A. Pendahuluan
Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan (seizure) berulang
sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermiten, yang disebabkan
serupa (stereotipik), berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau tanpa
Sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinik epilepsi yang
terjadi secara bersama-sama, yang berhubungan dengan etiologi, umur, onset, jenis
Epilepsi general merupakan salah satu tipe epilepsi yang melibatkan kedua
hemisfer serebral, dapat berupa primary generalized seizure maupun diawali partial
B. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan prevalensinya antara 0.5-4%. Rata-rata prevalensi epilepsi 8.2 per 1.000
penduduk. Sedangkan insiden epilepsi di negara berkembang mencapai 50-70 kasus
Prevalensi epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi (usia < 15 tahun),
menurun pada dewasa muda dan usia pertengahan, kemudian meningkat lagi pada
A. Etiologi
kriptogenik. Pada etiologi simtomatik, bangkitan epilepsi dapat disebabkan oleh lesi
kongenital, dapat juga disebabkan oleh kelainan metabolik seperti hipoglikemia, atau
disebabkan oleh pengaruh racun seperti alkohol. Sebaliknya, untuk etiologi idiopatik,
genetik tanpa disertai lesi struktural. Sedangkan pada etiologi kriptogenik, epileptic
B. Patofisiologi
Otak terdiri dari sekian milyar sel neuron yang satu dengan lainnya saling
berhubungan. Hubungan antar neuron tersebut terjalin melalui impuls listrik dengan
bahan perantara kimiawi yang dikenal sebagai neurotransmiter. Dalam keadaan
normal, lalu-lintas impuls antar neuron berlangsung dengan baik dan lancar. Apabila
mekanisme yang mengatur lalu-lintas antar neuron menjadi kacau karena adanya
breaking system pada otak terganggu, maka neuron-neuron akan bereaksi secara
abnormal.
di area otak yang tidak mengikuti pola yang normal, sehingga terjadilah apa yang
disebut sinkronisasi dari impuls. Sinkronisasi ini dapat mengenai pada sekelompok
kecil neuron atau kelompok neuron yang lebih besar atau bahkan meliputi seluruh
neuron di otak secara serentak. Lokasi yang berbeda dari kelompok neuron yang ikut
oksipitalis). Hambatan oleh GABA ini dalam bentuk inhibisi potensial post
sinaptik.
impuls epileptik yang berlebihan. Disini fungsi neuron penghambat normal tapi
sistem pencetus impuls (eksitatorik) yang terlalu kuat. Keadaan ini ditimbulkan oleh
Pada dasarnya otak yang normal itu sendiri juga mempunyai potensi untuk
bahwa untuk timbulnya kejang sebenarnya ada tiga kejadian yang saling terkait :
1. Perlu adanya pacemaker cells yaitu kemampuan intrinsic dari sel untuk
menimbulkan bangkitan.
2. Hilangnya postsynaptic inhibitory control sel neuron.
3. Perlunya sinkronisasi dari epileptic discharge yang timbul.
otak, stroke, kelainan herediter dan lain-lain) sebagai fokus epileptogenesis dapat
terganggu fungsi neuronnya (eksitasi berlebihan dan inhibisi yang kurang) dan akan
subkortek, thalamus, batang otak dan seterusnya. Kemudian untuk bersama-sama dan
eksitasi selesai dimulailah proses inhibisi di korteks serebri, thalamus dan ganglia
EEG dapat terlihat sebagai perubahan dari polyspike menjadi spike and wave yang
makin lama makin lambat dan akhirnya berhenti. Dulu dianggap berhentinya
serangan sebagai akibat terjadinya kelelahan neuronal. (karena kehabisan glukosa dan
tertimbunnya asam laktat). Namun ternyata serangan epilepsi bisa terhenti tanpa
C. Pembagian/ klasifikasi
(ILAE) terdiri dari dua jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi untuk jenis bangkitan
1. Serangan parsial
2. Serangan umum
a. Absans (Lena).
b. Mioklonik.
c. Klonik.
d. Tonik.
e. Atonik (Astatik).
f. Tonik-klonik.
lengkap).
Klasifikasi ILAE tahun 1981 di atas ini lebih mudah digunakan untuk para
1. Serangan fokal yaitu bangkitan epileptik yang dimulai dari fokus yang
terlokalisir di otak.
2. Serangan umum yaitu bangkitan epileptik terjadi pada daerah yang lebih
A. Idiopatik (primer)
B. Simptomatik (sekunder)
Syndrome).
2. Sindrom dengan bangkitan yang dipresipitasi oleh suatu rangsangan
3. Lobus temporalis.
4. Lobus frontalis.
5. Lobus parietalis.
6. Lobus oksipitalis.
2. Epilepsi Umum dan berbagai sindrom epilepsi berurutan sesuai dengan
peningkatan usia.
A. Idiopatik (primer)
C. Simtomatik
dini dengan burst suppression, dan epilepsi simtomatik umum lainnya yang
1. Bangkitan neonatal.
2. Epilepsi mioklonik berat pada bayi.
3. Epilepsi dengan gelombang paku (spike wave) kontinyu selama tidur dalam.
4. Epilepsi afasia yang didapat (Sindrom Landau-kleffner).
5. Epilepsi yang tidak terklasifikasikan selain yang di atas.
a. Kejang demam.
b. Bangkitan kejang / status epileptikus yang timbul hanya sekali (isolated).
c. Bangkitan yang hanya terjadi jika terdapat kejadian metabolik akut, atau
menurun. Terjadi sekitar 20-60 detik, sering saat tidur. (abduksi bahu dan
elevasi lengan).
b. Disertai jeritan dan Apneu.
c. Kerusakan otak menyeluruh dan Gangguan belajar.
selama 10-30 detik, ekstensi aksial, bola mata ke atas, rahang mengatup kuat,
gerakan kejang pada kedua lengan dan tungkai serta otot rahang dan wajah
(fase klonik) selama 30-60 detik, dapat disertai mulut berbusa terkadang
b. Kedua kelopak mata turun, kepala terangguk, badan terkulai, dan jatuh
a. Berkembang dari bangkitan partial sederhana atau kompleks yang dalam waktu
gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi telinga
atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus, kecanduan
alkohol atau obat terlarang, kanker, dan penyakit sistemik lainnya. Pemeriksaan fisik
yang sangat hati-hati pada daerah kulit dapat menemukan tanda-tanda penyakit
metabolik, dan asimetris tungkai dapat memberikan tanda terhadap cedera otak pada
kardiovaskular.
Semua pasien memerlukan pemeriksaan neurologi yang lengkap, dengan
pada status mental (termasuk memori, fungsi bahasa, dan berfikir abstrak) dapat
menunjukkan lesi pada lobus anterior frontal, parietal, atau temporal. Dengan
menguji lapangan pandang, akan membantu mencari lesi pada jalur optikus dan lobus
oksipital. Tes skrining pada fungsi motor seperti pronator drift, deep tendon reexes,
gait, dan koordinasi dapat menunjukkan lesi pada motor korteks, dan uji sensoris
E. Pemeriksaan Penunjang
sebagai berikut.
Rekaman EEG sebaiknya dilakukan saat bangun tidur dengan stimulasi fotik,
EEG interiktal (di luar bangkitan) pada orang dewasa dapat ditemukan sebesar 29-
38%. Pada pemeriksaan ulang gambaran epileptiform dapat meningkat menjadi 59-
77%.
Bila EEG pertama normal sedangkan persangkaan epilepsi sangat tinggi,
maka dapt dilakukan EEG ulangan dalam 24-48 jam setelah bangkitan atau dilakukan
dengan persyaratan khusus, misalnya kurangi tidur (sleep deprivation), atau dengan
Pada bangkitan absence tipikal gambaran EEG tampak general, simetris, 3-Hz
lebih dari beberapa detik dan berkorelasi dengan tanda-tanda klinis. Hiperventilasi
cepat voltase rendah yang general secara progresif, diikuti amplitudo tinggi yang
gambaran sinkronisasi tipikal, generalized spikes and waves pada setiap elektroda.
wave discharges, diikuti segera oleh gelombang lambat yang luas yang berkorelasi
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dibanding CT Scan. MRI dapat mendeteksi
sclerosis hipokampus, disgenesis kortikal, tumor, dan hemangioma cavernosa.
terapi pembedahan. 6
Pemeriksaan laboratorium
leukosit, hematkrit, trombosit, hapusan darah tepi, serum elektrolit (natrium, kalsium,
magnesium), kadar gula, fungsi hepar (SGOT, SGPT, gamma GT, alkali
fosfatase), ureum, kreatinin, dan lainnya atas indikasi. Untuk pemeriksaan cairan
serebrospinal dilakukan jika dicurigai ada infeski pada sistem saraf pusat. Selain itu
metabolic bawaan.
F. Diagnosis
Beberapa hal pada anamnesis yang perlu digali adalah: pola/bentuk bangkitan,
selama dalam kandungan sampai perkembangan anak, riwayat terapi epilepsi, dan
Diagnosis epilepsi ditegakkan atas dasar adanya gejala dan tanda klinik dalam
bentuk bangkitan epilepsi berulang (minimal 2 kali) yang ditunjang oleh gambaran
G. Diagnosa banding
Pseudoseizure
Sinkope
H. Terapi
Tujuan utama terapi pada epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal
untuk pasien sesuai dengan perjalanan penyakit epilepsi dan disabilitas fisik maupun
mental yang dimilikinya. diperlukan beberapa upaya untuk mencapai tujuan tersebut,
efek samping/dengan efek samping yang minimal, menurunkan angka kesakitan dan
kematian.
pilihan sesuai dengan jenis bangkitan dan jenis sindrom epilepsi. Obat diberikan
mulai dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif tercapai atau timbul
efek samping.
bangkitan, ditambahkan OAE kedua. Bila OAE kedua telah mencapai kadar terapi,
OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapt diatasi dengan
dihentikan tanpa kekambuhan pada 60% pasien. Pada anak-anak penghentian OAE
Tipe bangkitan OAE lini pertama OAE lini kedua OAE lini ketiga
umum (tambahan) (tambahan)
Lamotrigine Zonisamide
Levetiracetam CLobazam
Zonisamide Carbamazepine
Phenobarbital
Phenitoin Zonisamide
Phenobarbital Primidone
Topiramate
I. Prognosis
faktor penyebab, saat pengobatan dimulai, dan ketaatan minum obat. Pada umumnya
dapat dicegah dengan obat-obat, sedangkan sekitar 50 % pada suatu waktu akan dapat
berhenti minum obat. Serangan epilepsi primer, baik yang bersifat kejang umum
maupun serangan lena atau melamun atau absence mempunyai prognosis terbaik.
Sebaliknya epilepsi yang serangan pertamanya mulai pada usia 3 tahun atau yang
disertai kelainan neurologik dan atau retardasi mental mempunyai prognosis yang
umumnya jelek.
DAFTAR PUSTAKA
Sciences.
3. Thomas S. 2009. Idiopathic Generalised Epilepsi. Michael Medical Journal.
4. Henry M, Thomas R. 2012. Seizures and Epilepsy : Pathophysiologi and