Anda di halaman 1dari 6

PENUGASAN 2

RESUME BERITA MASALAH KEHUTANAN SESUAI DENGAN 5


LABORATORIUM DI KSDH
1. LABORATORIUM EKOLOGI HUTAN
Ekologi Bali Selatan Terancam Rusak karena Reklamasi - Rencana
pembangunan reklamasi di Teluk Benoa, Bali, terus mengundang penolakan dari
berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam Forum Rakyat Bali Tolak
reklamasi Teluk Benoa (ForBALI). Penolakan yang dilakukan ForBALI tersebut
dilatarbelakangi rencana reklamasi seluas 700 hektar di Teluk Benoa itu dianggap
merusak lingkungan dan mengabaikan partisipasi publik. Salah satu organisasi
lingkungan hidup yang turut serta menolak reklamasi Teluk Benoa, Wahana
lingkungan hidup (Walhi) Bali, menyatakan rencana pembangunan pulau buatan
di wilayah Bali Selatan tersebut berpotensi merusak ekologi Bali Selatan. Rencana
reklamasi dinilai akan merendam wilayah Bali Selatan akibat berkurangnya fungsi
Teluk Benoa sebagai tampungan air.

2. LABORATORIUM KEPARIWISATAAN ALAM


Taman Hutan Pekanbaru Terancam Hilang - Taman Hutan Raya Sultan Syarif
Kasim II atau SSK II Pekanbaru terancam hilang akibat perbedaan koordinat pada
peta yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan dan Dinas Kehutanan Riau.
Bila peta versi Departemen Kehutanan yang dipakai, batas taman hutan raya telah
tergeser sejauh dua kilometer atau diperkirakan kehilangan sekitar 1.600 hektar.
Bila peta versi Dinas Kehutanan Provinsi Riau yang dipakai, maka sejumlah
lokasi yang sebenarnya masuk dalam taman hutan raya (tahura) menjadi berada di
luar tahura. Kesalahan titik koordinat ini telah menyebabkan lokasi tahura menjadi
tumpang tindih dengan lahan masyarakat dan perkebunan warga. Kondisi Tahura
SSK II seluas 6.127 hektar yang disahkan oleh Menteri Kehutanan Muslimin
Nasution, dengan SK no 348/1999, saat ini boleh dikatakan sedang sekarat. Di
samping kesalahan tata batas, sekitar 3.000 hektar lahan tahura telah berubah
fungsi, terutama menjadi perkebunan sawit. Di dalam Tahura SSK II sekarang ini
terdapat penangkaran walet, ikan arwana, peternakan babi, sapi, ayam, dan kebun
masyarakat.
3. LABORATORIUM PELESTARIAN ALAM
Kepunahan Burung, Indikasi Rusaknya Kelestarian Alam - Keberadaan jenis
burung di satu daerah ternyata menjadi indikator baik atau tidaknya kelestarian
alam di kawasan Wallacea tersebut. Punahnya satu jenis burung endemis bisa
mengindikasi bahwa ada kerusakan dalam kelestarian alam di sekitarnya. Burung
menjadi entry point bagi pelestarian alam secara keseluruhan dan upaya
konservasi terhadap keanekaragaman hayati. Dalam Seminar Internasional Hutan
dan Biodiversitas yang diselenggarakan di Manado, Burung Indonesia turut
mempromosikan profil penyusunan ekosistem Wallacea. Wallacea memiliki
keragaman hayati luar biasa yang perlu dilestarikan. Sayangnya, investasi untuk
konservasi di kawasan ini masih kalah jauh dibanding kawasan lain di Indonesia,
misalnya Sumatera dan Kalimantan. Profil penyusunan ekosistem untuk kawasan
Wallacea sendiri secara resmi diluncurkan pada 1 Juni 2013. Profil ini akan
memuat wilayah prioritas untuk aksi penyelamatan, sekaligus menjadi pedoman
bagi CEPF dalam mengucurkan dana hibah senilai 5 juta dollar AS selama lima
tahun mendatang. The Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) atau Dana
Kemitraan Ekosistem Kritis yang secara resmi menunjukkan perhatiannya pada
penyelamatan kawasan penting bagi keragaman hayati Indonesia dan Timor Leste,
Wallacea. Kawasan Wallacea meliputi kepulauan Nusantara di sebelah timur Bali
hingga sebelah barat Papua (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara) serta Timor Leste.
Wallacea dipilih dalam program ini karena kaya keragaman hayati. Namun,
keragaman hayati tersebut terancam perusakan, pemanfaatan berlebihan, dan
invasi jenis-jenis asing. Wallacea juga terkenal dengan jenis-jenis endemis alias
khas yang tidak dijumpai di tempat lain, tetapi sebagian di antaranya telah masuk
dalam daftar jenis terancam punah World Conservation Union (IUCN).

4. LABORATORIUM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI


Waspadai Amukan Sungai Citarum - Sungai Cimanuk di Kabupaten Garut,
Jawa Barat, mengamuk. Derasnya luapan air meluluhlantakkan ratusan rumah
warga dan menewaskan puluhan jiwa penduduk Kabupaten Garut dan Sumedang.
Tragedi itu bukan semata bencana akibat faktor alamiah. Lebih dari itu, kerusakan
di daerah aliran sungai (DAS) menjadi sebab utama datangnya banjir bandang.
Riak besar Sungai Citarum sudah mulai terlihat. Jika mengacu pada parameter
Koefisien Regim Sungai (KRS) yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BPNB), angka kerusakan Sungai Citarum (92 KRS) masih di bawah
Sungai Cimanuk, yang menembus angka 713 KRS. Sungai dinyatakan buruk jika
KRS-nya lebih besar dari 80. Selain berdampak negatif bagi masyarakat,
buruknya kualitas air Citarum berpengaruh terhadap produksi energi listrik untuk
wilayah Jawa dan Bali. PT Indonesia Power sebagai pengelola Unit Pembangkit
Saguling (hilir Citarum) mulai merasakan dampak pencemaran Citarum. Sifat air
Citarum yang korosif dapat mengikis usia alat berbahan metal, seperti turbin.
Kondisi itu diperparah dengan melimpahnya produksi sampah di Citarum.

5. LABORATORIUM SATWA LIAR


Dua Tahun Alami Kekeringan, Taman Nasional Kruger Berencana Kurangi
Satwa - Suaka margasatwa terbesar di Afrika Selatan, Taman Nasional Kruger
berencana akan mengurangi jumlah hewan di tempat itu akibat kekeringan yang
sudah berlangsung selama dua tahun. Pengelola taman nasional mengatakan,
hewan-hewan yang paling terdampak adalah kuda nil dan banteng. Sehingga
jumlah hewan harus dikurangi dengan cara dibunuh. Namun langkah ini ditentang
aktivis lingkungan karena membunuh 4.700 ekor banteng dan 750 ekor kuda nil
berpotensi untuk merusak populasi hewan-hewan langka itu. Direktur Taman
Nasional Kruger Navashni Govender mengatakan, kedua spesies ini sangat rentan
terhadap kekeringan. Dalam kekeringan serupa yang pernah terjadi beberapa
tahun lalu, jumlah kedua hewan ini menyusut hingga separuhnya. Para petinggi
taman nasional Kruger mengatakan, daging hewan-hewan yang dibunuh itu
nantinya akan disumbangkan kepada warga desa di sekitar taman yang hasil
pertaniannya hancur akibat kekeringan. Saat ini Taman Nasional Kruger memiliki
herbivora dalam jumlah sangat banyak yaitu 20.000 ekor gajah, 47.000 ekor
banteng dan 7.500 ekor kuda nil.
RESUME KONSEP KEPENGURUSAN FORESTATION 2014
Kepengurusan FORESTATION jika dilihat secara menyeluruh itu ada
berdasarkan isu-isu yang ada disekitarnya. Setelah mendapatkan isu yang ada di
sekitar, kepengurusan ini kemudian memetakan isu yang terkait dengan
FORESTATION di luar kawasan konservasi. Ketika dilakukan pengawalan isu,
otomatis semua program FORESTATION sesuai dengan isu yang dikawal dan tidak
boleh melakukan kegiatan lain seperti futsal, paduan suara, dsb. Hal itu tidak boleh
dilakukan karena tidak sesuai dengan isu yang diangkat oleh FORESTATION. Akan
tetapi ada pengecualian jika program tersebut dibungkus untuk sebuah sarana dalam
mempublikasikan isu tersebut.
Setelah mendapatkan isu-isunya maka ditetapkanlah beberapa program yang
dijalankan untuk mengawali isu dalam kawasan konservasi terlebih dahulu. Adapun
program FORESTATION tersebut diantaranya yaitu:
1. EKTERNAL
2. INTERNAL PUBLIKASI DAN PEMBERDAYAAN
OUTPUT
3. EDUKASI MASYARAKAT
4. EKSPLORASI

1. EKSTERNAL
FGB (Forestation Green Belt) : penunjang jaringan kerjasama untuk pembiayaan
program lain.
Target kerjasama (partner) FGB = Company, NGO, Goverment, Pers, dan
Kampus
2. INTERNAL
Program internal adalah kegiatan untuk meningkatkan skill anggota yang mana
terdiri dari:
a. Medinfo : membuat buletin dan mengelola WEB.
b. Keilmuan : pengamatan KP3, pelatihan skill di lapangan
c. Jangker : studi banding, DIES, dll.
d. PSPM : BKG, diskusi, makrab, sidang umum, dan seminar hasil
e. SekBen : surat menyurat

Tujuan dari program ini yaitu membuat pondasi dasar untuk edukasi dan
eksplorasi.

3. EDUKASI
a. Edu-Ecotourism : memanfaatkan area kampus sebagai sarana ekowisata
berbasis pendidikan dengan harga yang ekonomis (segi marketing).
b. Vokal Edu : lebih ke permintaan masyarakat (segi volunteer).
4. EKSPLORASI
a. Jelajah Konservasi (JK) : Pengenalan lapangan, eksplorasi tanpa adanya
metode penelitian, dan mencari data awal untuk Penelitian Bersama.
b. Penelitian Bersama (PB) : Penelitian dengan menggunakan metode penelitian
terkait dengan permasalahan yang ada dan masih berkaitan dengan JK.
c. Monitoring : mengawasi perkembangan tempat JK dan PB setiap bulannya.

OUTPUT:
Pembuatan buku
Pemberdayaan dengan cara membantu masyarakat dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan.
Publikasi : Seminar Hasil (talkshow di kampus), presentasi data (Bapeda), RRI
(mengenalkan FORESTATION), artikel, dan WEB.

IDE PROGRAM JIKA MENJADI SALAH SATU PENGURUS FORESTATION


Ide program konservasi jika saya menjadi salah satu pengurus
FORESTATION yaitu melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi populasi dan ekologi fauna
di dalam dan di luar kawasan konservasi, interaksi manusia dengan fauna disana
terutama di daerah perbatasan hutan dan pemukiman, serta tingkah lakunya.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan adalah
penyadartahuan (outreach education program) tentang pentingnya menjaga
lingkungan dan satwa kepada siswa sekolah dasar di daerah perbatasan hutan dan
pemukiman masyarakat. Program ini dengan kata lain yaitu melakukan sosialisasi dan
memberikan arahan kepada masyakat tentang pentingnya satwa disekitar mereka dan
menyadarkan kepada mereka agar kita harus / berkewajiban menjaga kelestarian
satwa-satwa tersebut.

KONSEP DAN DOKUMENTASI EDU-ECOTOURISM

Adapun konsep edu-ecotourism adalah mengarah pada pendidikan masyarakat


khususnya anak usia dini yaitu dengan mengadakan penyuluhan terkait fungsi hutan
dan satwa kepada mereka. Selain itu memberikan materi dan permainan tentang
lingkungan kepada murid-murid di taman kanak-kanak sehingga kecintaan alam
mereka dapat tertanam sejak usia dini.

Berikut adalah dokumentasi dari program ini:

Anda mungkin juga menyukai