Anda di halaman 1dari 7

Azzahra Afifah

04011181419011
1.1 Bagaimana hubungan usia, riwayat obstetri, dengan vaginal discharge pada kasus? 2 5
Usia: Pada kasus adalah kelompok pasangan usia subur (usia 20-35 tahun) yang merupakan sasaran langsung
untuk mewujudkan Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (Hartanto, 2004).
Kelompok orang pada risiko tertinggi untuk leukorea yaitu usia 30-44 tahun (1,6 kali) dan usia 15-29 tahun (2,6
kali), hal ini berkaitan dengan pengaruh estrogen.
Pada masa reproduksi wanita, karena terjadi kenaikan estrogen, umumnya epitel kolumnar endoserviks
lebih keluar ke arah porsio sehingga tampak bagian merah mengelilingi ostium uteri internum. Bila daerah
merah ini terkelupas akan terjadi erosi dan memudahkan terjadinya infeksi penyerta dari flora normal di vagina
sehingga timbul leukorea.
Selama ovulasi, mukus pada cervix menjadi lebih encer, berair dan pHnya lebih alkali dibanding
sebelumnya, kondisi ini dibuat sedemikian rupa agar dapat mendukung migrasi sperma. pH yang lebih alkali
meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi pathogen karena Lactobacillus douderlein mengeluarkan
bakteriosin dan hydrogen peroksida pada keadaan asam.
Selama masa subur perempuan mengalami risiko peningkatan infeksi, yang memicu keputihan; selain
juga berbagai gangguan infeksi Penyakit Seksual Menular lain. Menurut Miguel Relloso, peneliti dari
Universitas Complutens di Madrid, Spanyol, hal tersebut terjadi karena sistem kekebalan tubuh terprogam
untuk melemah pada masa subur dengan tujuan memberikan kesempatan pada sperma yang pada dasarnya
adalah unsur asing bagi tubuh perempuan untuk tetap hidup, dan mencapai sel telur, agar terjadi pembuahan.
Riwayat Obstetri: pada kasus nullipara dan pada kasus keluhan terjadi sejak 2 tahun lalu.

Berdasarkan penelitian Wahyuningsih dan Mulyani (2014) bahwa sebagian besar responden yang
memiliki paritas 3 kali lebih berisiko mengalami lesi prakanker serviks dibanding dengan responden yang
memiliki paritas 3 kali meningkatkan risiko kanker serviks sebesar 5.5 kali lebih besar. Kanker serviks
merupakan masalah kesehatan reproduksi wanita atau salah satu penyakit yang dialami wanita. Keputihan yang
tidak diobati akan mengakibatkan infeksi dan terjadinya kanker leher rahim (Shadine, 2012). Multiparitas
diduga menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa usia
reproduksi dan jumlah paritas dapat mempengaruhi munculnya keluhan keputihan.

Keputihan penyakit, apapun penyebabnya, perlu diobati sebelum hari perkawinan, agar tidak menulari pasangan
hidup nantinya. Selain itu, komplikasi yang mungkin akan timbul, bisa buruk dampaknya terhadap kesuburan.
Bisa jadi infeksi akan menjalar sampai ke bagian organ reproduksi yang lebih atas, yakni ke rahim dan saluran
telur. Jika masih juga keputihan saat memasuki hari perkawinan, sering lebih sukar menyembuhkannya sebab
kemungkinan akan terjadi apa yang disebut sebagai fenomena pingpong. Artinya setelah diobati, dan pihak
istri sembuh, namun bila suami tak diobati, sewaktu berhubungan seks, suami yang sudah tertular istri akan
menulari kembali istri yang sudah diobati dan sembuh. Dan begitu juga seterusnya sehingga keputihan istri tak
kunjung selesai sembuh. Maka, jika istri kedapatan keputihan, suami pun sekaligus perlu diobati juga kalu
terbukti positif.

Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor Albus Patologis Yang Disebabkan Oleh infeksi Pada Penderita Rawat
Jalan Di Klinik Ginekologi Rumah Sakit Umum Dr.Kariadi Semarang. Semarang: Bagian Obstetri Dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2004. Diunduh dari:

http://eprints.undip.ac.id/12387/1/2004PPDS3634.pdf
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R1115032_bab5.pdf
1.2 Apa makna tidak ada keluhan tentang siklus menstruasi dan tidak menggunakan alat
kontrasepsi? 11 2
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif untuk mencegah
terjadinya konsepsi. Keputihan dapat disebabkan karena penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung
hormonal dalam pemakaian kontrasepsi hormonal, keputihan meningkat 50% dibandingkan dengan wanita yang
tidak memakai kontrasepsi hormonal. Dalam penelitian Syahlani dkk (2013), bahwa penggunaan kontrasepsi
hormonal suntik, pil dan implant dapat menyebabkan keputihan dikarenakan kadar estrogen dan progesteron
yang dikandung oleh kontrasepsi hormonal tersebut. Terjadinya keputihan dalam menggunakan kontrasepsi
hormonal suntik sesuai dengan teori Sulistyawati (2013) karena hormon progesteron mengubah flora dan pH
vagina, sehingga jamur mudah tumbuh dan menimbulkan keputihan. Lama pemakaian kontrasepsi hormonal
menyebabkan ketidakstabilan ekosistem pada vagina akan menyebabkan keputihan. (Pudiastuti, 2010).
Terganggunya siklus menstruasi juga bisa disebabkan karena pemakaian kontrasepsi hormonal. Jadi, maknanya
ialah menyingkirkan leucorrhea yang disebabkan oleh alat kontrasepsi.

1.3 Apa peran suami dalam faktor infertilitas? 2 5


a. Kelainan pada Alat Kelamin
1. Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada permukaan testis
2. Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung kemih
3. Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju buah zakar terlalu besar, sehingga jumlah
dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya untuk
menimbulkan kehamilan
4. Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun
b. Kegagalan Fungsional
1. Kemampuan ereksi kurang
2. Kelainan pembentukan spermatozoa
3. Gangguan pada sperma
c. Gangguan di Daerah Sebelum Testis (Pre Testicular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH
dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya
produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen. Terapi yang
bisa dilakukan untuk peningkatan testosteron adalah dengan terapi hormon.
d. Gangguan di Daerah Testis (Testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi,
selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam
proses produksi, testis sebagai pabrik sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu
3435 C, sedangkan suhu tubuh normal 36,537,5 C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 23 C saja, proses
pembentukan sperma dapat terganggu.
e. Gangguan di Daerah Setelah Testis (Post Testicular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya
karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit (seperti
tuberkulosis), serta vasektomi yang memang disengaja.
f. Tidak Adanya Semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka
sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang
memengaruhi tulang belakang.
g. Kurangnya Hormon Testosteron
Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
h. Gangguan pada Hubungan Seksual
Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi
prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia.
i. Faktor Psikologis
-Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
-Masalah dalam pendidikan
j. Emosi karena Didahului Orang Lain Hamil
k. Faktor Usia
Penelitian menunjukkan hanya sepertiga pria berumur diatas 40 tahun yang mampu menghamili istrinya
dalam waktu 6 bulan dibanding dengan pria yang berumur dibawah 25 tahun. Selain itu, usia yang semakin tua
juga mempengaruhi kualitas sel sperma (Kasdu, 2001)
l. Gaya Hidup
Gaya hidup yang dimaksud adalah pola makan dan kebiasaan sehari-hari. Merokok dapat menjadi salah
satu penyebab infertilitas. Di samping itu penyalahgunaan obat narkotika juga dapat menurunkan produksi
hormon reproduksi.

Vaginal toucher:
Portio was firm, closed external os., uterine corpus within normal limit, left and right adnexal and
parametrial within normal limit, douglas pouch within normal limit.
1.4 Apa makna klinis dari hasil pemeriksaan vaginal toucher? 11 2
Normal

1.5 Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan IVA? (+ gambaran
interpretasi) 2 5

Mekanisme abnormalitas:
Asam asetat akan memperngaruhi sel epitel yang tidak normal dan akan meningkatkan osmolaritas cairan
ekstraseluler Cairan ekstraseluler menjadi hipertonik, sehingga membuat cairan intra seluler masuk ke cairan
ekstra selulerJarak antar sel menjadi dekat, akibatnya cahaya yang datang tidak menginfiltrasi stroma
Cahaya tersebut akan dipantulkan kembali dan membuat permukaan epitel yang abnormal menjadi berwarna
putih.
1.6 Bagaimana patofisiologi dan patogenesis dari diagnosis kerja?11 2 8
Ny. Retno 30 tahun (masa reproduksi wanita/usia subur) umumnya epitel kolumnar endoserviks lebih
keluar ke arah porsio sehingga tampak bagian merah mengelilingi ostium uteri internum. Bila daerah merah ini
terkelupas akan memudahkan terjadinya infeksi di vagina sehingga timbul leukorea. Selama masa ovulasi juga
terjadi perubahan pH menjadi lebih alkali dan terjadi penurunan system imun.
Pada trikomonas vaginalis dinding vagina tampak merah dan sembab. Kadang terbentuk abses kecil pada
dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry
appearance. Bila sekret banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia
eksterna.
Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang berwarna hiperemis, sekret
yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks
dapat ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum.
Pada kandidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina, pada dinding vagina sering
terdapat membran-membran kecil berwarna putih, yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah.

1.7 Bagaimana prognosis dari diagnosis kerja? 2 5


Prognosis baik jika ditatalaksana dengan cepat dan tepat. Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata-rata
70 80% dengan regimen pengobatan yang telah dibahas sebelumnya. Kandidiasis mengalami kesembuhan
rata-rata 80 - 95%. Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata-rata 95%.

Anda mungkin juga menyukai