Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

ANALISA

4.1 Overview Sistem Kelistrikan Jawa Timur

Sistem Kelistrikan di Jawa Timur merupakan sistem kelistrikan dengan kapasitas


pembangkitan terbesar di Indonesia. Dengan total kapasitas pembangkitan sebesar
9125 MW[1]. Dengan beban puncak tertinggi pada tahun 2016 sebesar 4990 MW
menjadikan region 4 Jawa timur memiliki kemampuan transfer menuju ke region
2 dan 3 serta ke pulau bali. Dengan rincian transfer sebagai berikut :

Tabel 4.1 Saluran Transfer Region 4

NO NAMA SALURAN AVERAGE TRANSFER


1 SRAGEN-NGAWI 4.6 MW
2 BOJONEGORO-CEPU 22.2 MW
3 KRIAN-UNGARAN 195.3 MW
4 KEDIRI-PEDAN 455.3 MW

Data transfer diatas diambil dari data tranfer tanggal 29 Desember 2016.

4.2 Karakteristik Beban Pada Jawa Timur

Karakteristik beban berkaitan dengan Kurva Beban Harian. Dari kurva tersebut
dapat diidentifikasi kapan waktu beban puncak dan waktu beban minimum.
Identifikasi ini dirasa penting mengingat bahwa dengan adanya identifikasi ini
maka akan diperoleh suatu pola beban, enta itu pada hari kerja, hari libur maupuj
hari keagaaman.

1
6000.0

5000.0

4000.0
2013
3000.0
2014
2000.0 2015
2016
1000.0

0.0

Gambar 4.1 Kurva Harian Beban

Dari gambar pola beban diatas dapat dilihat bahwa dari tahun ketahun pola beban
di jawa timur memiliki pola yang sama namun mengalami peningkatan. Dapat
disimpulkan pula pola beban pada jawa timur memiliki kecenderungan yang
sama.

Pengertian pola beban itu sendiri adalah pola konsumsi tenaga listrik dalam kurun
harian, bulanan maupun tahunan. Secara umum, pola beban harian sistem tenaga
listrik jawa timur menunjukan model-model yang berbeda, yaitu pola untuk hari
kerja, hari sabtu dan hari libur ataupun juga hari khusus keagamaan. Menarik
diamati bahwa pada berbagai pola beban yang ada, pemakaian daya listrik
tertinggi hanya terjadi selama kurang lebih 4 jam setiap harinya. Periode ini
dikenal dengan sebutan periode beban puncak.

6000.0
5000.0
4000.0
3000.0 riyaya
2000.0 senin
1000.0
minggu
0.0
00.30
02.00
03.30
05.00
06.30
08.00
09.30
11.00
12.30
14.00
15.30
17.00
18.30
20.00
21.30
23.00

2
4.3 Pola Operasi Pembangkit di Jawa Timur

Pada kondisi normal, pola operasi pembangkitan mengikuti dari fluktuasi beban.
Sehingga pada operasinya, pembangkit dioperasikan menjadi 3 jenis mode yakni
pembangkit pemikul beban dasar (base load), pembangkit mengikuti beban
(follower load) dan pembangkit pemikul beban puncak (peak load). Penentuan
jenis pembangkit tersebut ditentukan dari karakteristik dari pembangkit itu
sendiri.

Mode Operasi Faktor Faktor Biaya Faktor Tipe


Kapasitas Penggunaan Pembangkit
Base Load 60% Biaya bahan Di design PLTA,
bakar rendah untuk PLTN,PLTU
kehandalan
dan effisiensi
tinggi
Follower 30% Biaya bahan Dapat PLTGU
Load bakar lebih dioperasikan
mahal secara flexible
Peak load 10% Biaya bahan Pengoprasian PLTG,PTLD
bakar tinggi flexible
,proses
starting cepat,

4.3.1 Pola Operasi Pembangkit pada hari Kerja

Tujuan dari sub bab ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pola operasi dari
pembangkit hidro dan thermal di Jawa Timur pada saat hari kerja. Data yang
digunakan adalah data

3
4.3.2 Pola Operasi PLTU dan PLTGU

Penentuan pembangkit yang memikul base load dan follower load telah
dijabarkan pada tabel 4.2 Dan bila di representasikan ke dalam bentuk grafik,
maka akan terlihat jelas bahwa PLTGU memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan terhadap perubahan beban.

PLTGU GRESIK GT 1-1


120.0
100.0
80.0
60.0
40.0 MW
20.0
-
00.30
02.00
03.30
05.00
06.30
08.00
09.30
11.00
12.30
14.00
15.30
17.00
18.30
20.00
21.30
23.00
Jika dibandingkan dengan PLTU maka akan terlihat daya keluaran dari PLTU
cenderung konstan.

PAITON UNIT 7
700.0
600.0
500.0
400.0
300.0
200.0 mw
100.0
-

4.4 Evaluasi Pembangkitan Jawa Timur

Pembangkit-pembangkit yang beroprasi di sub region Jawa Timur merupakan


gabungan dari pembangkit thermal dan hydro. Untuk lebih rincinya, pada tabel
4.2 dituliskan daya terpasang dan daya mampu pada tiap-tiap unit pembangkit di
Jawa Timur hingga tahun 2016.

4
Mampu
No Nama Pembangkit Jenis Jenis Pemilik Terpasang(MW) (MW)
1 Karang Kates PLTA Air PJB 105 103
2 Wlingi PLTA Air PJB 54 54
3 Ledoyo PLTA Air PJB 5 5
4 Selorejo PLTA Air PJB 5 5
5 Sengguruh PLTA Air PJB 29 29
6 Tulung Agung PLTA Air PJB 36 36
7 Mendalan PLTA Air PJB 23 21
8 Siman PLTA Air PJB 11 10
9 Madiun PLTA Air PJB 8 8
10 Paiton PLTU Batubara PJB 800 740
11 Paiton PEC PLTU Batubara Swasta 1230 1220
12 Paiton JP PLTU Batubara Swasta 1230 1220
13 Gresik 1-2 PLTU Gas PJB 200 160
14 Gresik 3-4 PLTU Gas PJB 400 340
15 Perak PLTU BBM IP 100 72
16 Gresik PLTG Gas PJB 62 31
17 Gilitimur PLTG Gas PJB 40 0
18 Grati Blok 1 PLTGU Gas IP 462 456
19 Grati Blok 2 PLTG Gas IP 302 300
20 Gresik B-1 PLTGU Gas PJB 526 480
21 Gresik B-2 PLTGU Gas PJB 526 480
22 Gresik B-3 PLTGU Gas PJB 526 480
23 Paiton 3 PLTU Batubara Swasta 815 815
24 Paiton 9 PLTU Batubara PLN 660 615
25 Pacitan 1-2 PLTU Batubara PLN 630 560
Tanjung Awar-awar
26 1 PLTU Batubara PLN 350 323
TOTAL 9135 8563

4.4.1 Evaluasi Pembangkit

Dalam mengevaluasi suatu sistem maka harus ada parameter yang digunakan
untuk menentukan suatu sistem tersebut masih layak atau tidak. Begitu pun juga
dengan pembangkitan. Berikut adalah parameter yang digunakan di pembangkit
diantaranya :

a. Reserve Margin
b. Capacity Factor

5
Beberapa parameter pembangkitan diantaranya adalah faktor kapasitas. Parameter
tersebut menunjukkan ukuran pembangkitan energi listrik dari sebuah unit
pembangkitan dalam rentang waktu tertentu.


Faktor Kapasitas = ...................................................... (2)

Dimana :

MWh = Total energi yang dihasilkan dalam kurun waktu

DMN = Daya Mampu Nett

h = periode waktu

Faktor kapasitas biasanya digunakan sebagai penentuan dari unit yang akan
digunakan. Apakah unit pembangkit tersebut dipikul untuk beban dasar (base
load), beban menengah(follower load), dan beban puncak (peak load). Electric
Power Research Institute telah mengatur klasifikasi pembangkit berdasarkan
faktor kapasitas.

No Tipe Operasi kisaran faktor kapasitas


1 Beban Dasar 50-70%
2 Beban Menengah 20-40%
3 Beban Puncak 0-10%

Perbedaan tipe klasifikasi operasi diatas maka akan mempengaruhi.....

6
4.4.2 Perhitungan Faktor Kapasitas

Pada sub bab ini akan membahas tentang perhitungan faktor kapasitas dari setiap
unit pembangkit di Jawa Timur. Data yang digunakan adalah data log sheet
tanggal 29 Desember 2016.

Dalam menentukan faktor kapasitas, ada beberapa langkah pengerjaan diantaranya

1. Menentukan nilai daya aktif rata-rata selama kurun waktu tertentu (dalam
contoh perhitungan ini adalalah 24 jam/1 hari)

2. Setelah diketahui daya rata-rata maka dikalikan dengan 24 untuk


mendapatkan nilai MWh.

3. Daya mampu nett telah diketahui

4. Dengan menggunakan rumus pada persamaan 2 maka dapat dihitung nilai


faktor kapasitas unit pembangkit

a. Perhitungan Faktor Kapasitas PLTU Paiton unit 7


Diketahui :
MW (AVE) = 330.2 MW
DMN = 615 MW
MWh = 7923.6 MWh
7923.6
Faktor Kapasitas = = 0.53
615 24
b. Perhitungan Faktor Kapasitas PLTU Paiton Unit 3
Diketahui :
MW (AVE) = 757 MW
DMN = 815 MW
MWh = 18168 MWh
18168
Faktor Kapasitas = = 0.92
815 24

c. Perhitungan Faktor Kapasitas PLTA Sutami Unit 1,2, 3

7
Diketahui :
MW (AVE) =39.1 MW
DMN = 103 MW
MWh = 938.4 MWh
938.4
Faktor Kapasitas = = 0.37
103 24

3 contoh perhitungan faktor kapasitas dari 3 unit pembangkit di atas menunjukkan


bahwa pengoprasian dari pembangkit tersebut ada yang melebihi faktor kapasitas
yang terlah ditetapkan oleh EPRI. Namun oleh unit PLTA yang dioperasikan
sebagai base load memiliki faktor kapasitas 0.37. Namun kembali lagi hal ini juga
dari ketersediaan energi primer dari unit itu sendiri.

4.4.3 Perhitungan Reserve Margin

4.5 Rencana Pengembangan Sistem Di region 4 berdasarkan RUPTL


4.4.1 Prakiraan Beban Puncak Region 4 Jawa Timur 2017-2025
Prakiraan beban puncak di region 4 Jawa Timur dari tahun 2016-2025 dapat
dilihat pada gambar grafik 4.3. Prakiraan beban puncak di bawah ini adalah
prakiraan berdasarkan RUPTL 2016-2024. Dengan pertambahan tiap tahun
sebesar kurang lebih 500 MW tiap tahun membuat harus ada penambahan unit
baru guna memenuhi kebutuhan listrik yang berada di Jawa Timur.

PEAK LOAD
15000

10000

5000

0 PEAK LOAD

4.4.2 Pengembangan Sistem Pembangkit Jawa Timur

8
Provinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari potensi gas
bumi yang dapat dikembangkan sebesar 5,89 TSCF, minyak bumi 1.312,03
MMSTB, batubara 0,08 juta ton dan tenaga air 2.162,0 MW pada 4 lokasi yaitu
Grindulu-PS-3, K.Konto-PS, Karangkates Ext. dan Kalikonto-2. Serta panas bumi
yang diperkirakan mencapai 1.314 MWe yang tersebar di 11 lokasi yaitu pada
Melati Pacitan, Rejosari Pacitan, Telaga Ngebel Ponorogo, G. Pandan Madiun, G.
Arjuno Welirang, Cangar, Songgoriti, Tirtosari Sumenep, Argopuro
Probolinggo, Tiris - G. Lamongan Probolinggo dan Blawan - Ijen Bondowoso5.

Anda mungkin juga menyukai