. Biro Kepegawaian
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. Jakarta.
- Handoko, TH., 2001, Management Personalia dan Sumber Daya Manusia, ed.
Kedua,Yogyakarta: Penerbit BPFE, 2000
- Laksmi, Fuad dan Budiantoro. 2008. Manajemen Perkantoran Modern. Jakarta:
Penerbit Pernaka.
- Maas, R, 1996. Pengembangan Sistem Pembagian Jasa Pelayanan di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Makalah pada Lokakarya Penyusunan Pola Kerjasama dan
Pedoman Pembagian Jasa Pelayanan di SemarangRuky, A.S. 2001. Manajemen
Penggajian & Pengupahan untuk Karyawan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
- Moekijat. 2008. Adminitrasi Perkantoran. Bandung: Mandar Maju.
- Nofrinaldi, Meliala, A dan Utarini A, 2006, Persepsi dan Pengaruh Sistem Pembagian
Jasa Pelayanan terhadap Kinerja Karyawan di Rumah Sakit Jiwa Madani. Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
- Sailendra, Annie. 2015. Langkah-Langkah Praktis Membuat SOP. Cetakan Pertama.
Trans Idea Publishing, Yogyakarta.
- Sulaeman, 1996. Konsep Pembagian Jasa Pelayanan Rumah Sakit. Makalah pada
Lokakarya Pedoman Kerjasama dengan Pihak Ketiga dan Jasa Pelayanan Rumah
Sakit di Semarang..
- Wingrove, C. 2003. Developing an effective blend of process and technology in the
new era of performance management, Compensation and Benefits Review, January
February,

18

Anda mungkin juga menyukai