A. PENGERTIAN
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda.Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika
benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar
(metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah
bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat.Selain itu sel-sel
kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
(Erik T, 2005, hal : 39-40).
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang
berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang
payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor
ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai
tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun
jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011).
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat
adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker
pada jaringan payudara (Karsono, 2006).
Suatu keadaan di mana sel kehilangan kemampuannya dalam
mengendalikan kecepatan pembelahan dan
pertumbuhannya.Normalnya, sel yang mati sama dengan jumlah sel
yang tumbuh. Apabila sel tersebut sudah mengalami malignansi/
keganasan atau bersifat kanker maka sel tersebut terus menerus membelah tanpa
memperhatikan kebutuhan, sehingga membentuk tumor atau berkembang tumbuh baru
tetapi tidak semua yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen. (Daniele gale 1996).
B. ETIOLOGI
Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti telah
mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang faktor-faktor resiko
akan membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah kanker
payudara. Faktor-faktor resiko mencakup :
1. Tinggi melebihi 170 cm : wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena
kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja
membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang
diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2. Ca Payudara yang terdahulu : terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena
mammae adalah organ berpasangan.
3. Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter).
4. Menarke dini. Resiko Ca payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun.
5. Nulipara dan usia maternal. Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko mengalami knker payudara.
6. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun.
7. Riwayat penyakit payudara jinak.
8. Kontrasepsi oral.
9. Masukan alkohol setiap hari.
10. Hormon, diduga tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat
menyebabkan carcinoma mammae. Oleh sebab itu carcinoma mammae lebih
banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
11. pernah menjalani operasi ginekologi misalnya tumor ovarium.
12. pernah mengalami radiasi didaerah dada.
13. Pernah mengalami operasi pada payudara kelainan jinak atau tumor ganas
mammae.
14. Disebabkan oleh tumor yang terjadi karena trauma yang berulang-ulang iritasi
yang berjalan kronis oleh karena rangsangan oleh bahan-bahan kimiawi, zat
pewarna, sinar radioaktif.
15. Obesitas pasca maunopause.
C. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus,
sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara
kurang lebih 75% ke aksila.Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian
yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
2. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon.Perubahan
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas,
sampai ke klimakterium dan menopause.Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan
progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan
duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal.Kadang-kadang timbul benjolan
yang nyeri dan tidak rata.Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak
mungkin dilakukan.Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna
karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui.Pada kehamilan payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)
D. PATOFISIOLOGI
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri: proliferasi
sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan
sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi
yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam
sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya.Hampir semua
tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa
merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas.Hal ini tergantung dari sifat, jumlah,
dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya
terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan
individu.
2. fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang
bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung
kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel
ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai
beberapa tahun.
4. fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat
lain bertambah.
E. PATHWAYS
Massa
Gangguan
Citra Tubuh
Anemia Trombositopeni Lekopenia
Resti Infeksi
F. MANIFESTASI KLINIS
Pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di payuidara, rasa sakit, keluar
cairan dari puting susu, kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu, nyeri
tekan atau rabas khususnya berdarah, dari putting. Kulit Peau d orange, kulit tebal
dengan pori-pori yang menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi pada payudara
keduanya merupakan tanda lanjut dari penyakit.
Tanda dan gejala metastasis yang luas meliputi pembesaran kelenjar getah bening,
nyeri pada daerah bahu, pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis, batuk menetap,
anoreksi atau berat badan yang turun, gangguan pencernaan, pusing, penglihatan yang
kabur dan sakit kepala.
Ca payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara tetapi mayoritas
terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat.Ca
payudara umumnya terjadi pda payudara sebelah kiri.Umumnya lesi tidak terasa nyeri,
terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur.Keluhan nyeri yang menyebar pada
payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan
penyakit payudara jinak. Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan adanya Ca payudara
pada tahap lanjut
G. KOMPLIKASI
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma.Hal ini terjadi jika
saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi
dengan adekuat.Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan
aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka.Apabila mereka diinstruksikan dengan
cermat dan didorong untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit selama
3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah perubahan bentuk tubuh
dan mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan yang menyulitkan.
Stadium IIa
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang
berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh.
Stadium IIb
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang
berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh.
Stadium IIIa
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) tanpa penyebaran jauh.
Stadium IIIb
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis
ke supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus (LN)
supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi /
menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema
pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan
pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis
sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum
menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi
tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh
Stadium IIIc
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis
kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna
dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular ipsilateral
Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-
paru, liver atau tulang rusuk.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium meliputi:
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara
dini.Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak
teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.Mammografi pada masa menopause
kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae
ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista.kadang-kadang
tampak kista sebesar sampai 2 cm.
4. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan
suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat.Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar
sisi tumor.
6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan
cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna
klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
8. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah
dengan sendimental dan sentrifugis darah.
K. PENCEGAHAN
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di
payudaranya.Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.Sebaiknya pemeriksaan
dilakukan sehabis selesai masa menstruasi.Sebelum menstruasi, payudara agak
membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai
berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.
Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian
yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke
dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu,
segeralah pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah
bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari
kanan.Periksalah apakah ada benjolan pada payudara.Kemudian periksa juga apakah
ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila
diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila
ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat
dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih,
segeralah pergi ke dokter.Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk
sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan
L. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan
yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi (pengangkatan
seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari
kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu
(5000-6000 rad).
b. Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral
otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila
d. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi
aksila.
e. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria
interna.
2. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker
lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe ,aksila, kekambuhan tumor
local atau regional setelah mastektomi.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,
coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 1600)
LANDASAN TEORI ASKEP
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan kanker payudara menurut Doenges, Marilynn E (2000)
diperoleh data sebagai berikut:
1. Aktifitas/istirahat:
Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan, pola
tidur (contoh, tidur tengkurap).
2. Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).
3. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
4. Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang diagnosa,
prognosis, harapan yang akan datang.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi pada
keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau perasaan lucu pada
jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya
mengindikasikan penyakit fibrokistik.
6. Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.
7. Seksualitas
Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan kesimetrisan
payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu, rabas puting yang tak
biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting meregang. Riwayat menarke dini (lebih
muda dari usia 12 tahun), menopause lambat (setelah 50 tahun), kehamilan pertama
lambat (setelah usia 35 tahun). Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung,
berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan atau panas
pada payudara. Puting retraksi, rabas dari puting (serosa, serosangiosa, sangiosa,
rabas berair meningkatkan kemungkinan kanker, khususnya bila disertai benjolan)
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari ibu atau
nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau ovarium.
Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat 4 hari.
Membutuhkan bantuan dalam pengobatan/rehabilitasi, keputusan, aktivitas perawatan
diri, pemeliharaan rumah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke kanan.
DO :
Klien nampak meringis
Klien nampak sesak
Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria :
Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
Nyeri tekan tidak ada
Ekspresi wajah tenang
Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi
selanjutnya.
b. Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara
efektif dan dapat mengurangi nyeri.
c. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
d. Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya
peningkatan nyeri.
e. Penatalaksanaan pemberian analgetik.
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri
tidak dipersepsikan.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta : EGC
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. J DENGAN POST OP CA MAMAE
DI RUANG KEPODANG DASAR RSUP. DR. KARIADI
SEMARANG
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. J
Usia : 59 Th.
No. Rekam Medis : C601909
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Curug RT/RW : 05/04 Kec. Larangan Kab. Brebes
Tanggal Masuk : 07-02-2017
Tanggal Pengkajian : 07-02-2017
Diagnosa Medis : Ca Mamae
3. Keluhan Utama
Nyeri hilang timbul di payudara sebelah kirinya rasanya seperti disayat-sayat dan
skala nyeri VAS = 3 dan nyerinya muncul saat beraktivitas.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 7 hari sebelum merencanakan operasi pasien
8. Tinjauan Sistem
a. Keadaan umum
Keadaan : lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4M6V5
b. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Suhu : 36,8 oC
c. Pemeriksaan fisik
1) Sistem pernafasan
Subyektif : Klien mengatakan tidak merasa sesak nafas atau merasa sakit
pada saat bernafas.
Obyektif :
Inspeksi : Pengembangan dada simetris. Tidak tampak penggunaan alat
bantu pernafasan, dada mengembang secara normal, tidak
terdapat pernafasan cuping hidung.
Palpasi : taktil fremitus teraba kanan dan kiri, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi : Vesikuler.
2) Sistem kardiovaskuler
Subyektif : Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat hipertensi atau
penyakit jantung.
Obyektif :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak.
Palpasi : ictus cordis teraba paada ICS 5 midclavikula siinistra, nyeri
tekan (-)
Perkusi : bunyi jantung redup.
Auskultasi : bunyi jantung S1-S2 normal, tidak ada suara tambahan jantung.
3) Sistem integument
Subyektif : tidak memiliki riwayat gangguan kulit seperti gatal-gatal,
alergi dll.
Obyektif : kulit berwarna coklat, sianosis (-), kulit tampak lembab, luka
disekitar operasi, turgor kulit baik, tidak ada abnormalitas
rambut dan kuku.
4) Sistem gastrointestinal
Subyektif : tidak memiliki riwayat penyakit gastritis, tidak ada mual/muntah,
nyeri ulu hati dan alergi makanan
Obyektif :
Inspeksi : tidak ada acites, bentuk perut normal, tidak ada bekas luka.
Auskultasi : peeristaltik usus 16 x/mnt.
Perkusi : timpani disemua kuadran.
Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran hati (-).
5) Sistem eliminasi BAB
Subyektif : klien mengatakan BAB 1 kali/hari dengan konsistensi
lembek, bau khas feses, warna kuning, nyeri saat BAB (-),
terakhir BAB 7-2-2017 pagi.
Obyektif : tidak ada hemoroid.
6) Sistem perkemihan
Subyektif : tidak memiliki riwayat penyakit ginjal/kandung kemih, tidak
ada rasa nyeri/terbakar saat kencing dan kesulitan BAK, tidak
ada hemturia dan rasa sakit saat berkemih
Obyektif : klien terpasang DC.
7) Sistem muskuloskeletal
Subyektif : klien mengatakan tangan, kaki dan badannya terasa lemah.
Obyektif : gerak (+), tonus otot normal, edema (-), sianosis (-) akral
hangat, CRT < 2 detik, kekuatan otot 5 5 .
5 5
8) Sistem pendengaran
Subyektif : klien mengatakan masih bisa mendengar dengan jelas.
Obyektif : daun telinga simetris antara kanan dan kiri, terdapat sedikit
serumen, keluar cairan (-), nyeri (-), tidak menggunakan alat
bantu pendengaran.
9) Sistem penglihatan
Subyektif : klien mengatakan tidak ada gangguan pada penglihatannya,
pandangan mata klien tidak kabur.
Obyektif : mata simetris, konjungtiva tidak anemis, ikterik (-), nyeri (-).
10) Sistem poersyarafan
klien tidak mengalami gangguan pada bagian syarafnya.
11) Pemeriksaan reflek
Reflek anggota gerak ekstremitas pasien tidak ada kelainan.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah pada tanggal 01-02-2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi paket
Hemoglobin 10,3 g/dL 12,00 - 15,00 L
Hematokrit 29,1 35 - 47 L
Eritrosit 3,04 106/uL 4,4 5,9 L
MCH 34,0 pg 27,00 32,00 H
MCV 95,9 fL 76 96
MCHC 35,5 g/dL 29,00 36,00
Leukosit 3,26 103/uL 3,6 11
ANC 1420/uL
Trombosit 315 10 3/uL 150 - 400
RDW 14,2 11,60 14,80
MPV 4,99 fL 4,00 11,00
Kimia Klinik
Glukossa sewaktu 91 mg/dL 80 160
Ureum 26 mg/dL 15 39
Kreatinin 0,9 mg/dL 0,60 1,30
Elektrolit
Natrium 142 mmol/L 136 145
Kalium 4,4 mmol/L 3,5 5,1
Chlorida 109 mmol/L 98 107
Koagulasi
Plasma Prothrombin Time (PPT)
Waktu 12,3 detik 11,0 14,5
prothrombin
PPT Kontrol 13,6 detik
Partial Thromboplastin Time (PTTK)
Waktu 27,6 detik 24,0 36,0
Thromboplasti 31,7 detik
n APTT kontrol
10. Terapi
B. ANALISA DATA
No. Hari/Tanggal Data Etiologi Problem
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal Diagnosa Tujuan
Rencana Tindakan
Jam Keperawatan Keperawatan
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl/
No. Dx Implementasi Respon TTD
Jam
F. EVALUASI
Hari/tgl/
No. Dx Evaluasi TTD
jam