Anda di halaman 1dari 194

91

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Sistem PT PLN Persero APP Malang Gardu Induk

Kebonagung.

PT PLN Persero APP Gardu Induk Kebonagung terletak di Desa

Kebonsari Kecamatan Sukun di Jl S. Supriadi No. 10 Kota Malang. Gardu

Induk Kebonagung mempunyai 5 buah Transformator yaitu, 3 buah trafi

IBT (Interbus Transformer) dan 2 buah Transformator distribusi yang

berfungsi untuk menyuplai kebutuhan pelanggan. Gardu Induk Kebonagung

juga melayani beberapa pelanggan JTM (20 kV).

Kondisi yang terjadi pada Gardu Induk Kebonagung saat ini adalah :

Transformator 4 menyuplai penyulang : Klayatan, Gadang, Pakisaji,

Janti, Kolonel Sugiono, MOG, Wagir dan Bumiayu.


Transformator 5 menyuplai penyulang : Matos, Sitirejo, Karangduren.
Gardu Induk kebonagung memiliki sistem tegangan 150 kV dan 70 kV ,

juga mendapatkan atau mengirim energy pada :


Bus 150 kV
a. GI Sengkaling melalui SUTT Sengkaling I dan II
b. GI Lawang melalui SUTT Lawang I dan II
c. GI Pakis melalui Pakis I dan II
d. GI Sutami melalui SUTT Sutami I dan II
Bus 70 kV
a. GI Sengguruh melalui SUTT line Sengguruh
b. GI Turen melalui SUTT line Turen
c. GI Polehan melalui SUTT line Polehan I dan II

4.2 Pembebanan Transformator 91


92

Transformator dalam keavbdaan bertegangan dan belum dibebani

akan timbul rugi-rugi yang dapat menimbulkan kondisi Transformator

tersebut panas, namun panas yang ditimbulkan kecil. Apabila transformator

dibebani, maka kumparan dan minyak di dalam Transformator akan

bertambah panas sesuai dengan kenaikan bebannya atau sebesar IR. panas

yang timbul pada kumparan akan diteruskan secara konduksi pada minyak

Transformator yang berfungsi sebagai pendingin. Baik kumparan maupun

minyak Transformator mempunyai batas-batas operasi panas yang diijinkan.

Isolasi kumparan yang terdiri dari kertas kraft mempunyai batas panas yang

diijinkan sesuai dengan class isolasi spesifikasi Transformator.

Demikian juga minyak isolasi Transformator mempunyai batas panas

yang diijinkan, apabila panas-panas tersebut dilampaui maka isolasi akan

rusak dan secara keseluruhan transformator tersebut akan rusak. Panas

tersebut harus direduksi dengan memasang sistem pendingin. Pembebanan

transformator dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu : pembebanan

normal (K1) dan pembebanan di atas normal (K2).

Presentase pembebabanan transformator dibawah 80% dari kapasitas

masing masing transformator akan menjadikan kinerja transformator

sesuai dengan standar pembebanan transformator terendam minyak pada

SPLN 17:1979 nilai pembebanan yang bernilai efektif (beroperasi 24 jam

dengan pembebanan lebih sebesar 100% nominal) bagi transformator

terendam minyak pada pembebanan kurang (K1) bernilai 80% kapasitas

transformator.
93

Berdasarkan SPLN 17:1979 tentang Pembebanan Transformator

Terendam Minyak yang merupakan hasil publikasi IEC 354 menunjukkan

bagaimana Transformator terendam minyak dapat diperasikan pada

keadaan-keadaan suhu sekitar dan pelayanan yang berlainan, tanpa melalui

batas pemburukan isolasi yang disebabkan oleh efek thermis. Tujuan dari

pubilkasi IEC 354 ini adalah untuk memberikan pedoman yang diijinkan

pada keadaan-keadaan tertentu yang telah ditetapkan dan untuk membantu

perencana dalam pemiihan daya pengenal yang diperlukan bagi suatu

pemasangan baru. Nilai-nilai pengenal sebuah Transformator tenaga yang

dirancang berdasarkan publikasi IEC 76 (1976) dan 354 (1972) merupakan

penjabaran dari nilai efektif suhu sekitar sepanjang tahun. Dalam publikasi

IEC 76 (1976) disebutkan bahwa Transformator dirancang pada suhu

sekitar yang tidak melebihi 40C dan juga tidak melebihi nilai-nilai berikut

+30C rata-rata harian


+20C rata-rata tahunan

Bagi Indonesia, dimana perubahan suhu sekitar sepanjang tahun

tidak besar, yaitu suhu rata-rata bulanan 24C pada musim hujan, dan 27C

pada musim kemarau, maka suhu rata-rata tahunan dapat diketahui dengan

perhitungan aritmatik sebagai berikut :

6 x 27+6 x 24
a= 12 = 25.5C
94

Dalam SPLN 17A : 1979 ditunjukkan bahwa Transformator

dirancang untuk dibebani 100% selama 24 jam pada suhu sekitar 20 C ini

merupakan nilai efektif suhu sekitar sepanjang tahun di negara-negara

yang mempunyai 4 musim yang berdaya pengenal 60 MVA, sesuai dengan

standart IEC (yang memang menetapkan iklim 4 musim sebagai kriteria

desain),hanya akan bernilai efektif 57.9 MVA pada 24 C dan 56.4 pada

27 C bila beroperasi di Indonesia. Jadi mengalami penurunan nilai

pengenal.

Pada lampiran 8 tabel IIIA (a=24 C) bahwa Transformator yang

dibebani 80% daya pengenal selama 24 jam dapat dibebani 96.5% daya

pengenal . Demikian pula pada tabel IIIB (a=27 C) bahwa Transformator

yang dibebani 80% daya pengenal selama 24 jam dapat dibebani 94% daya

pengenal selama selebihnya.

4.3 Karakteristik Beban Penyulang Gardu Induk Kebonagung

Sebelum melakukan pemindahan penyulang di Gardu Induk

Kebonagung, yang pertama kali dilakukan adalah melihat bagaimana

karakteristik beban yang terjadi tiap penyulangnya karena dengan

mengetahui keadaan beban tertinggi dalam setiap bulannya kita mampu

mengetahui karakteristik tiap penyulangnya. Untuk mengetahui

karakteristik pembebanan tiap penyulang maka data yang digunakan

adalah data arus tertinggi (A) pada tiap penyulang.


95

Selama 31 hari pada bulan Oktober dari tahun 2011 hingga 2014,

dipilih arus yang tertinggi pada tiap penyulang untuk dijadikan data

karakteristik pembebanan. Data arus tertinggi diambil mulai pukul 00.00

-22.00 WIB dengan interval waktu 2 jama agar diperoleh karakteristik

pembebanan yang lebih detail. Berikut trending karakteristik pembebanan

11 penyulang GI Kebonagung pada bulan Oktober dari tahun 2011 hingga

tahun 2014:

1. Penyulang Klayatan

Trending Beban P. Klayatan


300
250
200
2011 Klayatan
150 2012 Klayatan
beban (ampere)
100 2013 Klayatan
50 2014 Klayatan

waktu

Gambar 4.1 Grafik Karakteristik Beban Penyulang Klayatan


(Sumber : Hasil Perhitungan)
2. Penyulang Gadang
96

Trending Beban P. Gadang


350
300
250 2011 Gadang
200 2012 Gadang
beban (ampere) 150 2013 Gadang
100
50 2014 Gadang
0

waktu

Gambar 4.2 Grafik Karakteristik Beban Penyulang Gadang


(Sumber : Hasil Perhitungan)

3. Penyulang Pakisaji

Trending Beban P. Pakisaji


300
250
2011 Pakisaji
200
150 2012 Pakisaji
beban (ampere) 100 2013 Pakisaji
50 2014 Pakisaji
0

waktu

Gambar 4.3 Grafik Karakteristik Beban Penyulang Pakisaji


(Sumber : Hasil Perhitungan)

4. Penyulang Janti
97

Trending Beban P. Janti

2011 Janti
2012 Janti
beban (ampere) 2013 Janti
2014 Janti

waktu

Gambar 4.4 Grafik Karakteristik Beban Penyulang Janti


(Sumber : Hasil Perhitungan)

5. Penyulang Kolonel Sugiono

Trending Beban P. Kol Sugiono


400
350
300 2011 Kol.Sugiono
250 2012 Kol.Sugiono
beban (ampere) 2013 Kol.Sugiono
200
2014 Kol.Sugiono
150
100

waktu

Gambar 4.5 Grafik Karakteristik Beban Penyulang Kolonel Sugiono


(Sumber : Hasil Perhitungan)

6. Penyulang Bumiayu
98

Trending Beban P. Bumiayu


300
250
200 2011 Bumiayu
150 2012 Bumiayu
beban (ampere) 2013 Bumiayu
100
50 2014 Bumiayu
0

waktu

Gambar 4.6 Grafik Karakteristik Beban Penyulang Bumiayu


(Sumber : Hasil Perhitungan)

7. Penyulang MOG

Trending Beban P. MOG

2011 MOG
2012 MOG
beban (ampere) 2013 MOG
2014 MOG

0 2 4 6 8 1012141618192022
waktu

Gambar 4.7 Grafik Karakteristik Beban Penyulang MOG

8. Penyulang Wagir
99

Trending Beban P. Wagir

2011 Wagir
2012 Wagir
beban (ampere) 2013 Wagir
2014 Wagir

waktu

Gambar 4.8 Grafik Karakteristik Beban Penyulang Wagir


(Sumber : Hasil Perhitungan)

9. Penyulang Matos

Trending Beban P. Matos


300
250
200 2011 Matos
150 2012 Matos
beban (ampere) 2013 Matos
100
50 2014 Matos
0

waktu

Gambar 4.9 Grafik Karakteristik Beban Penyulang Matos


(Sumber : Hasil Perhitungan)

10. Penyulang Sitirejo


100

Trending Beban P. Sitirejo


300

250 2011 Sitirejo


200 2012 Sitirejo
beban (ampere) 2013 Sitirejo
150 2014 Sitirejo

100

waktu

Gambar 4.10 Grafik Karakteristik Beban Penyulang Sitirejo


(Sumber : Hasil Perhitungan)

11. Penyulang Karang Duren

Trending Beban P. Karang Duren


300
250
200 2011 Karangduren
150 2012 Karangduren
beban (ampere) 2013 Karangduren
100
2014 Karangduren
50
0

waktu

Gambar 4.11 Grafik Karakteristik Beban Penyulang Karang Duren


(Sumber : Hasil Perhitungan)

Berdasarkan hasil grafik karakteristik pembebanan penyulang

setiap harinya selama bulan Oktober tahun 2011 2014 maka dapat

diketahui waktu terjadinya beban puncak pada masing-masing penyulang

sebagai berikut :
101

Tabel 4.1 Waktu Terjadi Beban Puncak Tiap Penyulang GI Kebonagung

Waktu Beban Puncak


Transform N
Penyulang Terjadi (WIB)
ator o
2011 2012 2013 2014
10.0 19.0 10.0 19.0
1 Klayatan
0 0 0 0
19.0 10.0 10.0 19.0
2 Gadang
0 0 0 0
10.0 19.0 19.0 19.0
3 Pakisaji
0 0 0 0
19.0 19.0 10.0 10.0
4 Janti
0 0 0 0
4
Kolonel 19.0 19.0 19.0 19.0
5
Sugiono 0 0 0 0
19.0 19.0 19.0 19.0
6 Bumiayu
0 0 0 0
19.0 19.0 19.0 19.0
7 MOG
0 0 0 0
10.0 10.0 10.0 19.0
8 Wagir
0 0 0 0
10.0 19.0 10.0 19.0
9 Matos
0 0 0 0
1 19.0 19.0 19.0 19.0
5
Sitirejo
0 0 0 0 0
1 19.0 19.0 10.0 19.0
Karang Duren
1 0 0 0 0

Sumber : Data PT. PLN (Persero) GI Kebonagung

Dengan melihat karakteristik beban puncak yang terjadi

berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa baik


102

Transformator 4 maupun Transformator 5, rata rata semua

penyulang beban puncaknya terjadi pada malam hari.

Dengan mengetahui karakteristik beban tertinggi yang terjadi

antara siang dan malam, maka digunakan sebagai referensi pemindahan

penyulang bila terjadi gangguan sehingga Transformator tidak terlalu

terbebani ketika dilakukan maneuver karena telah mengetahui sifat beban

ketika terjadi Transformator yang menyebabkan Transformator off (mati).

4.4 Analisa Pembebanan Transformator Tenaga di GI Kebonagung

Analisa yang akan dilakukan pada bab ini adalah pembebanan

terhadap masing-masing transformator pada GI KBA sebagai dasar

penentuan apakah diperlukan adanya penambahan transformator baru

untuk 10 tahun ke depan. Analisa dilakukan dengan sofrware Ms. Excel

2010. Transformator tenaga merupakan peralatan penting yang

mentransformasikan atau menyalurkan energi listrik dari satu sistem

tegangan ke sistem tegangan yang lain. Transformator tenaga GI

Kebonagung menyalurkan energi listrik dari sistem tegangan 150 kV

menuju sistem tegangan 20 kV. Presentase pembebanan transformator

dibawah 80% dari kapasitas masing-masing transformator akan

menjadikan kinerja transformator sesuai dengan standar pembebanan

transformator minyak.

Pada SPLN 17 : 1979 nilai pembebanan bernilai efektif (beroperasi

24 jam dengan pembebanan lebih sebesar 94% nominal) bagi


103

transformator terendam minyak pada pembebanan pembebanan kurang

(K1) bernilai 80% kapasitas transformator. Untuk analisa awal yaitu

dengan melihat karakteristik beban pada masing-masing Transformator di

GI Kebonagung, setelah itu akan dihitung nilai pembebanan terhadap

kapasitas pada masing-masing transformator dari data trending beban

bulan Oktober tahun 2011-2014. Kemudian setelah itu akan dihitung

peramalan beban untuk pembebanan 10 tahun mendatang dengan tujuan

mengetahui bagaimana kondisi beban untuk perencanaan penambahan

transformator baru guna menanggulangi pertumbuhan beban 10 tahun

mendatang.

4.5 Analisa Pembebanan Transformator Saat Ini (sebelum penambahan)

Berdasarkan publikasi SPLN 17 tahun 1979 (mengacu pada standar

IEC 60354) tentang pembebanan Transformator tenaga yaitu dalam tabel 2.3

dijelaskan bahwa transformator dirancang dengan syarat pelayanan antara

lain bahwa untuk transformator dengan pendingin udara maka suhu udara

tidak boleh melampaui 27C rata-rata tahunan. Selain itu suhu udaranya

tidak boleh melebihi 40C dan lebih rendah dari -25C (pasang luar) atau

-5C (pasang dalam).

Menurut Laporan Direktorat Meteorologi dan Geofisika tahun 1975,

1976, 1977 di kawasan DKI dan umumnya kota-kota besar di Indonesia,

suhu rata-rata harian tidak melebihi 30C tetapi suhu rata-rata tahunan, bila

dihitung dari suhu rata-rata bulanan (antara 24C sampai 27C), mencapai
104

sekitar 25.5C. di kota Malang sendiri, suhu rata-rata harian mencapai 25.1

C. Dengan menggunakan acuan data diatas maka :

Kondisi pembebanan pada masing-masing Transformator untuk saat ini

sesuai data beban pada bulan Oktober 2014 yaitu sebagai berikut :

4.5.1 Pada Transformator 4 60 MVA 150/20 kV

Berdasarkan data pembebanan Transformator 4 tersebut maka

dibuat grafik pembebanan Transformator, yaitu sebagai berikut :

Pembebanan Transformator 4
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
Pembebanan Trafo (%)
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 19 20 22

Gambar 4.12 Grafik Pembebanan Transformator 4 Bulan Oktober 2014


(sumber : hasil perhitungan)

Dari grafik 4.12 diketahui bahwa beban puncak Transformator 4

terjadi pada malam hari pada jam 19.00 WIB sebesar 79.16 % .

Sesuai dengan publikasi SPLN 17 tahun 1979 dalam tabel IIIB

bahwa Transformator yang dibebani kurang dari 80% pada suhu


27C secara kontinyu tanpa kenaikan susut umur Transformator

dapat dibeban 94% dari kapasitas Transformator selama 24 jam.


105

Maka dalam kondisi seperti ini pembebanan Transformator 4 masih

normal meskipun saat terjadi beban puncak.


4.5.2 Pada Transformator 5 30 MVA 150/20 kV
Berdasarkan data pembebanan Transformator 4 tersebut maka

dibuat grafik pembebanan Transformator, yaitu sebagai berikut :

Pembebanan Transformator 5
80.00%
70.00%
60.00%
50.00% Pembebanan Trafo (%)
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 19 20 22

Gambar 4.13 Grafik Pembebanan Transformator 5 Bulan Oktober 2014


(sumber : hasil perhitungan)

Dari grafik 4.13 diketahui bahwa beban puncak Transformator 4

terjadi pada malam hari pada jam 19.00 WIB sebesar 79.16 % . Sesuai

dengan publikasi SPLN 17 tahun 1979 dalam tabel IIIB bahwa

Transformator yang dibebani kurang dari 80% pada suhu 27C secara

kontinyu tanpa kenaikan susut umur Transformator dapat dibeban 94%

dari kapasitas Transformator selama 24 jam. Maka dalam kondisi

seperti ini pembebanan Transformator 4 masih normal meskipun saat

terjadi beban puncak.

4.5.3 Karakteristik Pembebanan Transformator Saat Beban Puncak


106

(Bulan Oktober)

Berikut ini akan disajikan grafik pembebanan transformator 5 dan I GI

Kebonagung saat terjadi beban puncak

Beban Puncak Transformator 4 150/20 kV 60 MVA

Tabel 4.2 Beban Puncak Siang dan Malam pada Transformator 4

(sumber : hasil perhitungan)

Beban Puncak Transformator 4


100
90
80
70
Malam
60
Siang
MVA 50
40
30
20
10
0
2011 2012 2013 2014

Gambar 4.14 Grafik Pertumbuhan Beban Puncak Transformator 4 Oktober


2011-2014
(sumber : hasil perhitungan)
107

Dari data mengenai beban puncak transformator pada tabel 4.2

dapat dilihat bahwa beban puncak tertinggi Transformator 4 pada tahun

2011 hingga 2014 terjadi pada waktu malam hari. Pada tahun 2011

beban puncak malam hari sebesar 39.77 MVA (66.3% dari kapasitas

Transformator 4). Pada tahun 2012 beban puncak malam hari sebesar

42.88 MVA (71.5% dari kapasitas Transformator 4). Dapat dilihat

terdapat kenaikan sebesar 3.11 MVA pada beban puncak malam antara

tahun 2011-2012.

Kemudian pada tahun 2013 beban puncak malam hari sebesar

45.83 MVA (76.4% dari kapasitas Transformator 4). Dapat dilihat

terdapat kenaikan sebesar 2.95 MVA pada beban puncak malam dari

tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 beban puncak malam hari sebesar

46.14 MVA (76.9% dari kapasitas Transformator 4). Dapat dilihat

terdapat kenaikan sebesar 0.31 MVA pada beban puncak malam antara

tahun 2013-2014. Sehingga selama 4 (empat) tahun terakhir yaitu mulai

tahun 2011 hingga tahun 2014 terdapat kenaikan beban puncak sebesar

6.37 MVA pada beban puncak malam. Dari data tersebut dapat

diketahui bahwa pada tahun 2014 beban puncak mencapai 76.9% dari

kapasitas Transformator pada malam hari.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, beban puncak pada malam

hari lebih tinggi dibandingkan beban puncak pada siang hari. Sesuai

dengan karakteristik beban energy listrik, jika beban puncak malam hari

merupakan beban rumah tangga sedangkan beban puncak pada siang


108

hari merupakan beban industry maka, beban yang ditanggung oleh

Transformator 4 lebih dominan merupakan beban rumah tangga.

Beban Puncak Transformator 5 150/20 kV 30 MVA

Tabel 4.3 Beban Puncak Siang dan Malam pada Transformator 5

(sumber : hasil perhitungan)

Beban Puncak Transformator 5


100
90
80
70
Malam
60
Siang
MVA 50
40
30
20
10
0
2011 2012 2013 2014

Gambar 4.15 Grafik Pertumbuhan Beban Puncak Transformator 5 Oktober 2011-

2014
109

Dari data mengenai beban puncak transformator pada tabel 4.2

dapat dilihat bahwa beban puncak tertinggi Transformator 4 pada tahun

2011 hingga 2014 terjadi pada waktu malam hari. Pada tahun 2011

beban puncak malam hari sebesar 14.55 MVA (48.5% dari kapasitas

Transformator 4). Pada tahun 2012 beban puncak malam hari sebesar

20.68 MVA (68.9% dari kapasitas Transformator 4). Dapat dilihat

terdapat kenaikan sebesar 6.13 MVA pada beban puncak malam antara

tahun 2011-2012.

Kemudian pada tahun 2013 beban puncak malam hari sebesar

18.91 MVA (63% dari kapasitas Transformator 4). Dapat dilihat

terdapat penurunan sebesar 1.77 MVA pada beban puncak malam dari

tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 beban puncak malam hari sebesar

19.78 MVA (65.9% dari kapasitas Transformator 4). Dapat dilihat

terdapat kenaikan sebesar 0.87 MVA pada beban puncak malam antara

tahun 2013-2014. Sehingga selama 4 (empat) tahun terakhir yaitu mulai

tahun 2011 hingga tahun 2014 terdapat kenaikan beban puncak sebesar

5.23 MVA pada beban puncak malam. Dari data tersebut dapat

diketahui bahwa pada tahun 2014 beban puncak mencapai 65.9% dari

kapasitas Transformator pada malam hari.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, beban puncak pada malam

hari lebih tinggi dibandingkan beban puncak pada siang hari. Sesuai

dengan karakteristik beban energy listrik, jika beban puncak malam hari

merupakan beban rumah tangga sedangkan beban puncak pada siang


110

hari merupakan beban industry maka, beban yang ditanggung oleh

Transformator 5 lebih dominan merupakan beban rumah tangga.

4.6 Analisa Peramalan Beban 10 Tahun Mendatang

Kebutuhan energi dari tahun ke tahun semakin meningkat karena

semakin meluasnya dunia bisnis dan meningkatnya nilai pertumbuhan

penduduk. Analisa kondisi pembebanan Transformator sangat penting dikaji

untuk mengetahui kondisi kapasitas Transformator terkini, sehingga dapat

menghindari overload Transformator karena menanggung beban yang

melebihi kapasitasnya sehingga bisa mengakibatkan Transformator off.

Seperti contoh pada Transformator 4 ketika beban puncak tahun 2014

mencapai 46.14 MVA yaitu 76.9% sedangkan beban puncak Transformator

5 mencapai 19.78 MVA yaitu 65.9%. Bila nilai pembebanan terus

mengalami peningkatan tanpa dilakukan penambahan Transformator baru

dan manajemen pembebanan Transformator dengan baik, maka gardu induk

bisa mengalami overload dan tidak bisa menyalurkan energi. Untuk itu,

diperlukan peramalan beban untuk 10 tahun kedepan serta perencanann

pemindahan penyulang
111

Dalam merencanakan suatu sistem ketenagalistrikan, perlu

diadakan suatu analisa peramalan kebutuhan beban untuk mengetahui

seberapa besar kebutuhan beban untuk masa mendatang. Dalam menentukan

pembebanan terhadap transformator, digunakan Metode Regresi Linier

Sederhana, dimana dalam peramalan ini niliai ketelitiannya diuji

menggunakan Uji Koefisien Determinasi (R2) dan Uji F Signifikan

Menyeluruh. Nilai peramalan ini nantinya akan digunakan sebagai tindak

lanjut dari perhitungan pembebanan terhadap transformator pada Gardu

Induk Kebonagung 10 tahun mendatang.

4.6.1 Peramalan Beban Puncak Transformator 4 (60 MVA)

Untuk menentukan nilai peramalan beban pada Transformator 4

pada Gardu Induk Kebonagung menggunakan metode regresi linier

sederhana. Nilai peramalan ini akan digunakan untuk tindak lanjut dari

analisa kapasitas Transformator untuk 10 tahun mendatang. Data yang

digunakan untuk perhitungan peramalan beban adalah data beban

puncak 4 (empat) tahun terakhir.

Tabel 4.4 Beban Puncak Transformator 4 Bulan Oktober Tahun 2010 2014

Tahun 2011 2012 2013 2014


Transformat
39.77 42.88 45.83 46.14
or 4 (MVA)
(Sumber: PT. PLN (Persero) APD JAwa Timur)
112

Beban Puncak Transformator 4


60

50

40

MVA 30

20

10

0
2011 2012 2013 2014

Gambar 4.16 Grafik Beban Puncak Transformator 4 Tahun 2010 2014

(Sumber: PT. PLN (Persero) APD JAwa Timur)

Tabel 4.5 Nilai yang Diperlukan Untuk Persamaan Regresi Linier Sederhana

Beban Puncak Transformator 4


113

(Sumber : Hasil Perhitungan )

Koefisien Regresi Linier Dalam Uji Regresi Linier Sederhana

Beban Puncak Transformator 4

Menghitung Nilai Konstanta a dan b berdasarkan rumus (2.8) dan

(2.9)

1. Menghitung Nilai Konstanta b

n. XY X . Y
b= n . X (X )

( 4 ) . ( 447.58 ) ( 10 ) .( 174.62)
b= ( 4 ) .(30)(10)

b = 2.2

2. Menghitung Nilai Konstanta


114

Y X
b
a= N N

174.62 10
2.2
a= 4 4

a = 38.16

3. Membuat Persamaan Linier Sederhana

Perhitungan didasarkan pada persamaan (2.7)

Y = a + bx

Y = 38.16 + 2.2 x

Keterangan :

Y = Nilai penduga variabel Y

X = Periode waktu (tabel)

4. Hasil Nilai Y pada Tahun ke-5

Y = 38.16 + 2.2 x

Y = 38.16 + (2.2 x 5 )

Y = 49.16 MVA

5. Presentase Pembebanan terhadap Kapasitas Transformator 4 (60

MVA)
115

49.16
% Kapasitas = 60 x 100% = 81.93%

Untuk perhitungan 10 tahun ke depan menggunakan Ms. Excel dengan

rumus yang sama, dengan hasil sebagai berikut :

Peramalan Untuk 10 Tahun Mendatang

Dengan menggunakan persamaan linier Y = 38.16 + 2.2 x

Tabel 4.6 Jumlah Perkiraan Beban Puncak Transformator 4 Bulan


Oktober Tahun 2011 - 2024

(Sumber : Hasil Perhitungan )


116
117

Uji Koefisien Determinasi (R)

Setelah didapatkan nilai peramalan beban, maka selanjutnya

perlu dilakukan pengujian atau pengetesan terhadapa persamaan regresi

yang digunakan dalam penyusunan peramalan tersebut. Dalam hal ini

akan dilakukan pembuktian mengenai tepat atau tidaknya variabel yang

akan dijadikan persamaan dalam peramalan. Peramalan ini disebut uji

koefisien penentu

Nilai Y menunjukkan nilai beban puncak (MVA), nilai X

menunjukkan waktu atau tahun ke- dari nilai bebna puncak dan nilai

merupakan rata rata dari nilai Y. Berikut ini penentuan nilai untuk

data data yang digunakan pada tabel Uji Koefisien Determinasi yang

menggunakan rumus (2.7).

1. Hasil Nilai pada Tahun ke-1 (X=1)

= 38.16 + 2.2 x

= 38.16 + (2.2x1)

= 40.36 MVA

2. Hasil Nilai x pada Tahun ke-1 (X=1)

X=-

= 40.36 43.66
118

= -3.30

3. Hasil nilai y pada Tahun ke-1 (X=1)

y=Y-

= 39.77 43.66 = -3.89

4. Hasil Nilai x pada Tahun ke-1 (X=1)

x = (-3.30) = 10.89

5. Hasil Nilai y pada Tahun ke-1 (X=1)

y = (-3.89) = 15.13

Untuk tahun ke-2 sampai ke-4 dengan menggunakan rumus yang sama

perhitungan pada Ms. Excel.

Berikut hasil perhitungan:

Tabel 4.7 Data Data Untuk Uji Koefisien Determinasi R Beban Puncak

Transformator 4

(Sumber : Hasil Perhitungan )

Keterangan: x= -
119

Y=Y-

x = ( - )

y = (Y - )

Dari tabel terlihat bahwa:

( ) 24.20
R = (Y ) = 26.60 = 0.9097

Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa besarnya nilai ramalan

jumlah beban puncak Gardu Induk Kebonagung ditentukan sekitar

90.97% dari variabel periode waktu. Dengan ini dapat disimpulkan

bahwa jumlah variabel periode waktu dapat digunakan untuk peramalan

jumlah beban puncak Gardu Induk Kebonagung.

X = 10 Y = 174.62

Y = 7649.64 X = 30

XY = 447.58

N XiYi ( Xi ) (Yi)
r=
N Xi ( Xi ) N Yi ( Yi )
2 2

4 (447.58)( 10 )(174.62)
r= 2 2
4 (30)( 10 ) 4(7649.64)( 174.62 )

r = 0.9564
120

Dari nilai r tersebut, terjadi korelasi positif antara variabel X dan

Y. Nilai korelasi tersebut adalah 0.9564 atau 95.64%. Korelasi tersebut

merupakan korelasi yang sangat kuat karena mendekati sempurna

Uji F Signifikan Menyeluruh

Nilai Y menunjukkan nilai beban puncak (MVA), nilai X

menunjukkan waktu atau tahun ke- dari nilai beban puncak dan nilai

merupakan rata rata dari nilai Y. Menentukan nilai untuk data data

yang digunakan pada Uji F Signifikan Menyeluruh:

1. Hasil Nilai pada Tahun ke-1 (X=1)

= 38.16 + 2.2 x

= 38.16 + (2.2x1)

= 40.36 MVA

2. Hasil Nilai x pada Tahun ke-1 (X=1)

X=-

= 40.36 43.66

= -3.30

3. Hasil nilai z pada Tahun ke-1 (X=1)

z =Y

= 39.77 40.36 = -0.59


121

4. Hasil Nilai x pada Tahun ke-1 (X=1)

x = (-3.30) = 10.82

5. Hasil Nilai z pada Tahun ke-1 (X=1)

z = (-0.59) = 0.348

Untuk tahun ke-2 sampai ke-4 dengan menggunakan rumus yang sama

perhitungan pada Ms. Excel. Berikut hasil perhitungan:

Tabel 4.8 Data Data Untuk Uji F Signifikan Menyeluruh Beban Puncak
Transformator 4

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Keterangan:

x= -

z=Y

x = ( - )

z = (Y - )

k=2
122

( ) (Y )
F= :
(k 1) (nk)

= 21.32 F hitung

F tabel F0.05(1)(3) = 10.13

Setelah dibandingkan ternyata F hitung > F tabel maka secara statistic

koefisien b adalah signifikan. Dengan kata lain, koefisien b tidak sama dengan nol

secara statitistik, sehingga persamaan regresi tersebut dapat dipergunakan atau

layak untuk dijadikan persamaan untuk menentukan nilai peramalan yang akan

ditentukan

4.6.2 Peramalan Beban Puncak Transformator 5 (30 MVA)

Untuk menentukan nilai peramalan beban pada Transformator 5

pada Gardu Induk Kebonagung menggunakan metode regresi linier

sederhana. Nilai peramalan ini akan digunakan untuk tindak lanjut dari

analisa kapasitas Transformator untuk 10 tahun mendatang. Data yang

digunakan untuk perhitungan peramalan beban adalah data beban puncak 4

(empat) tahun terakhir.

Tabel 4.9 Beban Puncak Transformator 5 Bulan Oktober Tahun 2010 2014

Tahun 2011 2012 2013 2014


Transformat
or 4 14.55 20.68 18.91 19.78
(MVA)

(Sumber: PT. PLN (Persero) APD JAwa Timur)


123

Beban Puncak Transformator 5


30

20
M
S
MVA

10

0
2011 2012 2013 2014

Gambar 4.18 Grafik Beban Puncak Transformator 5 Tahun 2010 2014

(Sumber : Hasil Perhitungan )

Tabel 4.10 Nilai yang Diperlukan Untuk Persamaan Regresi Linier Sederhana

Beban Puncak Transformator 4

Beban
Periode
Puncak
Tahun Waktu X Y XY
(MVA)
X Y
2011 1 14.55 1 211.70 14.55
2012 2 20.68 4 427.66 41.36
2013 3 18.91 9 357.59 56.73
2014 4 19.78 16 391.25 79.12
10 73.92 30 1388.20 191.76

(Sumber : Hasil Perhitungan )


124

Koefisien Regresi Linier Dalam Uji Regresi Linier Sederhana Beban

Puncak Transformator 5

Menghitung Nilai Konstanta a dan b Menggunakan Persamaan (2.8)

dan (2.9).

1. Menghitung Nilai Konstanta b

n. XY X . Y
b= n . X (X )

( 4 ) . ( 191.76 )( 10 ) .(73.92)
b= ( 4 ) .(30)(10)

b = 1.39

2. Menghitung Nilai Konstanta a

Y X
b
a= N N

73.92 10
1.39
a= 4 4

a = 15

3. Membuat Persamaan Linier Sederhana


125

Y = a + bx

Y = 15 + 1.39 x

Keterangan :

Y = Nilai penduga variabel Y

X = Periode waktu (tabel)

4. Hasil Nilai Y pada Tahun ke-5

Y = 15 + 1.39 x = 15 + (1.39 x 5 ) = 21.95 MVA

5. Presentase Pembebanan terhadap Kapasitas Transformator 4 (60

MVA)

21.95
% Kapasitas = 30 x 100% = 73.17%

Untuk perhitungan 10 tahun ke depan menggunakan Ms. Excel dengan

rumus yang sama, dengan hasil sebagai berikut :

Peramalan Untuk 10 Tahun Mendatang

Dengan menggunakan persamaan linier Y = 15 + 1.39 x

Tabel 4.11 Jumlah Perkiraan Beban Puncak Transformator 5

Bulan OktoberTahun 2011 - 2024


126

(Sumber :Hasil Perhitungan )


127

Uji Koefisien Determinasi (R)

Setelah didapatkan nilai peramalan beban, maka selanjutnya perlu

dilakukan pengujian atau pengetesan terhadapa persamaan regresi yang

digunakan dalam penyusunan peramalan tersebut. Dalam hal ini akan

dilakukan pembuktian mengenai tepat atau tidaknya variabel yang akan

dijadikan persamaan dalam peramalan. Peramalan ini disebut uji

koefisien penentu

Nilai Y menunjukkan nilai beban puncak (MVA), nilai X

menunjukkan waktu atau tahun ke- dari nilai bebna puncak dan nilai

merupakan rata rata dari nilai Y. Berikut ini penentuan nilai untuk data

data yang digunakan pada tabel Uji Koefisien Determinasi :

1. Hasil Nilai pada Tahun ke-1 (X=1)


128

= 15 + 1.39 x

= 15 + (1.39x1)

= 16.39 MVA

2. Hasil Nilai x pada Tahun ke-1 (X=1)

X=-

= 16.39 18.48

= -2.09

3. Hasil nilai y pada Tahun ke-1 (X=1)

y=Y-

= 14.55 18.48

= -3.93

4. Hasil Nilai x pada Tahun ke-1 (X=1)

x = (-2.09)

= 4.37

5. Hasil Nilai y pada Tahun ke-1 (X=1)

y = (-3.93)

= 15.44
129

Untuk tahun ke-2 sampai ke-4 dengan menggunakan rumus yang sama

perhitungan pada Ms. Excel.

Berikut hasil perhitungan:

Tabel 4.12 Data Data Untuk Uji Koefisien Determinasi R Beba Puncak
Transformator 5

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Keterangan: x= -

Y=Y-

x = ( - )

y = (Y - )

Dari tabel terlihat bahwa:

( )
R = (Y )

9.66
R = 22.16

R = 0.4359
130

Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa besarnya nilai ramalan

jumlah beban puncak Gardu Induk Kebonagung ditentukan sekitar 43.59%

dari variabel periode waktu. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa jumlah

variabel periode waktu dapat digunakan untuk peramalan jumlah beban

puncak Gardu Induk Kebonagung.

X = 10 Y = 73.92 XY = 191.76

X = 30 Y = 1388.20

N XiYi ( Xi ) (Yi)
r=
N Xi ( Xi ) N Yi ( Yi )
2 2

4 (191.76)( 10 ) (73.92)
r= 2 2
4 (30)( 10 ) 4(1388.20) (73.92 )

r = 0.6616

Dari nilai r tersebut, terjadi korelasi positif antara variabel X dan Y.

Nilai korelasi tersebut adalah 0.6616 atau 66.16%. Korelasi tersebut

merupakan korelasi kurang kuat karena terdapat data yang tidak linier,

namun kekurangan tersebut masih dapat ditolerir karena korelasi telah

melebihi 50 % sehingga data masih bisa digunakan untuk meramalkan

beban.

Uji F Signifikan Menyeluruh

Nilai Y menunjukkan nilai beban puncak (MVA), nilai X

menunjukkan waktu atau tahun ke- dari nilai beban puncak dan nilai
131

merupakan rata rata dari nilai Y. Menentukan nilai untuk data data yang

digunakan pada Uji F Signifikan Menyeluruh:

Berikut hasil perhitungan:

1. Hasil Nilai pada Tahun ke-1 (X=1)

= 15 + 1.39 x

= 15 + (1.39x1)

= 16.39 MVA

2. Hasil Nilai x pada Tahun ke-1 (X=1)

X=-

= 16.39 18.48

= -2.09

3. Hasil nilai z pada Tahun ke-1 (X=1)

z=Y

= 14.55 16.39

= -1.84

4. Hasil Nilai x pada Tahun ke-1 (X=1)

x = (-2.09)

= 4.37

5. Hasil Nilai z pada Tahun ke-1 (X=1)


132

z = (-1.84)

= 3.39

Tabel 4.13 Data Data Untuk Uji F Signifikan Menyeluruh Beban Puncak
Transformator 5

(Sumber : Hasil Perhitungan )

Keterangan: x= -

z =Y

x = ( - )

z = (Y - )

k=2

( ) (Y )
F= :
( k1) (nk )

= 1.135 F hitung

F tabel F0.05(1)(3) = 10.13 (sesuai dengan lampiran)


133

Setelah dibandingkan ternyata F hitung > F tabel maka secara

statistik koefisien b adalah signifikan. Dengan kata lain, koefisien b tidak

sama dengan nol secara statitistik, sehingga persamaan regresi tersebut

dapat dipergunakan atau layak untuk dijadikan persamaan untuk

menentukan nilai peramalan yang akan ditentukan.

4.7 Analisa Pengalihan Penyulang

Sebelum kita melakukan pemindahan penyulang, maka kita harus

mengetahui terlebih dahulu berapa pembebanan yang terjadi pada

Transformator 4 dan Transformator 5. Berdasarkan perhitungan perkiraan

pembebanan pada Transformator 4 dan Transformator 5 diramalkan bahwa

pada tahun 2015, pembebanan Transformator 4 sudah mencapai 81.93% dari

kapasitas Transformator. Oleh karena itu diharapkan sebelum tahun 2015

dilakukan pemindahan penyulang agar pembebanan tiap Transformator

optimal. Berdasarkan data yang kami peroleh, didapatkan pembebanan pada

bulan Oktober tahun 2014 sebagai berikut :

Tabel 4.14 Kondisi Pembebanan Transformator 4 dan Transformator 5

TOTAL
DAYA
PEMBEB BEBAN PEMBEB
AR TERPA
TRAFO PENYULANG ANAN TRANSFOR ANAN
US SANG
(%) MATOR (%)
(KVA)
(KVA)
4 18 6408.5 47492.8 79.15%
Klayatan 10.68%
5 88
19 6685.7
Gadang 11.14%
3 16
Pakisaji 12 4156.9 6.93%
0 22
134

18 6512.5
Janti 10.85%
8 11
Kolonel 35
12159 20.26%
Sugiono 1
17 5888.9
Bumiayu 9.81%
0 73
2875.2
MOG 83 4.79%
04
2805.9
Wagir 81 4.68%
22
2598.0
MATOS 75 4.33%
76
29 10323.
5 Sitirejo 17.21% 20126.4 67.09%
8 02
Karang 20 7205.3
12.01%
Duren 8 31

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Berdasarkan data kondisi pembebanan Transformator 4 dan

Transformator 5 pada Bulan Oktober 2014 kita ketahui bahwa pada

Transformator 4 telah dibebani hampir 80% sedangkan pada Transformator

5 dibebani belum mendekati 80%. Pada Transformator 4 dengan kapasitas

60 MVA, pembebanan hampir 80% dari kapasitasnya atau sekitar 79.15%

dengan total beban transformator sekitar 47,5 MVA dari kapasitas

Transformator. Dengan konsumsi beban tiap penyulang yaitu pada

Penyulang Klayatan dengan daya sekitar 6408.5 KVA atau 10.68% dari

kapasitas Transformator, pada Penyulang Gadang dengan daya sekitar

6685.7 KVA atau 11.14 % dari kapasitas Transformator, pada Penyulang

Pakisaji dengan daya sekitar 4156.9 KVA atau 6.9 % dari kapasitas

Transformator, pada Penyulang Janti dengan daya sekitar 6512.5 KVA atau

10.8% dari kapasitas Transformator, pada Penyulang Kolonel Sugiono

dengan daya sekitar 12159 KVA atau 20.3 % dari kapasitas Transformator,
135

pada Penyulang Bumiayu dengan daya sekitar 5888.9 KVA atau 9.81 % dari

kapasitas Transformator, pada Penyulang MOG dengan daya sekitar 2875.2

KVA atau 4.8 % dari kapasitas Transformator, pada Penyulang Wagir

dengan daya sekitar 2805.9 KVA atau 4.68 % dari kapasitas Transformator.

Sehingga didapatkan pembebanan total pada Transformator 4 sekitar

79.15% dengan total beban Transformator sekitar 47,5 MVA dari kapasitas

Transformator.

Sedangkan pada Transformator 5 dengan kapasitas 30 MVA,

pembebanan masih sekitar 67 % dari kapasitas Transformator dengan total

beban Transformator sekitar 20.1 MVA. Kemudian dapat diketahui

konsumsi beban tiap penyulang yaitu pada Penyulang MATOS dengan daya

sekitar 2598 KVA atau 4.3 % dari kapasitas Transformator, pada Penyulang

Sitirejo dengan daya sekitar 10323 KVA atau 17.2 % dari kapasitas

Transformator, pada Penyulang Karang Duren dengan daya sekitar 7205.3

KVA atau 12.01 % dari kapasitas Transformator, sehingga didapatkan

pembebanan total pada Transformator 5 sekitar 67.09 % dengan total beban

Transformator sekitar 20.1 MVA dari kapasitas Transformator.

Setelah kita ketahui pembebanan masing-masing Transformator pada

periode Oktober 2014, terlihat bahwa pembebanan pada Transformator 4

hampir mendekati 80% dari kapasitas Transformator. Berdasarkan SPLN

17 : 1979 disebutkan bahwa pada transformator yang dibebani Continous

atau tanpa batas waktu diusahakan pembebanan tidak lebih dari 80%. Hal

ini dilakukan untuk menjaga kontinuitas Transformator itu sendiri dan agar

tidak mempercepat susut umur Transformator. Sedangkan pada waktu yang


136

bersamaan pembebanan pada Transformator 5 masih cukup atau masih jauh

dari 80% dari kapasitas Transformator.

Berdasarkan permasalahan diatas maka kami lakukan pemindahan

penyulang dari Transformator 4 ke Transformator 5 agar pembebanan

Transformator 4 dibawah 80%. Berikut ini adalah analisa pemindahan

penyulang pada Transformator 4 dan Transformator 5.


137

Tabel 4.15 Analisa Pemindahan Penyulang

(Sumber : Hasil Perhitungan )

Berdasarkan percobaan yang kami lakukan dengan memindahkan

penyulang satu per satu dari Transformator 4 ke Transformator 5 maka

didapatkan hasil pembebanan baru, yakni dengan memindahkan penyulang

Wagir. Setelah Penyulang Wagir dipindah, maka pembebanan pada

Transformator 4 dari yang sebelumnya 79.15% menjadi 74.48 %. Hal ini

terjadi karena terdapat pemindahan beban sekitar 2805.9 KVA dari


138

Transformator 4 ke Transformator 5. Sedangkan pembebanan pada

Transformator 5 yang sebelumnya 67.09% sekarang menjadi 76.44%.

dengan hasil tersebut diharapkan masing-masing Transformator

mendapatkan pembebanan yang optimal.

Kemudian didapatkan nilai pembebanan tiap 2 jam atau biasa

disebut Trending Beban pada Transformator 4 dan Transformator 5. Data

beban pada bulan Oktober tahun 2011, 2012, 2013 memiliki rekap catatan

tiap 2 jam. Sedangkan pada bulan Oktober 2014 hanya padabeban puncak.

Akan tetapi, berdasarkan pola trending tiap 2 jam pada Oktober 2013 maka

kami bisa memperkirakan besar konsumsi beban trending yang terjadi pada

Bulan Oktober 2014. Berikut ini adalah tabel perkiraan nilai trending beban

yang terjadi pada Bulan Oktober 2014.

Tabel 4.16 Perkiraan Trending Beban Bulan Oktober 2014

Total Pembebanan Kapasitas


(A) Transformator (%)
jam
Transfor Transfor Transfor Transfor
mator 4 mator 5 mator 4 mator 5
00.0
682 302 39.36 34.90
0
02.0
636 259 36.72 29.85
0
04.0
727 366 41.97 42.31
0
06.0
693 322 40.04 37.18
0
08.0
735 333 42.43 38.40
0
10.0
1243 465 71.77 53.70
0
12.0
771 342 44.52 39.46
0
14.0 794 355 45.81 40.96
139

0
16.0
788 359 45.51 41.44
0
18.0
985 476 56.88 55.01
0
19.0
1288 664 74.36 76.67
0
20.0
946 439 54.60 50.67
0
22.0
808 362 46.65 41.78
0

(Sumber : Hasil Perhitungan)


Kemudian kita bisa mendapatkan grafik pembebanan pada Transformator 4 dan

Transformator 5 di Bulan Oktober 2014.

80

70

60

50

40 trafo 4
% Kapasitas Transformator
trafo 5
30

20

10

Gambar 4.20 Grafik Pembebanan Transformator Setelah Pemindahan Penyulang

(Sumber : Hasil Perhitungan)


140

Jika melihat hasil tersebut dan membandingkan dengan grafik

dalam gambar 4. Dan berdasarkan SPLN 17 tahun 1991 yaitu pada tabel

2.3, dapat dikatakan keadaan pembebanan masing-masing Transformator

diatas lebih optimal dan aman. Sehingga dapat merekomendasikan

pemindahan penyulang Wagir dari Transformator ke Transformator 5.

Rekomendasi pemindahan penyulang Wagir diharapkan terjadi pada

tahun 2014 agar tercapai pembebanan kedua Transformator yang lebih

optimal. Kemudian setelah dilakukan optimalisasi pembebanan

transformator pada Gardu Induk Kebonagung kemudian kita melakukan

peramalan beban untuk mengetahui sampai tahun tahun berapa kedua

Transformator mampu dibebani dan bagaimana pembebanan pada Gardu

Induk Kebonagung 10 tahun mendatang. Oleh karena itu, dilakukan

peramalan beban mulai dari tahun 2015 hingga tahun 2024.

4.8 Analisa Peramalan Beban 10 tahun Mendatang Setelah Pemindahan

Penyulang

Setelah kita mengetahui optimalisasi pembebanan Transformator 4

dan Transformator 5 pada tahun 2014, selanjutnya kita akan memperkirakan

pembebanan yang terjadi pada Transformator 4 dan Transformator 5 Gardu

Induk Kebonagung berdasarkan pola yang terjadi pada tahun sebelumnya

dengan asumsi kedua transformator telah dibebani maksimal hasil dari

pemindahan penyulang Wagir tersebut diatas.


141

Dengan metode yang sama dengan perhitungan peramalan beban

sebelum pemindahan penyulang, maka didapatkan hasil peramalan beban

seperti di bawah ini :

Tabel 4.17 Perhitungan Peramalan Beban Setelah Pemindahan


Penyulang Transformator 4

(Sumber : Hasil Perhitunan )

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pembebanan pada

Transformator 4 di tahun 2015 masih di bawah 80% dari kapasitas

Transformator kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2016 yang

mencapai 80% dari kapasitas Transformator. Lalu pada tahun 2017

pembebanan pada Transformator 4 telah melebihi 80% dari kapasitas

Transformator. Berdasarkan SPLN 17 tahun 1979 bahwa Transformator bisa

dibebani lebih dari 80% apabila pembebanan Transformator tidak dilakukan

secara terus menerus. Jadi dibatasi oleh waktu pemakaian bebannya.

Namun, dalam hal ini diasumsikan Transformator dibebani secara terus

menerus. Hal ini dilakukan untuk mengurangi susut umur Transformator.

Pembebenan Transformator 4 pada tahun 2017 sudah mencapai 83.3%

kemudiam semakin meningkat pada tahun 2018 mencapai 86.5% dari


142

kapasitas Transformator kemudian 89.6% pada tahun 2019 kemudian 92.8%

pada tahun 2020 dan semakin meningkat pada tahun 2021 mencapai 96%

kemudian pada tahun 2022 mencapai 99.1% hingga mencapai 102.3% pada

tahun 2023 kemudian 105.5% pada tahun 2024.

Tabel 4.18 Perhitungan Peramalan Beban Setelah Pemindahan Penyulang

Transformator 5

%
Beban
Kapasita
Tah Puncak
a b x s
un Transfor
Transfor
mator 5
mator 5
1 1
20 6. .
15 4 7 5 24.9 83.00
1 1
20 6. .
16 4 7 6 26.6 88.67
1 1
20 6. .
17 4 7 7 28.3 94.33
1 1
20 6. .
18 4 7 8 30 100.00
1 1
20 6. .
19 4 7 9 31.7 105.67
143

1 1
20 6. . 1
20 4 7 0 33.4 111.33
1 1
20 6. . 1
21 4 7 1 35.1 117.00
1 1
20 6. . 1
22 4 7 2 36.8 122.67
1 1
20 6. . 1
23 4 7 3 38.5 128.33
1 1
20 6. . 1
24 4 7 4 40.2 134.00

(Sumber : Hasil Perhitunan )

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pembebanan pada

Transformator 5 di tahun 2015 telah melebhi 80% dari kapasitas

Transformator yaitu 83%, kemudian mengalami peningkatan pada tahun

2016 menjadi 88.6% dari kapasitas Transformator. Lalu pada tahun 2017

pembebanan pada Transformator 5 mencapai 94.3% dari kapasitas

Transformator. Berdasarkan SPLN 17 tahun 1979 bahwa Transformator bisa

dibebani lebih dari 80% apabila pembebanan Transformator tidak dilakukan

secara terus menerus. Jadi dibatasi oleh waktu pemakaian bebannya.

Namun, dalam hal ini diasumsikan Transformator dibebani secara terus

menerus. Hal ini dilakukan untuk mengurangi susut umur Transformator.

Pembebenan Transformator 5 pada tahun 2018 mencapai 100% dari

kapasitas Transformator kemudian 105.6% pada tahun 2019 kemudian

111.3% pada tahun 2020 dan semakin meningkat pada tahun 2021 mencapai
144

117% kemudian pada tahun 2022 mencapai 122.6% hingga mencapai

128.3% pada tahun 2023 kemudian 134% pada tahun 2024.

Peramalan beban yang telah dihitung pada Transformator 4 dan

Transformator secara keseluruhan menujukkan peningkatan beban yang

cukup signifikan. Kenaikan beban yang terjadi setiap tahun harus diimbangi

oleh kemampuan kapasitas Transformator. Setelah kedua peramalan beban

diatas dapat dikatakan bahwa Gardu Induk Kebonagung memerlukan

tambahan transformator untuk menanggulangi beban yang semakin

meningkat. Hal ini terlihat bahwa pada tahun 2015 Transformator 5 sudah

mencapai 80% dari kapasitasnya untuk pembebanan kontinyu, sedangkan

pada Transformator 4 beban melebihi 80% pada tahun 2017. Oleh karena

itu, disimpulkan bahwa Gardu Induk Kebonagung memerlukan tambahan

transformator tenaga untuk emenuhi kebutuhan beban / pelanggan yang

semakin meningkat.

4.9 Analisa Penambahan Transformator pada Gardu Induk Kebonagung

Gardu Induk Kebonagung termasuk salah satu gardu induk yang

banyak menyuplai energy listrik ke pelanggan. Setelah melihat data

perhitungan peramalan beban pada Transformator 4 dan Transformator 5

Gardu Induk Kebonagung, dibutuhkan penambahan transformator tenaga

guna melayani beban di tahun-tahun mendatang. Berdasarkan peramalan

tersebut diatas, diharapkan penambahan transformator tenaga dapat segera

dilakukan bahkan sebelum tahun 2015.

4.9.1 Analisaa Peramalan Beban Transformator


145

Transformator yang akan ditambahkan yaitu Transformator 6

sistem tegangan 150/20 kV dengan kapasitas 60 MVA. Berikut ini

adalah besar pembebanan pada Transformator 4, Transformator 5 dan

Transformator 6 setelah dilakukan pemindahan penyulang.

Tabel 4.19 Pembebanan Setelah Penambahan Transformator 6

DAY
TOTAL
T A
A BEBAN %
R PEN TER
R TRANS PEMB
A YUL PAS
U FORMA EBAN
F ANG ANG
S TOR AN
O (KV
(KVA)
A)
1
Klay 640
8
atan 8.6
5
1
Gad 668
9
ang 5.7
3
1
651
Janti 8
2.5 32527. 54.2
4 8
9 1%
1
Paki 415
2
saji 6.9
0
MO 8 287
G 3 5.2
1
Bum 588
7
iayu 9.0
0
MAT 7 259
OS 5 8.1
Kara
2
ng 720 12609. 42.0
5 0
Dur 5.3 3 3%
8
en
Wag 8 280
ir 1 5.9
Kol. 3
121
Sugi 5
59.0
ono 1 22482. 37.4
6
2 0 7%
Sitir 103
9
ejo 23.0
8
146

(Sumber : Hasil Perhitungan )

Beberapa pertimbangan yang dilakukan sehingga Transformator 6

menyuplai penyulang Kolonel Sugiono dan Sitirejo adalah karena

beban pada kedua penyulang tersebut cukup tinggi dan pertumbuhan

beban tiap tahun pun juga tinggi. Setelah dilakukan manajemen

pembebanan untuk ketiga Transformator didapatkan hasil pembebanan

pada Oktober 2014 adalah 54.21% pada Transformator 4 dan pada

Transformator 5 pembebanan 42.03% lalu pada Transformator 6 dengan

penyulang Kolonel Sugiono dan Sitirejo pembebanan 37.47%. setelah

kita mengetahui pembebanan untuk masing-masing transformator lalu

akan dihitung peramalan beban untuk ketiga transformator

menggunakan metode regresi linear seperti contoh perhitungan

sebelumnya.

Tabel 4.20 Perhitungan Peramalan Transformator 4 Setelah Penambahan

Transformator

Beban %
Puncak Kapasitas
Tahun a b x
Transform Transform
ator 4 ator 4
2015 25.7 0.3 5 27.2 45.33
2016 25.7 0.3 6 27.5 45.83
2017 25.7 0.3 7 27.8 46.33
2018 25.7 0.3 8 28.1 46.83
2019 25.7 0.3 9 28.4 47.33
2020 25.7 0.3 10 28.7 47.83
2021 25.7 0.3 11 29 48.33
2022 25.7 0.3 12 29.3 48.83
2023 25.7 0.3 13 29.6 49.33
2024 25.7 0.3 14 29.9 49.83
(Sumber : Hasil Perhitungan )
147

Tabel 4.21 Perhitungan Peramalan Transformator 5 Setelah Penambahan

Transformator

Beban %
Puncak Kapasitas
Tahun a b x
Transforma Transforma
tor 5 tor 5
2015 7.8 0.5 5 10.3 34.33
2016 7.8 0.5 6 10.8 36.00
2017 7.8 0.5 7 11.3 37.67
2018 7.8 0.5 8 11.8 39.33
2019 7.8 0.5 9 12.3 41.00
2020 7.8 0.5 10 12.8 42.67
2021 7.8 0.5 11 13.3 44.33
2022 7.8 0.5 12 13.8 46.00
2023 7.8 0.5 13 14.3 47.67
2024 7.8 0.5 14 14.8 49.33

(Sumber : Hasil Perhitungan )


Tabel 4.22 Perhitungan Peramalan Transformator 6

Beban %
Puncak Kapasitas
Tahun a b x
Transform Transforma
ator 5 tor 5
2015 16.4 1.3 5 22.9 38.17
2016 16.4 1.3 6 24.2 40.33
2017 16.4 1.3 7 25.5 42.50
2018 16.4 1.3 8 26.8 44.67
2019 16.4 1.3 9 28.1 46.83
2020 16.4 1.3 10 29.4 49.00
2021 16.4 1.3 11 30.7 51.17
2022 16.4 1.3 12 32 53.33
148

2023 16.4 1.3 13 33.3 55.50


2024 16.4 1.3 14 34.6 57.67

(Sumber : Hasil Perhitungan )

Dari ketiga tabel diatas, dapat dilihat bahwa kapasitas

pembebanan untuk ketiga Transformator diatas ketiga transformator

masih terpenuhi kapasitasnya untuk menanggung beban 11 penyulang

sampai tahun 2024.

Pada transformator 4 dengan beban penyulang Klayatan, Gadang,

Janti, Pakisaji, MOG, Bumiayu pada tahun 2015 diperkirakan

menanggung beban hingga 27.2 MVA atau 45.55 % dari kapasitas

Transformator dan semakin meningkat hingga pada tahun 2024

mencapai 29.9 MVA atau 49.83 % kapasitas Transformator. Kemudian

pada transformator 5 dengan beban penyulang MATOS, Karang Duren,

Wagir pada tahun 2015 diperkirakan menanggung beban hingga 10.3

MVA atau 34.33 % dari kapasitas Transformator dan semakin

meningkat hingga pada tahun 2024 mencapai 14.8 MVA atau 49.33 %

kapasitas Transformator. Sedangkan pada transformator 6 dengan

penyulang Kolonel Sugiono dan Sitirejo pada tahun 2015 diperkirakan

menanggung beban hingga 22.9 MVA atau 38.17 % dari kapasitas

Transformator dan semakin meningkat hingga pada tahun 2024

mencapai 34.6 MVA atau 57.67 % kapasitas Transformator.

4.9.2 Perkiraan Waktu Penambahan Transformator 6


149

Pembebanan pada Transformator 4, Transformator 5 dan

Transformator 6 telah dapat diketahui berdasarkan perhitungan

peramalan pembebanan diatas. Setelah kita ketahui bagaimana besar

pembebanan apabila Transformator 6 belum masuk, maka selanjutnya

akan kita perkirakan pada bulan kapan Transformator 6 masuk ke

sistem. Pembebanan yang kami jadikan acuan adalah trending beban

tiap bulan selama setahun di tahun 2014, kemudian dimisalkan berapa

besar pembebanan yang terjadi dengan acuan peramalan beban di bulan

Oktober. Berikut ini adalah perhitungan perkiraan beban selama tahun

2014 dan besar perkiraan pembebanan pada tahun 2015 untuk

mengetahui transformator 6 akan masuk sistem.

Tabel 4.23 Trending Beban Tiap Bulan Selama Tahun 2014

Transformator 4 Transformator 5
Bulan % %
Arus Daya Arus Daya
Kapasita Kapasita
(A) (MVA) (A) (MVA)
s s
januari 1277 44.24 73.73% 534 18.50 61.66%
februari 1315 45.55 75.92% 567 19.64 65.47%
maret 1323 45.83 76.38% 619 21.44 71.48%
april 1300 45.03 75.06% 626 21.69 72.28%
mei 1346 46.63 77.71% 596 20.65 68.82%
juni 1307 45.28 75.46% 607 21.03 70.09%
juli 1272 44.06 73.44% 548 18.98 63.28%
agustus 1261 43.68 72.80% 509 17.63 58.77%
septemb
er 1304 45.17 75.29% 542 18.78 62.58%
oktober 1332 46.14 76.90% 571 19.78 65.93%
novemb
er 1318 45.66 76.09% 557 19.30 64.32%
desemb
er 1280 44.34 73.90% 621 21.51 71.71%

( Sumber : Hasil Perhitungan )


150

Grafik Pembebanan Transformator 4


79.00%
78.00%
77.00%
76.00%
75.00%
74.00% %kapasitas trafo 4
73.00%
72.00%
71.00%
70.00%

Gambar 4.21 Grafik Pembebanan Trending Tiap Bulan Transformator 4 Tahun


2015
(Sumber : Hasi Perhitungan )

Grafik Pembebanan Transformator 5


75.00%
73.00%
71.00%
69.00%
67.00%
65.00% %kapasitas trafo 5
63.00%
61.00%
59.00%
57.00%
55.00%

Gambar 4.22 Grafik Pembebanan Trending Tiap Bulan Transformator 5 Tahun

2015
151

(Sumber : Hasi Perhitungan )


Berdasarkan data tabel diatas dapat diketahui besar

pembebanan yang terjadi selama tahun 2014 bersumber pada data Area

Pengatur Distribusi Jawa Timur. Besarnya beban tiap bulan sangat

bervariasi baik pada Transformator 4 maupun Transformator 5. Tujuan

mengetahui besar pembebanan tiap bulan ini dilakukan untuk melihat

trending beban tiap bulan yang terjadi pada Transformator 4 dan

Transformator 5 menggunakan data tahun 2014. Setelah diketahui

trending beban tiap bulan, kita akan memperkirakan trending beban

yang akan terjadi pada tahun 2015.

Perkiraan trending beban yang terjadi pada tahun 2015 kita

ambil dari data tabel asumsi beban puncak 24.9 MVA tersebut dijadikan

acuan pada Oktober 2015, kemudian berdasarkan tabel Pembebanan

Transformator 4 maupun Transformator 5 selama tahun 2014 kita bisa

membuat perkiraan trending beban yang terjadi pada 2015.

Berikut ini adalah perkiraan pembebanan tiap bulan yang terjadi

pada tahun 2015 berdasarkan data trending beban tiap bulan di tahun

2014.
152

Tabel 4.24 Perkiraan Beban Tiap Bulan pada Tahun 2015

Transformator 4 tahun Transformator 5 tahun


2015 2015
Bulan
Kapasitas
Daya (MVA) Kapasitas % Daya (MVA) %
januari 44.29 73.82% 23.29 77.62%
februari 45.61 76.02% 24.73 82.42%
maret 45.89 76.48% 26.99 89.98%
april 45.09 75.15% 27.30 91.00%
mei 46.69 77.81% 25.99 86.63%
juni 45.33 75.55% 26.47 88.23%
juli 44.12 73.53% 23.90 79.66%
agustus 43.74 72.90% 22.20 73.99%
september 45.23 75.38% 23.64 78.78%
oktober 46.20 77.00% 24.90 83.00%
november 45.71 76.19% 24.29 80.97%
desember 44.40 73.99% 27.08 90.27%

(Sumber : Perhitungan )

Setelah kita mengetahui besar pembebanan yang terjadi di tahun

2015, maka kita bisa merekomendasikan pada bulan Januari 2015

Transformator 6 masuk ke sistem. Hal itu dilakukan karena pada bulan

Februari 2015 kapasitas beban pada Transformator 5 telah mencapai

82.42% sehingga diharapkan pada bulan Januari 2015 telah dilakukan

penambahan transformator. Sedangkan pembebanan pada

Transformator 4 , transformator masih mampu menanggung beban

hingga Bulan Desember 2015 sebesar 44.40 MVA atau 73.99% dari

kapasitas Transformator. Oleh karena beberapa pertimbangan diatas,

direkomendasikan penambahan transformator 6 150/20 kV kapasitas 60

MVA dilakukan pada bulan Januari 2015.


153

4.10 Proteksi Transformator Distribusi GI Kebonagung

Gardu Induk (GI) Kebonagung merupakan gardu induk milik PT. PLN

(Persero) yang memiliki tiga buah IBT (Inter Bus Transformer) yang

bekerja pada tegangan 150/70 kV dan tiga buah Transformator tenaga

( Transformator 4, 5 dan 6) yang bekerja pada tegangan 150/20 kV. Dua dari

tiga buah Transformator tenaga telah beroperasi dan terdapat satu buah

Transformator tenaga yang belum beroperasi.

Tranformator 4 dengan kapasitas 60 MVA bermerk UNINDO

melayani 8 penyulang, yaitu Klayatan, Gadang, Pakisaji, Janti, Kol.

Sugiono, MOG, Wagir dan Bumiayu, sedangkan Transformator 5 dengan

kapasitas 30 MVA bermerk TELK melayani 3 penyulang, yaitu MATOS,

Sitirejo dan Karang Duren. Untuk setiap Transformator tenaga pada GI

Kebonagung bekerja pada tegangan 150/20 kV.

Transformator 6 dengan kapasitas 60 MVA bermerk SHANDONG

TAKAI belum beroperasi, namun direncanakan untuk melayani penyulang

Kolonel Sugiono dan penyulan Sitirejo karena kedua penyulang tersebut

memiliki kerapatan beban yang tinggi. Pada Bulan Oktober 2014, beban

puncak Transformator 4 mencapai 46.14 MVA atau 76.9% dari kapasitas

Transformator. Sesuai dengan perhitungan peramalan beban, pada bulan

Oktober 2015 beban puncak Transformator 4 mencapai 49.16 MVA atau

81.93% dari kapasitas Transformator dan sudah melebihi standar PLN yang

disarankan yaitu dengan pembebanan 80% dari kapasitas Transformator.


154

Kapasitas pembebanan yang berlebihan akan berakibat buruk pada

Transformator yaitu semakin tingginya temperatur Transformator dan

menyebabkan semakin berkurangnya efisiensi Transformator. Selain itu,

menyebabkan umur (life time) Transformator berkurang. Temperatur yang

tingi dan berlangsung terus menerus jika dibiarkan dapat mengakibatkan

Transformator meledak. Berikut ini akan disajikan single line sistem

proteksi Transformator 6 GI Kebonagung. Selain itu juga diberikan single

line dengan titik gangguan sebagai studi kasus dalam penyelesaian masalah.

Untuk titik gangguan diberikan beberapa titik, yaitu :

a. F1 = titik di sisi primer (150 kV) di luar zone relai diferensial


b. F2 = titik di sisi primer (150 kV) di dalam zone relai diferensial
c. F3 = titik di sisi primer (20 kV) di dalam zone relai diferensial
d. F4 = titik di sisi primer (20 kV) di luar zone relai diferensial
e. Titik gangguan antara F5 Fx dengan pemutus berupa Recloser dan

LBS

Pada titik gangguan F1 dan F4 diberikan titik di bus 150 kV dan 20

kV, dimana kedua titik tersebut berada di luar zone relai diferensial. Titik

tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa relai diferensial hanya

bekerja atau mendeteksi gangguan internal Transformator, dan tidak

terpengaruh pada gangguan di luar zone diferensial.Pada titik gangguan F2

dan F3 diberikan titik di dalam zone diferensial. Kedua titik tersebut

digunakan untuk memastikan bahwa relai diferensial dapat mendeteksi

gangguan pada daerah kerjanya atau zone diferensial.

Terdapat 2 macam kondisi yang akan diproteksi, yaitu kondisi awal

(sebelun adanya pemindahan penyulang) dimana proteksi dilakukan mulai


155

dari sisi incoming 150 kV transformator hingga pada ujung terjauh

penyulang dengan tujuan untuk membandingkan setting relai hasil

perhitungan dengan setting relai dari PLN. Kondisi kedua yaitu proteksi

dilakukan setelah adanya pengalihan penyulang dari hasil prediksi

peramalan beban sebelumnya dengan daerah proteksi mulai dari sisi

incoming 150 kV hingga sisi outgoing 20 kV transformator.

Pada kondisi awal, transformator yang akan diproteksi adalah

tansformator 4 dan 5. Untuk memudahkan perhitungan setting OCR

sekunder Transformator maka diberikan titik F5, F6 dan Titik gangguan

antara F5 Fx dengan pemutus berupa Recloser dan LBS. Penyulang yang

dipilih adalah penyulang Kolonel Sugiono untuk Transformator 4 dan

penyulang Sitirejo untuk Transformator5, dengan pertimbangan bahwa

kedua penyulang tersebut merupakan penyulan terpanjang dan memiliki

beban paling besar.


156

Gambar 4.1 Single Line Proteksi Transformator 4

Gambar 4.23 Single Line Proteksi Transformator 4

(Sumber : PT.PLN GI Kebonagung)

X F1
157

X F2

X F3

X F4

X F5

Gambar 4.24 Single Line Titik Gangguan Transformator 4

(Sumber : PT.PLN GI Kebonagung)


158

X F4

X F5

Gambar 4.25 Single Line Proteksi Transformator 5

(Sumber : PT.PLN GI Kebonagung)

X F1
159

X F2

X F3

X F5

Gambar 4.26 Single Line Titik Gangguan Transformator 5

(Sumber : PT.PLN GI Kebonagung)

4.11 Perhitungan Hubung Singkat Pada Gardu Induk


160

Berikut ini akan ditampilkan perhitungan arus hubung singkat pada GI

Kebonagung

4.11.1 Data Awal

Data awal merupakan data yang digunakan untuk membantu

perhitungan. Data ini adalah data yang telah ditentukan oleh PT.PLN

Jawa Timur. Perhitungan di bawah ini mengunakan persamaan ( 2.24 )

hingga (2.28).

MVAbase = 100 MVA


Tegangan base = 1 pu
Dari data diatas maka diperoleh :
kV 2 1502
Impedansi base 150 kV (Zb150) = 225
MVA b 100
MVAb 100000

Arus base pada 150 kV (Ib150) 3 kV 3 150 = 384,9 A

kV 2 202
Impedansi base 20 kV (Zb20) MVA b
100 =4

MVAb 100000

Arus base pada 20 kV (Ib20) 3 kV 3 20 = 2887 A

Data Sumber di Bus 150kV

Data di bus 150 kV GI Kebonagung merupakan data terbaru dari arus

hubung singkat GI/GITET P3B Jawa Bali semester 1 tahun 2015.

Impedansi urutan positif : R1 = 0.00542102 pu X1 = 0.03445694 pu


Z1 = R1 + jX1 = 0.00542102 + 0.03445694 j pu
Impedansi urutan negative: R2 = 0.00506372 pu X2 = 0.03445942 pu
Z2 = R2 + jX2 = 0.00506372 + 0.03445942 j pu
Impedansi urutan nol : R0 = 0.01164973 pu X0 = 0.06472778 pu
Z0 = R0 + jX0 = 0.01164973 + 0.06472778 j pu
Data Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV
161

Data transmisi line (T/L) yang digunakan adalah T/L arah Lawang

Kebonagung I dengan spesifikasi sebagai berikut :

Jenis penghantar : ACSR AW 330 mm2


KHA : 740 A
Panjang (p) : 0.02 km
Panjang Route : 25.805 km

R1 = R 2 : 0.0888 Ohm

X1 = X2 : j0.3860 Ohm

R0 = 3.R1 : 0.2664 Ohm

X0 = 3.X1 : j1.158 Ohm

(Sesuai dengan rumus 2.29 2.31)


R 1+ j X 1
- Impedansi urutan positif : Zsutt1 = Z b 150 =

0.0888+ j 0.3860
225

Zsutt1 = 0.000395 + 0.001716 j (pu)

R 2+ j X 2
- Impedansi urutan negatif : Zsutt2 = Z b 150 =

0.0888+ j 0.3860
225

Zsutt2 = 0.000395 + 0.001716 j (pu)


162

R 0+ j X 0
- Impedansi urutan nol : Zsutt0 = Z b 150 =

0.2664+ j 1.158
225

Zsutt2 = 0.00118 + 0.00515 j (pu)

4.11.2 Data Transformator 4

Data transformator merupakan data yang diperoleh dari nameplate

Transformator .Data tersebut adalah sebagai berikut :

Merk Transformator : UNINDO


Kapasitas Transformator : 60 MVA
Rasio Tegangan : 150/20 kV
Tegangan Impedansi : 12.39 %
Vektor Group : YNyn0(d)

Dari data diatas. maka dapat dihitung besar arus nominal

berdasarkan persamaan (2.24) hingga (2.28) yang melewati

transformator yaitu :

S MVA 60000

Arus Nominal Primer In 150 3(kV ) = 150 3 = 230.9A

(2.7)
S MVA 60000
Arus Nominal Sekunder In = = 1732.05
20 3(kV ) 20 3

A Impedansi transformator dinyatakan dalam pu dan untuk impedansi

urutannya dinyatakan sebagai berikut :


163

12.39
Impedansi Transformator : Zt = 12.39 % = 0.1239
100

pu
MVA b
Impedansi urutan positive : Xt1 = Zt x S = 0.1239 x

100
60

= 0.2065 pu
Impedansi urutan negative : Xt2 = Xt1 = 0.2065 pu
Impedansi urutan zero : Xt0 = Xt1 = 0.2065 pu

Impedansi transformator ditinjau berdasarkan belitan dimana

transformator 4 GI Kebonagung memiliki belitan dengan vector

YNyn0. Dimana untuk tipe faktor pengali :

Tabel 4.25 Faktor Pengali Untuk Setiap Jenis Belitan Transformator (PLN.2012)

BELITAN KODE BESAR FAKTOR PENGALI

Yyd 1 0.5
Shell Type 2 5000000
Core Type 3 10

(Sumber PT.PLN,2012)
Sehingga impedansi urutan transformator adalah sebagai berikut :

Impedansi Transformator belitan primer


Urutan positive : Xtp1 = 0.5 x Xt1
Xtp1 = 0.5 x 0.2065 = 0.10325 pu
Urutan negative : Xtp2 = Xtp1 = 0.10325 pu
Urutan zero : Xtp0 = Xtp1 = 0.10325 pu
Impedansi Transformator belitan sekunder
Urutan positive : Xts1 = 0.5 x Xt1
Xts1 = 0.5 x 0.2065 = 0.10325 pu
Urutan negative : Xts2 = Xts1 = 0.10325 pu
Urutan zero : Xts0 = Xts1 = 0.10325 pu
164

Impedansi Transformator belitan tersier


Urutan positive : Xtt1 = 0.5 x Xt1
Xtt1 = 0.5 x 0.2065 = 0.10325 pu
Urutan negative : Xtt2 = Xtt1 = 0.10325 pu
Urutan zero : Xtt0 = Xtt1 = 0.10325 pu

Data Current Transformers

Data CT yang digunakan pada Transformator 4 adalah sebagai berikut :

Sisi primer (150kV) : 400/5 A


Sisi sekunder (20kV) : 2000/5A
Sisi netral (150 kV) : 100/5 A
Sisi NGR : 50/5 A
Sisi netral (20 kV) : 50/5 A

Data Neutral Ground Resistor (NGR)

Data Neutral Ground Resistor yang terpasang adalah sebagai berikut :

Kapasitas : 500 ohm


NGR 500
= =125 pu
Hambatan NGR : Z b20 4

kV 20 kV
= =23.094 A
Arus nominal NGR (In NGR) : NGR 3 500 3
Kemampuan Arus Maksimum : 28 A
Waktu maksimum NGR : 30 detik

Data Penghantar Incoming Kubikel Penyulang20 kV

Untuk data penyulang. diberikan Penyulang Kolonel Sugiono

dengan alasan Penyulang Kolonel Sugiono adalah penyulang dengan

beban paling besar dan jaringan yang paling panjang dibandingkan


165

penyulang lainnya. Untuk data data Penyulang Kolonel Sugiono adalah

sebagai berikut :

GI : Kebonagung

Penyulang : Kolonel Sugiono

Penghantar : XLPE 3 x 150 mm2

AAAC 3 x 150 mm2

AAAC 3 x 70 mm2

AAAC 3 x 50 mm2

AAAC 3 x 35 mm2

Panjang Penyulang : 93.029 ms

Untuk besar impedansi penghantar tiap saluran berdasarkan SPLN 64 :

1985 adalah :

XLPE 3 x 150 mm2


Impedansi urutan positif : R1 = 0.206 /km X1 = 0.104 /km
Z1 = 0.206 + 0.104 j (pu)
Impedansi urutan negative : R2 = 0.206 /km X2 = 0.104 /km
Z2 = 0.206 + 0.104 j (pu)
Impedansi urutan nol : R0 = 0.356 /km X0 = 0.312 /km
Z0 = 0.206 + 0.104 j (pu)
AAAC 3 x 70 mm2
Impedansi urutan positif : R1 = 0.4608 /km X1 = 0.3572 /km
Z1 = 0.4608 + 0.3572 j (pu)
Impedansi urutan negative : R2 = 0.4608 /km X2 = 0.3572 /km
Z2 = 0.4608 + 0.3572 j (pu)
Impedansi urutan nol : R0 = 0.6088 /km X0 = 1.6447 /km
Z0 = 0.6088 + 1.6447 j (pu)
AAAC 3 x 150 mm2
Impedansi urutan positif : R1 = 0.2162 /km X1 = 0.3305 /km
Z1 = 0.2162 + 0.3305 j (pu)
166

Impedansi urutan negative : R2 = 0.2162 /km X2 = 0.3305 /km


Z2 = 0.2162 + 0.3305 j (pu)
Impedansi urutan nol : R0 = 0.3631 /km X0 = 1.6180 /km
Z0 = 0.3631 + 1.6180 j (pu)
AAAC 3 x 50 mm2
Impedansi urutan positif : R1 = 0.5882 /km X1 = 0.3677 /km
Z1 = 0.5882 + 0.3677 j (pu)
Impedansi urutan negative : R2 = 0.5882/km X2 = 0.3677 /km
Z2 = 0.5882 + 0.3677 j (pu)
Impedansi urutan nol : R0 = 0.7932 /km X0 = 1.6553 /km
Z0 = 0.7932 + 1.6553 j (pu)
AAAC 3 x 35 mm2
Impedansi urutan positif : R1 = 0.8403 /km X1 = 0.3791 /km
Z1 = 0.8403 + 0.3791 j (pu)
Impedansi urutan negative : R2 = 0.8403 /km X2 = 0.3791 /km
Z2 = 0.8403 + 0.3791 j (pu)
Impedansi urutan nol : R0 = 1.0697 /km X0 = 1.6665 /km
Z0 = 1.0697 + 1.6665 j (pu)

Sedangkan besar impedansi untuk data penghantar di kubikel

incoming adalah sebagai berikut :

R = 0.075 /km

L = 0.31 x 10-3 henry

P = 0.2 km

Xl = x L=2 f L

=2 50 x 0.31 x 10-3

= 0.097 /km

Zk = R + j Xl (/km) = 0.075 + 0.097 j (pu)

Data Impedansi Total


167

Besar impedansi setiap komponen yang akan digunakan dalam

perhitungan urutan impedansi titik gangguan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 4.26 Impedansi Total Transformator 4

(Sumber : Hasil Perhitungan )


4.11.3 Data Transformator 5
Merk Transformator : TELK
Kapasitas Transformator : 30 MVA
Rasio Tegangan : 150/20 kV
Tegangan Impedansi : 12.35 %
Vektor Group : YNyn0(d)

Dari data diatas. Maka dapat dihitung besar arus nominal yang

melewati transformator. Perhitungan dibawah ini berdasarkan

persamaan (2.24) hingga (2.28).

S MVA 30000

Arus Nominal Primer In 150 3(kV ) = 150 3 = 115.47 A

(2.7)
S MVA 30000
Arus Nominal Sekunder In = = 866.025
20 3(kV ) 20 3

A (2.7)
168

Impedansi transformator dinyatakan dalam pu dan untuk impedansi

urutannya dinyatakan sebagai berikut :

12.35
Impedansi Transformator : Zt = 12.35 % = 0.1235
100

pu (2.15)
MVA b 100
Impedansi urutan positive : Xt1 = Zt x S = 0.1235 x 30 =

0.4117 pu
Impedansi urutan negative : Xt2 = Xt1 = 0.4117 pu
Impedansi urutan zero : Xt0 = Xt1 = 0.4117 pu

Impedansi transformator ditinjau berdasarkan belitan dimana

transformator 5 GI Kebonagung memiliki belitan dengan vector YNyn0.

Dimana untuk tipe faktor pengali :

Tabel 4.27 Faktor Pengali Untuk Setiap Jenis Belitan Transformator (PLN.2012)

BELITAN KODE BESAR FAKTOR PENGALI

Yyd 1 0.5
Shell Type 2 5000000
Core Type 3 10

Sehingga impedansi urutan transformator adalah sebagai berikut :

Impedansi Transformator belitan primer berdasarkan persamaan

(2.29) hingga (2.31)


Urutan positive : Xtp1 = 0.5 x Xt1
Xtp1 = 0.5 x 0.4117 = 0.2059 pu
Urutan negative : Xtp2 = Xtp1 = 0.2059 pu
Urutan zero : Xtp0 = Xtp1 = 0.2059 pu

Impedansi Transformator belitan sekunder


169

Urutan positive : Xts1 = 0.5 x Xt1


Xts1 = 0.5 x 0.4117 = 0.2059 pu
Urutan negative : Xts2 = Xts1 = 0.2059 pu
Urutan zero : Xts0 = Xts1 = 0.2059 pu
Impedansi Transformator belitan tersier
Urutan positive : Xtt1 = 0.5 x Xt1
Xtt1 = 0.5 x 0.4117 = 0.2059 pu
Urutan negative : Xtt2 = Xtt1 = 0.2059 pu
Urutan zero : Xtt0 = Xtt1 = 0.2059 pu

Data Current Transformers

Data CT yang digunakan pada Transformator 5 adalah sebagai berikut :

Sisi primer (150kV) : 200/5 A


Sisi sekunder (20kV) : 2000/5A
Sisi netral (150 kV) : 300/5 A
Sisi NGR : 50/5 A
Sisi netral (20 kV) : 50/5 A
Data Neutral Ground Resistor (NGR)

Data Neutral Ground Resistor yang terpasang adalah sebagai berikut :

Kapasitas : 500 ohm


NGR 500
= =125 pu
Hambatan NGR : Z b20 4

kV 20 kV
= =23.094 A
Arus nominal NGR (In NGR) : NGR 3 500 3
Kemampuan Arus Maksimum : 28 A
Waktu maksimum NGR : 30 detik
Data Penghantar Incoming Kubikel Penyulang20 kV

Untuk data penyulang. diberikan Penyulang Sitirejo dengan

alasan Penyulang Sitirejo adalah penyulang dengan beban paling besar

dan jaringan yang paling panjang dibandingkan penyulang lainnya.

Untuk data data Penyulang Sitirejo adalah sebagai berikut :


170

GI : Kebonagung

Penyulang : Sitirejo

Penghantar : XLPE 3 x 150 mm2

AAAC 3 x 240 mm2

AAAC 3 x 150 mm2

AAAC 3 x 120 mm2

AAAC 3 x 95 mm2

AAAC 3 x 70 mm2

AAAC 3 x 50 mm2

AAAC 3 x 35 mm2

Panjang Penyulang : 73.739 ms

Untuk besar impedansi penghantar tiap saluran berdasarkan SPLN

64 : 1985.

AAAC 3 x 240 mm2


Impedansi urutan positif : R1 = 0.1225 /km X1 = 0.3157 /km
Z1 = 0.1225 + 0.3157 j (pu)
Impedansi urutan negative : R2 = 0.1225 /km X2 = 0.3157 /km
Z2 = 0.1225 + 0.3157 j (pu)
Impedansi urutan nol : R0 = 0.2705 /km X0 = 1.6032 /km
Z0 = 0.2705 + 1.6032 j (pu)
AAAC 3 x 120 mm2
Impedansi urutan positif : R1 = 0.2451 /km X1 = 0.3375 /km
Z1 = 0.2451 + 0.3375 j (pu)
Impedansi urutan negative : R2 = 0.2451 /km X2 = 0.3375 /km
Z2 = 0.2451 + 0.3375 j (pu)
Impedansi urutan nol : R0 = 0.3931 /km X0 = 1.625 /km
171

Z0 = 0.3931 + 1.625 j (pu)


AAAC 3 x 95 mm2
Impedansi urutan positif : R1 = 0.3096 /km X1 = 0.3791 /km
Z1 = 0.3096 + 0.3791 j (pu)
Impedansi urutan negative : R2 = 0.3096 /km X2 = 0.3791 /km
Z2 = 0.3096 + 0.3791 j (pu)

Impedansi urutan nol : R0 = 1.0697 /km X0 = 0.3464 /km


Z0 = 1.0697 + 0.3464 j (pu)

Sedangkan besar impedansi untuk data penghantar di kubikel incoming

adalah sebagai berikut :

R = 0.075 /km

L = 0.31 x 10-3 henry

P = 0.2 km

Xl = x L=2 f L

=2 50 x 0.31 x 10-3

= 0.097 /km

Zk = R + j Xl (/km) = 0.075 + 0.097 j (pu)

Data Impedansi Total

Besar impedansi setiap komponen yang akan digunakan dalam

perhitungan urutan impedansi titik gangguan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :
172

Tabel 4.28 Impedansi Total Transformator 5

(Sumber : Hasil Perhitungan )

4.12 Perhitungan Urutan Impedansi Sistem Pada Setiap Titik

Gangguan
173

Berikut ini akan disajikan perhitungan urutan impedansi pada setiap

titik gangguan. Perhitungan di bawah ini berdsarkan persamaan 2.29

hingga 2.31.

Titik Gangguan F1
Perhitungan untuk besarnya impedansi di titik gangguan F1 yang terletak

pada ujung SUTT adalah sebagai berikut :

a. Impedansi Urutan Positif

0.005421 + 0.034457 0
j .000395 + 0.001716 j

+ Zs1 Zsutt1
Ea
Gambar- 4.27 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Positif di Titik F1

Z1 F1 = Zs1 + Zsutt1

Z1 F1 = (0.005421 + 0.034457 j) + (0.000395 + 0.001716 j)

Z1 F1 = 0.005816 + 0.036173 j pu

b. Impedansi Urutan Negatif


0.005064 + 0.034459 j0.000395 + 0.001716 j

Zs2 Zsutt2

Gambar 4.28 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Negatif di Titik F1


Z2 F1 = Zs2 + Zsutt2

Z2 F1 = (0.005064 + 0.034459 j) + (0.000395 + 0.001716 j)

Z2 F1 = 0.005459 + 0.036175 j pu
174

c. Impedansi Urutan Nol


0.011650 + 0.064728 j0.001180 + 0.005150 j

Zs0 Zsutt0

Gambar 4.29 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Nol di Titik F1

Z0 F1 = Zs0 + Zsutt0

Z0 F1 = (0.011650 + 0.064728 j) + (0.001180 + 0.005150 j)

Z0 F1 = 0.012830 + 0.069878 j pu

Titik Gangguan F2
Perhitungan untuk besarnya impedansi di titik gangguan F2 yang terletak

pada jarak 100% dari SUTT (0.02 km) adalah sebagai berikut :

a. Impedansi Urutan Positif

0.005421 + 0.034457 0
j .000395 + 0.001716 j

+ Zs1 Zsutt1
Ea
-
Gambar 4.30 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Positif di Titik F2

Z1 F2 = Zs1 + (Zsutt1 x p)
175

Z1 F2 = (0.005421 + 0.034457 j) + [ (0.000395 + 0.001716 j) x 0.02 ]

Z1 F2 = 0.005429 + 0.034491 j pu

b. Impedansi Urutan Negatif

0.005064 + 0.034459 j0.000395 + 0.001716 j

Zs2 Zsutt2

Gambar 4.31 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Negatif di Titik F2


Z2 F2 = Zs2 + (Zsutt2 x p)

Z2 F2 = (0.005064 + 0.034459 j) + [ (0.000395 + 0.001716 j) x 0.02 ]

Z2 F2 = 0.005072 + 0.034494 j pu

c. Impedansi Urutan Nol


0.011650 + 0.064728 j0.001180 + 0.005150 j

Zs0 Zsutt0

Gambar 4.32 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Nol di Titik F1

Z0 F2 = Zs0 + (Zsutt0 x p)

Z0 F2 = (0.011650 + 0.064728 j) + [ (0.001180 + 0.005150 j) x 0.02 ]

Z0 F2 = 0.011673 + 0.064831 j pu

Titik Gangguan F3
176

Perhitungan untuk besarnya impedansi di titik gangguan F3 yang terletak

pada bagian sekunder transformator adalah sebagai berikut :

a. Impedansi Urutan Positif

0.005429 + 0.034491 j0.10325 j 0.10325 j

+ Z2F2 Ztp2 Zts2


Ea
Gambar -4.33 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Positif di Titik F3

Z1 F3 = Z1F2 + Ztp1 + Zts1

Z1 F3 = (0.005429 + 0.034491 j) + 0.10325 j + 0.10325 j

Z1 F3 = 0.005429 + 0.240991 j pu

b. Impedansi Urutan Negatif

0.005072 + 0.034494 j0.10325 j 0.10325 j

+ Z2F2 Ztp2 Zts2


Ea
-

Gambar 4.34 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Negatif di Titik F3

Z2 F3 = Z2F2 + Ztp1 + Zts1

Z2 F3 = (0.005072 + 0.034494 j) + 0.10325 j + 0.10325 j

Z2 F3 = 0.005072 + 0.240994 j pu
177

c. Impedansi Urutan Nol

0.011673 + 0.064831 j

Gambar 4.35 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Nol di Titik F3

( Z 0 F 2+ Xtp 0 ) xZtt 0

Z0 F3 = ( ) + Zts0 + (3.RNGR)
Z 0 F 2+ Xtp 0+ Ztt 0

( ( 0.011673+0.064831 j ) +0.10325 j ) x 0.10325 j


Z0 F3 = ( ( 0.011673+ 0.064831 j )+ 0.10325 j+ 0.10325 j ) + 0.10325 j + +

(3 x 125)

0.011673+0.01735 j
Z0 F3 = ( 0.011673+0.27133 j ) + 0.10325 j + (3 x 125)

Z0 F3 = 375 + 0.167190 j pu

Titik Gangguan F4
Perhitungan untuk besarnya impedansi di titik gangguan F4 yang terletak

pada jarak 0.2 km atau 100% dari titik gangguan adalah sebagai berikut :
a. Impedansi Urutan Positif

0.005429 + 0.240991 j 0.075 + 0.097 j

+ Z1F3 Zk
Ea
-
Gambar 4.36 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Positif di Titik F4
178

Z1 F4 = Z1F3 + Zk

Z1 F4 = (0.005429 + 0.240991 j) + (0.075 + 0.097 j)

Z1 F4 = 0.080429 + 0.337991 j pu

b. Impedansi Urutan Negatif

0.005072 + 0.240994 j 0.075 + 0.097 j

+ Z2F3 Zk
Ea
-
Gambar 4.37 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Negatif di Titik F4

Z2 F4 = Z2F3 + Zk

Z2 F4 = (0.005072 + 0.240994 j) + (0.075 + 0.097 j)

Z2 F4 = 0.080072+ 0.337994 j pu

c. Impedansi Urutan Nol

375 + 0.167190 j 0.075 + 0.097 j

+ Z0F3 Zk
Ea
-
Gambar 4.38 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Nol di Titik F4

Z0 F4 = Z0F3 + Zk

Z0 F4 = (375 + 0.167190 j) + (0.075 + 0.097 j)


179

Z0 F4 = 375.075 + 0.264190 j pu

Titik Gangguan F5
Perhitungan untuk besarnya impedansi di titik gangguan F5 yang terletak

di section 1 pada LBS Lowokdoro (untuk penyulang Kol.Sugiono) yang

menggunakan penghantar XLPE 3x150 mm2 , AAAC 3x150 mm2 , AAAC

3x70 mm2 adalah sebagai berikut :


a. Impedansi Urutan Positif

0.206
0.080429 + 0.337991 j + 0.104 0.2162
j + 0.3305 0.4608
j + 0.3572 j

+ Z1F4 ZSUTM ZSUTM ZSUTM


XLPE AAAC AAAC
Ea 3 x 150 mm2 3 x 150 mm2 3 x 70 mm2
-
Gambar 4.39 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Positif di Titik F5

Z SUTM XLPE x p Z SUTM AAAC 1 x p


Z1 F5= Z1F4 + ( Z b 20 ) + ( Z b 20 )+(

Z SUTM AAAC 2 x p
Z b 20 )

( 0.206+0.104 J ) x 0.006407
Z1 F5 = (0.080429 + 0.337991 j) + [ +
4
180

( 0.2162+ 0.3305 j ) x 0.036237


[ +[
4

( 0.4608+ 0.3572 j ) x 1.74260



4

Z1 F5 = (0.080429 + 0.337991 j) + (0.000330 + 0.000167 j) + (0.001959 +

0.0029941 j) + (0.200748 + 0.155615 j)

Z1 F5 = 0.283466 + 0.496767 j pu

b. mpedansi Urutan Negatif

0.206
0.080072 + 0.337994 j + 0.104 0.2162
j + 0.3305 0.4608
j + 0.3572 j

+ Z2F4 ZSUTM ZSUTM ZSUTM


XLPE AAAC AAAC
Ea 3 x 150 mm2 3 x 150 mm2 3 x 70 mm2
-
Gambar 4.40 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Negatif di Titik F5

Z SUTM XLPE x p Z SUTM AAAC 1 x p


Z2 F5= Z1F4 + ( Z b 20 )+( Z b 20 )+(

Z SUTM AAAC 2 x p
Z b 20 )
181

( 0.206+0.104 J ) x 0.006407
Z2 F5 = (0.080072 + 0.337994 j) + [ +
4

( 0.2162+ 0.3305 j ) x 0.036237


[ +[
4

( 0.4608+ 0.3572 j ) x 1.74260



4

Z2 F5 = (0.080429 + 0.337991 j) + (0.000330 + 0.000167 j) + (0.001959 +

0.0029941 j) + (0.200748 + 0.155615 j)

Z2 F5 = 0.283109 + 0.496769 j pu

c. Impedansi Urutan Nol

375.075 + 0.2641900.356
j + 0.312 0.3631+
j 1.618 j 0.6088+ 1.6447 j

+ Z0F4 ZSUTM ZSUTM ZSUTM


XLPE AAAC AAAC
Ea 3 x 150 mm2 3 x 150 mm2 3 x 70 mm2
-
Gambar 4.41 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Nol di Titik F5

Z SUTM XLPE x p Z SUTM AAAC 1 x p


Z0 F5= Z0F4 + ( Z b 20 )+( Z b 20 )+(

Z SUTM AAAC 2 x p
Z b 20 )

( 0.356+0.312 j ) x 0.006407
Z0 F5 = (375.075 + 0.264190 j) + [ +
4
182

( 0.2162+ 0.3305 j ) x 0.036237


[ +[
4

( 0.4608+ 0.3572 j ) x 1.74260



4

Z0 F5 = (0.080429 + 0.337991 j) + (0.000330 + 0.000167 j) + (0.001959 +

0.0029941 j) + (0.200748 + 0.155615 j)

Z0 F5 = 375.344084+ 0.995864 j pu

Titik Gangguan F6

rhitungan untuk besarnya impedansi di titik gangguan F6 yang terletak di

Recloser Kantor (untuk penyulang Kol.Sugiono) menggunakan penghantar XLPE

3 x 150 mm2, AAAC 3 x 150 mm2, AAAC 3 x 70 mm2, AAAC 3 x 50 mm2 dan

AAAC 3 x 35 mm2 adalah sebagai berikut :

a. Impedansi Urutan Positif

0.283466 + 0.4967670.2162
j + 0.33050.4608
j + 0.35720.5882
j + 0.3677
0.8430
j + 0.3791 j

+ Z1F5 ZSUTM ZSUTM ZSUTM ZSUTM


AAAC AAAC AAAC AAAC
Ea 3 x 150 mm2 3 x 70 mm2 3 x 50 mm2 3 x 35 mm2

Gambar 4.42 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Positif di Titik F6


183

Z SUTM AAAC 1 x p Z SUTM AAAC 2 x p


Z1 F6 = Z1F5 + ( Z b 20 )+( Z b 20 )+(

Z SUTM AAAC 3 x p Z SUTM AAAC 4 x p


Z b 20 )+( Z b 20 )

( 0.2162+ 0.3305 j ) x 1.0721


Z1 F6 = (0.283466 + 0.496767 j) + [ +[
4

( 0.4608+ 0.3572 j ) x 6.8785


+[
4

( 0.5882+ 0.3677 j ) x 0.0611


+[
4

( 0.8430+ 0.3791 j ) x 1.0329



4

Z1 F6 = (0.283466 + 0.496767 j) + (0.057949 + 0.088585 j) + (0.008986 +

0.0056174 j) + (0.216994215 + 0.0978966 j)

Z1 F6 = 1.359804 + 1.303120 j pu

b. Impedansi Urutan Negatif

0.283109 + 0.4967690.2162
j + 0.33050.4608
j + 0.35720.5882
j + 0.3677
0.8430
j + 0.3791 j

+ Z2F5 ZSUTM ZSUTM ZSUTM ZSUTM


AAAC AAAC AAAC AAAC
Ea 3 x 150 mm2 3 x 70 mm2 3 x 50 mm2 3 x 35 mm2

-
184

Gambar 4.43 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Negatif di Titik F6

Z SUTM AAAC 1 x p Z SUTM AAAC 2 x p


Z2 F6 = Z2F5 + ( Z b 20 ) + ( Z b 20 )+(

Z SUTM AAAC 3 x p Z SUTM AAAC 4 x p


Z b 20 ) + ( Z b 20 )

( 0.2162+ 0.3305 j ) x 1.0721


Z2 F6 = (0.283109 + 0.496769 j) + [ +[
4

( 0.4608+ 0.3572 j ) x 6.8785


+[
4

( 0.5882+ 0.3677 j ) x 0.0611


+[
4

( 0.8430+ 0.3791 j ) x 1.0329



4

Z2 F6 = (0.283466 + 0.496767 j) + (0.057949 + 0.088585 j) + (0.008986 +

0.0056174 j) + (0.216994215 + 0.0978966 j)

Z2 F6 = 1.359446 + 1.303123 j pu

c. Impedansi Urutan Nol

0.283109 + 0.4967690.3631+
j 1.618 j0.6088+ 1.6447 0.7932
j + 1.6553
1.0697
j + 1.6665 j

+ Z0F5 ZSUTM ZSUTM ZSUTM ZSUTM


AAAC AAAC AAAC AAAC
Ea 3 x 150 mm2 3 x 70 mm2 3 x 50 mm2 3 x 35 mm2
-
185

Gambar 4.44 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Nol di Titik F6

Z SUTM AAAC 1 x p Z SUTM AAAC 2 x p


Z0 F6 = Z0F5 + ( Z b 20 )+( Z b 20 )+(

Z SUTM AAAC 3 x p Z SUTM AAAC 4 x p


Z b 20 ) + ( Z b 20 )

( 0.3631+1.618 j ) x 1.0721
Z0 F6 = (375.344084 + 0.995864 j) + [ +[
4

( 0.6088+ 1.6447 j ) x 6.8785


+[
4

( 0.7932+1.6553 j ) x 0.0611
+[
4

( 1.0697+ 1.6665 j ) x 1.0329



4

Z0 F6 = (375.344084 + 0.995864 j) + ( 0.097323+0.433679 j ) +

( 1.046915+2.828287 j ) + ( 0.012118+ 0.0252885 j ) +


186

( 0.276233145+0.4303473 j

Z0 F6 = 376.776674 + 4.713466 j pu

Titik Gangguan F7
Perhitungan untuk besarnya impedansi di titik gangguan F7 yang terletak

di CO Pringu (untuk penyulang Kol.Sugiono) menggunakan penghantar

XLPE 3 x 150 mm2, AAAC 3 x 150 mm2, AAAC 3 x 70 mm 2, AAAC 3 x

50 mm2 dan AAAC 3 x 35 mm2 adalah sebagai berikut :

a. Impedansi Urutan Positif

1.359804 + 1.3031200.2162
j + 0.33050.4608
j + 0.35720.5882
j + 0.3677
0.8430
j + 0.3791 j

+ Z1F6 ZSUTM ZSUTM ZSUTM ZSUTM


AAAC AAAC AAAC AAAC
Ea 3 x 150 mm2 3 x 70 mm2 3 x 50 mm2 3 x 35 mm2

-
Gambar 4.45 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Positif di Titik F7

Z SUTM AAAC 1 x p Z SUTM AAAC 2 x p


Z1 F7 = Z1F6 + ( Z b 20 )+( Z b 20 )+(

Z SUTM AAAC 3 x p Z SUTM AAAC 4 x p


Z b 20 )+( Z b 20 )

( 0.2162+ 0.3305 j ) x 9.8862


Z1 F7 = (1.359804 + 1.303120 j) + [ +[
4

( 0.4608+ 0.3572 j ) x 6.6929


+[
4
187

( 0.5882+ 0.3677 j ) x 1.3167


+[
4

( 0.8430+ 0.3791 j ) x 0.11776



4

Z1 F7 = (1.359804 + 1.303120 j) + (0.534350 + 0.816849 j) + (0.193629 +

0.1210426 j) + (0.024738408 + 0.0111607 j)

Z1 F7 = 2.883546 + 2.849851 j pu

b. Impedansi Urutan Negatif

+ 0.33050.4608 + 0.35720.5882
j + 0.3677
0.8430
j + 0.3791 j
1.359446 + 1.3031230.2162 j
j

+ Z2F6 ZSUTM ZSUTM ZSUTM ZSUTM


AAAC AAAC AAAC AAAC
Ea 3 x 150 mm2 3 x 70 mm2 3 x 50 mm2 3 x 35 mm2
-

Gambar 4.46 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Negatif di Titik F7

Z SUTM AAAC 1 x p Z SUTM AAAC 2 x p


Z2F7 = Z2F6 + ( Z b 20 )+( Z b 20 )+(

Z SUTM AAAC 3 x p Z SUTM AAAC 4 x p


Z b 20 )+( Z b 20 )
188

( 0.2162+ 0.3305 j ) x 9.8862


Z2 F7 = (1.359446 + 1.303123 j) + [ +[
4

( 0.4608+ 0.3572 j ) x 6.6929


+[
4

( 0.5882+ 0.3677 j ) x 1.3167


+[
4

( 0.8430+ 0.3791 j ) x 0.11776



4

Z2 F7 = (1.359446 + 1.303123 j) + (0.534350 + 0.816849 j) + (0.193629 +

0.1210426 j) + (0.024738408 + 0.0111607 j)

Z2 F7 = 2.883189 + 2.849853 j pu

c. Impedansi Urutan Nol

376.776674 + 4.7134660.3631+
j 1.618 j0.6088+ 1.6447 0.7932
j + 1.6553
1.0697
j + 1.6665 j

+ Z0F6 ZSUTM ZSUTM ZSUTM ZSUTM


AAAC AAAC AAAC AAAC
Ea 3 x 150 mm2 3 x 70 mm2 3 x 50 mm2 3 x 35 mm2

Gambar 4.47 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Nol di Titik F7


189

Z SUTM AAAC 1 x p Z SUTM AAAC 2 x p


Z0 F7 = Z0F6 + ( Z b 20 )+( Z b 20 )+(

Z SUTM AAAC 3 x p Z SUTM AAAC 4 x p


Z b 20 )+( Z b 20 )

( 0.3631+1.618 j ) x 9.8862
Z0 F7= (376.776674 + 4.713466 j) + [ +[
4

( 0.6088+ 1.6447 j ) x 6.6929


+[
4

( 0.7932+1.6553 j ) x 1.3167
+[
4

( 1.0697+ 1.6665 j ) x 0.11776



4

Z0 F7 = (376.776674 + 4.713466 j) + ( 0.897422+3.998978 j ) +

( 1.018663+2.751962 j ) + ( 0.261112+ 0.5449058 j ) +

( 0.031491938+0.0490617 j

Z0 F7 = 378.985363 + 12.058374 j pu

Dari perhtungan diatas, dapat dirangkum besarnya impedansi pada setiap

titik gangguan pada transformator 4 dan 5 sebagai berikut :


190

Tabel 4.29 Urutan Impedansi Titik Gangguan Pada Transformator 4 dan

Penyulang Kolonel Sugiono

(Sumber : Hasil Perhitungan )

Tabel 4.30 Urutan Impedansi Titik Gangguan Pada Transformator 5 dan


Penyulang Sitirejo

(Sumber : Hasil Perhitungan )

4.13 Perhitungan Arus Hubung Singkat


Dari perhitungan impedansi pada tiap peralatan maupun di tiap titik

gangguan maka dapat ditentukan nilai arus hubung singkat yang ada pada

setiap titik gangguan. Arus hubung singkat dimisalkan terjadi pada titik

gangguan pada rel/busbar 150 kV dan 20 kV Gardu Induk Darmo Grande.

Untuk perhitungan arus hubung singkat sebagai berikut :


191

a)Arus Hubung Singkat 3 fasa (Simetris)


b)Arus Hubung Singkat 2 fasa
c) Arus Hubung Singkat 2 fasa ke tanah
d)Arus Hubung Singkat 1 fasa ke tanah

Sedangkan titik gangguan yang akan digunakan sebagai contoh

perhitungan adalah hubung singkat pada titik gangguan F1, yaitu titik

gangguan yang terletak pada ujung SUTT. Perhitungan arus hubung

singkat ini berdasarkan persamaan (2.32) hingga (2.57).

a. Arus Hubung Singkat 3 Fasa


E E E
I a1
= Z 1 F 1 = Z tot 1 = Zs1 +Zsutt 1
1

(0.005421+0.03445694 j)+( 0.000395+ 0.001716 j)

1 1<0o
= 0.005816+0.036173 j = 0.03664<80.87 o = 27.29 <

80.87o pu

I a2 I a0
= =0

IA I a0 I a1 I a2 o
= + + = 0 + 27.293 < 80.87 + 0
o
= 27.29 < 80.87 pu
2
IB I a0 a I a2 o o
= + a Ia 1 + = 0 + 27.293 < ( 80.87 +240

+0
o
= 27.29 < 159.13 pu
2
IC I a0 a I a1 o o
= + + a Ia 2 = 0 + 27.293 < ( 80.87 +120

+0
o
= 27.29 < 39.13 pu
Jadi Arus hubung singkat yang sebenarnya adalah
I Af I I o
= A x b150 kV = 27.29 < 80.87 x 384,9
192

o
= 10.505 < 80.87 kA
I Bf IB I b150 kV o
= x = 27.293 < 159.13 x 384,9
o
= 10.505 < 159.13 kA
I Cf IC I b150 kV o
= x = 27.293 < 39.13 x 384,9
o
= 10.505 < 39.13 kA

b. Arus Hubung Singkat 2 Fasa (150kV)

Perhitungan arus hubung singkat 2 fasa di bus 150 kV :

I a2 I a 1 I a0 IC I B IA
= =0 = =0

E E
I a1
= Z1F1+ Z2F1 = Ztot 1+ Ztot 2

1
= ( 0.005816+ 0.036173 j ) + ( 0.005459+0.036175 j )

1 1< 0o
= ( 0.01128+0.07235 j ) = 0.07322< 81.14o =

13.66<81.14 o pu

IA I a0 I a1 I a2 I a1 I a1
= + + =0+ - =0

2 2
IB I a0 a I a2 a I a1
= + a Ia 1 + = 0 + a Ia 1 -

o o o o
= (13.66< (81.14 +240 ) ) - (13.66< (81.14 +120 ) )

o o
= (13.66<158.86 ) ( 13.66<38.86

10.64+8.57 j
= (12.74+4.93 j) - )

= (23.383.64 j)
193

o
= 23.66 171.15 pu

IC o
= 23.38+3.64 j= 23.66 8.85 pu
I B
=

Jadi Arus hubung singkat yang sebenarnya adalah


I Af = 0

I Bf IB I b150 kV o
= x = 23.66 171.15 x 384.9 = 9.107

171.15 o kA
I Cf IC I b150 kV o o
= x = 23.66 8.85 x 384.9 = 9.107 8.85

kA
c. Arus Hubung Singkat 2 Fasa Ke Tanah (150kV)

Perhitungan arus hubung singkat 2 fasa ke tanah di bus 150 kV :

E E
I a1 Z2F1 x Z0F1 Ztot 2 x Ztot 0
= Z 1 F 1 +( ) = Ztot 1+( )
Z 2 F 1+ Z 0 F 1 Ztot 2+ Ztot 0

1
( 0.005459+0.036175 j ) x ( 0.01283+0.069878 j )
( 0.005816+ 0.036173 j ) +{ }
( 0.005459+ 0.036175 j )+ ( 0.01283+0.069878 j )

1
( 0.03658<81.42o ) x ( 0.07105<79.6o )
= ( 0.005816+ 0.036173 j ) +{ }
( 0.10762< 80.21o )
194

1
( 0.0026<161.02o)
= ( 0.005816+ 0.036173 j ) +( )
( 0.10762< 80.21o )

1
= ( 0.005816+ 0.036173 j ) + ( 0.02416< 80.81o )

1
= ( 0.005816+ 0.036173 j ) + ( 0.00386+0.02385 j )

1
= 0.00968+ 0.06 j

1
= 0.06078< 80.84o

o
= 16.45<80.84 pu = 2.6187-16.24 j pu

Ztot 0
I a2 I a 1
= x Ztot 2+ Ztot 0

= (-2.6187+16.24 j) x

( 0.01283+0.069878 j )
( 0.005459+ 0.036175 j )+ ( 0.01283+0.069878 j )

o ( 0.07105 79.6 o )
= (16.45<99.16 ) x (0.10762 80.22o)

o o
= (16.45<99.16 ) x (0,6602 0.62 )

o
= 10.86<98.54 pu
195

Ztot 2
I a0 I a 1
= x Ztot 2+ Ztot 0

( 0.005459+0.036175 j )
=
( 16.45<99.16 o ) x
( 0.005459+ 0.036175 j ) + ( 0.01283+0.069878 j )

o
( 0.03658 81.42o )
= ( 16.45<99.16 ) x (0.10762 80.22o)

o o
= ( 16.45<99.16 ) x (0.3399 1.2 )

o
= 5.593 100.36 pu

IA I a0 I a1 I a2
= + + =0

2
IB I a0 a I a2
= + a Ia 1 +

o o o
= (5.593<100.36 ) + (16.45<159.16 ) + (10.86<218.54 )

= (1.006+5.50 j) + (15.37+5.85 j) + (8.496.77 j)

= (24.87+4.58 j ) pu

o
= 25.29 169.57 pu

2
IC I a0 a I a1
= + + a Ia 2

o o o
= (5.593<100.36 ) + (16.45<39.16 ) + (10.86<338.54 )

= (1.0058+ 5.502 j) + (12.755+10.388 j ) + (10.1073.97 j)

= ( 21.856+11.92 j ) pu

o
= 24.9<28.6 pu
196

Jadi Arus hubung singkat yang sebenarnya adalah


I Af = 0

I Bf IB I b150 kV o
= x = 25.29 169.57 x 384.9 = 9.734

169.57o kA
I Cf IC I b150 kV o o
= x = 24.9<28.6 x 384.9 = 9.584< 28.6

kA

d. Arus Hubung Singkat 1 Fasa Ke Tanah (150kV)

Perhitungan arus hubung singkat 1 fasa ke tanah di bus 150 kV :

I a2 I a1 I a0 IB IC
= = = =0

E E
I a1 =
= Z 1 F 1 + Z 2 F 1 + Z 0 F 1 Ztot 1 +Ztot 2 + Ztot 0

1< 0o
( 0.005816+ 0.036173 j ) + ( 0.005459+0.036175 j ) + ( 0.01283+0.069878 j )

o
1<0
= ( 0.02411+0.14223 j )

1< 0o
= 0.144<80.38o

o
= 6.94<80.38 pu

IA I a0 I a1 I a2 I a1 o
= + + =3 = 20.82<80.38 pu

Jadi Arus hubung singkat yang sebenarnya adalah


197

I Af IA I b150 kV o
= x = 20.82<80.38 x 384,9

o
= 8.014 80.38 kA

Untuk menentukan arus gangguan hubung singkat pada titik gangguan

lainnya (F2 F7) untuk Transformator 4 Penyulang Kol. Sugiono dan ( F2 F8)

untuk Transformator 5 - Penyulang Sitirejo, dapat dilihat pada tabel 4.52 dan tabel

4.53 di bawah ini, dengan perhitungan seperti di atas.

Tabel 4.31 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat di Titik Gangguan

(Transformator 4)

(Sumber : Hasil Perhitungan )

Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat di Titik Gangguan

(Transformator 5)
198

(Sumber : Hasil Perhitungan )

4.14 Perhitungan Setting Relai Proteksi Transformator 4

(Sebelum Pengalihan Penyulang)

Berikut ini akan disajikan perhitungan setting relai proteksi pada

Transformator 5

4.14.1 Setting Relai Diferensial

Relai diferensial bekerja dengan menjumlahkan arus yang masuk

dan arus keluar pada daerah yang diproteksi. Relai ini mendeteksi

gangguan dengan cepat dan tidak dipengaruhi oleh beban lebih atau

gangguan diluar wilayah proteksinya.

Dibutuhkan dua CT untuk membantu relai diferensial dalam

memonitoring arus yang masuk pada sisi primer Transformator dan arus

yang keluar dari sisi sekunder Transformator. Penyesuaian dalam

pemilihan ratio tap ACT diperlukan karena tegangan sisi primer berbeda

dengan tegangan sisi sekunder Transformator. Perhitungan relai

diferensial didasarkan pada persamaan (2.58) hingga (2.64).


199

Berikut ini adalah perhitungan pemilihan ratio Tap ACT (Auxiliary

Current Transformer) pada transformator 5 :

S : 60 MVA
V : 150/20 kV
Vektor : YNyn0(d)

3
60 x 10
Arus nominal sisi primer : Inp = 150 x 3 = 230.9 A

3
60 x 10
Arus nominal sisi sekunder : Inp = 20 x 3 = 1732 A

Sehingga besar untuk setiap rating CT pada sisi primer dan sekunder

adalah :

Rating CT sisi primer : ICTp = 110% x 230.9 = 254 A

Rating CT yang digunakan : 400/5

Rating CT sisi primer : ICTp = 110% x 1732 = 1905.2 A

Rating CT yang digunakan : 2000/5

Maka tap ACT yang digunakan adalah :

5
Arus yang mengalir pada relai : Irp = 400 x 254 = 3.175 A

5
Arus yang mengalir pada relai : Irs = 2000 x 1905.2 = 4.763 A

Sedangkan arus yang mengalir pada sisi sekunder dari CT baik yang

dipasang di sisi primer maupun sekunder Transformator 5 adalah :


200

IsCTp = 5 A IsCTs = 5 A

Karena hubungan Transformator YNyn0 (d) maka, hubungan

CT yang terpasang adalah Y untuk sisi primer maupun sekunder,

karena perbedaan angka jam sebesar 180 dari angka jam

Transformator 4 sendiri, maka tap ACT nya adalah sebagai berikut :

I sCTp 5
TAPACTp = I ACTsp = 3.175 = 1.575 A

I sCTp 5
TAPACTs = I ACTsp = 4.763 = 1.05 A

Untuk setting relai diferensial ini diambil 30% karena diperoleh dari

toleransi kesalahan ACT sebesar 10%, kesalahan CT sebesar 10%,

kesalahan tap ACT 4%, arus eksitasi 1%, dan faktor keamanan 5%. Maka

besar arus setting adalah :

Iset = 30% x INr Iset = 30% x 5 = 1.5 A

Gangguan Internal
Apabila gangguan berasal dari dalam zona diferensial dan dari setting

relai diferensial di atas, maka dimisalkan gangguan datang dari dalam

daerah zona diferensial yaitu diantara lingkup CT diferensial (gangguan

internal). Sebagai simulasi gangguan untuk memperjelas alur kerja relai

diferensial diberikan 4.15 pu (arus hubung singkat 3 fasa pada titik

gangguan F3).
201

I1 I2

i1 i2

id i1 + i2 0

Gambar 4.48 Kerja Relai Diferensial Saat Terjadi Gangguan Internal

I(pu) = 4.15 pu

I(sisi 20 kV) = 4.15 x Ib20 = 11981.05 < -88.71 A

I(sisi 150 kV) = 4.15x Ib150 = 1597.335 < -88.71 A

Maka arus yang mengalir pada sekunder CT diferensial adalah sebesar :

I ggn 11981.05
ICT20 = ratioCT x TAPACTs = 2000/5 x 1.05 = 31.45 A

I ggn 1597.335
ICT150 = ratioCT x TAPACTp = 400/5 x 1.575 = 31.448 A

Maka Id = 31.45 + 31.448 = 62.9 A

Maka operasi gangguannya adalah sebagai berikut :

Iop = slope (%) x Id = 30% x 62.9 = 18.87 A


Iset = 1.5 A

Maka gerbang logika yang menunjukkan kerja dari relai diferensial adalah
Iset = 1.5 A

sebagai berikut :

Diferensial
bekerja

Gambar 4.49 Diagram Logika Kerja Relai Diferensial


202

Pada waktu terjadi gangguan di darah pengamanan, maka arus

sekunder transformator yang mengalir pada relai saling menjumlahkan

(lebih besar dari nilai setting) atau masuk di daerah karakteristik kerja relai

bekerja. (PT. PLN P3B APB Jatim, 2013).

Relai diferensial akan bekerja jika nilai Iop > Iset. Dari gambar 4.49

di atas besar Iop adalah 18.87 A dan lebih besar dari Iset yaitu 1.5 A. Oleh

sebab itu relai diferensial bekerja untuk memerintahkan CB (PMT) trip

karena nilai Iop dipengaruhi oleh letak gangguan sehingga makin besar arus

gangguan maka nilai Iop akan semakin besar pula.Tidak seperti Iop, nilai Iset

dipengaruhi oleh besar nilai slope dan arus nominal relai.

4.14.2 Setting Relai Restricted Earth Fault (REF)

Restricted Earth Fault adalah relai yang mengamankan

transformator dari gangguan kumparan yang tidak bisa diproteksi oleh

OCR ataupun relai Diferensial dengan sempurna, khususnya untuk

gangguan belitan transformator yang terletak dekat dengan titik netral.

REF bekerja menangani gangguan hubung singkat fasa tanah pada

belitan Transformator dan dipasang pada sisi netral Transformator. Pada

kasus ini, REF dipasang di sisi netral maupun sekunder Transformator

karena hubungan Transformator adalah YNyn0(d). Perhitungan dibaawah

ini berdasarkan persamaan (2.66) hingga (2.73).

REF Sisi Primer

Data CT :
Jumlah core CT :n=1
Arus magnetisasi : Imag = 0.030 A
Tahanan dalam CT :
- Sisi netral : RCTN = 0.3
203

- Sisi fasa :R = 0.4


- Aux CT =1
Tahanan dalam CT :
- CT fasa dengan relai = 0.32
- CT netral dengan relai = 0.32

Diberikan gangguan hubung singkat pada titik primer transformator (F2)

yang letaknya berada di zone diferensial.

- Ihs(150) = 8513 A
Setting Tegangan Kerja :
Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Netral adalah :
I hs
VrN = (RCTN + (2 x RLN)) x CT N (150)

8513
VrN = (0.3 + (2 x 0.32)) x 400/ 5
8513
VrN = (0.3 + 0.64) x 80

VrN = 100.03 volt


Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Fasa adalah :
I hs
VrN = (RCT150 + (2 x RL )) x CT (150)

8513
Vr = (0.3 + (2 x 0.32)) x 200 /5
8513
Vr = (0.3 + 0.64) x 40

Vr = 200 volt
Untuk mengetahui nilai tegangan lutut yang dipakai dalam perhitungan

setting, dipilih nilai Vr yang paling besar, sehingga nilai tegangan lutut

yang digunakan adalah 200 volt.


Setting tegangan yang terpasang harus lebih besar dari Vr, sehingga

dierikan faktor keamanan (k). Besar k yang diijinkan berdasarkan :


PLN APP Malang nilai k = 1.5 3
Maka, besar tegangan kerja adalah :
Vset = 1.5 x Vr
Vset = 1.5 x 200 = 300 volt
204

Setting Arus Kerja :


Setting harus sensitif dalam mendeteksi gangguan. Dimana INr adalah arus

nominal relai.
Iset = 0.1 x INr
Iset = 0.1 x 5
Iset = 0.5 A
Untuk arus kerja minimum relai juga dipengaruhi oleh jumlah inti CT (n)

dan arus magnetisasi CT (Imag) itu sendiri, sehingga arus operasi

minimum menjadi :
Iop = (Iset + n x Imag)
Iop = (0.5 + 1 x 0.030)
Iop = 0.530 A
Sehingga, dari arus kerja di atas data diketahui bahwa sensitifitas

pengamanan (s) dari relai menjadi :


Iop
s= ( )
= 100%

s= ( 0.535 ) x 100% = 10.6%

Untuk setting stabilitas resistor (Rs) atau tahanan muka yang diberikan

adalah :
1 VA
Rs = Iset (Vset Iset )
1
Rs = 0.5 (300 0.51 ) Rs = 596

REF Sisi Sekunder

Data CT :
Jumlah core CT :n=1
Arus magnetisasi : Imag = 0.030 A
Tahanan dalam CT :
- Sisi netral : RCTN = 0.3
- Sisi fasa :R = 0.4
- Aux CT =1
Tahanan dalam CT :
- CT fasa dengan relai = 0.32
- CT netral dengan relai = 0.32
205

Diberikan gangguan hubung singkat pada titik sekunder transformator

(F3) yang letaknya berada di zone diferensial.

- Ihs(20) = 23.095 A
Setting Tegangan Kerja :
Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Netral adalah :
I hs
VrN = (RCTN + (2 x RLN)) x CT N (20)

23.095
VrN = (0.3 + (2 x 0.32)) x 50/5
23.095
VrN = (0.3 + 0.64) x 10

VrN = 2.17 volt


Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Fasa adalah :
I hs
VrN = (RCT20 + (2 x RL )) x CT (20)

23.095
Vr = (0.3 + (2 x 0.32)) x 2000 /5
23.0953
Vr = (0.3 + 0.64) x 400

Vr = 0.054 volt
Untuk mengetahui nilai tegangan lutut yang dipakai dalam perhitungan

setting, dipilih nilai Vr yang paling besar, sehingga nilai tegangan lutut

yang digunakan adalah 2.17 volt.


Setting tegangan yang terpasang harus lebih besar dari Vr, sehingga

dierikan faktor keamanan (k). Besar k yang diijinkan berdasarkan :


PLN APP Malang nilai k = 1.5 3
Maka, besar tegangan kerja adalah :
Vset = 1.5 x Vr
Vset = 1.5 x 2.17 = 3.255 volt = 3 volt
Setting Arus Kerja :
Setting harus sensitif dalam mendeteksi gangguan. Dimana INr adalah arus

nominal relai.
Iset = 0.1 x INr
Iset = 0.1 x 5
Iset = 0.5 A
206

Untuk arus kerja minimum relai juga dipengaruhi oleh jumlah inti CT (n)

dan arus magnetisasi CT (Imag) itu sendiri, sehingga arus operasi

minimum menjadi :
Iop = (Iset + n x Imag)
Iop = (0.5 + 1 x 0.030)
Iop = 0.530 A
Sehingga, dari arus kerja di atas data diketahui bahwa sensitifitas ari relai

menjadi :
Iop
s= ( )
= 100%

s= ( 0.535 ) x 100% = 10.6%

Untuk setting stabilitas resistor (Rs) atau tahanan muka yang diberikan

adalah :
1 VA
Rs = Iset (Vset Iset )
1
Rs = 0.5 (3 0.51 )
Rs = 2

Pada prinsipnya, cara kerja REF sama dengan diferensial. Daerah

pengamanan dari REF adalah antara CT primer dengan CT primer

sekunder untuk REF sisi primer. Sedangkan untuk REF sisi sekunder

daerah pengamanannya adalah antara CT sekunder dengan CT netral

Transformator.

Pada kondisi gangguan tanah internal akan timbul suatu tegangan

yang tinggi pada terminal relai, sehingga untuk mengamankan peralatan

proteksi dari tegangan tinggi ini digunakan tahanan non linier (varistor).

Varistor inibersifat membatasi tegangan, yaitu harga resistansinya akan


207

menurun makin kecil bila terkena tegangan yang tinggi. Relai REF juga

bekerja secara instantaneous.

Untuk besarnya tap pada CT yang terpasang pada sisi primer adalah :

CT REF 150 200 /5


TAPCTp = CTN 150 = 300 /5 = 0.667 A

CTN 150 300 /5


TAPCTn = CTN 150 = 300 /5 = 1 A

4.14.3 Setting Over Current Relay (OCR)

OCR bekerja apabila terjadia arus yang melebihi ssettingnya. Relai

ini bekerja untuk melindungi peralatan listrik lainnya apabila terjadiarus

lebih akibat adanya penambahan / perkembangan beban atau karena

adanya gangguan hubung singkat di jaringan maupun instalasi listrik.

Gangguam hubung singkat yang dapat dideteksi oleh relai OCR adalah

gangguan hubung singkat yang terjadi antar fasa yaitu dua fasa atau tiga

fasa. Perhitungan di bawah ini berdasarkan persamaan (2.75) hingga

(2.87).

OCR SISI PENYULANG (20 kV)

Merek : GEC

Type : MCGG 62

Arus Nominal CT penyulang (In) : 400 A (sisi primer)

Arus nominal rele (INr) :5A

CT Penyulang 20 kV : 400/5 = 80 A

Ketetapan waktu P3B (tset) : 0.4 detik


208

Setting Arus
Ip = 1.2 x In
Ip = 1.2 x 400 = 480 A
Ip
Is = CTp 20

480
Is = 80 =6A

Is 6
IR = INr = 5 = 1.2 A

Sehingga yang dipilih adalah tap : 1.2 A


Iset = IR x INr x CTp20
Iset = 1.2 x 5 x 80 = 480 A

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan


Ihsp p 0.02
Td =
(
Iset
1 )
x tset
0.14

6507.847 0.02
Td =
( 480 )
1
x 0.4 = 0.15292 SI
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspp 0.02
T=
( Iset )
1 x td

0.14
6507.847 0.02
T=
( 480 )
1 x 0.15292

T = 0.4 detik
Setting Arus Moment
Iset = 0.8 x 0.5 x Ihs p-p
Iset = 0.8 x 0.5 x 6507.847
Iset = 1743.75 A = 2603.138 A
Sehingga besar arus yang dipilih untuk setting arus moment : 2600 A

Setting Waktu Moment


Untuk waktu arus moment (I>>) adalah instan atauu tanpa tunda

waktu (seketika). Berdasarkan perhitungan di atas, arus setting yang


209

didapatkan adalah 480 A, atau arus setting relai 6 A, sehingga jika terjadi

arus gangguan yang melebihi settingan tersebut maka relai akan

memerintahkan CB untuk membuka dalam waktu 0.4 detik. Sedangkan

jika arus gangguan yang datang melebihi dari 2600 A, maka yang bekerja

adalah setting momen dan relai akan memerintahkan CB untuk membuka

tanpa tunda waktu atau seketika

OCR INCOMING SISI SEKUNDER (20 KV)

Merek : GEC

Type : MCGG 62

Arus Nominal CT penyulang (In) : 1732 A (sisi sekunder)

Arus nominal rele (INr) :5A

CT 20 kV : 2000/5 = 400 A

Ketetapan waktu P3B (tset) : 0.8 detik

Setting Arus
Ip = 1.2 x In
Ip = 1.2 x 1732 = 2078.4 A
Ip
Is = CT 20

2078.4
Is = 400 = 5.196 A

Is 5.196
IR = INr = 5 = 1.0392 A

Sehingga yang dipilih adalah tap : 1 A


Iset = IR x INr x CTp20
Iset = 1 x 5 x 400 = 2000 A

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan


210

0.02
Ihsp p
td =
( Iset ) 1
x tset
0.14

7188.6 0.02
td =
( 2000 ) 1
x 0.8 = 0.15 SI
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspp 0.02
T=
( Iset )
1 x td

0.14
0.02
7188.6
T=
( 2000 ) 1 x 0.15

T = 0.8 detik

Setting Arus Moment


Ip = 4 x In
Ip = 4 x 1732 = 6928 A
Ip 6928
IR mom = Iset = 2000 = 3.464 A

Sehingga besar arus yang dipilih untuk setting arus moment : 3.5 A
Iset m = IR mom x Iset
Iset m = 3.5 x 2000 = 7000 A
Setting Waktu Moment
Untuk waktu arus moment (I>>) yang ditetapkan P3B adalah 0.4

sec. Berdasarkan perhitungan di atas, arus setting yang didapatkan adalah

2000 A, atau arus setting relai 5 A, sehingga jika terjadi arus gangguan

yang melebihi settingan tersebut maka relai akan memerintahkan CB

untuk membuka dalam waktu 0.8 detik. Sedangkan jika arus gangguan

yang datang melebihi dari 7000 A, maka yang bekerja adalah setting

momen dan relai akan memerintahkan CB untuk membuka dengan waktu

0.4 detik.

OCR INCOMING SISI PRIMER (150 KV)


211

Merek : GEC

Type : MCGG 62

Arus Nominal CT penyulang (In) : 230.9 A (sisi primer)

Arus nominal rele (INr) :5A

CT 150 kV : 400/5 = 80 A

Ketetapan waktu P3B (tset) : 1.2 detik

Setting Arus
Ip = 1.2 x In
Ip = 1.2 x 230.9 = 277.08 A
Ip
Is = CT 150

277.08
Is = 80 = 3.462 A

Is 3.462
IR = INr = 5 = 0.69240 A

Sehingga yang dipilih adalah tap : 0.7 A


Iset = IR x INr x CT150
Iset = 0.7 x 5 x 80 = 280 A

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan


Ihsp p 0.02
td =
(Iset
1 )
x tset
0.14
0.02
9553.8
td =
( 280 )
1
x 1.2 = 0.627 SI
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspp 0.02
T=
( Iset )
1 x td

0.14
9553.8 0.02
T=
( 280 ) 1 x 0.627

T = 1.2 detik
212

Setting Arus Moment


Untuk arus kerja moment disisi 150 kV harus mempertimbangkan

prediksi hubung singkat maksimal berdasarkan impedansi transformator.

Dimana dalam perhitungannya menggunakan konstanta waktu untuk

periode cycle (K), dengan perhitungan sebagai berikut :


n
2
4 .
X 1/ R1
K=

1+2 e

K = 1.1925
Sehingga dipilih nilai untuk K = 1.2
150
Ismom=
Xt x CT 150 x K
230.9
Ismom= x 1.2
0.1239 x 80
Ismom=27.95 A
Is mom 27.95
Ir mom= = =5.59 A
INr 5
Ip m=Ir mom x INr x CT 150
Ip m=5.59 x 5 x 80=2236 A
Ip m
Ismom=
Iset
2236
Ismom= =7.996
280

Sehingga yang dipilih adalah tap : 8 A


=Iset mom x Is x CT 150

=8 x 3.5 x 80

=2240 A

Setting Waktu Moment


213

Untuk waktu arus moment (I>>) yang digunakan adalah waktu moment

atau waktu tanpa tunda waktu. Berdasarkan perhitungan di atas, arus

setting yang didapatkan adalah 280 A, atau arus setting relai 3.5 A,

sehingga jika terjadi arus gangguan yang melebihi settingan tersebut maka

relai akan memerintahkan CB untuk membuka dalam waktu 1.2 detik.

Sedangkan jika arus gangguan yang datang melebihi dari 2240 A atau 8

kali dari arus setting sebelumnya, maka yang bekerja adalah setting

momen dan relai akan memerintahkan CB untuk membuka tanpa tunda

waktu (instan). Nilai arus tersebut adalah nilai arus menggunakan referensi

arus base 150 kV.

4.14.4 Setting Ground Fault Relay (GFR)

GFR disisi penyulang berfungsi untuk mengamankan gangguan

ground fasa di seluruh jaringan distribusi pada setiap penyulang.

Sedangkan GFR yang dipasang di sisi 150 kV adalah relai yang berfungsi

sebagai proteksi yang mengamankan gangguan fasa ground. Relai ini

dipasang sebagai back up dari relai OCR dan SBEF/GFR di sisi 20 kV

dan relai diferensial jika relai gagal bekerja dan gangguan belum teratasi.

Perhitungan di bawah ini didasarkan pada persamaan (2.88) hingga

(2.98).

GFR SISI PRIMER (150 kV)

Merek : GEC

Type : MCGG 62

Arus Nominal Transformator (In) : 230.9 A (sisi primer)


214

Arus Hubung Singkat p-g (Ihs) : 8513 A

Arus nominal rele (INr) :5A

CT 150 kV : 400/5 = 80 A

Ketetapan waktu P3B (tset) : 1.5 detik

Setting Arus
Ip = 0.5 x In
Ip = 0.5 x 230.9 = 115.45 A
Ip
Is = ICTN

115.45
Is = 80 = 1.4 A

Is 1.4
IR = INr = 5 = 0.28 A

Sehingga yang dipilih adalah tap : 0.2 A


Iset = IR x INr x CT150
Iset = 0.2 x 5 x 80 = 80 A

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan


0.02
Ihsp p
td =
( Iset ) 1
x tset
0.14

8513 0.02
td =
( 60 ) 1
x 1.5 = 1.116 SI
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspp 0.02
T=
( Iset )
1 x td

0.14
8513 0.02
T=
( 60 ) 1 x 1.116

T = 1.5 detik
215

Berdasarkan perhitungan di atas, arus setting yang didapatkan adalah 60 A,

atau arus setting relai 0.72A, sehingga jika terjadi arus gangguan fasa

tanah yang melebihi settingan tersebut maka relai akan memerintahkan CB

untuk membuka dalam waktu 1.5 detik.

DGR SISI PENYULANG (P.Kol. Sugiono)

Prinsip kerja relai ini hampir sama dengan relai arus lebih seperti yang

digunakan pada gangguan hubung singkat antar fasa, tetapi berbeda rangkaiannya

bila terjadi ketidakseimbangan arus atau terjadi gangguan hung singkat ke tanah,

maka akan timbul arus urutan nol pada pentanahan Transformator sehingga relai

di netral akan bekerja. Sesuai SPLN 52-3 1987 bahwa untuk pentanahan Pola I

yaitu pentanahan tinggi 500 untuk menangani gangguan hubung singkat 1 fasa

ke tanah menggunakan relai gangguan fasa ke tanah terarah (DGR)

Merek : Micom

Type : P127

Arus Hubung Singkat (Ihs) : 23.04 A

Rasio ZCT : 400/5 = 80

Setting Arus
Nilai ini untuk mengantisipasi jika penghantar tersentuh pohon, dimana

tahanan pohon besar (tahanan pohon 26 s/d 52) yang dapat

memperkecil besarnya arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah.


(Ir. Wahyudi Sarimun, 2012 :162)
Iset = 0.08 x Ihs
Iset = 0.08 x 23.04
Iset = 1.84 A
216

Ihs 23.04
IS = rasio ZCT = 80 = 0.288

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan


Setting waktu kerja relai dengan karakteristik standart invers t (waktu

kerja aktual) = 0.3 detik


(Ir. Wahyudi Sarimun, 2012 :162)
0.02
Ihsp n
Td =
( Iset ) 1
x tset
0.14

23.04 0.02
Td =
( 1.84 ) 1
x 0.3 = 0.11
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspn 0.02
T=
( Is et
1 x td )
0.14
23.04 0.02
T=
( 1.84 ) 1 x 0.11

T = 0.3 detik

4.14.5 Setting Stand By Earth Fault (SBEF)

Stand By Earth Fault adalah relai yang menangani gangguan fasa

tanah yang terjadi di sisi netral sekunder Transformator. SBEF dipasang

di sisi sekunder yang menggunakan NGR atau resistor pada sistem

pentanahannya. Untuk itu relai SBEF ini dipasang dikarenakan

pentanahan yang terpasang di GI Kebonagung menggunakan tahanan

tinggi NGR dengan besar tahanan 500 . Perhitungan di bawah ini

didasarkan pada persamaan (2.99) hingga (2.103).


217

Merek : GEC

Type : MCGG 62

Arus Nominal NGR : 23.094 A

Arus nominal rele (INr) :5A

CT nNGR : 50/5

Ketetapan waktu P3B (tset) : 8 detik

Setting Arus
Ip = 0.4 x InNGR
Ip = 0.4 x 23.094 = 9.2376 A
Ip
Is = CT nNGR

9.2376
Is = 10 = 0.92376 A

Iset = Is x CT NGR
Iset = 0.92376 x 10 = 9.2376 A
Ip = 0.4 x InNGR
Ip = 0.4 x 23.094 = 9.2376 A
Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan
InNGR
td = Iset -1 x tset

23.09
td =
( 9.2376)1
x 8 = 0.1 detik
120

Setting Waktu Kerja Aktual


120
InNGR
T=
( Iset )
1 x td

120
0.02
23.09
T=
( 9.2376 ) 1 x 0.1

T = 8 detik
Untuk setting T2 yang disetting untuk trip di sisi primer dapat

ditambhakan + 4 detik. Perhitungan di atas, menggunakan setting kurva

dengan karakteristik long time inverse.


218

Berdasarkan perhitungan di atas, arus setting yang didapatkan

adalah 60 A, atau arus setting relai 0.72A, sehingga jika terjadi arus

gangguan fasa tanah yang melebihi settingan tersebut maka relai akan

memerintahkan CB untuk membuka dalam waktu 1.5 detik.

4.15 Perhitungan Setting Relai Proteksi Transformator 4

(Setelah Pengalihan Penyulang)

Perhitungan Proteksi Setelah Pemindahan Penyulang Pada

Transformator Untuk mengetahui setting proteksi pada masing-masing

Transformator setelah terjadi pemindahan, maka kita harus menghitung

impedansi masing-masing penyulang. Berikut ini adalah cara menghitung

impedansi tiap penyulang dan tiap Incoming beban pada masing-masing

Transformator.

S = 60 MVA

E = 150/20 Kv

I = 230.9/1732 A

X = 12.39 %

Vektor = YNyn0

3475.8
2404.1
5445.4
4924 5590.2 5358.5

Satuan beban MVA


Tegangan 20 kV
219

Gambar 4.50 Rangkaian Pengganti Transformator 4 - Penyulang

1. Menghitung impedansi

MVA Base = 100 MVA

Tegangan Base = 1 pu

kV 20 400
X base = MVA = 100 = 100 =4

kVlama MVA base


X baru = X pu lama x kV base x MVA lama

A. Pada Transformator

Transformator 4

12.39
Impedansi Transformator : Zt = 12.39 % = 0.1239
100

pu
MVA b 100
Impedansi urutan positive : Xt1 = Zt x S = 0.1239 x 60 =

0.2065 pu
Impedansi urutan negative : Xt2 = Xt1 = 0.2065 pu
Impedansi urutan zero : Xt0 = Xt1 = 0.2065 pu

Transformator 5
220

12.35
Impedansi Transformator : Zt = 12.35 % = 0.1235
100

pu
MVA b 100
Impedansi urutan positive : Xt1 = Zt x S = 0.1235 x 30 =

0.4117 pu
Impedansi urutan negative : Xt2 = Xt1 = 0.4117 pu
Impedansi urutan zero : Xt0 = Xt1 = 0.4117 pu

Transformator 6

12.32
Impedansi Transformator : Zt = 12.32 % = 0.1232
100

pu
MVA b 100
Impedansi urutan positive : Xt1 = Zt x S = 0.1232 x 60 =

0.2053 pu
Impedansi urutan negative : Xt2 = Xt1 = 0.2053 pu
Impedansi urutan zero : Xt0 = Xt1 = 0.2053 pu

B. Pada Penyulang

1.1 Impedansi urutan positif dan negatif

Untuk penyulang Klayatan,


221

100000
Xp 1 = 0.3305j x 5358.5 = 6.1678 pu

Dengan cara yang sama, didapatkan nilai impedansi tiap penyulang dan

total impedansi tiap Transformator sesuai tabel dibawah ini.

Tabel 4.33 Impedansi Urutan Positif dan Negatif Transformator 4,5 dan 6

Setelah Pengalihan Penyulamg

X X
Transform Penyulan penyulang penyulang
ator g urutan urutan X total
positif (pu) negatif (pu) (pu)
Klayatan 6.1678 6.1678
Gadang 5.9121 5.9121
Janti 6.0693 6.0693 1.215
4
Pakisaji 9.5086 9.5086 163
MOG 13.7473 13.7473
Bumiayu 6.7120 6.7120
MATOS 23.5903 0.0236
Karang 4.860
5 8.5062 0.0085
Duren 652
Wagir 21.8426 0.0218
Kol.
8.5062 0.0085 1.443
6 Sugiono
112
Sitirejo 21.8426 0.0218

Impedansi urutan nol


Dengan cara yang sama didapatkan besar impedansi urutan nol pada tiap

penyulang dan impedansi urutan nol total tiap Transformator.


222

Tabel 4.34 Impedansi Urutan Nol Transformator 4,5 dan 6 Setelah

Pengalihan Penyulamg

X
penyula
Transforma Penyulan X total
ng
tor g (pu)
urutan
nol (pu)
Klayatan 30.1950
Gadang 28.9435
Janti 29.7132 5.948966
4
Pakisaji 46.5504 836
MOG 67.3017
Bumiayu 32.8595
115.488
MATOS
9
Karang 23.79586
5 41.6431
Duren 734
106.932
Wagir
8
Kol.
13.0631 7.064916
6 Sugiono
011
Sitirejo 15.3862

2. Rangkaian Pengganti
2.1 Rangkaian Pengganti Urutan Positif ( Positive Sequence)
223

X Transformator 4 = j 0.2065 pu

+-

X p5 = j 13.74 pu
X p1 = j 6.16 pu X p3 = j 6.06 pu

X p2 = j 5.91 pu X p4 = j 9.5 pu X p6 = j 6.71 pu


RG

Gambar 4.51 Rangkaian Pengganti Urutan Posistif Transformator 4

2.2 Rangkaian Pengganti Urutan Negatif ( Negative Sequence)

X Transformator 4 = j 0.2065 pu

X p5 = j 13.74 pu
X p1 = j 6.16 pu X p3 = j 6.06 pu

X p2 = j 5.91 pu X p4 = j 9.5 pu X p6 = j 6.71 pu


RG

Gambar 4.52 Rangkaian Pengganti Urutan Negatif Transformator 4


2.3 Rangkaian Pengganti Urutan Nol ( Zero Sequence)
224

3Rn = 375

X Transformator 4 = j 0.2065 pu
225

Gambar 4.53 Rangkaian Pengganti Urutan Nol Transformator 4

X p1 = j 1.215

3 Menghitung Impedansi (X) Total


X T4 = j 0.2065
Setelah didapatkan impedansi tiap penyulang, kita dapat mengetahui impedansi

total beban tiap Transformator sesuai gambar rangkaian di bawah ini

Gambar 4.54 Rangkaian Pengganti Impedansi Total Transformator 4

1 1 1 1 1 1 1
X p'1 = xp 1 + xp 2 + xp 3 + xp 4 + xp 5 + xp 6

RG
1 1
X p'1 = 6.16 +5.91+ 6.06+9.5+13.74 +6.71

1 31482.9+32844.2+31933.4 +20421.4+14124.8+28930
X p'1 = 194179.36

X total penyulang = j 1.215 pu

Dengan cara yang sama maka akan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.35 Impedansi Urutan Positif, Negatif dan Nol Tiap Penyulang

X X X
penyulan penyulan penyula
Traf Penyulan
g urutan g urutan ng
o g
positif negatif X total urutan X total
(pu) (pu) (pu) nol(pu) (pu)
4 Klayatan 6.1678 6.1678 1.2151 30.195 5.948966
Gadang 5.9121 5.9121 63 28.944 836
Janti 6.0693 6.0693 29.713
226

Pakisaji 9.5086 9.5086 46.550


MOG 13.7473 13.7473 67.302
Bumiayu 6.7120 6.7120 32.859
MATOS 23.5903 0.0236 115.489
Karang 4.8606 23.79586
5 8.5062 0.0085
Duren 52 41.643 734
Wagir 21.8426 0.0218 106.933
Kol.
8.5062 0.0085 1.4431 7.064916
6 Sugiono 13.063
12 011
Sitirejo 21.8426 0.0218 15.386

Kemudian menentukan impedansi total yang didapat dari impedansi transformator

dan total impedansi penyulang.

Impedansi Urutan Positif dan Negatif

1 1
X Tot 1 = X Trafo +X X Total Penyulang

1 1 1.215+ 0.2065
=
j 0.2065 + j1.215 = 0.2508

1.4215
0.2508 = j 0.177 pu

X Tot = j 0.177 pu
227

Gambar 4.55 Rangkaian Pengganti Impedansi Total Urutan Positif dan Negatif

Penyulang

1 1
X Tot 1 = X Trafo +X X Total Penyulang

1 1 1.215+5.94 7.155
=
j 0.2065 + j5.94 = 1.2266 1.2266

= j 0.200 pu

X Tot = j 0.17143 pu

Gambar 4.56 Rangkaian Pengganti Impedansi Total Urutan Nol Penyulang

Kemudian kita akan mendapatkan hasil berdasarkan cara di atas

Tabel 4.36 Impedansi Total Penyulang Tiap Transformator

Impedansi Impedansi
Urutan Urutan Impedansi
Transforma Positif ( j Negatif ( j Urutan Nol ( j
tor pu) pu) pu)
4 0.177 0.177 0.200
5 0.380 0.380 0.405
6 0.180 0.180 0.200

4 Menghitung Impedansi
228

Pada perhitungan arus hubung singkat kali ini akan dibuktikan adakah perbedaan

arus hubung singkat yang terjadi pada setiap transformator. Oleh karena itu,

gangguan yang terjadi pada titik F4 saja. Perhitungan impedansi didasarkan pada

persamaan (2.29) hingga (2.31)

d. Impedansi Urutan Positif

0.005429 + 0.240991 j 0.0072 + 0.177 j

+ Z1F3 Zk
Ea
-
Gambar 4.57 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Positif di Titik F4

Z1 F4 = Z1F3 + Zk

Z1 F4 = (0.005429 + 0.240991 j) + (0.0072 + 0.177 j)

Z1 F4 = 0.01262 + 0.417991 j pu

Tabel 4.37 Impedansi Urutan Positif Gangguan di Bus 20 kV

Titik Impedansi Urutan


Transforma
Ganggu Positif
tor
an R X
4 4 0.0126 0.4175
5 4 0.0126 0.8258
6 4 0.0126 0.4195

e. Impedansi Urutan Negatif

0.005072 + 0.240994 j 0.0072 +0.177 j

+ Z2F3 Zk
Ea
-
229

Gambar 4.58 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Negatif di Titik F4

Z2 F4 = Z2F3 + Zk

Z2 F4 = (0.005072 + 0.240994 j) + (0.0072 + 0.177 j)

Z2 F4 = 0.01262 + 1.6624 j pu

Tabel 4.38 Impedansi Urutan Negatif Gangguan di Bus 20 kV

Titik Impedansi Urutan


Transforma Negatif
Ganggu
tor
an R X
4 4 0.0123 0.4175
5 4 0.0123 0.8258
6 4 0.0123 0.4195

f. Impedansi Urutan Nol

375 + j 0.167190 0.0072 + j 6.14 pu


j

+ Z0F3 Zk
Ea
-
Gambar 4.59 Rangkaian Ekivalen Impedansi Urutan Nol di Titik F4

Z0 F4 = Z0F3 + Zk

Z0 F4 = (375 + 0.167190 j) + (0.0072 + 6.14 j)


230

Z0 F4 = 375.0072 + 6.307 j pu

Tabel 4.39 Impedansi Urutan Nol gangguan di Bus 20 kV

Titik Impedansi Urutan Nol


Transformator
Gangguan R X
4 4 375.0072 0.4638
5 4 375.0072 0.8246
6 4 375.0072 0.5224

Setelah kita mengetahui besar impedansi untuk masing masing

transformator beserta beban penyulang, berikut ini adalah rekapitulasi

untuk impedansi total tersebut, yaitu

Tabel 4.40 Impedansi Total Transformator 4,5 dan 6

5 Menghitung Arus Hubung Singkat

Untuk contoh perhitungan pada arus hubung singkat di bawah ini kami

mengambil contoh pada Transformator 5.

a. Arus Hubung Singkat 3 Fasa


Perhitungan didasarkan pada persamaan (2.32) hingga (2.57)

E E E
I a1
= Z 1 F 4 = Z tot = Z 1 F 3 + Z 1Total Penyulang
231

0.0126+0.8258 j
1< 0o
1 = 0.82600< 89.259
o = 1.21065 < -

89.259 pu

I a2 I a0
= =0

IA I a0 I a1 I a2
= + + = 0 + 1.21065 < - 89.259 +0
pu
= 1.21065 < - 89.259
2
IB I a I a2
= a 0 + a Ia 1 + = 0 + 1.21065 < (- 89.259

o
+240 + 0
o
= 1.21065 < 150.741 pu
2
IC I a0 a I a1
= + + a Ia 2 = 0 + 1.21065 < (

89.259 +120 o + 0
o
= 1.21065 < 30.741 pu
Jadi Arus hubung singkat yang sebenarnya adalah
I Af I I
= A x b20 kV = 1.21065 < 89.259 x 2887

= 3.495 < 89.259 kA


I Bf IB I b20 kV o
= x = 1.21065 < 150.741 x 2887
o
= 3.495 < 150.741 kA
I Cf IC I b20 kV o
= x = 1.21065 < 30.741 x 2887
o
= 3.495 < 30.741 kA

b. Arus Hubung Singkat 2 Fasa


I a2 I a 1 I a0 IC I B IA
= =0 = =0

E
I a1
= Z 1 Tot Peny + Z 2Tot Peny
232

1
= ( 0.0126+0.8258 j ) + ( 0.0123+0.8258 j )

1 1< 0o
= ( 0.0249+ 1.6516 j ) = 1.65179< 89.1436o =

0.6054<89.1436 pu

IA I a0 I a1 I a2 I a1 I a1
= + + =0+ - =0

2 2
IB I a0 a I a2 a I a1
= + a Ia 1 + = 0 + a Ia 1 -

o o o
= (0.6054< (89.1436 +240 ) ) - (0.6054< (89.1436 +120 ) )

o o
= (0.6054<150.85 ) ( 0.6054<30.856

0.51971+0.3105 j
= (0.52872+ 0.29489 j) - )

= (1.04840.01561 j)

o
= 1.0485 179.14 pu

IC I B o
= = (1.0484+0.01561 j)= 1.0485 0.86 pu

Jadi Arus hubung singkat yang sebenarnya adalah


I Af = 0

I Bf IB I b20 kV o
= x = 1.0485 179.14 x 2887 = 3.027

179.14 o kA
I Cf IC I b20 kV o o
= x = 1.0485 0.86 x 2887 = 3.027 0.86

kA
233

c. Arus Hubung Singkat 2 Fasa Tanah


Perhitungan arus hubung singkat 2 fasa ke tanah di bus 150 kV :

E
I a1 Z 2Tot Peny x Z0 Tot Peny
= Z 1 Tot Peny +( )
Z 2 Tot Peny + Z 0 Tot Peny

1
( 0.0123+0.8258 j ) x ( 375.0072+0.8246 j )
= ( 0.0126+0.8258 j ) +{
( 0.0123+ 0.8258 j ) + ( 375.0072+ 0.8246 j )
}

1
( 0.82589<81.1466 o ) x ( 375.0081<0.12599o )
= ( 0.0126+0.8258 j ) +{ }
( 375.02313< 0.25215o )

1
(309.7154< 81.2726o )
= ( 0.0126+0.8258 j ) +( )
( 375.02313<0.25215 o )
1
= ( 0.0126+0.8258 j ) + ( 0.8258< 81.02o )
1
= ( 0.005816+ 0.036173 j ) + ( 0.12890+0.81568 j )

1
= 0.1415+ 1.64148 j

1
= 1.64757< 85.07313o

o
= 0.60695<85.073 pu = 0.5213-0.60471 j pu
234

Z 0 Tot Peny
I a2 I a 1
= x Z 2 Tot Peny + Z 0 Tot Peny

( 375.0072+0.8246 j )
= (0.5213-0.60471 j pu) x ( 0.0123+ 0.8258 j ) + ( 375.0072+ 0.8246 j )

o ( 375.00811 0.12599o )
= (0.60695<85.073 ) x (375.02313 0.25215o )

o
= (0.60695<85.073 ) x (0,9995 0.1261o )

o
= 0.60664<85.19 pu

Z 2 Tot Peny
I a0 I a 1
= x Z 2 Tot Peny + Z 0 Tot Peny

( 0.0123+0.8258 j )
=
( 0.60695<85.073 o ) x
( 0.0123+ 0.8258 j ) + ( 375.0072+ 0.8246 j )

o
( 0.82589< 89.1466 )
= ( 0.60695<85.073 ) x (375.02313 0.25215o )

o o
= ( 0.60695<85.073 ) x (0.0022 88.894 )

o
= 0.00133 173.96 pu

IA I a0 I a1 I a2
= + + =0

2
IB I a0 a I a2
= + a Ia 1 +

o o
= (0.00133 173.96 )+ ( 0.60695<145.073 )+(

o
0.60664<38.41
235

= (-0.00132 + 0.00014 j ) + (-0.49763 + 0.34750 j ) + ( 0.47535 + 0.37690

j)

= (- 0.0236 + 0.72454 j) pu

= 0.7249 < 91.865 pu


2
IC I a0 a I a1
= + + a Ia 2

o o
= (0.00133 173.96 )+ ( 0.60695<25.073 ) + (

0.60664<155.19 o

= (-0.00132 + 0.00014 j)+ (0.54976+0.25721 j) +

(0.55065+0.25455 j)

= (0.0022+ 0.5119 j ) pu

o
= 0.5119< 90.24 pu

Jadi Arus hubung singkat yang sebenarnya adalah


I Af = 0

I Bf IB I b20 kV
= x = (0.7249 < 91.865)x 2887 = 2.092 91.865 kA
I Cf IC I b20 kV o
1.477<90.24 o
= x = (0.5119< 90.24 ) x 2887= kA

d. Arus Hubung Singkat 1 Fasa Tanah

Perhitungan arus hubung singkat 1 fasa ke tanah yaitu

I a2 I a1 I a0 IB IC
= = = =0
236

E
I a1
= Z 1 Tot Peny + Z 2Tot Peny +Z 0 Tot Peny

1< 0o
= ( 0.0126+0.8258 j ) + ( 0.0123+0.8258 j ) + ( 375.0072+0.8246 j )

1<0o
= ( 375.0321+2.4762 j )

1< 0o
= 375< 0.3783o

o
= 0.0026<0.3783 pu

IA I a0 I a1 I a2 I a1 o
= + + =3 = 0.0078< 0.3783

pu

Jadi Arus hubung singkat yang sebenarnya adalah


I Af I I 0.3783o x 2887
= A x b150 kV = 0.0078<

o
= 22.51 0.3783 A

Dengan cara yang sama maka didapatkan besar arus hubung singkat pada

Transformator 4 dan Transformator 5 sebagai berikut

Tabel 4.41 Arus Hubung Singkat Transformator 4 Setelah Pengalihan

Penyulang
237

Tabel 4.42 Arus Hubung Singkat Transformator 5 Setelah Pengalihan

Penyulang

4.15.1 Setting Relai Diferensial

Relai diferensial bekerja dengan menjumlahkan arus yang masuk

dan arus keluar pada daerah yang diproteksi. Relai ini mendeteksi

gangguan dengan cepat dan tidak dipengaruhi oleh beban lebih atau

gangguan diluar wilayah proteksinya.

Dibutuhkan dua CT untuk membantu relai diferensial dalam

memonitoring arus yang masuk pada sisi primer Transformator dan arus

yang keluar dari sisi sekunder Transformator. Penyesuaian dalam

pemilihan ratio tap ACT diperlukan karena tegangan sisi primer berbeda

dengan tegangan sisi sekunder Transformator.

Perhitungan setting Relai Diferensial didasarkan pada persamaan

(2.58) hingga ( 2.65). Berikut ini adalah perhitungan pemilihan ratio Tap

ACT (Auxiliary Current Transformer) pada Transformator 5 :

S : 60 MVA
V : 150/20 kV
Vektor : YNyn0(d)
60 x 103
Arus nominal sisi primer : Inp = 150 x 3 = 230.94 A
3
60 x 10
Arus nominal sisi sekunder : Inp = 20 x 3 = 1732.05 A
238

Sehingga besar untuk setiap rating CT pada sisi primer dan sekunder

adalah :

Rating CT sisi primer : ICTp = 110% x 230.94 = 254.034 A

Rating CT yang digunakan : 400/5

Rating CT sisi sekunder : ICTp = 110% x 1732 = 952.628 A

Rating CT yang digunakan : 2000/5

Maka tap ACT yang digunakan adalah :

5
Arus yang mengalir pada relai : Irp = 400 x 254.034 = 3.175 A

5
Arus yang mengalir pada relai : Irp = 2000 x 952.628 = 2.3815

Sedangkan arus yang mengalir pada sisi sekunder dari CT baik yang

dipasang di sisi primer maupun sekunder Transformator 5 adalah :

IsCTp = 5 A IsCTs = 5 A

Karena hubungan Transformator YNyn0 (d) maka, hubungan CT

yang terpasang adalah Y untuk sisi primer maupun sekunder, karena

perbedaan angka jam sebesar 180 dari angka jam Transformator 4 sendiri,

maka tap ACT nya adalah sebagai berikut :

I sCTp 5
TAPACTp = I ACTsp = 3.175 = 1.575 A
239

I sCTp 5
TAPACTs = I ACTsp = 2.3815 = 2.099 A

Untuk setting relai diferensial ini diambil 30% karena diperoleh

dari t oleransi kesalahan ACT sebesar 10%, kesalahan CT

sebesar 10%, kesalahan tap ACT 4%, arus eksitasi 1%, dan faktor

keamanan 5%. Maka besar arus setting adalah :

Iset = 30% x INr

Iset = 30% x 5 = 1.5 A

Gangguan Internal
Apabila gangguan berasal dari dalam zona diferensial dan dari

setting relai diferensial di atas, maka dimisalkan gangguan datang dari

dalam daerah zona diferensial yaitu diantara lingkup CT diferensial

(gangguan internal). Sebagai simulasi gangguan untuk memperjelas alur

kerja relai diferensial diberikan 3.58 pu (arus hubung singkat 2 fasa pada

titik gangguan F3).

I(pu) = 3.58 pu

I(sisi 20 kV) = 3.58 x Ib20 = 10364 < -178.8 A

I(sisi 150 kV) = 3.58 x Ib150 = 1377.94 < -178.8 A

Maka arus yang mengalir pada sekunder CT diferensial adalah

sebesar :

I ggn 10364
ICT20 = ratioCT x TAPACTs = 2000 /5 x 2.099 =

54.385 A
240

I ggn 1377.94
ICT150 = ratioCT x TAPACTp = 400 /5 x 1.575 =

27.128 A

Maka Id = 54.385 + 27.128 = 81.513 A

Maka operasi gangguannya adalah ebagai berikut :

Iop = slope (%) x Id = 30% x 81.513 = 24.45 A

Pada waktu terjadi gangguan di darah pengamanan, maka arus

sekunder transformator yang mengalir pada relai saling menjumlahkan

(lebih besar dari nilai setting) atau masuk di daerah karakteristik kerja relai

bekerja. (PT. PLN P3B APB Jatim, 2013).

Relai diferensial akan bekerja jika nilai Iop > Iset. Dari gambar 4.49

di atas besar Iop adalah 24.45 A dan lebih besar dari Iset yaitu 1.5 A. Oleh

sebab itu relai diferensial bekerja untuk memerintahkan CB (PMT) trip

karena nilai Iop dipengaruhi oleh letak gangguan sehingga makin besar

arus gangguan maka nilai Iop akan semakin besar pula. Tidak seperti I op,

nilai Iset dipengaruhi oleh besar nilai slope dan arus nominal relai.

4.15.2 Setting Relai Restricted Earth Fault (REF)

Restricted Earth Fault adalah relai yang mengamankan

transformator dari gangguan kumparan yang tidak bisa diproteksi oleh

OCR ataupun Relai Diferensial dengan sempurna, khususnya untuk

gangguan belitan transformator yang terletak dekat dengan titik netral.


241

REF bekerja menangani gangguan hubung singkat fasa tanah pada belitan

Transformator dan dipasang pada sisi netral Transformator. Pada kasus ini,

REF dipasang di sisi netral maupun sekunder Transformator karena

hubungan Transformator adalah YNyn0(d).

Perhitungan setting Relai REF didasarkan pada persamaan (2.66)

hingga ( 2.74)

REF Sisi Primer

Data Relai :
Merk : TOSHIBA GRT 101D-30
Arus nominal : 5A
Jenis karakteristik : High impedance
Burden relai : VA = 1

Data CT :
Jumlah core CT :n=1
Arus magnetisasi : Imag = 0.030 A
Tahanan dalam CT :
- Sisi netral : RCTN = 0.3
- Sisi fasa :R = 0.4
- Aux CT =1
Tahanan dalam CT :
- CT fasa dengan relai = 0.32
- CT netral dengan relai = 0.32

Diberikan gangguan hubung singkat pada titik primer

transformator (F2) yang letaknya berada di zone diferensial.

- Ihs(150) = 8513 A
Setting Tegangan Kerja :
Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Netral adalah :
I hs
VrN = (RCTN + (2 x RLN)) x CT N (150)

8513
VrN = (0.3 + (2 x 0.32)) x 400/ 5
8513
VrN = (0.3 + 0.64) x 80

VrN = 100.03 volt


242

Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Fasa adalah :


I hs
VrN = (RCT150 + (2 x RL )) x CT (150)

8513
Vr = (0.3 + (2 x 0.32)) x 200 /5
8513
Vr = (0.3 + 0.64) x 40

Vr = 200 volt
Untuk mengetahui nilai tegangan lutut yang dipakai dalam perhitungan s

adalah 200 volt.


Setting tegangan yang terpasang harus lebih besar dari Vr, sehingga

diberikan faktor keamanan (k). Besar k yang diijinkan berdasarkan :


PLN APP Malang nilai k = 1.5 3
Maka, besar tegangan kerja adalah :
Vset = 1.5 x Vr
Vset = 1.5 x 200 = 300 volt

Setting Arus Kerja :


Setting harus sensitif dalam mendeteksi gangguan. Dimana INr adalah arus

nominal relai.
Iset = 0.1 x INr
Iset = 0.1 x 5
Iset = 0.5 A
Untuk arus kerja minimum relai juga dipengaruhi oleh jumlah inti

CT (n) d :
Iop = (Iset + n x Imag)
Iop = (0.5 + 1 x 0.030)
Iop = 0.530 A
Sehingga, dari arus kerja di atas data diketahui bahwa sensitifitas

pengamanan (s) dari relai menjadi :


Iop
s= ( )
= 100%

s= ( 0.535 ) x 100% = 10.6%

Untuk setting stabilitas resistor (Rs) atau tahanan muka yang diberikan

adalah :
243

1 VA
Rs = Iset (Vset Iset )
1
Rs = 0.5 (300 0.51 )
Rs = 596

REF Sisi Sekunder

Data Relai :
Merk : GEC Alshtom
Arus nominal : 5A
Jenis karakteristik : High impedance
Burden relai : VA = 1

Data CT :
Jumlah core CT :n=1
Arus magnetisasi : Imag = 0.030 A
Tahanan dalam CT :
- Sisi netral : RCTN = 0.3
- Sisi fasa :R = 0.4
- Aux CT =1
Tahanan dalam CT :
- CT fasa dengan relai = 0.32
- CT netral dengan relai = 0.32

Diberikan gangguan hubung singkat pada titik sekunder transformator

(F3) yang letaknya berada di zone diferensial.

- Ihs(20) = 23.095 A
Setting Tegangan Kerja :
Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Netral adalah :
I hs
VrN = (RCTN + (2 x RLN)) x CT N (20)

23.095
VrN = (0.3 + (2 x 0.32)) x 50/5
23.095
VrN = (0.3 + 0.64) x 10

VrN = 2.17 volt


Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Fasa adalah :
244

I hs
VrN = (RCT20 + (2 x RL )) x CT (20)
23.095
Vr = (0.3 + (2 x 0.32)) x 2000 /5
23.0953
Vr = (0.3 + 0.64) x 400

Vr = 0.054 volt
Untuk mengetahui nilai tegangan lutut yang dipakai dalam

perhitungan setting, dipilih nilai Vr yang paling besar, sehingga nilai

tegangan lutut yang digunakan adalah 2.17 volt.


Setting tegangan yang terpasang harus lebih besar dari Vr, sehingga

dierikan faktor keamanan (k). Besar k yang diijinkan berdasarkan :


PLN APP Malang nilai k = 1.5 3
Maka, besar tegangan kerja adalah :
Vset = 1.5 x Vr
Vset = 1.5 x 2.17 = 3.255 volt = 3 volt

Setting Arus Kerja :


Setting harus sensitif dalam mendeteksi gangguan. Dimana INr adalah arus

nominal relai.
Iset = 0.1 x INr
Iset = 0.1 x 5
Iset = 0.5 A
Untuk arus kerja minimum relai juga dipengaruhi oleh jumlah inti CT (n)

dan arus magnetisasi CT (Imag) itu sendiri, sehingga arus operasi

minimum menjadi :
Iop = (Iset + n x Imag)
Iop = (0.5 + 1 x 0.030)
Iop = 0.530 A
Sehingga, dari arus kerja di atas data diketahui bahwa sensitifitas

pengamanan (s) dari relai menjadi :


Iop
s= ( )
= 100%

s= ( 0.535 ) x 100% = 10.6%


245

Untuk setting stabilitas resistor (Rs) atau tahanan muka yang diberikan

adalah :
1 VA
Rs = Iset (Vset Iset )
1
Rs = 0.5 (3 0.51 )
Rs = 2

Pada prinsipnya, cara kerja REF sama dengan diferensial. Daerah

pengamanan dari REF adalah antara CT primer dengan CT primer

sekunder untuk REF sisi primer. Sedangkan untuk REF sisi sekunder

daerah pengamanannya adalah antara CT sekunder dengan CT netral

Transformator.

Pada kondisi gangguan tanah internal akan timbul suatu tegangan

yang tinggi pada terminal relai, sehingga untuk mengamankan peralatan

proteksi dari tegangan tinggi ini digunakan tahanan non linier (varistor).

Varistor inibersifat membatasi tegangan, yaitu harga resistansinya akan

menurun makin kecil bila terkena tegangan yang tinggi. Relai REF juga

bekerja secara instantaneous.

Untuk besarnya tap pada CT yang terpasang pada sisi primer adalah :

CT REF 150 200 /5


TAPCTp = CTN 150 = 300 /5 = 0.667 A

CTN 150 300 /5


TAPCTn = CTN 150 = 300 /5 = 1 A

4.15.3 Setting Relai Over Current Relay (OCR)


246

OCR bekerja apabila terjadia arus yang melebihi ssettingnya. Relai ini

bekerja untuk melindungi peralatan listrik lainnya apabila terjadiarus lebih akibat

adanya penambahan / perkembangan beban atau karena adanya gangguan hubung

singkat di jaringan maupun instalasi listrik. Gangguam hubung singkat yang dapat

dideteksi oleh relai OCR adalah gangguan hubung singkat yang terjadi antar fasa

yaitu dua fasa atau tiga fasa. Perhitungan setting Relai OCR didasarkan pada

persamaan (2.75) hingga ( 2.87)

OCR SISI PENYULANG (20 kV)

Merek : GEC

Type : MCGG 62

Arus Nominal CT penyulang (In) : 400 A (sisi primer)

Arus nominal rele (INr) :5A

CT Penyulang 20 kV : 400/5 = 80 A

Ketetapan waktu P3B (tset) : 0.4 detik

Setting Arus
Ip = 1.2 x In
Ip = 1.2 x 400 = 480 A
Ip
Is = CTp 20

480
Is = 80 =6A

Is 6
IR = INr = 5 = 1.2 A

Sehingga yang dipilih adalah tap : 1.2 A


Iset = IR x INr x CTp20
Iset = 1.2 x 5 x 80 = 480 A
Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan (2 FASA F5)
Ihsp p 0.02
Td =
( )
Iset
1
x tset
0.14
247

0.02
2953
Td =
( 480 )1
x 0.4 = 0.1057 SI
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspp 0.02
T=
( Iset
1 x td)
0.14
2953 0.02
T=
( 480 ) 1 x 0.1057

T = 0.4 detik
Setting Arus Moment
Iset = 0.8 x 0.5 x Ihs p-p
Iset = 0.8 x 0.5 x 2953
Iset = 1181.2 A
Sehingga besar arus yang dipilih untuk setting arus moment : 1180 A
Setting Waktu Moment
Untuk waktu arus moment (I>>) adalah instan atauu tanpa tunda

waktu (seketika). Berdasarkan perhitungan di atas, arus setting yang

didapatkan adalah 480 A, atau arus setting relai 1.2 A, sehingga jika terjadi

arus gangguan yang melebihi settingan tersebut maka relai akan

memerintahkan CB untuk membuka dalam waktu 0.4 detik. Sedangkan

jika arus gangguan yang datang melebihi dari 1180 A, maka yang bekerja

adalah setting momen dan relai akan memerintahkan CB untuk membuka

tanpa tunda waktu atau seketika

OCR INCOMING SISI SEKUNDER (20 KV)

Merek : GEC

Type : MCGG 62

Arus Nominal CT penyulang (In) : 1732 A (sisi sekunder)

Arus nominal rele (INr) :5A


248

CT 20 kV : 2000/5 = 400 A

Ketetapan waktu P3B (tset) : 0.8 detik

Setting Arus
Ip = 1.2 x In
Ip = 1.2 x 1732 = 2078.4 A
Ip
Is = CT 20

2078.4
Is = 400 = 5.196A

Is 5.196 A
IR = INr = 5 = 1.0392 A

Sehingga yang dipilih adalah tap : 1 A


Iset = IR x INr x CTp20
Iset = 1 x 5 x 400 = 2000 A

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan ( Ihs 2fasa dari F4 )


0.02
Ihsp p
td =
( Iset )1
x tset
0.14

5985 0.02
td =
( 1100 ) 1
x 0.8 = 0.1957 SI
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspp 0.02
T=
( Iset )
1 x td

0.14
0.02
5925
T=
( 1100 ) 1 x 0.1957

T = 0.76 detik
Setting Arus Moment
Ip = 4 x In
Ip = 4 x 1732 = 6928 A
Ip 6928
IR mom = Iset = 2000 = 3.464 A

Sehingga besar arus yang dipilih untuk setting arus moment : 3.5 A
Iset m = IR mom x Iset
249

Iset m = 3.5 x 2000 = 7000 A


Setting Waktu Moment
Untuk waktu arus moment (I>>) yang ditetapkan P3B adalah 0.4

sec. Berdasarkan perhitungan di atas, arus setting yang didapatkan adalah

2000 A, atau arus setting relai 5 A, sehingga jika terjadi arus gangguan

yang melebihi settingan tersebut maka relai akan memerintahkan CB

untuk membuka dalam waktu 0.79 detik. Sedangkan jika arus gangguan

yang datang melebihi dari 7000 A, maka yang bekerja adalah setting

momen dan relai akan memerintahkan CB untuk membuka dengan waktu

0.4 detik.

OCR INCOMING SISI PRIMER (150 KV)

Merek : GEC

Type : MCGG 62

Arus Nominal CT penyulang (In) : 230.9 A (sisi primer)

Arus nominal rele (INr) :5A

CT 150 kV : 400/5 = 80 A

Ketetapan waktu P3B (tset) : 1.2 detik

Setting Arus
Ip = 1.2 x In
Ip = 1.2 x 230.9 = 277.08 A
Ip
Is = CT 150

277.08
Is = 80 = 3.462 A

Is 3.462
IR = INr = 5 = 0.69240 A

Sehingga yang dipilih adalah tap : 0.7 A


Iset = IR x INr x CT150
Iset = 0.7 x 5 x 80 = 280 A
250

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan (I hs 2 fasa F3)


Ihsp p 0.02
td =
( Iset )
1
x tset 74.028
0.14

10364 0.02
td =
( 140 ) 1
x 1.2 = 0.77 SI
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspp 0.02
T=
( Iset )
1 x td

0.14
0.02
10364
T=
( 140 ) 1 x 0.75

T = 1.2 detik

Setting Arus Moment


Untuk arus kerja moment disisi 150 kV harus mempertimbangkan

prediksi hubung singkat maksimal berdasarkan impedansi transformator.

Dimana dalam perhitungannya menggunakan konstanta waktu untuk

periode cycle (K), dengan perhitungan sebagai berikut :


n
2
4 .
X 1/ R1
K=

1+2 e

K = 1.183
Sehingga dipilih nilai untuk K = 1.2
150
Ismom=
Xt x CT 150 x K
115.4
Ismom= x 1.2
0.1235 x 40
Ismom=28.032 A
251

Is mom 28.032
Ir mom= = =5.606 A
INr 5

Sehingga yang dipilih adalah tap : 6 A


Ip m=Ir mom x INr x CT 150
Ip m=5.606 x 5 x 40=1121.295 A
Ip m
Ismom=
Iset
1121.295
Ismom= =8.00925
140

Sehingga yang dipilih adalah tap : 8 A


=Iset mom x Is x CT 150

=8 x 3.462 x 80

=2215.7 A

Setting Waktu Moment


Untuk waktu arus moment (I>>) yang digunakan adalah waktu

moment atau waktu tanpa tunda waktu. Berdasarkan perhitungan di atas,

arus setting yang didapatkan adalah 280 A, atau arus setting relai 3.5 A,

sehingga jika terjadi arus gangguan yang melebihi settingan tersebut maka

relai akan memerintahkan CB untuk membuka dalam waktu 1.2 detik.

Sedangkan jika arus gangguan yang datang melebihi dari 2215 A atau 8

kali dari arus setting sebelumnya, maka yang bekerja adalah setting

momen dan relai akan memerintahkan CB untuk membuka tanpa tunda

waktu (instan). Nilai arus tersebut adalah nilai arus menggunakan referensi

arus base 150 kV.

4.15.4 Setting Ground Fault Relay (GFR)

GFR disisi penyulang berfungsi untuk mengamankan gangguan

ground fasa di seluruh jaringan distribusi pada setiap penyulang.


252

Sedangkan GFR yang dipasang di sisi 150 kV adalah relai yang berfungsi

sebagai proteksi yang mengamankan gangguan fasa ground. Relai ini

dipasang sebagai back up dari relai OCR dan SBEF/GFR di sisi 20 kV

dan relai diferensial jika relai gagal bekerja dan gangguan belum teratasi.

Perhitungan setting Relai Diferensial didasarkan pada persamaan (2.88)

hingga ( 2.98)

GFR SISI PRIMER (150 kV)

Merek : GEC

Type : MCGG 62

Arus Nominal Transformator (In) : 230.9 A (sisi primer)

Arus Hubung Singkat p-g (Ihs) : 8513 A

Arus nominal rele (INr) :5A

CT 150 kV : 400/5 = 80 A

Ketetapan waktu P3B (tset) : 1.5 detik

Setting Arus
Ip = 0.5 x In
Ip = 0.5 x 230.9 = 115.45 A
Ip
Is = ICTN

115.45
Is = 80 = 1.4 A

Is 1.4
IR = INr = 5 = 0.28 A

Sehingga yang dipilih adalah tap : 0.2 A


Iset = IR x INr x CT150
Iset = 0.2 x 5 x 80 = 80 A

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan


253

0.02
Ihsp p
td =
( Iset ) 1
x tset
0.14

8513 0.02
td =
( 60 ) 1
x 1.5 = 1.116 SI
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspp 0.02
T=
( Iset )
1 x td

0.14
0.02
8513
T=
( 60 ) 1 x 1.116

T = 1.5 detik
Berdasarkan perhitungan di atas, arus setting yang didapatkan adalah 60 A,

atau arus setting relai 0.72A, sehingga jika terjadi arus gangguan fasa

tanah yang melebihi settingan tersebut maka relai akan memerintahkan CB

untuk membuka dalam waktu 1.5 detik.

4.15.5 Setting Relai Stand By Earth Fault (SBEF)

Stand By Earth Fault adalah relai yang menangani gangguan fasa

tanah yang terjadi di sisi netral sekunder Transformator. SBEF dipasang

di sisi sekunder yang menggunakan NGR atau resistor pada sistem

pentanahannya. Untuk itu relai SBEF ini dipasang dikarenakan

pentanahan yang terpasang di GI Kebonagung menggunakan tahanan

tinggi NGR dengan besar tahanan 500 . Perhitungan setting Relai

SBEF didasarkan pada persamaan (2.99) hingga ( 2.103).

Merek : GEC

Type : MCGG 62
254

Arus Nominal NGR : 23.094 A

Arus nominal rele (INr) :5A

CT nNGR : 50/5

Ketetapan waktu P3B (tset) : 8 detik

Setting Arus
Ip = 0.4 x InNGR
Ip = 0.4 x 23.094 = 9.2376 A
Ip
Is = CT nNGR

9.2376
Is = 10 = 0.92376 A

Iset = Is x CT NGR
Iset = 0.92376 x 10 = 9.2376 A

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan


InNGR
td = Iset -1 x tset

23.09
td =
( 9.2376 )
1
x 8 = 0.1 Sdetik
120

Setting Waktu Kerja Aktual


120
InNGR
T=
( Iset )
1 x td

120
23.09 0.02
T=
( 9.2376) 1 x 0.1

T = 8 detik
Untuk setting T2 yang disetting untuk trip di sisi primer dapat

ditambhakan + 4 detik. Perhitungan di atas, menggunakan setting kurva

dengan karakteristik long time inverse.


Berdasarkan perhitungan di atas, arus setting yang didapatkan

adalah 60 A, atau arus setting relai 0.72A, sehingga jika terjadi arus
255

gangguan fasa tanah yang melebihi settingan tersebut maka relai akan

memerintahkan CB untuk membuka dalam waktu 1.5 detik.

4.16 Analisa Setting Relai

Berikut ini akan dibahas mengenai perbandingan antara setting

relai PLN dengan hasil perhitungan.

Tabel 4.43 Perbandingan Setting PLN dan Perhitungan Pada Relai

Transformator 4 Sebelum dan Sesudah Pengalihan Penyulang

Sumber : Hasil Perhitungan

Pada tabel di atas dapat dilihat setting relai hasil perhitungan dan

hasil setting PLN dimana tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara
256

setting PLN dengan hasil perhitungan. Pada relai OCR, GFR, dan SBEF

tidak terjadi perbedaan, kecuali pada time dial.

Tabel 4.44 Perbandingan Setting PLN dan Perhitungan Pada Relai Transformator

5 Sebelum dan Sesudah Pengalihan Penyulang

Sumber : Hasil Perhitungan

Pada tabel di atas dapat dilihat setting relai hasil perhitungan dan

hasil setting PLN tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara setting

PLN dengan hasil perhitungan. Pada relai OCR, GFR, dan SBEF tidak

terjadi perbedaan, kecuali pada time dial. Untuk OCR Penyulang, pada
257

hasil perhitungan didapatkan arus setting sebesar 480 A baik sebelum dan

sesudah pengalihan, sedangkan setting PLN sebesar 320 A.

4.16.1 Perhitungan Setting Relai Proteksi Transformator 6

Arus hubung singkat Transformator 6 dapat dilihat pada tabel di baawah

ini :

Tabel 4.45 Arus Hubung Singkat Transformator 6

Sumber : Hasil Perhitungan

4.16.2 Setting Relai Diferensial

Relai diferensial bekerja dengan menjumlahkan arus yang

masuk dan arus keluar pada daerah yang diproteksi. Relai ini

mendeteksi gangguan dengan cepat dan tidak dipengaruhi oleh beban

lebih atau gangguan diluar wilayah proteksinya.

Dibutuhkan dua CT untuk membantu relai diferensial dalam

memonitoring arus yang masuk pada sisi primer Transformator dan arus

yang keluar dari sisi sekunder Transformator. Penyesuaian dalam

pemilihan ratio tap ACT diperlukan karena tegangan sisi primer


258

berbeda dengan tegangan sisi sekunder Transformator. Setting Relai

Diferensial didasarkan pada persamaan (2.58) hingga (2.66).

Berikut ini adalah perhitungan pemilihan ratio Tap ACT (Auxiliary

Current Transformer) pada transformator 5 :

S : 60 MVA
V : 150/20 kV
Vektor : YNyn0(d)
60 x 103
Arus nominal sisi primer : Inp = 150 x 3 = 230.94 A
3
60 x 10
Arus nominal sisi sekunder : Inp = 20 x 3 = 1732.05 A

Sehingga besar untuk setiap rating CT pada sisi primer dan

sekunder adalah :

Rating CT sisi primer : ICTp = 110% x 230.94 = 254.034 A

Rating CT yang digunakan : 400/5

Rating CT sisi sekunder : ICTp = 110% x 1732 = 952.628 A

Rating CT yang digunakan : 2000/5

Maka tap ACT yang digunakan adalah :

5
Arus yang mengalir pada relai : Irp = 400 x 254.034 = 3.175 A

5
Arus yang mengalir pada relai : Irp = 2000 x 952.628 = 2.3815

A
259

Sedangkan arus yang mengalir pada sisi sekunder dari CT baik yang

dipasang di sisi primer maupun sekunder Transformator 5 adalah :

IsCTp = 5 A IsCTs = 5 A

Karena hubungan Transformator YNyn0 (d) maka, hubungan CT yang

terpasang adalah Y untuk sisi primer maupun sekunder, karena perbedaan

angka jam sebesar 180 dari angka jam Transformator 4 sendiri, maka tap

ACT nya adalah sebagai berikut :

I sCTp 5
TAPACTp = I ACTsp = 3.175 = 1.575 A

I sCTp 5
TAPACTs = I ACTsp = 2.3815 = 2.099 A

Untuk setting relai diferensial ini diambil 30% karena diperoleh

dari toleransi kesalahan ACT sebesar 10%, kesalahan CT sebesar 10%,

kesalahan tap ACT 4%, arus eksitasi 1%, dan faktor keamanan 5%. Maka

besar arus setting adalah :

Iset = 30% x INr

Iset = 30% x 5 = 1.5 A

Gangguan Internal

Apabila gangguan berasal dari dalam zona diferensial dan dari setting

relai diferensial di atas, maka dimisalkan gangguan datang dari dalam

daerah zona diferensial yaitu diantara lingkup CT diferensial (gangguan

internal). Sebagai simulasi gangguan untuk memperjelas alur kerja relai


260

diferensial diberikan 4.14 pu (arus hubung singkat 3 fasa pada titik

gangguan F3).

I(pu) = 4.14 pu

I(sisi 20 kV) = 4.14 x Ib20 = 11964 < -88.6 A

I(sisi 150 kV) = 4.14 x Ib150 = 1593.486 < -88.6 A

Maka arus yang mengalir pada sekunder CT diferensial adalah sebesar :

I ggn 11964
ICT20 = ratioCT x TAPACTs = 2000 /5 x 2.099 =

62.781 A

I ggn 1593.486
ICT150 = ratioCT x TAPACTp = 400/5 x 1.575 =

31.371 A

Maka Id = 62.781 + 31.371 = 94.152 A

Maka operasi gangguannya adalah ebagai berikut :

Iop = slope (%) x Id = 30% x 94.152 = 28.2456 A

Pada waktu terjadi gangguan di daerah pengamanan, maka arus

sekunder transformator yang mengalir pada relai saling menjumlahkan

(lebih besar dari nilai setting) atau masuk di daerah karakteristik kerja

relai bekerja. (PT. PLN P3B APB Jatim, 2013).

Relai diferensial akan bekerja jika nilai I op > Iset. Dari gambar

4.49 di atas besar Iop adalah 28.25 A dan lebih besar dari Iset yaitu 1.5 A.

Oleh sebab itu relai diferensial bekerja untuk memerintahkan CB (PMT)

trip karena nilai Iop dipengaruhi oleh letak gangguan sehingga makin
261

besar arus gangguan maka nilai Iop akan semakin besar pula. Tidak seperti

Iop, nilai Iset dipengaruhi oleh besar nilai slope dan arus nominal relai.

4.16.3 Setting Relai Restricted Earth Fault (REF)

Restricted Earth Fault adalah relai yang mengamankan transformator

dari gangguan kumparan yang tidak bisa diproteksi oleh OCR ataupun

Relai Diferensial dengan sempurna, khususnya untuk gangguan belitan

transformator yang terletak dekat dengan titik netral. REF bekerja

menangani gangguan hubung singkat fasa tanah pada belitan

Transformator dan dipasang pada sisi netral Transformator. Pada kasus

ini, REF dipasang di sisi primer maupun sekunder Transformator

karena hubungan Transformator adalah YNyn0(d). Setting Relai

Diferensial didasarkan pada persamaan (2.66) hingga (2.74).

REF Sisi Primer

Data Relai :
Merk : ABB RET 670
Arus nominal : 5A
Jenis karakteristik : High impedance
Burden relai : VA = 1

Data CT :
Jumlah core CT :n=1
Arus magnetisasi : Imag = 0.030 A

Tahanan dalam CT :
- Sisi netral : RCTN = 0.3
262

- Sisi fasa :R = 0.4


- Aux CT =1
Tahanan dalam CT :
- CT fasa dengan relai = 0.32
- CT netral dengan relai = 0.32

Diberikan gangguan hubung singkat 1 fasa tanah pada titik primer

transformator (F2) yang letaknya berada di zone diferensial.

- Ihs(150) = 7993.2 A
Setting Tegangan Kerja :
Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Netral adalah :
7993.2
VrN = (RCTN + (2 x RLN)) x CT N (150)

7993.2
VrN = (0.3 + (2 x 0.32)) x 400/5
7993.2
VrN = (0.3 + 0.64) x 80

VrN = 93.92 volt


Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Fasa adalah :
I hs
VrN = (RCT150 + (2 x RL )) x CT (150)

7993.2
Vr = (0.3 + (2 x 0.32)) x 400/ 5
7993.2
Vr = (0.3 + 0.64) x 80

Vr = 93.92 volt
Untuk mengetahui nilai tegangan lutut yang dipakai dalam

perhitungan setting, dipilih nilai Vr yang paling besar, sehingga nilai

tegangan lutut yang digunakan adalah 100 volt.


Setting tegangan yang terpasang harus lebih besar dari Vr, sehingga d

iberikan faktor keamanan (k). Besar k yang diijinkan berdasarkan :


PLN APP Malang nilai k = 1.5 3
Maka, besar tegangan kerja adalah :
Vset = 1.5 x Vr
Vset = 1.5 x 100 = 150 volt

Setting Arus Kerja :


263

Setting harus sensitif dalam mendeteksi gangguan. Dimana INr adalah arus

nominal relai.
Iset = 0.1 x INr
Iset = 0.1 x 5
Iset = 0.5 A
Untuk arus kerja minimum relai juga dipengaruhi oleh jumlah inti

CT (n) dan arus magnetisasi CT (Imag) itu sendiri, sehingga arus operasi

minimum menjadi :
Iop = (Iset + n x Imag)
Iop = (0.5 + 1 x 0.030)
Iop = 0.530 A
Sehingga, dari arus kerja di atas data diketahui bahwa sensitifitas

pengamanan (s) dari relai menjadi :


Iop
s= ( )
= 100%

s= ( 0.535 ) x 100% = 10.6%

Untuk setting stabilitas resistor (Rs) atau tahanan muka yang diberikan

adalah :
1 VA
Rs = Iset (Vset Iset )
1
Rs = 0.5 (150 0.51 )
Rs = 296

REF Sisi Sekunder

Data Relai :
Merk : ABB RET 670
Arus nominal : 5A
Jenis karakteristik : High impedance
Burden relai : VA = 1
Data CT :
Jumlah core CT :n=1
Arus magnetisasi : Imag = 0.030 A
Tahanan dalam CT :
- Sisi netral : RCTN = 0.3
- Sisi fasa :R = 0.4
- Aux CT =1
264

Tahanan dalam CT :
- CT fasa dengan relai = 0.32
- CT netral dengan relai = 0.32

Diberikan gangguan hubung singkat 1 fasa tanah pada titik sekunder

transformator (F3) yang letaknya berada di zone diferensial.

- Ihs(20) = 23.094 A
Setting Tegangan Kerja :
Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Netral adalah :
23.094
VrN = (RCTN + (2 x RLN)) x CT N (20)

23.094
VrN = (0.3 + (2 x 0.32)) x 50/ 5
23.094
VrN = (0.3 + 0.64) x 10

VrN = 2.17 volt


Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Fasa adalah :
23.094
VrN = (RCT20 + (2 x RL )) x CT (20)

23.094
Vr = (0.3 + (2 x 0.32)) x 2000 /5
23.094
Vr = (0.3 + 0.64) x 400

Vr = 0.0542 volt
Untuk mengetahui nilai tegangan lutut yang dipakai dalam perhitungan

setting, dipilih nilai Vr yang paling besar, sehingga nilai tegangan lutut

yang digunakan adalah 2.17 volt.


Setting tegangan yang terpasang harus lebih besar dari Vr, sehingga

diberikan faktor keamanan (k). Besar k yang diijinkan berdasarkan :


PLN APP Malang nilai k = 1.5 3
Maka, besar tegangan kerja adalah :
Vset = 1.5 x Vr
Vset = 1.5 x 2.17 = 3.255 volt = 3 volt

Setting Arus Kerja :


Setting harus sensitif dalam mendeteksi gangguan. Dimana INr adalah arus

nominal relai.
265

Iset = 0.1 x INr


Iset = 0.1 x 5
Iset = 0.5 A
Untuk arus kerja minimum relai juga dipengaruhi oleh jumlah inti

CT (n) dan arus magnetisasi CT (Imag) itu sendiri, sehingga arus operasi

minimum menjadi :
Iop = (Iset + n x Imag)
Iop = (0.5 + 1 x 0.030)
Iop = 0.530 A
Sehingga, dari arus kerja di atas data diketahui bahwa sensitifitas

pengamanan (s) dari relai menjadi :


Iop
s= ( ) = 100%

s= ( 0.535 ) x 100% = 10.6%

Untuk setting stabilitas resistor (Rs) atau tahanan muka yang diberikan

adalah :
1 VA
Rs = Iset (Vset Iset )
1
Rs = 0.5 (3 0.51 ) =2

Pada prinsipnya, cara kerja REF sama dengan diferensial. Daerah

pengamanan dari REF adalah antara CT primer dengan CT netral

Transformator untuk REF sisi primer. Sedangkan untuk REF sisi

sekunder daerah pengamanannya adalah antara CT sekunder dengan CT

netral Transformator.

Pada kondisi gangguan tanah internal akan timbul suatu tegangan

yang tinggi pada terminal relai, sehingga untuk mengamankan peralatan

proteksi dari tegangan tinggi ini digunakan tahanan non linier (varistor).

Varistor ini bersifat membatasi tegangan, yaitu harga resistansinya akan


266

menurun makin kecil bila terkena tegangan yang tinggi. Relai REF juga

bekerja secara instantaneous.

Untuk besarnya tap pada CT yang terpasang pada sisi primer adalah :

CT REF 150 400/5


TAPCTp = CTN 150 = 300/5 = 1.3 A

CTN 150 300 /5


TAPCTn = CTN 150 = 300 /5 = 1 A

4.16.4 Setting Relai Over Current Relay (OCR)

OCR bekerja apabila terjadi arus yang melebihi settingnya. Relai

ini bekerja untuk melindungi peralatan listrik lainnya apabila terjadi

arus lebih akibat adanya penambahan / perkembangan beban atau

karena adanya gangguan hubung singkat di jaringan maupun instalasi

listrik. Gangguan hubung singkat yang dapat dideteksi oleh relai OCR

adalah gangguan hubung singkat yang terjadi antar fasa yaitu dua fasa

atau tiga fasa. Setting Relai OCR didasarkan pada persamaan (2.75)

hingga (2.87).

OCR SISI PENYULANG (20 kV)

Merek : GEC

Type : MCGG 62

Arus Nominal CT penyulang (In) : 400 A (sisi primer)

Arus nominal rele (INr) :5A

CT Penyulang 20 kV : 400/5 = 80 A
267

Ketetapan waktu P3B (tset) : 0.4 detik

Setting Arus
Ip = 1.2 x In
Ip = 1.2 x 400 = 480 A
Ip
Is = CTp 20

480
Is = 80 =6A

Is 6
IR = INr = 5 = 1.2 A

Sehingga yang dipilih adalah tap : 1.2 A


Iset = IR x INr x CTp20
Iset = 1.2 x 5 x 80 = 480 A

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan (2 FASA F5)


Ihsp p 0.02
Td =
(
Iset
1
x tset
)
0.14

3665 0.02
Td =
( 480 ) 1
x 0.4 = 0.119 SI
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspp 0.02
T=
( Iset
1 x td)
0.14
3665 0.02
T=
( 480 ) 1 x 0.119

T = 0.4 detik
Setting Arus Moment
Iset = 0.8 x 0.5 x Ihs p-p
Iset = 0.8 x 0.5 x 3665
Iset = 1466 A
Sehingga besar arus yang dipilih untuk setting arus moment : 1460 A

Setting Waktu Moment


268

Untuk waktu arus moment (I>>) adalah instan atauu tanpa tunda

waktu (seketika). Berdasarkan perhitungan di atas, arus setting yang

didapatkan adalah 480 A, atau arus setting relai 1.2 A, sehingga jika terjadi

arus gangguan yang melebihi settingan tersebut maka relai akan

memerintahkan CB untuk membuka dalam waktu 0.4 detik. Sedangkan

jika arus gangguan yang datang melebihi dari 1460 A, maka yang bekerja

adalah setting momen dan relai akan memerintahkan CB untuk membuka

tanpa tunda waktu atau seketika

OCR INCOMING SISI SEKUNDER (20 KV)

Merek : ABB

Type : REF 630

Arus Nominal CT penyulang (In) : 1732 A (sisi sekunder)

Arus nominal rele (INr) :5A

CT 20 kV : 2000/5 = 400 A

Ketetapan waktu P3B (tset) : 0.8 detik

Setting Arus
Ip = 1.2 x In
Ip = 1.2 x 1732 = 2078.4 A
Ip
Is = CT 20

2078.4
Is = 400 = 5.196 A

Is 5.196
IR = INr = 5 = 1.0392 A

Sehingga yang dipilih adalah tap : 1.04 A


Iset = IR x INr x CTp20
Iset = 1.04 x 5 x 400 = 2080 A

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan


269

0.02
Ihsp p
td =
( Iset ) 1
x tset
0.14

10362 0.02
td =
( 2000 ) 1
x 0.8 = 0.1911 SI
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspp 0.02
T=
(
Iset )
1 x td 5.181

0.14
0.02
10362
T=
( 2000 ) 1 x 0.1911

T = 0.79 detik

Setting Arus Moment


Ip = 4 x In
Ip = 4 x 1732 = 6928 A
Ip 6928
IR mom = Iset = 2080 = 3.3 A

Sehingga besar arus yang dipilih untuk setting arus moment : 3.3 A
Iset m = IR mom x Iset
Iset m = 3.3 x 2080 = 6864 A
Setting Waktu Moment
Untuk waktu arus moment (I>>) yang ditetapkan P3B adalah 0.4 sec.

Berdasarkan perhitungan di atas, arus setting yang didapatkan adalah 2080

A, atau arus setting relai 1 A, sehingga jika terjadi arus gangguan yang

melebihi settingan tersebut maka relai akan memerintahkan CB untuk

membuka dalam waktu 0.8 detik. Sedangkan jika arus gangguan yang

datang melebihi dari 6864 A, maka yang bekerja adalah setting momen

dan relai akan memerintahkan CB untuk membuka dengan waktu 0.4

detik.

OCR INCOMING SISI PRIMER (150 KV)


270

Merek : ABB

Type : RET 615

Arus Nominal CT penyulang (In) : 115.4 A (sisi sekunder)

Arus nominal rele (INr) :5A

CT 150 kV : 200/5 = 40 A

Ketetapan waktu P3B (tset) : 1.2 detik

Setting Arus
Ip = 1.2 x In
Ip = 1.2 x 230.9 = 277.08 A
Ip
Is = CT 150

277.08
Is = 40 = 6.927 A

Is 6.9
IR = INr = 5 = 1.3854 A

Sehingga yang dipilih adalah tap : 1.4 A


Iset = IR x INr x CT150
Iset = 1.4 x 5 x 40 = 280 A

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan


Ihsp p 0.02
td =
(Iset
1 )
x tset
0.14
0.02
9093
td =
( 280) 1
x 1.2 = 0.6179 SI
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspp 0.02
T=
( Iset )
1 x td 32.475

0.14
9093 0.02
T=
( 280 ) 1 x 0.61

T = 1.2 detik
Setting Arus Moment
271

Untuk arus kerja moment disisi 150 kV harus mempertimbangkan

prediksi hubung singkat maksimal berdasarkan impedansi transformator.

Dimana dalam perhitungannya menggunakan konstanta waktu untuk

periode cycle (K), dengan perhitungan sebagai berikut :


n
2
4 .
X 1/ R1
K=

1+2 e

K = 1.183
Sehingga dipilih nilai untuk K = 1.2
150
Ismom=
Xt x CT 150 x K
230.9
Ismom= x 1.2
0.1232 x 40
Is mom=56.2 A
Is mom 56.2
Ir mom= = =11.2 A
INr 5

Sehingga yang dipilih adalah tap : 11 A


Ip m=Ir mom x INr x CT 150
Ip m=11 x 5 x 40=2200 A
Ip m
I s mom=
Iset
2200
Ismom= =7.8
280

Sehingga yang dipilih adalah tap : 8 A


=Iset mom x Is x CT 150

=7.8 x 6.9 x 40

=2152.8

Setting Waktu Moment


Untuk waktu arus moment (I>>) yang digunakan adalah waktu

moment atau waktu tanpa tunda waktu. Berdasarkan perhitungan di atas,


272

arus setting yang didapatkan adalah 280 A, atau arus setting relai 1.4 A,

sehingga jika terjadi arus gangguan yang melebihi settingan tersebut maka

relai akan memerintahkan CB untuk membuka dalam waktu 1.2 detik.

Sedangkan jika arus gangguan yang datang melebihi dari 2152 A atau 7.6

kali dari arus setting sebelumnya, maka yang bekerja adalah setting

momen dan relai akan memerintahkan CB untuk membuka tanpa tunda

waktu (instan). Nilai arus tersebut adalah nilai arus menggunakan referensi

arus base 150 kV.

4.16.5 Setting Ground Fault Relay (GFR)

GFR disisi penyulang berfungsi untuk mengamankan gangguan

ground fasa di seluruh jaringan distribusi pada setiap penyulang.

Sedangkan GFR yang dipasang di sisi 150 kV adalah relai yang berfungsi

sebagai proteksi yang mengamankan gangguan fasa ground. Relai ini

dipasang sebagai back up dari relai OCR dan SBEF/GFR di sisi 20 kV dan

relai diferensial jika relai gagal bekerja dan gangguan belum teratasi.

Setting Relai Diferensial didasarkan pada persamaan (2.88) hingga (2.98).

GFR SISI PRIMER (150 kV)

Arus Nominal Transformator (In) : 230.9 A (sisi primer)

Arus Hubung Singkat p-g (Ihs) : 8513 A

Arus nominal rele (INr) :5A

CT 150 kV : 400/5 = 80 A

Ketetapan waktu P3B (tset) : 1.5 detik

Setting Arus
Ip = 0.5 x In
273

Ip = 0.5 x 230.9 = 115.45 A


Ip
Is = ICTN

115.45
Is = 80 = 1.4 A

Is 1.4
IR = INr = 5 = 0.28 A

Sehingga yang dipilih adalah tap : 0.2 A


Iset = IR x INr x CT150
Iset = 0.2 x 5 x 80 = 80 A
Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan
Ihsp p 0.02
td =
( Iset ) 1
x tset
0.14

8513 0.02
td =
( 60 ) 1
x 1.5 = 1.116 SI
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspp 0.02
T=
( Iset )
1 x td

0.14
8513 0.02
T=
( 60 ) 1 x 1.116

T = 1.5 detik
Berdasarkan perhitungan di atas, arus setting yang didapatkan adalah 60 A,

atau arus setting relai 0.72A, sehingga jika terjadi arus gangguan fasa

tanah yang melebihi settingan tersebut maka relai akan memerintahkan CB

untuk membuka dalam waktu 1.5 detik.

DGR SISI PENYULANG (P. Sitirejo)

Prinsip kerja relai ini hampir sama dengan relai arus lebih seperti yang

digunakan pada gangguan hubung singkat antar fasa, tetapi berbeda rangkaiannya
274

bila terjadi ketidakseimbangan arus atau terjadi gangguan hung singkat ke tanah,

maka akan timbul arus urutan nol pada pentanahan Transformator sehingga relai

di netral akan bekerja. Sesuai SPLN 52-3 1987 bahwa untuk pentanahan Pola I

yaitu pentanahan tinggi 500 untuk menangani gangguan hubung singkat 1 fasa

ke tanah menggunakan relai gangguan fasa ke tanah terarah (DGR)

Merek : Micom

Type : P127

Arus Hubung Singkat (Ihs) : 22.586 A

Rasio ZCT : 200/5 = 40

Setting Arus
Nilai ini untuk mengantisipasi jika penghantar tersentuh pohon, dimana

tahanan pohon besar (tahanan pohon 26 s/d 52) yang dapat

memperkecil besarnya arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah.


(Ir. Wahyudi Sarimun, 2012 :162)
Iset = 0.08 x Ihs
Iset = 0.08 x 22.586
Iset = 1.806 A
Ihs 22.586
IS = rasio ZCT = 40 = 0.565

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan


Setting waktu kerja relai dengan karakteristik standart invers t (waktu

kerja aktual) = 0.3 detik


(Ir. Wahyudi Sarimun, 2012 :162)

Ihsp n 0.02
Td =
( Iset ) 1
x tset
0.14
275

0.02
22.586
Td =
( 1.806 )1
x 0.3 = 0.11
0.14

Setting Waktu Kerja Aktual


0.14
Ihspn 0.02
T=
( Iset )
1 x td

0.14
22.586 0.02
T=
( 1.806 ) 1 x 0.11

T = 0.3 detik

4.15.6 Setting Relai Stand By Earth Fault (SBEF)

Stand By Earth Fault adalah relai yang menangani gangguan fasa

tanah yang terjadi di sisi netral sekunder Transformator. SBEF dipasang

di sisi sekunder yang menggunakan NGR atau resistor pada sistem

pentanahannya. Untuk itu relai SBEF ini dipasang dikarenakan

pentanahan yang terpasang di GI Kebonagung menggunakan tahanan

tinggi NGR dengan besar tahanan 500 . Setting Relai Diferensial

didasarkan pada persamaan (2.99) hingga (2.103irejp).

Merek : ABB

Type : RET 615

Arus Nominal NGR : 23.094 A

Arus nominal rele (INr) :5A

CT nNGR : 25/1

Ketetapan waktu P3B (tset) : 8 detik


276

Setting Arus
Ip = 0.4 x InNGR
Ip = 0.4 x 23.094 = 9.2376 A
Ip
Is = CT nNGR

9.2376
Is = 25 = 0.3695 A

Iset = Is x CT NGR
Iset = 0.3695 x 25 = 9.2376 A

Setting Waktu Kerja Yang Diinginkan


InNGR
td = Iset -1 x tset

23.094
td =
( 9.2376) 1
x 8 = 0.1 detik
120

Setting Waktu Kerja Aktual


120
InNGR
T=
( Iset )
1 x td

120
23.094
T=
( )
9.2376
1 x 0.1

T = 8 detik
Untuk setting T2 yang disetting untuk trip di sisi primer dapat

ditambahakan + 4 detik. Perhitungan di atas, menggunakan setting kurva

dengan karakteristik long time inverse.


Berdasarkan perhitungan di atas, arus setting yang didapatkan

adalah 9.23 A, atau arus setting relai 0.37 A, sehingga jika terjadi arus

gangguan fasa tanah yang melebihi settingan tersebut maka relai akan

memerintahkan CB untuk membuka dalam waktu 1.5/8 detik.


277

4.16.7 Analisa Setting Relai Proteksi Transformator 6

Berikut ini akan dibahas antara setting relai proteksi PLN dan

perhitungan pada Transformator 6

Tabel 4.46 Perbandingan Antara Setting Relai Proteksi PLN dan Perhitungan pada
Transformator 6

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setting relai proteksi Transformator

6 untuk relai Diferensial dan relai REF sama dengan setting relai dari PLN,

namun untuk setting relai OCR terdapat sedikit perbedaan dengan setting PLN.

Hal ini terlihat dari arus setting relai OCR primer PLN sebesar 276 A dan hasil
278

perhitungan sebesar 280 A, time dial perhitungan sebesar 0.617 SI dan setting

PLN sebesar 0.28 SI. Untuk Setting OCR sekunder perhitungan sebesar 2080 A

sedangkan setting PLN sebesar 2078 A. Untuk time dial perhitungan didapatkan

waktu 0.1911 detik, sedangkan setting PLN sebesar 0.0165 detik. Pada setting

arus relai SBEF baik dari PLN maupun perhitungan sama.

4.17 Analisa Koordinasi Relai

Berikut ini akan dibahas mengenai koordinasi relai proteksi pada

sisi primer dan ssekunder transformator.

4.17.1 Rangkaian Tripping Relai ke PMT

Dalam bekerja, relai memerintahkan CB/PMT untuk trip sehingga

gangguan dapat dilokalisir. Di dalam sistem bay transformator terdapat

tiga PMT, yaitu PMT sisi 150 kV, PMT sisi incoming 20 kV, and PMT

sisi penyulang 20 kV. Setiap relai memiliki perintah yang berbeda dalam

melokalisir gangguan, yaitu memilih PMT mana yang paling tepat untuk

melokalisir gangguan, sehingga gangguan tidak meluas dan bagian yang

terlokalisir semakin sempit dan rugi akibat pemadaman semakin kecil.

Kesalahan trip atau PMT trip diwaktu yang tidak tepat dapat

menyebabkan banyak kerugian, salah satunya adalah jika beban total

penyulang saat incoming trip besar, maka dapat berakibat pada kerusakan

Transformator. Selain itu, penyulang yang tidak mengalami gangguan

ikut padam. Oleh sebab itu mengatur posisi tripping untuk setiap relai

sangatlah penting.
279

Untuk menjelaskan perintah tripping pada setiap relai, dapat dilihat

pada Gambar 4.60 dan Tabel 4.47 di bawah ini.

150 kV 20 kV
CT penyPMT

PMT CTp CTs PMT BEBAN

3 6 4 2

86

Gambar 4.60 Rangakaian Tripping Relai ke PMT

Tabel 4.47 Keterangan Gambar 4.60

Gambar 4.60 di atas menjelaskan bahwa garis lurus menunjukkan kabel

input dari CT menuju ke relai. Sedangkan garis putus putus


280

menunjukkan kabel tripping relai ke PMT. Dari gambar di atas dapat

dijelaskan bahwa :

1. Jika terjadi gangguan di daerah penyulang atau di jaringan (beban) maka

relai OCR/GFR di bagian outgoing penyulang akan memerintahkan PMT

sisi 20 kV bagian penyulang untuk trip melokalisir gangguan.


2. Jika gangguan sisi penyulang belum dapat teratasi atau PMT penyulang

gagal trip, maka relai OCR/GFR sisi incoming akan memerintahkan PMT

20 kV sisi incoming untuk trip. Selain itu juga terjadi gangguan di bus 20

kV, maka OCR/GFR incoming akan memerintahkan PMT 20 kV sisi

incoming untuk trip.


3. Jika gangguan belum teratasi atau PMT incoming gagal trip, maka relai

OCR/GFR sisi primer (150 kV) akan memerintahkan relai 86 yang

merupakan Lock Out Relay atau relai pengunci untuk mengetripkan PMT

150 kV sisi primer dan PMT incoming sisi 20 kV untuk trip.


4. Jika terjadi gangguan fasa tanah yang terjadi diantara CT sisi sekunder

dengan CT netral sekunder dimana gangguan yang timbul tidak bisa

dideteksi oleh relai diferensial, maka relai REF sisi sekunder akan

memerintahkan relai 86 sebagai relai pengunci untuk mengetripkan PMT

150 kV sisi primer dan PMT incoming sisi 20 kV


5. Jika terjadi ganggua fasa fasa atau fasa netral yang berada di daerah

dekat Transformator atau gangguan terjadi diantara CT primer dan sekunder,

maka relai diferensial memerintahkan relai 86 sebagai relai pengunci untuk

mentripkan PMT 150 kV sisi primer dan PMT incoming sisi 20 kV.
6. Jika terjadi gangguan fasa tanah yang terjadi diantara CT sisi primer

dengan CT netral primer dimana gangguan yang timbul tidak bisa

dideteksi oleh relai diferensial, maka relai REF sisi primer akan
281

memerintahkan relai 86 sebagai relai pengunci untuk mengetripkan PMT

150 kV sisi primer dan PMT incoming sisi 20 kV


7. Relai 86 adalah Lock Out Relay atau relai pengunci yang fungsinya adalah

mentripkan PMT 150 kV sisi primer Transformator dan PMT incoming 20

kV (sekunder Transformator) secara bersamaan atau trip dalam waktu

yang sama.

4.17.2 Simulasi

Untuk menentukan apakah setting dan koordinasi dari hasil

perhitungan dan analisa yang dibuat sudah benar, maka dibuat simulasi

dalam bentuk single line diagram menggunakan etap. Dalam simulasi,

akan diberikan single line diagram dari bay transformator yang

spesifikasi komponen nya disesuaikan dengan peralatan terpasang pada

Transformator 6 di GI Kebonagung. Sedangkan untuk setting relai

pengaman menggunakan setting hasil perhitungan.

Komponen yang digunakan dalam simulasi adalah :

1. CB 1 yaitu PMT sisi 150 kV


2. CB 2 yaitu PMT incoming sisi 20 kV
3. CB penyulang yaitu PMT sisi penyulang 20 kV
4. Relai OCR P51 yaitu OCR yang dipasang di sisi primer 150 kV
5. Relai Diferensial
6. Relai OCR S51yaitu OCR yang dipasang di sisi sekunder 20 kV
7. Relai penyulang yaitu OCR yang dipasang disisi penyulang 20 kV
1) Koordinasi OCR P51, OCR S51, dan OCR Penyulang
282

Gambar 4.61 Single Line Diagram Bay Transformator 6

Gambar di baawah ini merupakan grafik koordinasi OCR Penyulang

OCR Sekunder 20 kV dan OCR Primer 150 kV


283

Gambar 4.62 Koordinasi OCR P51, OCR S51, dan OCR Penyulang

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa besar arus hubung

singkatnya 13.315 kA. Relai yang bekerja pertamakali untuk melokalisir daerah

yang terganggua adalah relai OCR Penyulang 20 kV, pada kurva ditunjukkan oleh

Relai OCR Penyulang P-50 dengan waktu kerja relai 0 detik, karena arus hubung

singkatmya melebihi setting arus momen (I>>) maka pada waktu 0 detik tersebut

OCR Penyulang bekerja secara instant. Setelah itu, OCR Penyulang P-51 bekerja

dengan waktu 0.249 detik. Apabila OCR Penyulang gagal trip, maka relai yang

bekerja selanjutnya adalah OCR Sekunder 20 kV P-50 secara dengan waktu

tunda 0.4 detik, lalu OCR sekunder P-51 bekerja dengan watu 0.703 detik.

Apabila OCR Sekunder 20 kV juga gagal trip, maka dalam waktu 15.9 detik Relai

OCR Primer 150 kV P-51 akan bekerja.


284

Anda mungkin juga menyukai