Anda di halaman 1dari 70

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gardu Induk

Gardu Induk (GI ) adalah salah satu komponen yang penting dalam

menunjang kebutuhan listrik konsumen maupun sebagai pengatur pelayan

tenaga listrik yang didapatkan dari pusat pembangkit untuk disalurkan ke

pusat pusat beban. Pada gardu induk dilaksanakan hubungan

interkoneksi antara pembangkit pembangkit melalui saluran transmisi

yang selanjutnya didistribusikan kepada konsumen melalui saluran

distribusi.

Fungsi dari gardu induk adalah :

1. Untuk mengatur aliran tenaga listrik dari saluran transmisi ke saluran

transmisi yang lain, serta mendistribusikannya ke konsumen.


2. Sebagai tempat untuk mengubah tegangan (menurunkan/menaikkan)

guna keperluan penyaluran transmisi dan penyaluran distribusi.


3. Tempat pengaturan beban dan control pengaman penyaluran transmisi.
4. Pengiriman daya ke gardu distribusi melalui feeder (penyulang)

tegangan menengah..

Gardu Induk Kebonagung merupakan gardu induk dengan system

double busbar. Gardu induk dengan double busbar adalah gardu induk

yang mempunyai dua busbar . Sistem double busbar jauh lebih handal

karena system double busbar mendapat suplai dari busbar (line) yang
8

berbeda. Sistem ini sangat umum dan hampir semua gardu induk

menggunakan system ini karena sangat efektif untuk mengurangi

pemadaman beban pada saat melakukan perubahan system (manuver

sistem) (PLN,2009). 7

Dalam sebuah Gardu Induk terdapat sebuah bay transformator, bay

line, dan bay couple. Bay line adalah bay yang menghubungkan istem

transmisi dari satu gardu induk ke gardu induk yang lainnya. Bay

transformator adalah bay yang mengarah pada beban distribusi. Sedangkan

bay couple adalah bay yang menghubungkan antara rel I dan rel II yang

nantinya digunkaan untuk kebutuhan manuver.

Rel I

Rel II

PMS Rel

PMT KOPPEL
PMS PHT

CT CT CT
PT
LA
PMS Line PT PT

LA LA
TRANSFORMATOR

REL TRANSMISI
GARDU INDUK LAIN

BEBAN PENYULANG

Gambar 2.1 : Gardu Induk Dengan Sistem Double Busbar


(PT.PLN Pusdiklat, 2012)

2.2 Transformator
9

Transformator merupakan suatu alat listrik yang digunkan untuk

mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke

tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan

berdasarkan prinsip induksi electromagnet. Transformator digunakan

secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika.

Penggunaan transformator dalam sistem tenaga agar tegangan sesuai dan

ekonomis untuk setiap keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi

dalam pengiriman daya listrik jarak jauh.

Dalam sebuah sistem gardu induk, transformator yang digunakan

adalah transformator daya sebagai transformator yang menyalurkan daya

dari sistem transmisi ke sistem distribusi dan transformator pengukuran

yang digunakna sebagai metering dan sistem proteksi transformator daya

(Fadil,2005).

2.2.1 Transformator Tenaga

Suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan

daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya

(mentransformasikan tegangan). Dalam operasi umumnya, transformator

transformator daya ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan

kebutuhan untuk system pengaman/proteksi, sebagai contoh transformator

150/70 kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV, dan

transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan di sisi netral pada

sekunder 20 kV.
10

Kerja transformator berdasarkan induksi - electromagnet,

menghendaki adanya gandengan magnet antara rangkaian primer dan

sekunder. Gandengan magnet ini berupa inti besi tempat melakukan fluks

bersama. Berdasarkan cara melilitkan kumparan inti dan transformator tipe

inti dan transformator tipe cangkang (Aminah, 2013).

Gambar 2.2. Tranformator Daya


(PT.PLN GI Kebonagung, 2015)

2.2.2 Transformator Pengukuran

Transformator pengukuran digunkaan untuk pengukuran dan

proteksi. Transformator pengukuran terdiri dari current transformator (CT)

dan potential transformator (PT) (Asvitri,2013).


11

2.2.2.1 Current Transformator (CT)

Transformator arus (Current Transformer) digunakan untuk

pengukuran arus yang besarnya ratusan amper dari arus yang mengalir

dalam jaringan tegangan

tunggi. Secara fungsi transformator arus dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Transformator Arus Pengukuran


2. Transformator Arus Proteksi

Perbedaan mendasar transformator arus pengukuran dan proteksi

adalah pada titik saturasinya seperti pada kurva saturasi

Gambar 2.3 : Kurva Kejenuhan CT untuk Pengukuran dan Proteksi


(PT. PLN Pusdiklat, 2010)

Fungsi CT adalah sebagai berikut (PLN, 2010) :

1. Mengkonversi besaran arus pada system tenaga listrik dari besaran

primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan pengukuran system

metering dan proteksi.


2. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, sebagai

pengaman terhadap manusia atau operator yang melakukan pengukuran.


12

3. Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 ampere dan 5

ampere.

Kumparan primer transformator arus dihubungkan seri dengan

jaringan atau peralatan yang akan diukur arusnya, sedang kumparan

sekunder dihubungkan dengan meter atau relai proteksi. Pada umumnya

peralatan ukur dan relai membutuhkan arus 1 ampere atau 5 ampere.

Transformator arus bekerja sebagai transformator yang terhubung

singkat, kawasan transformator arus yang digunakan untuk pengukuran

biasanya 0.05 s/d 1.2 kali arus yang diukur, sedang transformator arus

untuk proteksi harus mampu bekerja lebih dari 10 kali arus pengenalnya.

Transisi dari daerah tak jenuh ke daerah jenuh pada karakteristik

open circuit adalah proses yang bertahap pada material inti. Transisi ini

membuat transformator arus (CT) tidak dapat menghasilkan arus primer

yang melampaui titik tersebut. Transisi ini disebut dengan tegangan knee-

point dalam CT, yang menentukan seberapa akurat kinerja transformator

arus (CT). Hal ini berarti kenaikan tegangan sebesar 10% pada sisi CT

sekunder membutuhkan arus eksitasi lebih dari 50%. Pada aplikasinya,

transformator arus (CT) sudah tidak linier lagi setelah melewati knee-point

nya tersebut (Pandjaitan, 2012).

2.2.2.2 Potential Transformer (PT)


13

Transformator tegangan adalah peralatan yang mentransformasikan

tegangan system yang lebih tinggi ke suatu tegangan system yang lebih

rendah unutk peralatan indikator, alat ukur/meter dan relai.

E1 E2

N1 N2

Gambar 2.4 : Prinsip Kerja Transformator Tegangan


(PLN, 2010)

Dari gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa :

E1 N 1
= =a
E2 N 2

(2.1)

Dimana :

a : Perbandingan/rasio transformasi N1 > N2

N1 : Jumlah belitan primer

N2 : Jumlah belitan sekunder

E1 : Tegangan primer (V)

E2 : Tegangan sekunder (V)


14

Gambar 2.5 : Rangakaian Ekivalen Transformator Tegangan


(PLN, 2010 )

Transformator tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan

transformator tenaga tetapi rancangan transformator tegangan berbeda,

perbedaannya yaitu (PLN, 2010) :

1. Kapasitansinya kecil (10-150 VA), karena hanya digunakan pada alat

alat ukur, relai dan peralatan indikasi yangt konsumsi dayanya kecil.
2. Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
3. Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan.

Fungsi dari transformator tegangan atau potential transformer, adalah

(PLN, 2010) :

1. Mentransformasikan besaran teganagn system dari yang tinggi ke

besaran yang lebih rendah sehingga dapat digunakan untuk peralatan

proteksi dan pengukuran yang lebih aman, akurat dan teliti.


2. Mengisolasi bagian primer yang tegangannya sangat tinggi dengan

bagian sekunder yang tegangannya rendah untuk digunakan sebagai

sitem proteksi dan pengukuran peralatan dibagian primer.


15

3. Sebagai standarisasi besaran tegangan sekunder (100, 100 3 , 110

3 dan 110 volt) untuk keperluan peralatan sisi sekunder.


4. Memiliki 2 kelas, yaitu kelas proteksi (3P,6P) dan kelas pengukuran

(0.1; 0.2; 0.5; 1; 3).

2.2.3 Optimasi Pembebanan Transformator (Sumber : Sofyan, 2010)

Seperti kita kita ketahui fluktuasi beban terutama perbedaan beban

puncak di Indonesia secara umum sangat tajam. Bila ditinjau dari segi

efisiensi transformator akan rendah jika dibebani dengan beban yang

sangat rendah. Selanjutnya apabila penyediaan kapasitas transformator

didasarkan pada beban puncak maka dari segi ekonomi kurang efisien

karena kemungkinan dibutuhkan transformator dengan kapasitas besar

sedangkan permintaan beban secara umum rendah. Untuk pemecahan

masalah diatas , sebenarnya transformator dapat dibebani melebihi daya

pengenalnya. Akan tetapi pembebanan transformator dengan beban

melebihi kapasitas transformator dapat dilakukan dengan syarat suhu

disekitar tidak melebihi suhu sekitar yang diijinkan dan lama waktu

pembebanan yang dipikul oleh transformator juga harus dipertimbangkan.

Pertimbangan tersebut dilakukan agar susut umur transformator

dipersingkat atau tidak melebihi dari perencanaan.

Optimasi Pembebanan Transformator Effisiensi Transformator

sangat penting karena erat hubungannya dengan rugi-rugi daya. Effisiensi

sama dengan daya output dibanding dengan daya input transformator

dimana daya input adalah daya yang output transformator ditambah rugi-
16

rugi dalam transformator (Stigant and Franklin, The J&P Transformer

Book 1973). Semakin kecil effisiensi transformator maka semakin banyak

panas yang terdisipasi. Effisiensi transformator dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

DayaOutput (watt)
% Effisiensi = Daya Output ( watt ) +rugi(watt ) x 100%

(2.2)

Total rugi-rugi termasuk rugi rangkaian listrik, rangkaian magnet

dan rangkaian dielektrik. Transformator mempunyai effisiensi tertinggi

jika dibebani dengan beban yang mempunyai rugi-rugi inti sama dengan

rugi-rugi tembaga. Di dalam transformator tidak terdapat bagian yang

berputar, sehingga effisiensi berada pada kisaran 96% - 99%. Rugi-rugi ini

disebabkan oleh :

Rugi konstan, hal ini disebabkan oleh rugi besi atau rugi inti yang

tergantung pada bahan inti dan sirkuit magnetic pada alur flux.

Kehilangan daya karena arus histerisis dan eddy merupakan dua

komponen yang konstan.


Rugi variable juga disebut dengan rugi beban atau rugi tembaga yang

beragam sesuai besar arus beban yang mengalir.

Catatan : effisiensi transformator tertinggi terjadi saat rugi inti (rugi

konstan) sama dengan rugi tembaga (rugi variable). Rugi transformator

sebagai presentase arus beban dapat ditunjukkan pada gambar dibawah

ini :
17

Gambar 2.6 Kurva Pembebanan Terhadap Rugi-Rugi Transformator


(Biro Effisiensi Energi, 2004)

Berdasarkan gambar 2.6 diatas dapat disimpulkan bahwa effisiensi

tertinggi transformator berada saat pembebanan mencapai 50%. Hal ini

dikarenakan nilai rugi inti sama dengan rugi tembaga. Selain itu sesuai

gambar dibawah ini juga menyebutkan bahwa effisiensi transformator

tertinggi saat dibebani 50%.

Gambar 2.7 Kurva Efisiensi Transformator


(Biro Effisiensi Energi, 2004)

Berdasarkan gambar 2.7 diatas, effisiensi transformator tertinggi berkisar

saat transformator dibabani 40-70% dari daya pengenal transformator.


18

Berdasarkan data nilai pembebanan dari beban puncak di tahun

2014 pada transformator 4 mencapai 76.9% kapasitas transformator, dan

padaTransformator 5 mencapai 65.9% kapasitas transformator. Pada tahun

2014 nilai pembebanan transformator 4 mencapai nilai 76.9% oleh karena

pertumbuhan beban yang terus meningkat maka akan dibahas pemindahan

penyulang dari kedua transformator dan kemudian diramalkan

kemampuan kedua transformator bisa bertahan hingga berapa tahun

sehingga diperlukan penambahan transformator baru.

2.3 Manajemen Pembebanan Transformator

Managemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur,

mengurus atau mengelola. Banyak definisi yang telah diberikan para ahli

terhadap istilah management ini. Namun dari sekian banyak definisi

tersebut ada satu yang dapat dijadikan pegangan dalam memahami

manajemen tersebut, yaitu manajemen adalah suatu proses yang terdiri

dari rangkaian kegiatan seperti perencanaan, pengorganisasian,

penggerakkan dan pengendalian atau pengawasan yang dilakukan untuk

menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Dalam

penulisan ini akan membahas tentang manajemen pembebanan

transformator, agar effisiensi transformator tenaga menjadi optimal.

Managemen pembebanan pada transformator adalah suatu usaha

pengaturan beban suatu transformator sehingga didapat effisiensi yang

lebih optimal baik dari segi ekonomis, teknis, non teknis. Pengaturan

beban dari segi ekonomis yaitu perhitungan biaya- biaya yang dikeluarkan
19

untuk daya yang hilang selama masa pakai transformator. Dari teknis yaitu

perhitungan kerugian-kerugian di sistem transformator itu sendiri,

menentukan tegangan yang akan dipakai serta pemerataan beban tiap-tiap

transformator agar seimbang yaitu agar tidak ada salah transformator yang

dibebani lebih dan dibebani kurang.

Managemen pembebanan transformator di gardu induk mempunyai

beberapa tujuan yaitu :

1. Menjaga kontinyuitas penyaluran energi listrik ke konsumen.


2. Meningkatkan kinerja transformator agar dalam penyaluran energi

listrik, transformator dapat bekerja seeffisien mungkin.


3. Menghindari susut umur yang bisa terjadi pada transformator akibat

beban lebih dan beban kurang dari daya nominal transformator.

2.3.1 Pedoman Penambahan Transformator Tenaga

Di dalam menentukan waktu penambahan transformator tenaga

pada suatu gardu induk maka telah dibuat sebuah kesepakatan yang

tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT

PLN (Persero) tahun 2010-2019. Di dalam RUPTL tersebut tercantum

berbagai kesepakatan untuk mendukung penyediaan tenaga listrik bagi

masyarakat. (RUPTL, 2010 : 42) tertulis kriteria yang pada umumnya

diterapkan dalam RUPTL ini adalah kebutuhan penambahan kapasitas

transformator di suatu GI ditentukan pada saat pembebanan transformator

mencapai 80% untuk sistem Jawa Bali dan 70% untuk sistem Indonesia

Timur dan Barat. Berdasarkan kutipan dalam RUPTL ditentukan bahwa

apabila pembebanan transformator telah mencapai 80% maka perlu adanya


20

penambahan kapasitas transformator ataupun penambahan transformator

dalam gardu induk.

2.3.2 Standar Pembebanan Transformator Tenaga

Berdasarkan Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN) 8-1 tahun

1991 Bagian 1 Pasal 4 tentang Transformator Tenaga menyatakan bahwa

pabrikan harus menetapkan nilai pengenal transformator, yang dituliskan

pada pelat pengenal. Nilai pengenal ini besarnya sedemikian rupa, hingga

transformator mampu mengalirkan arus pengenalnya dalam kondisi

pembebanan ajeg tanpa melebihi kenaikan suhu, sebagaimana ditentukan

oleh SPLN 8-2 : 1991 , dengan asumsi bahwa tegangan yang diberikan

sama dengan tegangan pengenalnya dan frekuensinya sebesar frekuensi

pengenalnya. Daya pengenal yang ditetapkan disini, dikaitkan dengan

pembebanan kontinu: namun demikian untuk transformator terendam

minyak yang memenuhi standar ini, dapat dibebani lebih dan pedoman

untuk beban lebih diberikan oleh SPLN 17 A tentang Loading Guide for

Oil-Immersed Transformer. Dengan mengacu pada standar diatas, maka

pembebanan transformator maksimal 100% dari daya pengenalnya

dengan syarat tertentu.

2.3.3 Presentase Pembebanan Transformator

Daya transformator tenaga adalah besar daya yang disalurkan oleh

transformator itu sendiri. Sedangkan presentase pembebanan adalah

perbandingan antara besar daya yang ditanggung transformator dengan

daya pengenal transformator itu sendiri dalam kurun waktu tertentu. Telah
21

diketahui bahwa daya transformator distribusi bila ditinjau dari sisi

tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan sebagai berikut :

S=VxI (2.3)

Dimana : S = daya transformtor (kVA)

V = tegangan sisi primer transformator (kV)

I = arus jala-jala (A)

Dengan demikian untuk menghitung daya beban penuh transformator

dapat menggunakan rumus :

S = 3 x V x I (2.4)

Dimana S = daya pengenal transformtor (kVA)

V = tegangan sisi sekunder transformator (kV)

I = arus sefasa (A)

Untuk mengetahui presentase pembebanan transformator dapat

menggunakan rumus :

beban puncak (MVA)


(%) = daya terpasang( MVA) x 100%

(2.5)

dimana : (%) = presentase pembebanan puncak transformator

catatan : Beban puncak adalah nilai terbesar dari pembebanan sesaat

transformator pada interval waktu tertentu.


22

2.3.4 Pengaruh Pembebanan Transformator

Pembebanan transformator berpengaruh terhadap temperature

pendinginnya (minyak), semakin besar beban transformator maka semakin

tinggi temperature minyak transformator. Selain itu temperature sekitar

dimana transformator tersebut ditempatkan juga akan mempengaruhi

kenaikan temperature pada transformator apabila perlakuan yang diberikan

pada transformator tidak sesuai dengan kondisi transformator. Kondisi

tersebut nantinya akan mempengaruhi lifetime transformator.

Di Indonesia, transformator baik produksi local maupun

internasional didesain untuk digunakan pada suhu 20C (suhu sekitar)

untuk transformator yang menggunakan standar IEC.

Tabel 2.1 Acceptable Load Faktor for Continuos Duty K24 at Different
Ambient Temperatures

(IEC 60354, 1991)

Berdasarkan publikasi IEC 60354 (Bagian 3 : Loading Tables, Ayat

3), transformator dirancang dengan syarat pelayanan antara lain bahwa

untuk transformator dengan pendingin udara maka suhu udara tidak boleh

melampaui 30C (suhu rata-rata harian) dan 20C rata-rata tahunan).


23

Selain itu suhu udaranya tidak melebihi 40C dan lebih rendah dari dari

-25C ( pasang luar) atau -5C (pasang dalam).

Menurut Laporan Direktorat Meteorologi dan Geofisika tahun

1975, 1976, 1977 di kawasan DKI dan umumnya kota-kota besar di

Indonesia, suhu rata-rata harian tidak melebihi 30C tetapi suhu rata-rata

tahunan, bila dihitung dari suhu rata-rata bulanan (antara 24C sampai

27C), mencapai sekitar 25.5C. Oleh karena itu, apabila sebuah

transformator dioperasikan dengan beban penuh secara kontinyu dan tidak

terputus, maka transformator ini akan mengalami kenaikan susut umur,

dengan kata lain akan mengalami umur yang lebih pendek dari

sebenarnya. Dalam praktek pembebanan demikian tidak pernah terjadi. Di

pusat beban yang terdiri dari perumahan, beban puncak malam biasanya

jauh lebih tinggi dibandingkan beban puncak siang. Sebaliknya, di pusat

beban yang terdiri dari industri, beban puncak siang hari jauh lebih tinggi

dibandingkan beban puncak malam hari.

Dari pernyataan diatas maka dianggap perlu membuat tabel-tabel

pembebanan harian dimana parameter suhu sekitar diambil 24C dan 27C

yang merupakan suhu rata-rata bulanan masing-masing sepanjang musim

hujan dan musim kemarau. Di Kota Malang sendiri, suhu rata-rata harian

mencapai 25.1 C.

2.3.5 Pedoman Pembebanan Lebih Transformator

Pembebanan transformator boleh melebihi daya pengenal

transformator namun hanya beberapa waktu saja. Apabila transformator


24

dibebani lebih dari daya pengenal transformator, maka ada persyaratan

atau beberapa hal yang harus dipertimbangkan agar tidak menambah susut

umur transformator. Untuk pedoman pembebanan lebih transformator

tenaga terendam minyak maka disesuaikan dengan standar pembuatan

transformator tersebut.

Hal ini mengambil acuan dari SPLN 17 : 1979 Pedoman

Pembebanan Transformator Terendam Minyak (mengacu pada standar IEC

60354:1991 Loading Guide for Oil Immersed Transformers).

Berikut tabel pembebanan lebih transformator terendam minyak sesuai

SPLN 17 : 1979.

Tabel 2.2 Transformator ONAN ONAF pada temperature 24C

(SPLN 17, 1979)

Tabel 2.3 Transformator ONAN ONAF pada temperature 27C

(SPLN 17, 1979)


25

Catatan : dalam tugas siklis normal nilai k2 tidak lebih dari 1.5. nilai k2

yang lebih dari 1.5 terlukis dengan garis putus-putus, dipakai untuk tugas

darurat. Tanda + menunjukkan nilai k2 lebih dari 2.0. Tabel-tabel diatas

adalah penjabaran dari grafik-grafik yang dibuat berdasarkan tabel I s/d X

(Publikasi IEC 60354) dengan keterangan sebagai berikut :

Gambar 2.8 Grafik Pembebanan Harian Transformator dengan


Parameter Suhu sekitar 24C
(SPLN, 17 1979)

Gambar 2.9 Grafik Pembebanan Harian Transformator dengan


Parameter Suhu sekitar 27C
(SPLN, 17 1979)
26

Dimana K1 adalah pembebanan kurang dari transformator dan K2 adalah

pembebanan lebih transformator.

Sesuai dengan suhu rata-rata harian penempatan transformator

yaitu 25.1C maka tidak mungkin mengambil pedoman pembebanan pada

suhu dibawahnya yaitu 24 C, melainkan mengambil pedoman

pembebanan transformator pada suhu 27 C.

2.4 Karakteristik Beban Tenaga Listrik

Secara umum beban yang dilayani oleh sistem distribusi elektrik

dibagi dalam beberapa sektor yaitu, sektor perumahan, sektor industri,

sektor komersial dan sektor usaha. Masing-masing sektor beban

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan

pola konsumsi energi pada masing - masing konsumen di sektor tersebut.

Karakteristik beban pada sektor rumah tangga atau perumahan ditunjukkan

oleh adanya fluktuasi konsumsi energi elektrik yang cukup besar. Hal ini

disebabkan konsumsi energi listrik dominan pada malam hari. Sedangkan

pada sektor industri fluktuasi konsumsi energi sepanjang hari hampir sama

bahkan dominan pada siang hari sehingga perbandingan beban puncak

terhadap beban rata-rata hampir mendekati satu. Beban pada sektor

komersial mempunyai beban puncak yang lebih pada malam hari.

2.4.1 Klasifikasi Beban

Berdasarkan jenis konsumen energi listrik, secara garis besar, ragam beban

dapat diklasifikasikan ke dalam :


27

1. Beban rumah tangga, pada umumnya beban rumah tangga berupa

lampu untuk penerangan, alat rumah tangga seperti kipas angin,

pemanas, lemari es dll. Biasanya konsumsi beban rumah tangga

memuncak pada malam hari.


2. Beban komersial pada umumnya terdiri atas penerangan untuk reklame,

kipas angin, penyejuk udara dan alat-alat listrik lainya yang diperlukan

untuk restoran. Beban hotel juga diklasifikasikan sebagai beban

komersial (bisnis) begitu juga perkantoran. Beban ini secara drastic

naik di siang hari untuk beban perkantoran dan pertokoan dan menurun

di waktu sore.
3. Beban industri dibedakan dalam skala kecil dan skala besar. Untuk

skala kecil banyak beroperasi di siang hari sedangkan industri besar

sekarang ini banyak yang beroperasi sampai 24 jam.


4. Beban Fasilitas Umum
Pengklasifikasian ini sangat penting artinya bila kita melakukan analisa

karakteristik beban untuk suatu sistem yang sangat besar. Perbedaan

yang paling prinsip dari empat jenis beban diatas, selain dari daya yang

digunakan dan juga waktu pembebanannya. Pemakaian daya pada

beban rumah tangga akan lebih dominan pada pagi dan malam hari,

sedangkan pada beban komersil lebih dominan pada siang dan sore hari.

Pemakaian daya pada industri akan lebih merata, karena banyak industri

yang bekerja siang-malam. Maka dilihat dari sini, jelas pemakaian daya

pada industri akan lebih menguntungkan karena kurva bebannya lebih

merata. Sedangkan pada beban fasilitas umum lebih dominan pada

siang dan malam hari. Beberapa daerah operasi tenaga listrik

memberikan cara tersendiri, misalnya daerah wisata, pelanggan bisnis


28

mempengaruhi penjualan kWh walaupun jumlah pelanggan bisnis jauh

lebih kecil dibanding dengan pelanggan rumah tangga.

2.4.2 Karakteristik Umum Beban Listrik

Tujuan utama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah

mendistribusikan tenaga listrik dari gardu induk atau sumber ke sejumlah

pelanggan / beban. Suatu faktor utama yang paling penting, dalam

perencanaan sistem distribusi adalah karakteristik dari berbagai beban.

Karakteristik beban diperlukan agar sistem tegangan dan pengaruh thermis

dari pembebanan dapat dianalisis dengan baik. Analisis tersebut termasuk

dalam menentukan keadaan awal yang akan diproyeksikan dalam

perencanaan selanjutnya. Penentuan karakteristik beban listrik suatu gardu

distribusi sangat penting artinya untuk mengevaluasi pembebanan gardu

distribusi tersebut, ataupun dalam merencakan gardu distribusi baru.

Karakteristik beban ini memegang peranan penting dalam memilih

kapasitas transformator secara tepat dan ekonomis. Di lain pihak sangat

penting artinya dalam menentukan rating peralatan pemutus rangkaian,

analisa rugi-rugi dan menentukan kapasitas pembebanan dan cadangan

tersedia dan suatu gardu. Karakteristik beban listrik suatu gardu sangat

tergantung pada jenis beban yang dilayaninya. Hal ini akan terlihat dan

hasil pencatatan kurva beban suatu interval waktu. Berikut ini beberapa

faktor yang menentukan karakteristik beban.

1. Faktor beban ( Load Faktor )


29

Faktor beban adalah perbandingan antara beban rata-rata terhadap

beban puncak yang diukur dalam suatu periode tertentu. Beban rata-

rata dan beban puncak dapat dinyatakan dalam kilowatt, kilovolt-

ampere, ampere dsb, tetapi satuan keduanya harus sama. Faktor beban

dapat dihitung untuk periode tertentu biasanya dipakai harian, bulanan

atau tahunan. Beban puncak yang dimaksud disini adalah beban puncak

sesaat atau beban puncak rata-rata dalam interval tertentu (demand

maksimum), pada umumnya dipakai demand maksimum 15 menit atau

30 menit.definisi dari faktor beban ini dapat dituliskan dalam

persamaan berkut :

bebanratarata dalam periode tertentu


Faktor beban (Fb) = beban puncak dalam periode tersebut (2.6)

Faktor beban dapat diketahui dari kurva bebannya. Sedangkan

untuk perkiraan besaran faktor beban di masa yang akan datang dapat

didekati dengan data statistic yang ada berdasarkan jenis bebannya.

2. Beban Harian

Faktor beban harian, bervariasi menurut karakteristik dari daerah

beban tersebut, apakah daerah pemukiman, daerah industri,

perdagangan ataupun gabungan dari bermacam pemakai / pelanggan,

juga bagaimana keadaan cuaca atau adakah hari libur dsb.

3. Faktor Beban Harian Rata-rata


30

Faktor beban harian rata-rata, merupakan dasar dari faktor beban

tahunan total. Selanjutnya, dapat dilihat beban puncak bulanan rata-rata

terhadap beban puncak tahunan.

Beban Bulanan Rata-Rata P. Gadang

beban penyulang
Daya ( MVA)

Gambar 2.10 Grafik Beban Rata-Rata Harian Penyulang Gadang


(Perhitungan, 2015)

2.4.3 Kurva Beban dan Beban Puncak

Kepadatan beban selalu dipakai sebagai ukuran dalam menentukan

kebutuhan listrik. Satuan beban dalam suatu daerah dapat berupa

MVA/km atau KVA/km , umumnya satuan yang dipakai MVA/km.

beban puncak didefinisikan sebagai beban terbesar/tertinggi yang terjadi

selama periode tertentu. Periode tertentu dapat berupa sehari,sebulan

maupun setahun. Periode harian, yaitu variasi pembebanan transformator

distribusi selama sehari. Selanjutnya beban puncak harus diartikan beban

rata-rata selama selsng waktu tertentu, dimana kemungkinana terjadinya

beban tersebut. Contoh beban harian dari transformator distribusi dimana

beban puncaknya selama selang 1 jam, yakni antara pukul 19.00-20.00


31

atau bisa disebut dari titik A hingga titik B merupakan kebutuhan

puncaknya (kebutuhan maksimum). Perlu diingatkan disini bahwa

kebutuhan puncak (kebutuhan max) bukan merupakan nilai sesaat, tetapi

nilai rata-rata selama selang waktu tertentu, biasanya 15 atau 30 menit atau

1 jam.

1. Kurva Beban

Kurva beban menggambarkan variasi pembebanan terhadap suatu

gardu yang diukur dengan KW, ampere atau KVA sebagai fungsi waktu.

Interval waktu pengukuran biasanya ditentukan berdasarkan pada

penggunaan hasil pengukuran, misal : interval waktu 30 menit atau 60

menit sangat berguna dalam penentuan kapasitas rangkaian. Kurva

beban menunjukkan permintaan (demand) atau kebutuhan tenaga pada

interval waktu yang berlain-lainan.

Beban Penyulang Klayatan


300
250
200 beban penyulang
150 klayatan
MVA
100
50
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 19 20 22

Gambar 2.11 Grafik Beban Harian Penyulang Klayatan


(Perhitungan, 2015)
Pada gambar 2.11 diatas pukul 4 pagi beban mulai menanjak dan

mencapai maksimum kira-kira pada pukul 10 pagi, waktu semua mesin


32

industri beroperasi. Hal seperti itu akan konstan sampai menjelang habis

waktu kerja.

Beban transportasi kota akan tinggi kira-kira pada jam 9 pagi.

Akan berkurang pada jam 12 siang dan akan naik lagi sampai kira-kira jam

5 sore. Beban untuk penerangan kota akan konstan dari jam 6 sore sampai

jam 6 pagi.Beban rumah tangga akan maksimum pada jam 6 sore sampai

kira-kira jam 12 malam dan akan menurun setelah jam 12 malam.

2. Beban Puncak

Kepadatan beban selalu dipakai sebagai ukuran dalam menentukan

kebutuhan listrik. Satuan beban dalam suatu daerah dapat berupa

MVA/km atau KVA/km , umumnya satuan yang dipakai MVA/km.

beban puncak didefinisikan sebagai beban terbesar/tertinggi yang

terjadi selama periode tertentu. Periode tertentu dapat berupa sehari,

sebulan maupun setahun. Periode harian, yaitu variasi pembebanan

transformator distribusi selama sehari. Selanjutnya beban puncak harus

diartikan beban rata-rata selama selsng waktu tertentu, dimana

kemungkinana terjadinya beban tersebut. Contoh beban harian dari

transformator distribusi dimana beban puncaknya selama selang 1 jam,

yakni antara pukul 19.00-20.00 atau bisa disebut dari titik A hingga

titik B merupakan kebutuhan puncaknya (kebutuhan maksimum).

Perlu diingatkan disini bahwa kebutuhan puncak (kebutuhan max)

bukan merupakan nilai sesaat, tetapi nilai rata-rata selama selang

waktu tertentu, biasanya 15 atau 30 menit atau 1 jam.


33

2.5 Metode Peramalan Beban


Berikut ini akan dibahas mengenai metode metode yang dipakai dalam

perhitungan peramalan beban.

2.5.1 Metode Regresi Linier Sederhana

Regresi adalah metode yang dipakai untuk mengukur hubungan

antara dua variabel atau lebih. metode regresi dipakai untuk mengukur

derajat hubungan antar variabel yang bersifat keterpautan atau

ketergantungan. Dinyatakan dengan bentuk hubungan atau fungsi.

Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi) diperlukan pemisahan

yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi simbol X dan

variabel tak bebas dengan simbul Y. Pada regresi harus ada variable

yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau dengan kata lain

adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang lainnya

dan sebaliknya.

2.5.1.1 Persamaan Regresi Linier Sederhana

Bentuk hubungan yang paling sederhana antara variabel X dengan

variabel Y adalah berbentuk garis lurus atau berbentuk hubungan linier

yang disebut dengan regresi linier sederhana atau sering disebut regresi

linier saja dengan persamaan matematikanyaadalah sebagai berikut:

Y = a + b (X) (2.7)

Dimana : a = konstanta

B = Koefisien regresi
34

Y = Variable Dependen (variable tak bebas)

X = Variable Independen (variable bebas)

Untuk mencari rumus a dan b dapat digunakan metode sebagai berikut

Y b X
a= n (2.8)

nXY X . Y
b= nX ( X )

(2.9)

2.5.1.2 Pengujian Regresi Linier Sederhana

Pengujian garis regresi secara statiska dilakukan untuk melihat

tingkat keakuratan hasil dari metode regresi linier sederhana tersebut.

Pengujian dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu

Uji Ragam Regresi Atau F Regresi

Uji keragaman untuk menentukan garis regresi yang terbaik sering

disebut dengan uji F garis regresi atau lebih terkenal dengan sidik

ragam regresi.

Uji Koefisien Regresi Dengan Uji-T

Pengujian yang dilakukan dengan uji F seperti cara tersebut di atas,

dapat memberikan petunjuk apakah setiap variabel X menunjukkan

pengaruh atau hubungan yang nyata terhadap variabel tak bebas Y.

Jika uji F atau uji ragam regresi menunjukkan bahwa Fhit > F(tabel

5%) barulah dilanjutkan dengan uji t dan sebaliknya. Modifikasi dari

pengaruh variabel bebas X terhadap variabel tak bebas Y atu uji F,


35

maka dapat dilakukan dengan uji t atau uji koefisien regresi apabila

uji F signifikan.

Uji R Garis Regresi

Pada uji-uji sebelum ini, seperti uji Ragam Regresi (uji F), uji

Koefisien Regresi (uji t) berdasarkan nilai Varians Galat Regresi.

Sedangkan, pada uji keeratan hubungan selain memakai Varians

Galat Regresi juga memakai parameter tertentu yaitu koefisien

korelasi atau sering disebut dengan keeratan hubungan dengan

simbul rxy atau ryx yang sering ditulis dengan r saja.

2.5.2 Metode DKL 10.03

Dalam menyusun prakiraan kebutuhan tenaga listrik, terdapat

sebuah metode bernama model DKL 3.01. Metode ini disusun dengan

menggabungkan beberapa metode seperti ekonometri, kecenderungan dan

analisis dengan pendekatan sektoral. Pendekatan sektoral adalah suatu

pendekatan dengan mengelompokkan pelanggan menjadi 4 sektor (rumah

tangga, bisnis, umum dan industri). Data kelistrikan yang digunakan

merupakan data pemakaian energi listrik selama 5 tahun terakhir yang

dilihat dari sisi konsumen PLN.

2.5.2.1 Parameter Parameter Yang Digunakan


Dalam penyusunan prakiraan kebutuhan energi listrik ini, parameter

yang diprakirakan adalah sebagai berikut :


a) Prakiraan jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga
36

b) Prakiraan jumlah pelanggan rumah tangga, komersial, publik dan

industri
c) Prakiraan konsumsi energi untuk pelanggan rumah tangga,

komersial, publik dan industri


d) Prakiraan kebutuha energi total yang harus diproduksi dan beban

puncak
Tahapan Prakiraan

Tahapan prakiraan kebutuhan energi listrik dengan metode DKL

3.01 adalah sebagai berikut :

1. Sektor Rumah Tangga


a) Jumlah Penduduk
Secara matematis untuk menentukan prakiraan jumlah penduduk total

adalah sebagai berikut :


Pt = Pt-1 (l + t ) (2.10)
(Fitrianto K., 2005)
Dengan :
Pt = Jumlah penduduk tahun ke t
Pt- = Jumlah penduduk tahun ke t-1
l = Pertumbuhan penduduk dalam %
t = waktu dalam tahun
b) Jumlah Rumah Tangga
Secara matematis untuk menentukan prakiraan jumlah rumah tangga

adalah sebagai berikut :


Pt
Ht = Q t (2.11)

(Fitrianto K., 2005)


Dengan :
Ht = Jumlah rumah tangga tahun ke t
Pt = Jumlah penduduk tahun ke t-1
Qt = Jumlah penghuni rumah tangga tahun ke t-1
c) Pelanggan Rumah Tangga
Dari rasio elektrifitas yang telah diperkirakan ditargetkan serta dari

jumlah rumah tangga yang telah dibuat prakiraannya, jumlah pelanggan


37

rumah tangga dapat ditentukan secara matematis untuk menentukan

prakiraan jumlah pelanggan rumah tangga adalah sebagai berikut :


Pel = Pet x Ht (2.12)
(Fitrianto K., 2005)
d) Konsumsi Energi Rumah Tangga
Secara matematis untuk menentukan prakiraan energi rumah tangga

adalah sebagai berikut :


E Konsumsi RT
UKR = Pel . R t

(2.13)
ERt = Pel.Rt x UKR (2.14)
(Fitrianto K., 2005)

Dengan :
UKRt : Rata rata konsumsi pelanggan pada tahun ke t
ERt : Konsumsi energi rumah tangga total tahun ke t
Pel.Rt : Penambahan pelanggan rumah tangga tahun ke t
2. Sektor Bisnis
a) Pelanggan Bisnis
Secara matematis untuk menentukan prakiraan jumlah pelanggan bisnis

adalah sebagai berikut :


Pel . K t1
RPK = Pel . R t1

(2.15)
(Fitrianto K., 2005)
Dengan :
Pel . K t1 = Pelanggan bisnis tahun ke t-1
Pel . R t1 = Pelanggan bisnis tahun t-1
RPK = Rasio Pelanggan Komersil
b) Konsumsi Energi Bisnis
Secara matematis sektor bisnis ditentuksn dengan rumus sebagai

berikut :
EK t = [ EK t1 (1 + G t1 )]

(2.16)
EK t1
G t1 = EK t2
38

(Fitrianto K., 2005)


Dengan :
EK t1 = Konsumsi energi bisnis tahun ke t-1
EK t2 = Konsumsi energi bisnis tahun t-2

G t1 = Pertumbuhan PDRB Sektor Bisnis tahun ke t


1. Sektor Umum
a) Pelanggan Umum (Publik)
Secara matematis untuk menentukan prakiraan pelanggan publik adalah

sebagai berikut :
Pel . Pt = Pel . R t x RPP

(2.17)
Pel . P t1
RPP = Pel . R t1

(2.18)
(Fitrianto K., 2005)
Dengan :
Pel . Pt1 = Pelanggan publik tahun ke t-1
Pel . R t1 = Pelanggan rumah tangga tahun t-1
RPP = Rasio Pelanggan Publik
b) Konsumsi Energi Umum
Secara matematis untuk menentukan prakiraan konsumsi energi sektor

publik ditentukan dengan rumus sebagai berikut :


EP t = [ EP t1 (1 + G t )]

(2.19)
(Fitrianto K., 2005)
Dengan :
EP t = Konsumsi energi publik tahun ke t
EP t1 = Konsumsi energi umum tahun ke t-1
G t = Pertumbuhan PDRB sektor umum tahun ke t

3. Sektor Industri
a) Pelanggan Industri
Secara matematis untuk menentukan prakiraan pelanggan industri

adalah sebagai berikut :


39

Pel . I t = Pel t1 (1 + G t -1 )

(2.20)
(Fitrianto K., 2005)
Dengan :
Pel . Pt1 = Pelanggan publik tahun ke t-1
Pel . R t1 = Pelanggan rumah tangga tahun t-1
RPP = Rasio Pelanggan Publik
b) Konsumsi Energi Industri
Secara matematis untuk menentukan prakiraan konsumsi energi

industri ditentukan dengan rumus sebagai berikut :


G t el
EI t = [ EI t1 (1 + 100 )]

(2.21)
(Fitrianto K., 2005)
Dengan :
EI t = Konsumsi energi industri tahun ke t
EI t1 = Konsumsi energi industri tahun ke t-1
el = Elastisitas pelanggan industri
G t = Pertumbuhan PDRB sektor industri tahun ke t
c) Konsumsi Energi Listrik Total
Perhitungan perkiraan kebutuhan energi listrik pada pelanggan sektor

industri dilakukan dengan parameter parameter :


a) Pelanggan industri
b) Pertumbuhan PDRB sektor industri
d) Elastisitas pelanggan industri
Prakiraan total konsumsi energi diperoleh dengan menjumlahkan

konsumsi energi sektor rumah tangga, bisnis, umum dan sektor industri

dengan rumus sebagai berikut :


ETS t = ERT t + EK t + EI t + EP t

(2.22)
(Fitrianto K., 2005)
Dengan :
ETS t = Total konsumsi energi listrik tahun ke t
ERT t = Konsumsi energi sektor rumah tangga tahun ke t
40

EK t = Konsumsi energi sektor bisnis tahun t


EI t = Konsumsi energi sektor industri tahun ke t
EP t = Konsumsi energi sektor publik tahun ke t
e) Pelanggan Listrik Total
Prakiraan total konsumsi energi diperoleh dengan menjumlahkan listrik

sektor rumah tangga, bisnis, umum dan sektor industri dengan rumus

sebagai berikut :
ETS t = ERT t + EK t + EI t + EP t

(2.23)
(Fitrianto K., 2005)
Dengan :
ETS t = Total konsumsi energi listrik tahun ke t
ERT t = Konsumsi energi sektor rumah tangga tahun ke t
EK t = Konsumsi energi sektor bisnis tahun t
EI t = Konsumsi energi sektor industri tahun ke t
EP t = Konsumsi energi sektor publik tahun ke t
2.6 Gangguan Transformator

Dalam sistem tenaga listrik, gangguan didefinisikan sebagai

terjadinya suatu kerusakan dalam penyaluran daya listrik yang

menyebabkan aliran arus listriklebih besar dari aliran arus yang

seharusnya. Secara umum, gangguan pada transformator dibagi menjadi

dua jenis yaitu gangguan internal dan gangguan eksternal. Gangguan

internal adalah gangguan yang berasal dari transformator itu sendiri

sedangkan gangguan eksternal adalah gangguan yang berasal dari luar

transformator dan dapat terjadi kapan saja dengan waktu yang tidak dapat

ditentukan.
41

Gangguan internal dibagi menjadi dua jenis, yaitu gangguan

incipien dan gangguan elektris. Gangguan incipien yaitu gangguan yang

dimulai oleh suatu gangguan kecil dan tidak berarti namun secara lambat

akan menimbulkan kerusakan. Gangguan ini akan dideteksi oleh relai

pengaman mekanis seperti relai Bucholz, relai Jansen, relai Sudden

Pressure. Gangguan elektris yaitu gangguan elektris yang akan dideteksi

oleh relai proteksi utama transformator.

a. Gangguan Internal

Jenis gangguan yang termasuk gangguan internal adalah :

1. Terjadinya busur api (arc) yang kecil dan pemanasan local yang

disebabkan oleh :
a) Cara penyambungan konduktor yang tidak baik.
b) Kontak-kontak listrik yang tidak baik.
c) Kerusakan isolasi antara inti baut baut.
2. Gangguan pada sistem pendingin
Pada umumnya banyak transformator menggunakan minysk

transformator sebagai isolasi sekaligus merupakan bahan/media

pendingin. Dan kenyatannya adalah ketika terjadi gangguan di dalam

transformator tersebut, maka di dalam minyak tersebut akan timbul

sejumlah gas.
3. Arus sirkulasi pada transformator yang bekerja parallel.
b. Gangguan Eksternal

Jenis gangguan yang termasuk dalam gangguan eksternal adalah :

1. Hubung singkat luar (eksternal short circuit)


Hubung singkat ini terjadi di luar transformator, seperti di bus, di

penyulang (feeder) dan di sistem yang merupakan sumber bagi

transformator sendiri.
42

2. Beban lebih (overload)

Transformator daya akan bekerja secara kontinyu apabila

transformator tersebut berada pada beban nominalnya. Namun apabila

beban yang dilayani lebih besar dari 100%, maka transformator tersebut

akan mendapatkan pemanasan lebih dan hal ini akan mempersingkat

umur isolasi transformator keadaan beban lebih berbeda dengan arus

lebih. Pada beban lebih, besar arus hanya kira-kira 10% di atas nominal

dan dapat diputuskan setelah berlangsung beberapa puluh menit.

Sedangkan pada arus lebih, besar arus mencapai beberapa kali arus

nominal dan harus diputuskan secepat mungkin.

3. Gelombang surja

Surja petir adalah gejala tegangan lebih transien yang disebabkan

oleh sambaran petir. Pada saluran transmisi performa petir menjadi

salah satu faktor dominan dalam perancangan menara dan saluran

transmisi.

2.7 Gangguan Hubung Singkat (Stevenson, 1983)

Saluran transmisi tenaga dioperasikan pada tingkat tegangan

dimana kilovolt merupakan unit yang sangat memudahkan untuk

menyatakan tegangan. Karena besarnya daya yang harus disalurkan,

kilovolt atau megawatt dan kilovolt ampere atau megavolt-ampere

adalah istilah istilah yang sudah biasa dipakai. Tetapi, kuantitas tersebut
43

diatas bersam sama dengan ampere dan ohm sering juga dinyatakan

sebagai suatu persentase atau per-unit dari suatu nilai dasar atau referensi

yang ditentukan oleh masing masing. Misalnya, jika sebagai tegangan

dasar dipilih 120 kV, maka tegangan sebesar 108, 120, dan 126 kV

berturut turut menjadi 0.90, 1.00, 1.05 per unit atau 90, 100, 105 %.

Definisi nilai per unit untuk suatu kuantitas adalah perbandingan nilai

kuantitas tersebut terhadap nilai dasarnya yang dinyatakan dalam

decimal. Perbandingan dalam persentase adalah 100 kali nilai dasar per-

unit. Kedua metode perhitungan tersebut baik dengan persentase maupun

deng per unit, lebih sederhana menggunakan langsung nilai nilai

ampere, ohm dan volt yang sebenarnya. Metode per unit mempunyai

sedikit kelebihan dari metode persentase, karena hasil perkalian dari dua

kuantitas yang dinyatakan dalam per unit sudah langsung diperoleh

dalam per unit juga, sedangkan hasil kali perkalian dua kuantitas yang

dinyatakan dalam persentase masih harus dibagi dengan 100 untuk

mendapatkan hasil dalam persentase.

Tegangan arus kilovolt-ampere dan impedansi mempunyai

hubungan sedemikian ruoa sehingga pemilihan nilai dasar untuk dua saja

dari kuantitas kuantitas tersebut sudah dengan sendirinya menentukan

nilai dasar untuk kedua kuantitas yang lainnya. Jika nilai dasar dar arus

dan tegangan sudah dapat dipilih, maka nilai dasar dari impedansi dan

kilovolt-ampere dapat ditentukan. Impedansi dasar adalah impedansi

yang akan menimbulkan jatuh tegangan (voltage d rop) padanya sendiri

sebesar tegangan dasar jika arus yang mengalirinya sama dengan arus
44

dasar. Kilovolt-ampere dasar pada system fasa tunggal adalah hasil

perkalian dari tegangan dasar dari kilovolt dan arus dasar dalam ampere.

Biasanya megavolt ampere dasar dan tegangan dasar dalam kilovolt

adalah kuantitas yang dipilih untuk menentukan dasar atau referensi

dasar kVA 1
Arus dasar = tegangan dasar , kV ln (2.24)

tegangan dasar , VLN


Impedansi dasar = arus dasar , A

(2.25)

( tegangan dasar , kVLN )2 x 1000


Impedansi dasar = dasar , kVA 1

(2.26)

Kadang kadang impedansi per unit untuk suatu komponen dari suatu

system dinyatakan menurut dasar yang berbeda dari dasar yang dipilih

untuk bagian dari system di mana komponen tersebut berada. Karena

semua impedansi dari bagian manapun dari suatu system harus dinyatakan

dengan dasar impedansi yang sama, maka dalam perhitungannya kita perlu

mempunyai cara untuk dapat mengubah impedansi per unit dari suatu

dasar ke dasar yang lain.


( impedansi sebenarnya , ) x ( kVA dasar)
Impedansi per unit rangkaian = 2
( tegangan dasar , kV ) x 1000

(2.27)
45

Karena itu untuk mengubah impedansi per unit menurut suatu

dasar yang diberikan menjadi impedansi per unit menurut suatu dasar yang

baru , dapat dipakai persamaan berikut :

( kV lama dasar )2 (MVA baru dasar )


Z baru per unit = Z lama per unit kV baru dasar x ( MVA diberikan dasar )

(2.28)

2.7.1 Impedansi Jaringan

Dalam setiap bagian rangkaian jatuh tegangan yang

disebabkan oleh arus dengan urutan tertenu tergantung pada

impedansi bagian rangkaian itu terhadap arus dengan urutan tersebut.

Impedansi setiap bagian suatu jaringan yang seimbang terhadap arus

dari urutan dapat berbeda dengan impedansi terhadap arus urutan yang

lain. Tujuan kita mendapatkan nilai impedansi urutan system daya

adalah untuk memungkinkan kita menyusun jaringan urutan bagi

keseluruhan system itu. Impedansi jaringan terdiri dari :

Impedansi urutan positif


Ia1 Va1
Vc1

Ea Xt1 Va1
-
+
Vb1

(a)
Rangkaian Pengganti Urutan Positif Komponen Urutan Positif

Gambar 2.12 Rangkaian Pengganti dan Komponen Urutan Positif


(Stevenson, 1983)
46

Impedansi urutan positif yang disingkat Z1 adalah

impedansi rangkaian tiga fasa simetris didapat dengan memberi

tegangan urutan positif dan mengalirkan arus urutan positif saja.

Impedansi urutan positif terdiri dari resistansi urutan positif (R 1) dan

reaktansi uruta positif(X1).

Impedansi urutan positif : Z1 = R1 + j X1/km (2.29)

Impedansi urutan negative


Va2
Ia0

Xt0
+
Va2 Vb2
-

Vc2

(a) (b)
Rangkaian Pengganti Urutan Negatif Komponen Urutan Negatif

Gambar 2.13 Rangkaian Pengganti dan Komponen Urutan Negatif


(Stevenson, 1983)
Impedansi urutan negatif yang disingkat Z2 adalah impedansi yang

didapat dengan memberi tegangan urutan positif tetapi, arus yang

mengalir adalah arus urutan negative. Pada jaringan, impedansi urutan

negative sama dengan impedansi urutan positifnya :

Z2 = Z1 = R1 + j X1/km (2.30)

Impedansi urutan nol

Ia0

Xt0

Va0

Vb0

Vc0
47

Va0

(a) (b)
Rangkaian Pengganti Urutan Nol Komponen Urutan Nol

Gambar 2.14 Rangkaian Pengganti dan Komponen Urutan Nol


(Stevenson, 1983)
Bagi arus urutan nol system tiga fasa bekerja seperti fasa tunggal

karena arus urutan nol selalu sama dalam besar dan fasanya di setiap

titik pada semua fasa system tersebut. Oleh Karena itu, arus urutan nol

hanya akan mengalir jika terdapat jalurdimana kembali yang membentuk

rangkaian lengkap. Pedoman untuk tegangan urutan nol ialah potensial

tanah pada titik dalam system itu dimana setiap tegangan tertentu

ditetapkan. Karena arus urutan nol dapat mengalir dalam tanah, tanah

tidak harus berpotensial sama pada semua titik. Impedansi tanah dan

kawat tanah harus dimasukkan ke dalam impedansi urutan nol dari

saluran transmisi dan rangkaian kembali ke jaringan urutan nol ialah

penghantar dengan impedansi nol yang merupakan rel pedoman untuk

system itu. Karena impedansi tanah dimasukkan ke dalam impedansi

urutan nol itu akan memberikan memberikan tegangan ke tanah yang

benar. Urutan nol memenuhi rumus sebagai berikut :

Z0 = R1 + 0,1480 + j( X1 + 1,2875)/km (2.31)

2.7.2 Analisa Hubung Singkat


48

Hubung singkat adalah hubungan yang terjadi diantara bagian

bagian yang bertegangan kerja, sebagai akibat dari tidak adanya suatu

isolasi pada lingkaran arus dimana kesalahan tersebut terjadi.


Penggunaan operator a dalam analisa hubung singkat ini

merupakan komponen pokok untuk perhitungan. Operator a ini

menyatakan perputaran 1200 , sedangkan bila dikehendaki 2400 atau

perputaran dua kali dinyatakan dengan :


a x a = a2 (2.32)
atau dapat dikatakan :
a = 1 < 1200 = -0,5 + 0,08666 j (2.33)
a2 = 1 < 2400 = -0,5 - 0,08666 j (2.34)
Dari phasor phasor komponen simetri untuk masing masing urutan

nol, urutan positif, urutan negatif didapatkan matriks :

[] [ ] [ ]
Ia 111 Ia
Ib = 1aa x Ia
Ic 1aa Ia

(2.35)

[] [ ] [ ]
Va 111 Va
Vb = 1aa x Va
Vc 1aa Va

(2.36)

Dimana :

Ia, Ib, Ic : Komponen komponen arus (A)

Ia : Komponen arus urutan nol (A)

Ia : Komponen arus urutan positif (A)


Ia

49

Ia : Komponen arus urutan negatif (A)

Va, Vb, Vc : Komponen komponen tegangan (V)

Va : Komponen tegangan urutan nol (V)

Va : Komponen tegangan urutan positif (V)

Va : Komponen tegangan urutan negatif (V)

2.7.2.1 Hubung Singkat 1 Fasa Tanah

Za a

+
Ea
-
- -
+ Ec Eb +
Zc Zb
Ib

c b
Ib

Gambar 2.15 Hubung Singkat 1 Fasa Tanah


(Stevenson, 1983)

Fasa yang mengalami gangguan adalah fasa a, sehingga dapat dinyatakan

dalam persamaan dibawah ini :

Ib = 0 (2.37)

Ic = 0 (2.38)

Vb = 0 (2.39)
Ia

50

Sehingga nilai dari :

Ea
Ia = Ia =Ia =
Z 1+ Z 2+ Z 0

(2.40)

2.7.2.2 Hubung Singkat 2 Fasa Tanah

Za a

+
Ea
-
- -
+ Ec Eb +
Zc Zb
Ib

c b
Ib

Gambar 2.16 Hubung Singkat 2 Fasa Tanah


(Stevenson, 1983)
Fasa yang mengalami gangguan adalah fasa b dan c, keadaan ini

dinyatakan dengan persamaan berikut :

Vb = Vc = 0 (2.41)

Ia = 0 (2.42)

Va = Va = Va

(2.43)

Sehingga,
Ia

51

Ea
Ia = (Z 2. Z 0)
Z 1+
Z 2+Z 1

(2.44)

2.7.2.3 Hubung Singkat 2 Fasa

Za

+
Ea
-
- -
+ Ec Eb +
Zc Zb
Ib

c b
Ib

Gambar 2.17 Hubung Singkat 2 Fasa


(Stevenson, 1983)

Fasa yang mengalami gangguan adalah fasa b dan c, keadaan ini


dinyatakan dengan persamaan berikut :

Vb = Vc (2.45)

Ia = 0 (2.46)

Ib = -Ic (2.47)

Maka,

Va = Va

(2.48)
Ia

52

Sehingga,

Ia = 0

(2.49)

Ia = Ia

(2.50

Ea
Ia =
Z 1+ Z 2

(2.51)

2.7.2.4 Hubung Singkat 3 Fasa (Simetri)

Za

+
Ea
-
- -
+ Ec Eb +
Zc Zb
Ib

c b
Ib

Gambar 2.18 Hubung Singkat 3 Fasa


(Stevenson, 1983)

Fasa yang mengalami gangguan adalah fasa a, b dan c, maka untuk arus
urutan nol, urutan positif dan urutan negative adalah :
53

Ia = 0

(2.52)

Ia = 1.0 sudut 00 dengan Z1 = 0 (2.53)

Ia = 0

(2.54)

Untuk tegangan urutan nol, urutan positif, dan urutan negative adalah :

Va = 0 (2.55)

Va = Vf Ia dengan Zf = 0

(2.56)

Va = 0 (2.57)

2.8 Relai Proteksi Trensformator Daya


Relai relai proteksi yang terpasang pada sebuah bay transformator tenaga

dapat dilihat pada gambar berikut :

REL I BUS 150kV


54

REL II

REL I BUS 20kV

REL II

Gambar 2.19 Diagram Relai Proteksi Transformator Distribusi


(PT. PLN GI Kebonagung, 2006)

Tabel 2.4 Keterangan Kode Relai Proteksi

Sumber : PLN, 2012


2.8.1 Relai Diferensial

Prinsip kerja Relai Diferensial adalah membandingkan arus masuk

dan keluar dari transformator arus. Relai Diferensial bekerja dengan fungsi
55

untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat

yang terjadi di dalam daerah pengaman transformator.

Gambar 2.20 : Diagram Relai Diferensial

(Fadil, 2005)

Dua buah transformator arus CT1 dan CT2 pada pengaman

diferensial mempunyai ratio yang identic. Relai diferensial dipasang

parallel dengan transformator arus. Jika arus sekunder dari transformator

arus CT1 dan arus CT2 berturut-turut adalah I1 dan I2 maka keadaan

normal :
56

Ir = I1 - I2 = 0 (A) (2.58)

Jika terdapat gangguan maka didapat rumus :

a1 . I CT1 = a2 . I CT2 (2.59)

If = I CT1 - I CT2 (2.60)

a1
If = I CT1 - a2 I CT1 (A) (2.61)

Dimana :

CT1 = transformator arus sisi primer (A)

CT2 = transformator arus sisi sekunder (A)

a1 = angka transformasi sisi primer

a1 = angka transformasi sisi sekunder

If = arus hubung singkat (A)

Setting Arus Kerja Minimum

Relai diferensial sebagai pengaman utama transformator tenaga

harus sensitif terhadap gangguan internal sekecil mungkin, tetapi harus

lebih besar dari arus magnetisasi serta pertimbangan adanya missmatch

akibat kesalahan ratio CT - CT utama baik disisi primer maupun sisi

sekunder serta Auxiliary CT yang terpasang.


57

Beberapa vendor merekomendasikan Id 4 x I mag dimana Imag

adalah arus magnetisasi (A) pada transformer yang mengalir tanpa

beban (5%), sedangkan Id adalah arus yang mengalir pada Relai

Diferensial(A)

Maka kerja arus minimum ditentukan

Id = (0.2-0.3) x In (A) (2.62)

Setting slope

Relai Diferensial harus memastikan bahwa tidak boleh bekerja

pada beban maksimum atau adanya konstribusi arus yang besar akibat

gangguan eksternal. Oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Seleksifitas relai terhadap gangguan eksternal.


a. Kedua sisi transformator arus yang digunakan harus mempunyai

ratio dan karakteristikyang tipikal.


b. Polaritas Transformator harus betul.
2. Pengaruh kejenuhan CT utama dan ACT akan mengakibatkan arus

sekunder yang melalui relai tidak sama.


3. Pengaruh ACT dapat mengakibatkan selisih antara primer dan

sekunder transformator.
4. Pengaruh adanya OLTC (On Load Tap Changer) pada transformator

daya dimana pada waktu operasi perbandingan transformasinya

berubah-ubah mengikuti tegangan yang masuk sementara tap CT /

ACT tidak mengalami perubahan.


5. Pengaruh kesalahan (error) yang harus dikompensasi dalam

menentukan setelan kecuraman (slope) yaitu :


a. Kesalahan Sadapan : 10%
58

b. Kesalahan Transformator Arus (CT) : 10%


c. Mismatch : 4%
d. Arus Eksitasi : 1%
e. Faktor Keamanan : 5%

Maka penyetelan Slope adalah sebagai berikut :

Untuk transformator tenaga :

a. Slope 1 = (25-35)%
b. Slope 2 = (50-80)%

Untuk transformator pembangkit yang menggunakan Off Load Tap

Changer :

a. Slope 1 = (15-20)%
b. Slope 2 = (50-80)%

Gambar 2.21 : Karakteristik Kerja Relai Diferensial

(PT. PLN Pusdiklat, 2009)

Arus momen
Setting arus moment / instantaneous trip untuk megamankan

transformator terhadap gangguan besar yang sangat memungkinkan

transformator rusak.
59

Imomen = 4 x I nom trf (A) (2.63)

Atau
Im batas = 0.8 x [0.5 x In transformator x (1/Xt) ] (A) (2.64)
Nilai 0.8 adalah pertimbangan untuk faktor kesalahan relay,

CT dan wiring sebesar 20%. Sedangkan nilai 0.5 adalah nilai arus

gangguan tertinggi yang dapat terjadi, yang dipakai sebagai batas atas

dalam menentukan setting arus untuk relai moment.


Pada relai-relai diferensial jenis numeric setting arus

moment dinotasikan sebagai highest Id atau Id .


Highest 1 Id , daerah kerjanya dalam internal diferensial (internal

fault) sedangkan highest-2 Id , daerah kerjanya internal dan

eksternal diferensial (eksternal fault) dan kerjanya tidak memblokir

jika terjadi insrush current yang besar atau harmonsa ke-5 (over

fluks). Oleh karena itu nilai settingnya harus dibedakan sesuai dengan

kebutuhan karena relai diferensial bekerja tanpa waktu tunda, maka

setting highest biasanya tidak diaktifkan.

Harmonisa
Pada relai-relai jenis digital biasanya dilengkapi dengan fasilitas

setting harmonisa ke-2 dan ke-5. Harmonisa tersebut muncul

disebabkan adanya gangguan sistem, switching dan kenaikan arus pada

saat energize transformator (inrush current). Oleh karena itu dalam

perhitungan setting harmonisa harus dapat membedakan antara

gangguan internal atau gangguan eksternal (gangguan sistem)


Pertmbangan-pertimbangan dalam setting harmonisa :
1. Fasilitas setting relai adalah harmonisa ke-2 blocking (harmonisa

restrain)
2. Relai harus trip bila terjadi gangguan iinternal dan relai harus blok

(tidak kerja) bila terjadi gangguan eksternal


Vr

60
R

3. Berdasarkan pengalaman, besaran harmonisa ke-2 sekitar 9%-13%

pada saat terjadi gangguan transformator.

Maka setting harmonisa ke-2 :

Iharmonisa ke-2 = 0.15 x(15%) (A) (2.65)

2.8.2 Restricted Earth Fault (REF)

Restricted Earth Fault (REF) berfungsi untuk mengamankan

transformator terhadap tanah di dalam daerah pengaman transformator

khususnya untuk gangguan didekat titik netral yang tidak dapat dirasakan

oleh Relai Diferensial.

Tegangan kerja

REF sisi primer (87NP)

Gambar 2.22 Rangkaian REF Sisi Primer

(PT.PLN Pusdiklat, 2009)


NGR

61
RL2 Vr
RL1

R
CT20

Tegangan jepit pada relai dari sisi CT netral adalah :

VrN = (RCTN+2.R12) x His / CTN (V) (2.66)

Tegangan jepit pada relai dari sisi CT fasa adalah :


CTN20
Vr = (RCT150 + 2R1.1 ) x I hs / CT 150 (V) (2.67)

Untuk menentukan Vr yang dipakai dalam perhitungan setting pilih nilai


tegangan yang paling besar.

Setting tegangan harus lebih besar dari Vr :

Vset = k Vr (V) (2.68)

Dimana k adalah faktor keamanan k = 1.5-3

REF sisi sekunder (87NS)

Gambar 2.23 Rangkaian REF Sisi Sekunder

(PT.PLN Pusdiklat, 2009)

Tegangan jepit pada relai dari sisi CT netral adalah :


62

VrN = (RCTN+2.R12) x Ihs / CTN (V) (2.69)

Tegangan jepit pada relai dari sisi CT fasa adalah :

Vr = (RCT20 + 2R1.1 ) x I hs / CT 20 (V) (2.70)

Untuk menentukan Vr yang dipakai dalam perhitungan setting pilih nilai


tegangan yang paling besar.

Setting tegangan harus lebih besar dari Vr :

Vset = k Vr (V) (2.71)

Dimana k adalah faktor keamanan k = 1.5-3

Arus kerja
Setting arus harus sensitif untuk gangguan dipilih. Dimana, In adalah
arus nominal relai. Iset = (0.1-0.3) x In. Arus kerja minimum relai juga
dipengaruhi oleh jumlah inti CT (n) dan arus magnetisasi CT (Imag)
itu sendiri sehingga arus operasi minimum menjadi :

Iop = ( Iset + n. Imag) (A) (2.72)

Dimana, n adalah jumlah core CT dan Imag adalah arus magnetisasi


CT pada tegangan VR. Dengan demikian, maka sensitifitas
pengamanan (s) menjadi :

S = (Iop/In) x 100% (2.73)

Stabilitas resistor

Untuk setting resistor yang digunakan adalah sebagai berikut :

1 VA
Rs = I set [ Vs - I set ]

(2.74)

2.8.3 Over Current Relay (OCR)


63

Relai arus lebih adalah relai yang bekerja berdasarkan kenaikan

arus yang melewatinya dan juga dapat berdasarkan setting waktu yang

ditentukan pengukuran waktu. Relai jenis ini adalah relai yang paling

sederhana dan mudah dalam penyetelan. Relai ini digunakan untuk

pengaman hubung singkat dan pengaman arus lebih. Berikut adalah tiga

macam relai arus lebih :

1. Relai arus lebih seketika (Instantaneous over current)


2. Relai arus lebih waktu tertentu (definite over current)
3. Relai arus lebih berbanding terbalik (inverse over current)

Berikut ini adalah daerah kerja proteksi OCR pada bay transformator :

Gambar 2.24 Daerah Kerja Proteksi OCR di Bay Transformator

(PT. PLN Pusdiklat, 2009)


64

2.8.3.1 Setting OCR Sisi Sekunder Transformator (Incoming 50/51)

Arus kerja minimum

Fungsi OCR incoming adalah sebagai pengaman cadangan

transformator tenaga terhadap gangguan hubung singkat fasa-fasa eksternal

yaitu gangguan pada jaringan TM, namun demikian untuk gangguan-

gangguan yang besar (gangguan di busbar TM) atau dekat sekali dengan

transformator tenaga harus secepat mungkin dieliminir sehingga tidak

berdampak yang lebih serius pada transformator tenaga.

Setting kerja arus berdasarkan kemampuan transformator

Is 1 = 1.2 x I nom trf 20 (A) (2.75)

Setting transformator berdasarkan kemampuan peralatan terkecil (CT, kabel,

PMT)

Is 2 = 1.2 x In peralatan terkecil (A) (2.76)

Dipilih nilai peralatan terkecil :

Is = [ Is 1 x ( Is 1 Is 2 ) + Is 2 x ( Is 2 Is 1 ) ] (A) (2.77)

Dalam besaran sekunder :


Iset = [ Is x CT 20 (A)

(2.78)

Tap value setting sesuai range yang ada pada relai


65

I set
Tap = (A)

(2.79)

Waktu dan karakteristik kerja

Setting waktu kerja harus memperhatikan ketahanan transformator

terhadap besaran arus gangguan yang kan terjadi. Untuk menjamin

transformator tahan terhadap gangguan maksimum, maka waktu kerja

dipilih antara 0.7 1 detik untuk gangguan maksimum. Gangguan

maksimum dipilih untuk gangguan fasa-fasa yang terjadi pada busbar

TM.

Untuk fleksibilitas dalam mengkoordinasikan dengan relai penyulang GI

dan GH, maka dipilih karakteristik waktu kerja jenis Normal / Standar

Inverse, maka setting time dial dapat dipilih sesuai kurva yang dipilih :

I hs 0.02
1
Untuk kurva Standar Inverse (SI) ; Td = Is xt (2.80)
0.14

Dimana :

I hs : hubung singkat maksimum 2 fasa di busbar TM (A)

Ia : setting arus kerja (A)

T : waktu kerja yang diinginkan untuk gangguan maks yaitu

antara 0.7-1 detik

Arus momen (high set)


66

Setting arus moment pada hakekatnya untuk mengantisipasi bila

terjadi gangguan yang sangat besar pada busbar TM dan dikhawatirkan

transformator tenaga tidak tahan terlalu lama sesuai kurva waktunya,

maka pada kondisi seperti itu gangguan harus segera dieliminir seketika

atau lebih cepat yaitu dengan highest di incoming dapat diaktifkan bila

setelan waktunya dapat diatur, tetapi bila setelan waktu highest tersebut

tidak dapat diatur maka tidak diaktifkan.

Arus kerja maksimum :

I momen = 0.8 x 0.5 x ( In transformator x ( 1 / Zt (pu)) (A) (2.81)

Setting waktu kerja

T nominal = 0.3 0.5 detik (definite) (2.83)

2.8.3.2 Setting OCR Sisi Primer 150 kV

Arus kerja minimum

Fungsi OCR incoming adalah sebagai pengaman cadangan kedua

transformator tenaga terhadap gangguan hubung singkat fasa-fasa

eksternal yaitu gangguan pada jaringan TM.

Setting arus kerja berdasarkan kemampan transformator :

Is 1 = 1.2 x I nom trf 150 (A) (2.83)

Dalam besaran sekunder :


67


Iset [ Is x CT 150 = (A) (2.84)

Tap value setting sesuai range yang ada pada relai

Iset
Tap = (A)

(2.85)

Waktu dan karakteristik kerja

Setting waktu kerja harus memperhatikan ketahanan transformator

terhadap besaran arus gangguan yang akan terjadi untuk menjamin

transformator tahan terhadap gangguan maksimum (standar 2 detik),

maka waktu kerja dipilih antara 1.2 1.5 detik untuk gangguan fasa

fasa yang terjadi pada bus 20 kV.

I hs 0.02
1
Untuk kurva Standar Inverse (SI) ; Td = Is xt (2.86)
0.14

Dimana :

I hs : hubung singkat maksimum 2 fasa di busbar TM (A)

Ia : setting arus kerja (A)

T : waktu kerja yang diinginkan untuk gangguan maks yaitu antara

1.2-1.5 detik

Arus momen (high set)


68

Setting arus momen pada hakekatnya untuk mengantisipasi bila

terjadi gangguan yang sangat besar pada bagian primer transformator

(sisi 150 kV), walaupun ada pengaman utama transformator, tetapi

highest ini dapat membantu mengamankan transformator tersebut.


Arus kerja momen harus mempertimbangkan prediksi hubung

singkat maksimal berdasarkan impedansi transformator, yaitu :


150
Im = [K1 x Xt x CT 150 ] (2.87)

Dimana :
K1 : konstanta waktu untuk periode 1/12 cycle KI = 1.5
Xt : impedansi hubung singkat transformator ()
In 150 : arus nominal transformator sisi 150 kV (A)
Tipilal setting momen transformator sisi 150 kV adalah Im 8x dan Iset

(A) atau diblok jika menggunakan redundant protection.

2.8.4 Ground Fault Relay (GFR)

Relai Ground Fault Relay ini akan memproteksi transformator dari

kesalahan/gangguan grounding dan hanya berlaku pada transformator

yang titik netralnya dihubungkan ke tanah.

a) Arus kerja minimum gangguan tanah

Fungsi GFR incoming adalah sebagai pengaman cadangan

transformator tenaga terhadap gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah

eksternal yaitu gangguan pada jaringan TM.

Setting arus kerja berdasarkan kemampuan transformator

Isg 1 = (0.2-0.3) x I nom transformator (A) (2.88)


69

Setting arus kerja berdasarkan kemampuan peralatan terkecil

(CT,PMT,NGR,kabel) adalah

Isg 2 = (0.2-0.3 ) x In peralatan terkecil (A) (2.89)

Dipilih nilai terkecil :

Igs = {Isg 1 x (Isg 1 < Isg 2 ) + Isg 2 x (Isg 2 < Isg 2)}(A) (2.90)

Dalam besaran sekunder :


Iset g = [Isg x CT 20 ] (A)

(2.91)

Sedangkan tap value setting sesuai range yang ada pada relai :

I set g
Tap g = (A)

(2.92)

b) Setting waktu dan karakteristik kerja

Setting waktu kerja harus memperhatikan ketahanan NGR terhadap

besaran arus gangguan yang akan terjadi. Untuk menjamin NGR dengan

tahanan 40 , dalam waktu 5 detik, maka waktu kerja dipilih antara 1-4

detik untuk gangguan maksimum.

Untuk fleksibilitas dalam mengkoordinasikan dengan relai

penyulang di GI dan GH, maka dipilih karakteristik waktu kerja jenis

inverse atau definite time.


70

Untuk kurva Standar Iinverse (SI) yang digunakan adalah sebagai

berikut :

I hs 0.02
1
Tdg = I sg x tg
0.14

(2.93)

Dimana ,

I hs = hubung singkat maksimum 1 fasa di busbar 20 kV (A)

I sg = setting arus kerja GFR dalam (A)

Tg = waktu kerja yang diinginkan untuk gangguan maksimum,

yaitu antara (0.7-1.2 detik )

c) Setting arus momen (highset)


Setelan moment hanya dipakai pada sistem pentanahan

langsung (solid grounded), sedangkan dalam sistem pentanahan

dengan tahanan tinggi/rendah, setting momen tidak diperlukan (di

blok) karena arus hubung singkat 1 fasa relative lebih kecil dan aman

terhadap ketahanan transformator tenaga.

2.8.4.1 Setting GFR Sisi Primer 150 kV

a) Arus kerja minimum gangguan tanah


71

Fungsi GFR netral adalah sebagai pengaman cadangan kedua

transformator tenaga terhadap gangguan hubung singkat 1 fasa

internal maupun gangguan eksternal.

Kontribusi arus hubung singkat 1 fasa kepada konfigurasi

kumparan delta (tersiery winding) karena akan mengalir kontribusi

arus urutan nol pada saat terjadi hubung singkat 1 fasa di sisi 150 kV

yang besarnya tergantung pada jarak lokasi gangguan dengan posisi

transformator.

Oleh karena itu, dalam penentuan waktu kerja GFR sisi primer

transformator harus dikoordinasikan dengan waktu kerja zone 2

distance relay di penghantar.

Setting arus kerja GFR untuk transformator belitan delta :

Is = (0.5-0.7) x I nom transformator 150 (A) (2.94)

Setting arus kerja GFR yang tidak dilengkapi belitan delta :

Is = 0.2 x I nom transformator 150 (A) (2.95)

Untuk mendapatkan arus dalam besaran sekunder, dibagi ratio CT :


I set = [ Is x CT 150 ] (2.96)

Sedangkan tap value setting sesuai range yang ada pada relai :
72

I set g
Tap g = (A)

(2.97)

b) Setting waktu dan karakteristik kerja

Waktu kerja harus memperhatikan ketahanan transformator

terhadap besaran arus gangguan yang akan terjadi dan juga harus

dikoordinasikan dengan relai GFR / zone 1 distance Relay gangguan

tanah, maka untuk mendapatkan seleksivitas harus memenuhi

persyaratannya sebagai berikut :

T GFR > T zone 2 untuk gangguan di penghantar

T GFR < T zone 2 untuk gangguan di bay transformer

Untuk kurva Standar Innverse (SI) yang digunakan adalah sebagai

berikut :

I hs 0.02
1
Tdg = I sg x tg (2.98)
0.14

Dimana ,

I hs = hubung singkat maksimum 1 fasa di busbar 20 kV (A)

I sg = setting arus kerja GFR dalam (A)

Tg = waktu kerja yang diinginkan untuk gangguan maksimum, yaitu

antara (1.0 -1.5 detik )


73

2.8.5 Stand By Earth Fault (SBEF)

a) Arus kerja minimum gangguan tanah

Fungsi SBEF (stand by earth fault) sisi netral 20 kV, pada dasarnya

merupakan pengaman NGR akibat gangguan 1 fasa ke tanah pada jaringan

SUTM.

Setting arus kerja berdasarkan kemampuan transformator :

I SEF 1 = (0.2) x I nom NGR (A) (2.99)

I SEF 2 = (0.1) x I nom transformator (A) (2.100)

Dipilih nilai terkecil, dalam besaran sekunder :

I SEF
Iset SEF = [ I SEF x (A)

(2.101)

Tap value setting sesuai range yang ada pada relai :

I SEF
Tapg = (A)

(2.102)

b) Setting waktu dan karakteristik kerja

Setting waktu kerja harus memperhatikan ketahanan NGR terhadap

besaran arus gangguan yang akan terjadi, sesuai kurva ketahanan

thermisnya. Pada gangguan 1 fasa yang relative kecil disarankan NGR


74

dapat mendeteksi gangguan, tetapi waktu kerjanya lama. Untuk itu maka

kurva karakteristik waktunya dipilih long time inverse.

Tahanan tinggi , NGR 500 , 30 detik

Jenis : relai gangguan tanah tak berarah

Karakteristik : Long Time Inverse (LTI) / definite

Setelan arus : (0.2 0.3) x In NGR (A)

Setelan waktu : 8 detik (LTI) trip sisi incoming dan 10 detik untuk sisi

150 kV pada I f = 25 A untuk NGR yang mempunyai t = 30 detik

Apabila belum ada relai dengan karakteristik LTI maka menggunakan

definite, t1 = 10 detik (trip sisi 20 kV) dan t2 = 13 detik (trip sisi 150 kV)

Formula kurva LTI

I hs
1
Tdg = I sg x tg
120

(2.103)

Dimana ,

I hs = hubung singkat maksimum 1 fasa di busbar 20 kV (A)

I sg = setting arus kerja GFR dalam (A)

Tg = waktu kerja yang diinginkan untuk gangguan maksimum,

yaitu antara ( 2 - 5 detik )


75

c) Arus momen (highset)

Setelan momen hanya dipakai pada sistem pentanahan dengan

tahanan tinggi/rendah, setting momen tidak diperlukan ( di blok) karena

arus hubung singkat 1 fasa relative lebih kecil dan aman terhadap

ketahanan transformator

2.9 Koordinasi Relai

Koordinasi relai pengaman merupakan pengaturan operasi dari

relai-relai pengaman dalam suatu sistem tenaga listrik untuk

meminimalisasi pemutusan pelayanan dengan meningkatkan selektivitas

dalam mengisolir gangguan. Aturan dasar dalam koordinasi pengaman

adalah (Fadil, 2005)

1. Jika memungkinkan, relai dengan karakteristik pengoperasian sama

dipasang secara seri satu dengan yang lain


2. Relai terjauh dari sumber harus mempunyai setting arus kurang dari

atau sama dengan relai yang lebih dekat dengan sumber.


3. Setting waktu pertama kali dipilih untuk waktu operasi terpendek pada

waktu arus gangguan maksimum, kemudian dicek untuk arus

gangguan minimum.

Sedangkan metode-metode dalam korrdinasi relai pengaman berdasarkan

Nurcholis Fadil adalah sebagai berikut (Fadil,2005) :

1. Berdasarkan perbedaan waktu atau tingkatan atau derajat arus. Relai yang

ditempatkan semakin jauh dari sumber, memiliki waktu operasi tercepat,


76

sedangkan relai yang ditempatkan semakin dekat dari sumber, memiliki

waktu operasi semakin paling lama. Sehingga pemutusan paling lama

berada di lokasi terdekat dengan sumber dimana gangguan-gangguan

tersebut sangat berbahaya.


2. Berdasarkan perbedaan arus atau tingkatan atau derajat arus.

Semakin jauh dari sumber arus gangguan makin mengecil. Karena

itu relai harus disetting dengan cara relai terdekat yang dekat

dengan gangguan harus lebih cepat bereaksi untuk CB trip.


3. Berdasarkan perbedaan waktu-arus ; tingkat atau derajat waktu

arus, diperoleh dengan bantuan relai-relai yang mempunyai

karakteristik relai arus terhadap waktu berbanding terbalik. Dengan

karakteristik itu waktu beroperasi relai berbanding terbalik secara

proporsional dengan tingkat arus gangguan.

Sehingga pada relai invers time terdapat setting :

1. CTS (Current Tap Setting)


Untuk menentukan arus pick up yang menyebabkan relai

beroperasi dan menutup kontak.


2. TDS (Time Dial Setting)
Untuk menentukan setting kelambatan waktu.

Anda mungkin juga menyukai