ANALISA
Data transfer diatas diambil dari data tranfer tanggal 29 Desember 2016.
Karakteristik beban berkaitan dengan Kurva Beban Harian. Dari kurva tersebut
dapat diidentifikasi kapan waktu beban puncak dan waktu beban minimum.
Identifikasi ini dirasa penting mengingat bahwa dengan adanya identifikasi ini
maka akan diperoleh suatu pola beban, enta itu pada hari kerja, hari libur maupuj
hari keagaaman.
1
6000.0
5000.0
4000.0
2013
3000.0
2014
2000.0 2015
2016
1000.0
0.0
Dari gambar pola beban diatas dapat dilihat bahwa dari tahun ketahun pola beban
di jawa timur memiliki pola yang sama namun mengalami peningkatan. Dapat
disimpulkan pula pola beban pada jawa timur memiliki kecenderungan yang
sama.
Pengertian pola beban itu sendiri adalah pola konsumsi tenaga listrik dalam kurun
harian, bulanan maupun tahunan. Secara umum, pola beban harian sistem tenaga
listrik jawa timur menunjukan model-model yang berbeda, yaitu pola untuk hari
kerja, hari sabtu dan hari libur ataupun juga hari khusus keagamaan. Menarik
diamati bahwa pada berbagai pola beban yang ada, pemakaian daya listrik
tertinggi hanya terjadi selama kurang lebih 4 jam setiap harinya. Periode ini
dikenal dengan sebutan periode beban puncak.
6000.0
5000.0
4000.0
3000.0 riyaya
2000.0 senin
1000.0
minggu
0.0
00.30
02.00
03.30
05.00
06.30
08.00
09.30
11.00
12.30
14.00
15.30
17.00
18.30
20.00
21.30
23.00
2
4.3 Pola Operasi Pembangkit di Jawa Timur
Pada kondisi normal, pola operasi pembangkitan mengikuti dari fluktuasi beban.
Sehingga pada operasinya, pembangkit dioperasikan menjadi 3 jenis mode yakni
pembangkit pemikul beban dasar (base load), pembangkit mengikuti beban
(follower load) dan pembangkit pemikul beban puncak (peak load). Penentuan
jenis pembangkit tersebut ditentukan dari karakteristik dari pembangkit itu
sendiri.
Tujuan dari sub bab ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pola operasi dari
pembangkit hidro dan thermal di Jawa Timur pada saat hari kerja. Data yang
digunakan adalah data
3
4.3.2 Pola Operasi PLTU dan PLTGU
Penentuan pembangkit yang memikul base load dan follower load telah
dijabarkan pada tabel 4.2 Dan bila di representasikan ke dalam bentuk grafik,
maka akan terlihat jelas bahwa PLTGU memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan terhadap perubahan beban.
PAITON UNIT 7
700.0
600.0
500.0
400.0
300.0
200.0 mw
100.0
-
4
Mampu
No Nama Pembangkit Jenis Jenis Pemilik Terpasang(MW) (MW)
1 Karang Kates PLTA Air PJB 105 103
2 Wlingi PLTA Air PJB 54 54
3 Ledoyo PLTA Air PJB 5 5
4 Selorejo PLTA Air PJB 5 5
5 Sengguruh PLTA Air PJB 29 29
6 Tulung Agung PLTA Air PJB 36 36
7 Mendalan PLTA Air PJB 23 21
8 Siman PLTA Air PJB 11 10
9 Madiun PLTA Air PJB 8 8
10 Paiton PLTU Batubara PJB 800 740
11 Paiton PEC PLTU Batubara Swasta 1230 1220
12 Paiton JP PLTU Batubara Swasta 1230 1220
13 Gresik 1-2 PLTU Gas PJB 200 160
14 Gresik 3-4 PLTU Gas PJB 400 340
15 Perak PLTU BBM IP 100 72
16 Gresik PLTG Gas PJB 62 31
17 Gilitimur PLTG Gas PJB 40 0
18 Grati Blok 1 PLTGU Gas IP 462 456
19 Grati Blok 2 PLTG Gas IP 302 300
20 Gresik B-1 PLTGU Gas PJB 526 480
21 Gresik B-2 PLTGU Gas PJB 526 480
22 Gresik B-3 PLTGU Gas PJB 526 480
23 Paiton 3 PLTU Batubara Swasta 815 815
24 Paiton 9 PLTU Batubara PLN 660 615
25 Pacitan 1-2 PLTU Batubara PLN 630 560
Tanjung Awar-awar
26 1 PLTU Batubara PLN 350 323
TOTAL 9135 8563
Dalam mengevaluasi suatu sistem maka harus ada parameter yang digunakan
untuk menentukan suatu sistem tersebut masih layak atau tidak. Begitu pun juga
dengan pembangkitan. Berikut adalah parameter yang digunakan di pembangkit
diantaranya :
a. Reserve Margin
b. Capacity Factor
5
Beberapa parameter pembangkitan diantaranya adalah faktor kapasitas. Parameter
tersebut menunjukkan ukuran pembangkitan energi listrik dari sebuah unit
pembangkitan dalam rentang waktu tertentu.
Faktor Kapasitas = ...................................................... (2)
Dimana :
h = periode waktu
Faktor kapasitas biasanya digunakan sebagai penentuan dari unit yang akan
digunakan. Apakah unit pembangkit tersebut dipikul untuk beban dasar (base
load), beban menengah(follower load), dan beban puncak (peak load). Electric
Power Research Institute telah mengatur klasifikasi pembangkit berdasarkan
faktor kapasitas.
6
4.4.2 Perhitungan Faktor Kapasitas
Pada sub bab ini akan membahas tentang perhitungan faktor kapasitas dari setiap
unit pembangkit di Jawa Timur. Data yang digunakan adalah data log sheet
tanggal 29 Desember 2016.
1. Menentukan nilai daya aktif rata-rata selama kurun waktu tertentu (dalam
contoh perhitungan ini adalalah 24 jam/1 hari)
7
Diketahui :
MW (AVE) =39.1 MW
DMN = 103 MW
MWh = 938.4 MWh
938.4
Faktor Kapasitas = = 0.37
103 24
PEAK LOAD
15000
10000
5000
0 PEAK LOAD
8
Provinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari potensi gas
bumi yang dapat dikembangkan sebesar 5,89 TSCF, minyak bumi 1.312,03
MMSTB, batubara 0,08 juta ton dan tenaga air 2.162,0 MW pada 4 lokasi yaitu
Grindulu-PS-3, K.Konto-PS, Karangkates Ext. dan Kalikonto-2. Serta panas bumi
yang diperkirakan mencapai 1.314 MWe yang tersebar di 11 lokasi yaitu pada
Melati Pacitan, Rejosari Pacitan, Telaga Ngebel Ponorogo, G. Pandan Madiun, G.
Arjuno Welirang, Cangar, Songgoriti, Tirtosari Sumenep, Argopuro
Probolinggo, Tiris - G. Lamongan Probolinggo dan Blawan - Ijen Bondowoso5.