Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Tn. J (72 Tahun) masuk ke rumah sakit dengan diagnosa Abses Hepar.
Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh
infeksi. Pada tanggal 10 10 2016 pasien masuk rumah sakit dengan keluhan
Sejak 1 bulan yang lalu benjolan di perut semakin lama semakin membesar.
Sejak 1 minggu sebelum dirawat benjolan di perut semakin membesar. Demam
hilang timbul. Tidak BAB sejak 2 minggu yang lalu, mual (-), muntah (-), BAK
warna coklat tua, berat badan menurun drastis sejak sakit, nafsu makan.
menurun, pasien mengatakan tidak mau makan, setiap di isi perutnya terasa
sesak dan penuh. Pasien mengatakan pernah dirawat 1 bulan yang lalu dengan
keluhan yang sama tetapi benjolan di perut tidak terlalu besar. Hasil USG
abdomen tanggal 07-09-2016 : masa hepar lobus kiri
Pengkajian di dapatkan hasil, Keadaan umum : baik, Tanda-tanda vital:
TD: 120/80 mmHg; RR: 22 x/menit; N: 88 x/menit; S: 36,5 C. Pasien
mengatakan perut membesar sejak 1 bulan yang lalu, Pasien mengatakan Perut
terasa tegang saat berbaring, Pasien mengatakan perut terasa sakit saat
bergerak, Pasien mengatakan perut terasa sakit saat di pegang, Pasien
mengatakan tidak ada nafsu makan, Pasien mengatakan kalau makan perut
terasa penuh, Pasien mengatakan berat badan turun sejak sakit, Pasien
mengatakan mudah lelah setelah aktivitas, Pasien mengatakan sulit berjalan
karena kaki terasa lemah, Pasien mengatakan kebanyakan aktivitasnya dibantu
keluarga dan perawat, Pasien mengatakan perut membesar sejak 1 bulan yang
lalu, Pasien mengatakan Perut terasa tegang saat berbaring, Pasien mengatakan
perut terasa sakit saat bergerak, Pasien mengatakan perut terasa sakit saat di
pegang, Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, Pasien mengatakan kalau
makan perut terasa penuh, Pasien mengatakan berat badan turun sejak sakit,
Pasien mengatakan mudah lelah setelah aktivitas, Pasien mengatakan sulit
berjalan karena kaki terasa lemah, Pasien mengatakan kebanyakan aktivitasnya
dibantu keluarga dan perawat
Dari sini dapat dketahui bahwa penyebab abses hepar yang nampak ada
benjolan di perut yang dialami oleh Tn. M kemungkinan besar disebabkan oleh
infeksi bakteri. Sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa daerah yang
terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color (hangat),
dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan) hal tersebut juga dialami oleh Tn. M.
Menurut muttaqin dan sari (2011) adanya invasi bakteri dan melakukan infeksi
ke lapisan dermis atau subkutis biasanya terjadi setelah adanya suatu luka atau
gigitan di kulit. Kondisi invasi kemudian berlanjut hingga terjadi kerusakan
saraf perifer dan menimbulkan sensasi nyeri. Kondisi demikian terus berlanjut
hingga invasi bakteri menyebar ke jaringan yang lebih dalam. Respon imun
untuk melawan bakteri yang masuk menimbulkan manifestasi berupa
kemerahan pada kulit dan teraba hangat pada lokasi terjadinya infeksi.

B. Diagnosa Keperawatan dan Implementasi


Setelah penulis mendapatkan data, dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan
yang muncul pada Tn, M diagnosa:
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera Biologis (infeksi dan
peradangan). Penulis menegakkan data berdasarkan (NANDA, 2015),
dengan penjelasan sebagai berikut:
Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan
melaporkan adanya sensasi tidak nyaman atau ketidaknyamanan yang
parah, yang berlangsung selama satu detik sampai kurang dari 6
bulan (Carrpenito, 2009). Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai
diagnose keperawatan yang kedua karena diagnosa ini saat pengkajian
yang paling klien keluhkan adalah nyeri pada perut bagian atas, diagnosa
ini didasarkan pada triage consept yaitu penulis memprioritaskan masalah
yang perlu penanganan perawatan yang tepat, tidak mengancam
kehidupan, tetapi mengancam gangguan kesehatan yang lebih berat,
masalah ini bila tidak segera ditangani akan mengganggu aktivitas sehari-
hari.
Peran perawat dalam menciptakan lingkungan yang memungkinkan
terjadinya penyembuhan dengan menekankan caring terhadap seseorang
secara menyeluruh. Masalah nyeri akut dan ansietas atau kecemasan dapat
di atasi peneliti dengan cara mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
pada implementasi. Pengkombinasian antara teknik non-farmakologi dan
teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan
nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat. Salah satu manajemen non-
farmakologi adalah teknik relaksasi, dimana teknik relaksasi ini
bermanfaat mengurangi ketegangan otot yang akan mengurangi intensitas
nyeri (Smeltzer, 2002).
Kekuatan dari tindakan keperawatan ini klien dan keluarga kooperatif
sehingga tindakan mandiri perawat dan kolaborasi dapat di laksanakan
dengan baik. Kelemahan yang ditemukan oleh penulis pada tindakan tidak
dapat seluruhnya dilakukan secara sempurna karena klien masih
merasakan nyeri. Untuk mengatasi masalah nyeri penulis memakai kriteria
waktu 3 x 24 jam, dan evaluasi yang diharapkan adalah nyeri berkurang
atau bahkan hilang dalam jangka waktu yang cukup.
Adapun evaluasi yang penulis dapatkan tanggal 16 oktober 2016
yaitu, Data subyektif, klien mengatakan nyeri pada perut sedikit
berkurang, skala nyeri 4-5. Data obyektif, klien tampak lebih rileks,
kesadaran composmentis. Assesment, masalah teratasi sebagian. Planning,
lanjutkan mengkaji KU dan TTV, lanjutkan intervensi mengkaji tingkat
nyeri, lanjutkan intervensi memberikan obat sesuai program terapi. (pasien
akan di rujuk ke RS M Jamil Padang karen Kn dilakukan CT scan untuk
melihat lebih dalam apakah benjolan pada perut pasien tumor atau kanker)
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Kurang asupan makanan (metabolisme nutrisi yang menurun).
Penulis menegakkan data berdasarkan (NANDA, 2015), dengan
penjelasan sebagai berikut:
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu
keadaan dimana individu yang tidak puasa atau mengalami beresiko
penurunan berat badan karena tidak adekuatnya asupan atau metabolisme
zat nutrisi untuk kebutuhan metabolik (Carrpenito, 2009)
Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai diagnose keperawatan
yang kedua karena diagnosa ini mencerminkan kebutuhan jangka panjang
klien (Potter, 2005). Adapun implementasi dan rasional untuk mengatasi
diagnosa 2 yaitu :
Kaji kebiasaan makan klien
Rasional :Untuk mengetahui pola makan klien
Berikan makan sedikit tapi sering
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan masukan, juga mencegah distensi gaster
Usahakan untuk memberikan makanan kecil setiap kira-kira 1 jam
sesuai kebutuhan
Rasional : Makanan dalam jumlah yang besar mungkin terlalu banyak
untuk klien yang mengakibatkan kesulitan dalam menelan
Timbang berat badan
Rasional : Dengan menimbang BB dapat mengetahui tentang
kebutuhan diit atau keefektifan terapi
Berikan perawatan oral secara teratur
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan peroral
Kekuatan dari tindakan keperawatan ini klien dan keluarga kooperatif
sehingga tindakan mandiri perawat dan kolaborasi dapat dilaksanakan
dengan baik. Kelemahan yang ditemukan oleh penulis pada tindakan tidak
dapat dilakukan secara sempurna karena klien belum mampu merubah
pola kebiasaan makan.
Untuk mengatasi masalah diatas, penulis memakai kriteria waktu 3x24
jam dan diharapkan nutrisi klien terpenuhi dengan criteria hasil: klien
makan habis 1 porsi, tidak terjadi penurunan BB, tidak muntah saat
makan. Dalam jangka waktu 3x24 jam yaitu sasaran diharapkan tercapai
dalam waktu yang diharapkan. (Potter, 2005)
Adapun evaluasi yang penulis dapatkan tanggal 16 oktober 2016
yaitu, Data subyektif, klien mengatakan nafsu makan bertambah, Data
obyektif, klien makan habis porsi makanan yang diberikan dari rumah
sakit, Assesment, masalah teratasi sebagian, Planning, lanjutkan intervensi
mengkaji pola makan klien, lanjutkan intervensi menganjurkan klien untuk
makan sedikit tapi sering. Masalah belum teratasi semua karena benjolan
belum teratasi mengakibatkan pasien merasa penuh dan sesak saat diisi.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
pengaturan
efisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti
ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan
kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari
lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.
Ketidak cukupan cairan pada kasus ini bisa disebabkan karena pasien
Anoreksia, Mual, Tidak ada cairan yang masuk
4. Intoleransi aktivitas. Penulis menegakkan data berdasarkan (NANDA,
2015), dengan penjelasan sebagai berikut:
Intoleransi aktivitas Suatu keadaan ketidak cukupan energi secara
fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan atau
menyelesaikan aktivitas sehri-hari yang dibutuhkan atau diinginkan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum
pada pasien tujuan utama dari perncanaan diagnosa adalah diharapkan
pasien mampu mencapai Selfe care : ADLS, perencanaan untuk diagnosa
ini sesuai dengan Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing
Outcomes Classification (NOC), yaitu kaji adanya faktor kelelahan,
observasi dalam melakukan aktivitas, kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelemahan, bantu ADLS pasien, anjurkan pasien untuk
istirahat, jaga agar rambut tetap bersih, monitor kondisi umum pasien dan
monitor TTV dari semua perencanan bisa dilakukan.
Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa intoleransi
aktivitas adalah klien mampu melakukan akvitias sesuai dengan toleransi
tubuh. Kriteria hasil yang akan dicapai dari rencana tindakan keperawatan
tersebut yaitu klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri, kelamahan/ lemas dan sesak
napas berkurang ketika beraktivitas, Rencana tindakan mandiri
keperawatan yang disusun mahasiswa dalam mengatasi masalah
intoleransi aktivitas meliputi kaji tingkat toleransi klin terhadap akvitas
yang dilakukan, catat respon klien sebelum, selama atau setelah
beraktivitas, kaji atau monitor tanda-tanda vital, anjurkan klien untuk
isirahat, anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan klien
yang belum dapat dilakukan mandiri, evaluasi tingkat atau level toleransi
toleransi aktivitas klien, dan ajarkan klien secara bertahap latihan aktivitas
sesuai dengan kondisi klien.
Adapun evaluasi yang penulis dapatkan tanggal 16 oktober 2016
yaitu, Data subyektif, klien mengatakan setiap bergerak merasa sakit dan
tidak mampu karena benjolan di perut terasa nyeri apabila bergerak, pasien
pun mengatakan kaki terasa seperti mau lepas, Data obyektif, pasien masih
belum bisa bergerak dengan leluasa karena kelemahan pada kaki dan
sensai nyeri yang timbul dari benjolan diperut, Assesment, masalah belum
teratasi, Planning, lanjutkan intervensi sebaiknya keluarga dan perawat
selalu membantu pasien untuk memenuhi kebutuhanya. Masalah belum
teratasi semua karena benjolan belum teratasi mengakibatkan pasien
merasa nyeri dan keadaan lemah karena metabolisme nutrisi yang
menurun.

C. Implementasi
Intervensi yang telah disusun semuanya dapat diimplemantasikan
dengan lancar tanpa hambatan apapun. intervensi yang telah disusun
diimplementasikan selama tiga hari. Hasil implementasi dievaluasi, semua
intervensi dari setiap diagnosa diimplementasikan setiap hari.

D. Evaluasi
Hasil evaluasi menunjukan bahwa pasien belum mengalami perubahan
yang berarti dari nyeri yang berkurang tapi belum teratasi keseluruhan karena
benjolan yang di perut belum juga teratasi. Masalah yang kedua ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan belum teratasi semua karena
benjolan belum teratasi mengakibatkan pasien merasa penuh dan sesak saat
diisi makanan. Masalah intoleransi aktivitas Masalah belum teratasi semua
karena benjolan belum teratasi mengakibatkan pasien merasa nyeri dan
keadaan lemah karena metabolisme nutrisi yang menurun.

Anda mungkin juga menyukai