Anda di halaman 1dari 29

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kp. Cilenjang, Ds. Sukamulya, Kec. Warung Kondang
Status : Menikah
Tanggal
o Masuk RS : 24 Desember 2016
o Keluar RS : 28 Desember 2016
No. Rekam Medis : 7754XX
b. Identitas Suami Pasien
Nama : Tn. U
Umur : 31 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
II. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Keluar cairan dari kemaluan
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ny. M usia 27 tahun G1P0A0 mengaku hamil 9 bulan datang ke IGD
kebidanan RSUD Sayang Cianjur dengan keluhan keluar cairan dari
kemaluan sejak jam 00.30 WIB. Pasien mengatakan tidak ada darah yang
keluar, mules (+), gerakan janin (+). Satu minggu lalu melakukan USG di
Klinik dr. Andi dan dikatakan, taksiran persalinan tanggal 19 Desember
2016.

c. Riwayat Haid
Menarche : 12 Tahun
Siklus Haid : 28 Hari
Lama Haid : 7 Hari
HPHT : 13 Maret 2016
Usia Kehamilan : 40-41 Minggu
Taksiran Persainan : 20 Desember 2016
d. Riwayat ANC
Pasien mengaku tidak teratur melakukan ANC dikarenakan keterbatasan
dalam hal keuangan. Pasien hanya melakukan ANC beberapa kali selama
kehamilan ketika pasien sedang dalam keadaan sakit.
e. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi apapun
f. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengaku tidak sedang menderita penyakit apapun dan tidak sedang
mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang lama.
g. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien beberapa kali mengalami demam saat hamil dan mengkonsumsi
obat demam yang diresepkan oleh dokter.
h. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikeluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit apapun.
i. Riwayat Pengobatan
Selama hamil pasien hanya mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh
dokter ketika sakit.
j. Riwayat Alergi
Alergi makanan ataupun obat disangkal.
k. Riwayat Psikososial
Pola makan 3x/hari, konsumsi alkohol dan rokok disangkal, olahraga
jarang.
III. Pemeriksaan Fisis
a. Keadaan Umum : Sakit Ringan
b. Kesadaran : Compos Mentis

c. Tanda Vital
i. Tekanan Darah : 130/90 mmHg
ii. Nadi : 80x/menit
iii. Napas : 20x/menit
iv. Suhu : 36,7oC
d. Antopometri
i. BB: 51 Kg
ii. TB: 143 cm
e. Status Generalis
i. Kepala : Normocephal
ii. Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
iii. Hiidung : Deviasi septum (-), sekret -/-, perdarahan -/-
iv. Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-)
v. Telinga: Normotia, serumen -/-, perdarahan -/-
vi. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening -/-
vii. Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dada simetris
Palpasi : Vocal premitus di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor
Auskultasi
o Paru : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
o Jantung : Bunyi jantung I & II reguler, Murmur (-),
Gallop (-)
viii. Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT <2detik, udem -/-
Bawah : Akral hangat, RCT <2detik, udem -/-
f. Status Obstetri
i. Pemeriksaan Luar
Abdomen
o Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Pembesaran abdomen, Linea nigra (+),
striae (+)

Palpasi
Leopold I : Bokong
Leopold II : PuKa
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Konvergen
Auskultasi
DJJ : 150-160x/menit
TFU : 35 CM
ii. Pemeriksaan Dalam
Porsio tebal lunak, 1 cm, ketuban (-), ketuban merembes warna
jernih.
iii. Pemeriksaan Panggul Dalam
Promontorium : Tidak teraba
Spina ischiadica : Agak menonjol
Distansia intertuberosum : 7 cm (kurang dari 1 kepalan
tangan)
IV. Pemeriksaan Penunjang (24-12-2016)
a. Hematologi Lengkap
b. Diffcount

c. Absolut

V. Resume
Ny. M usia 27 tahun G1P0A0 mengaku hamil 9 bulan datang ke IGD kebidanan
RSUD Sayang Cianjur dengan keluhan keluar cairan dari kemaluan sejak jam 00.30
WIB. Mules (+), gerakan janin (+). Satu minggu lalu melakukan USG di Klinik dr.
Andi dan dikatakan, taksiran persalinan tanggal 19 Desember 2016.

Pemeriksaan Fisis:

Keadaan Umum : Sakit Ringan


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
o Tekanan Darah : 130/90 mmHg
o Nadi : 80x/menit
o Napas : 20x/menit
o
o Suhu : 36,7 C
BB : 51 Kg
TB : 143 cm

Pemeriksaan Dalam: Porsio tebal lunak, 1 cm, ketuban (-)

VI. Assesment

G1P0A0 Parturient 40-41 minggu Kala I Fase Laten dengan KPD + CPD

VII. Planning

a. Informed consent
b. Observasi TTV, HIS, dan DJJ
c. Infus RL
d. Cek analyzer
e. Cek lab lengkap
f. Cek protein urine
g. EKG (+)
VIII. Follow Up

Tanggal/Jam Follow Up

24 Desember 2016 Menerima pasien dari IGD dan melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
12.50
Diagnosis: G1P0A0 Parturient 40-41 minggu Kala I Fase
Laten dengan KPD + CPD

13.15 Lapor dr. SpOG, advis:

Injeksi Cefotaxime 1gr/ 8 jam/ iv


Misoprostol tab/ vaginam ( 1x)
Evaluasi lalu lapor kembali pukul 17.00

13.30 Memasukkan misoprostol/ vaginam

13.45 Melakukan skin test cefotaxime dan pemasangan infus

14.00 Melakukan injeksi cefotaxime 1 gr/ iv

TD : 130/90 mmHg
14.45
Nadi : 96 x/ menit

RR : 20 x/ menit

DJJ : 139x/ menit, reguler

PD : vulvovagina normal, portio lunak, , pembukaan 2 cm,


ketuban (-), pelepasan lendir-darah.

17.00 Tekanan Darah 130/80 mmHg

Nadi : 92 x/ menit

Lapor dr.Sp.OG : Misoprostol tab/ vaginam ( 1x). Evaluasi


pukul 22.00 lalu lapor ulang.

17. 30 VT : vulvovagina normal, portio lunak, pembukaan 4 cm,


ketuban (-), bagian terdepan kepala, PENURUNAN HODGE
1, pelepasan lendir dan darah (+).

21.30 VT : vulvovagina normal, portio lunak, pembukaan 5 cm,


ketuban (-), bagian terdepan: kepala, penurunan hodge 2,
pelepasan lendir dan darah (+).

DJJ 130 x / menit

Injeksi Cefotaxime 1 gr/ iv


21. 45

Lapor dr. Sp.OG, advis:


22.10
- Observasi
- Jam 07.00 besok lapor ulang

VT : vulvovagina normal, portio lunak, pembukaan 8 cm,


23.00
ketuban (-), bagian terdepan: kepala, penurunan hodge 2,
pelepasan lendir dan darah (+).

DJJ : 146 x/ menit

DJJ 153 x/menit


23.45

DJJ 120 x/ menit, miring kiri


25 Desember 2016
Tekanan darah 130/80 mmHg
00.15

VT : vulvovagina normal, portio lunak, pembukaan 10 cm,


00.30
ketuban (-), bagian terdepan kepala, caput (+), penurunan
hodge 2, pelepasan lendir dan darah (+).

Tekanan darah 120/80 mmHg


02.15
Nadi : 92 x/ menit

DJJ : 130x /menit

DJJ 140 x/ menit


04.00

DJJ : 143 x/ menit


05.00
Tekanan darah 130/ 80 mmHg

DJJ 124 x/ menit


05.30
Tekanan darah 130/90 mmHg
Memberikan injeksi cefotaxime 1 gr/ iv

TD 130/70 mmHg
06.15
Nadi 94x/ menit

DJJ : 133x/ menit

TD 130/90 mmHg
06.50
Temperatur 36,8 C

Nadi 86 x/ menit

DJJ 134x/ menit

Lapor dr. Sp.OG , advis


07.00
Bila tidak partus sampai dengan jam 11.00 rencanakan SC,
lapor anestesi, lapor OK IGD.

Observasi lanjut

DJJ 130x/ menit


10.00
Lapor dr. Anestesi: Setuju operasi, puasakan pasien.

DJJ 144x/ menit


10.30

Tanggal/Jam Post Operasi Hari 1

26-12-2016 Keadaan umum : sakit sedang


Kesadaran : composmentis
Keluhan : tidak ada keluhan, ASI (+)
Tanda-tanda vital :
TD = 120/80 mmHg, N = 86 x/menit, RR = 20 x/menit
Konjungtiva pucat : (-/-)
Abdomen : luka post operasi (+), perban (+),
rembesan (-), Bising usus (+)
Buang air besar: belum
Buang air kecil : 50cc/jam/kateter
Penatalaksanaan :
Cefotaxime 1gr/ 8 jam/ iv
SF tablet 3x 1
Asam mefenamat tablet 3x 1
Aff kateter

27-12-2016 Post Operasi Hari ke 2


Keadaan umum: baik
Kesadaran: komposmentis
Keluhan: tidak ada keluhan, ASI (+)
Tanda-tanda vital:
TD = 180/90 mmHg, N = 90 x/menit, RR = 20 x/menit
Konjungtiva pucat: (-/-)
Abdomen : luka post operasi (+), perban (+),
rembesan (-), dehisensi (-), Bising umum (+)
Buang air kecil : tidak ada keluhan
Buang air besar : +
Penatalaksanaan :
Cefotaxime 1gr/ 8 jam/ iv
SF tablet 3x 1
Asam mefenamat tablet 3x 1

28-12-2016 Post Operasi Hari ke 3


Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
Keluhan : tidak ada keluhan, ASI (+)
Tanda-tanda vital :
TD = 140/90 mmHg, N = 80 x/menit, RR = 20 x/menit,
T = 36,3 oC
Konjungtiva pucat : (-/-)
Abdomen : luka post operasi (+), perban (+),
rembesan (-), dehisensi (-), Bising umum (+)
Buang air kecil : tidak ada keluhan
Buang air besar : +
Penatalaksanaan :
Cefadoxil tab 2x1
SF tablet 3x 1
Asam mefenamat tablet 3x 1
Aff infus
Pasien boleh pulang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian


antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun
kombinasi keduanya.3, 8

3.2 Anatomi Panggul dan Ukuran Panggul

3.2.1 Anatomi Panggul

Jalan lahir dibagi atas (1) bagian tulang, terdiri atas tulang-tulang panggul dengan
persendiannya (artikulasio), (2) bagian lunak, terdiri atas otot, jaringan dan ligament.1,2

Panggul/pelvis terdiri dari 4 tulang yaitu: (1) sacrum (2) coccygis (3) duatulang
inominata (os coxae) yang mrp gabungan dari ilium, ischium, dan pubis. Secara fungsional
panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor oleh bidang aperture
pelvis superior (disebut juga PAP). PAP dibentuk oleh: promontorium os sacrum di bagian
posterior, linea illiopectinea (linea terminalis dan pectin os pubis) di lateral, dan symfisis os
pubis di posterior. 1,2

Rongga panggul ialah pelvis verum/pelvis minor. Bentuk pelvis minor ini meyerupai
suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu carus) sampai dekat H
III sumbu itu lurus, sejajar sacrum, untuk seterusnya melengkung ke depan. 2
a PAP : pintu masuk rongga panggul. Disebut juga aperture pelvis superior. PAP
dibentuk oleh: promontorium os sacrum di bagian posterior, linea illiopectinea (linea
terminalis dan pectin os pubis) di lateral, dan pinggir atas symfisis os pubis di
posterior. Terdapat 4 diameter pada PAP yaitu: diameter anteroposterior, diameter
transversa, dan 2 diameter oblikua. 1,2
1 Diameter anteroposterior (konjugata vera, panjang 11cm ): jarak antara
promontorium os sacrum sampai ke tepi atas simfisis os pubis. Tidak dapat diukur
secara klinik pada pemeriksaan fisik. Secara klinik dapat diukur konjugata
diagonalis, jarak antara promontorium os sacrum dengan tepi bawah simfisis os
pubis. CV = CD-1,5. (normal konjugata vera 10 cm) ingat bila kita tidak dapat
meraba promontorium maka pasti ukuran konjugata vera itu normal.
2 Diameter transversa: diameter terpanjang kiri-kanan PAP. (panjang 12,5-13 cm)
3 Diameter oblikua: jarak dari sendi sakroiliaka satu sisi sampai tonjolan pektineal
sisi kontralateralnya (panjang 13 cm).
Dalam obstetric dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy, 1933) yang
mempunyai ciri2 PAP sebagai berikut:1,2,6

1 Jenis ginekoid panggul baik untuk perempuan. Ditemukan pada 45% perempuan.
Panjang diameter AP hampir sama dengan diameter transversa
2 Jenis anthropoid: Ditemukan pada 35% perempuan, Bentuk lonjong seperti telur
dengan panjang diameter AP lebih besar dari pada diameter transversa.
3 Jenis android: bentuk panggul pria. Ditemukan pada 15% perempuan. Bentuk
segitiga dimana panjang diameter AP hampir sama dengan diameter transversa,
diameter transversa terbesar terletak di posterior dekat sacrum, sedangkan bagian
depannya menyempit ke depan.
4 Jenis platipeloid: ditemukan pada 5% perempuan. Panjang diameter AP lebih kecil
daripada diameter transversa.

Pelvimetri radiologic hanya dilakukan pada indikasi tertentu, misalnya adanya


dugaan ketidak seimbangan antara janin dan panggul (fetopelvic disproportion),
adanya riwayat trauma atau penyakit tuberculosis pada tulang panggul, bekas seksio
sesar yang akan direncanakan partus pervaginam, pada janin letak sungsang,
presentasi muka atau kelainan letak lainnya. 2
b Cavum pelvis (bagian tengah panggul): seperti telah dikemukakan bahwa, ruang
panggul di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran paling luas.
Sementara bagian tersempit panggul terdapat pada panggul tengah dimana
terdapat penyempitan dalam ukuran melintang setinggi kedua spina iskiadika
(diameter interspinosum N 10 cm).
karena pada bagian di bawah PAP mempunyai ukuran melintang yang lebar
sementara menyempit pada bagian tengah panggul maka janin mengadakan
penyesuaian dengan melakukan putaran paksi dalam.
Kemungkinan kepala janin dapat lebih mudah masuk ke ruang panggul jika sudut
antara sacrum dan lumbal (inklinasi panggul atau sudut antara bidang yang
melalui aperture pelvis superior dengan bidang horizontal) ialah normal atau lebih
besar (600).

Untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul
selama persalinan. Dapat digunakan bidang Hodge maupun station. 2

Bidang Hodge I: bidang datar yang dibentuk oleh promontorium, linea


iliopectinea dan tepi atas simfisis pubis (PAP)
Bidang H II: sejajar H I, terletak setinggi tepi bawah simfisis
Bidang H III: sejajar H I, terletak setinggi kedua spina iskiadika. Merupakan
bagian tersempit. Jadi disebut engaged atau masuk bila bagian ukuran terbesar
melintang kepala janin (biparietal diameter) telah melewati H III.
Bidang H IV: sejajar H I, terletak setinggi os koksigeus.
c Pintu bawah panggul: aperture pelvis inferior merupakan 2 segitiga yang bersekutu
pada bagian alasnya (yakni garis antara kedua tuber os ischium): (1) trigonum
urogenital: bidang yang dibentuk oleh alas dengan puncaknya di tepi bawah simfisis
pubis, (2) trigonum anale: bidang yang dibentuk oleh alas dengan puncaknya di os
koksigeus. Ukuran yang penting:
1 Sudut arkus pubis: pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan
merupakan sudut 900 atau lebih sedikit. Bila kurang, maka kepala janin akan susah
dilahirkan.
2 Diameter anteroposterior PBP: jarak antara ujung os koksigeus sampai ke pinggir
bawah simfisis os pubis. (N = 9,5-11,5 cm)
3 Diameter transversa PBP (distansia intertuberosum): jarak antara kedua buah
tuberositas os ischium (N = 11 cm).

3.2.2 Ukuran luar panggul.2

a Diameter spinarum: jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan
dekstra (24 cm-26 cm).
b Diameter kristarum : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada
Krista iliaka sinistra dan dekstra. (28 cm-30 cm)
c Diameter oblikua eksterna: jarak antara spina iliaka posterior sinistra dengan spina
iliaka anterior superior dekstra dan sebaliknya. (bila asimetrik maka ukuran kedua
diameter oblikua akan jauh berbeda)
d Distansia intertrokanterika (31 cm): jarak antara kedua buah trokanter mayor
e Konjugata eksterna (Boudeloque): jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus
spinosus L 5 (18 cm/20 cm).
3.3 Panggul Sempit

Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan
persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang panggul
ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:
Kelainan kekuatan (power), Kelainan yang melibatkan janin (passenger), Kelainan jalan lahir
(passage). 1,6

Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal
lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang
penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara
fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan
ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. 2

Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu: 2

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert,


split pelvis, panggul asimilasi.

2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.

3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.


4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul,
pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya. 1,2,3,6

Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 m kurang dari ukuran yang normal.
Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), midpelvic (ruang tengah panggul),
dan outlet (pintu dasar panggul).10

a. Pembagian tingkatan panggul sempit:


Tingkat I : C.V = 9-10 cm = borderline
Tingkat II : C.V = 8 9 cm = relatif
Tingkat III : C.V = 6 -8 cm = ekstrim
Tingkat IV : C.V = < 6 = absolut
b. Pembagian menurut tindakan
Conjugata vera 8-10 cm = partus percobaan
Konjugata vera 6- 8 cm = SC primer
Konjugata vera <6 = S.C mutlak

Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesis.
Dari anamnesis persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada
persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan panggul
sempit adalah kecil.2,3 Penyakit tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis, ataupun riwayat
trauma dapat menyebabkan perubahan anatomis pada pelvis yang memberikan manifestasi
panggul sempit.2,7 Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada
kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita
dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. 7 Dwarfisme adalah
tinggi badan kurang dari 147 cm setelah dewasa merupakan resiko seorang wanita memiliki
panggul sempit.2

3.3.1 Penyempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior terpendeknya


(konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari
12 cm. 3

Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila
melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita
dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki
kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat
badan anak lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan
wanita dengan panggul sedang atau luas.3

Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul,
sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian
selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan
kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat
tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi
inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang
berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul
sempit. 3

3.3.2 Penyempitan panggul tengah

Kesempitan PTP pada dasarnya merupakan penyempitan bidang dengan ukuran


terkecil, yakni bidang yang melalui apex dari arcus pubis, spina ischiadica, dan sacrum.
Apabila distansia interspinarum kurang dari 9 cm, atau apabila distansia interspinarum
(normal 10,5 cm) ditambah dengan diameter sagital posterior (normal 4,5 5 cm) kurang dari
13,5 cm maka kemungkinan ada kesempitan pintu tengah panggul. Untuk memperoleh
ukuran yang pasti diameter-diameter ini diperlukan pelvimetri rontgenologis. Kecurigaan
klinis kesempitan PTP timbul apabila pada pemeriksaan manual didapatkan spina ischiadica
yang besar dan menonjol serta distansia intertuberosum kurang dari 8,5 cm.3

Kesempitan PTP merupakan sebab yang biasa dijumpai pada distosia dan tindakan
operatif. Penanganannya lebih sukar daripada kesempitan PAP, sebab jika kepala janin sudah
tidak dapat masuk PAP maka tidak ada keragu-raguan lagi bahwa persalinan harus diakhiri
dengan sectio saesarea. Akan tetapi jika kepala dapat masuk kedalam panggul maka penolong
segan untuk melakukan sectio saecarea oleh karena mengharap kepala akan turun sampai
ketitik dimana dapat dilakukan extraksi dengan forceps.Kesempitan PTP dapat menghalang-
halangi putaran paksi dalam.3

3.3.3 Penyempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul terjadi
bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu bawah
panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.3

Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam
menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan perineum.
Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat
keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum
teregang dan mudah terjadi robekan.3
3.4 Antropometri, Presentasi, dan Posisi Janin

Kepala janin adalah bagian tubuh yang paling besar dan paling keras yang akan
dilahirkan. Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan dan mempengaruhi
jalannya persalinan. Kepala secara garis besar dapat dibagi menjadi tulang tengkorak
(cranium), tulang dasar tengkorak (basis kranii) dan tulang muka. Ukuran diameter kepala
bayi yang menentukan di antaranya: 2

1. suboksipito-bregmatikus (9,5 cm): pada presentasi belakang kepala.


2. Oksipito-frontalis (11,75 cm): pada presentasi puncak kepala
3. Oksipito mentalis (13,5 cm): pada presentasi dahi
4. Submento-bregmatikus (9,5 cm): pada presentasi muka
5. Biparietalis (9,5 cm): ukuran terbesar melintang dari kepala
6. Bitemporalis (8 cm): ukuran antara os temporal kiri dan kanan

Bagian tubuh janin yang lain: lebar bahu (diameter biacromialis): 12 cm, lingkaran
bahu: 34 cm, lebar bokong (diameter intertrokanterika): 12 cm, lingkar bokong: 27 cm. 2
Pemeriksaan diameter terbesar kepala janin yang pasti hanya dapat diperiksa dengan
1,10
USG. Jika tidak ada, maka yang digunakan untuk menentukan perkiraan imbang
sepalopelvik adalah dengan berdasarkan nilai taksir berat janin. 10

1. Umur kehamilan dan taksiran persalinan (rumus neagle)


2. Ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen (EBW).
3. Perhitungan menurut Poulsson-Langstadt
4. Rumus Johnson Toshack
Berdasarkan atas ukuran Mac Donald, yaitu jarak antara simpisis pubis dan fundus
uteri melalui konveksitas abdomen:
BBJ = (MD - ) x 155 gram

BBJ = berat badan janin

MD = ukuran Mac Donald dalam cm


Kepala belum masuk Hodge 3 = ( MD 13)
Kepala di Hodge 3 = ( MD 12)
Kepala lewat Hodge 3 = (MD 11)
Bila ketuban sudah pecah ditambah 10%

Normal berat neonatus pada umumnya 4000 gram dan jarang ada yang melebihi 5000
gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000 gram dinamakan bayi besar. Namun ada pula
referensi yang mengatakan bahwa makrosomia apabila berat janin > 4500 gram. Faktor
keturunan memegang peranan penting sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya
juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes mellitus, obesitas (berat badan > 70
kg), postmaturitas, grande multipara, kenaikan berat badan selama hamil >20 kg. 3,6,8

Untuk mendapat kepastian suatu disproporsi sepalopelvik, maka harus dilakukan


pemeriksaan radiologik dan/atau partus percobaan.5,6,7,9,11 Tanda-tanda yang mengarah pada
DKP tercantum pada kotak. 5

Tanda-tanda CPD

Pemeriksaan abdomen
Ukuran janin besar ( > 4 kg)
Kepala janin diatas PAP
Pemeriksaan panggul
Serviks mengecil setelah amniotomi
Endema serviks
Kaput tebal
Molase berat
Defleksi kepala (fontanelle anterior mudah dipalpasi)
Asinklitismus (sutura sagital tidak tepat di tengah panggul)

5,6, 9
Umumnya disproporsi juga disebabkan oleh malpresentasi dan malposisi janin. .
Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan kifose, sikap fisiologis ini
menghasilkan sikap fleksi. Presentasi normal adalah vertex dengan presentasi belakang
kepala dan posisi normal adalah occipitoanterior dimana ubun-ubun kecil berada di segmen
depan sebagai penunjuk.2 Untuk berbagai malbagai malprestasi dan malposisi dapat di lihat
tabel 5

Malpresentasi dan Malposisi

Pemeriksaan abdomen Pemeriksaan dalam


Malposisi Bagian bawah perut Fontanelle posterior
Occiptoposterior rata mengarah ke sakrum.
Tungkai janin bisa Fontanelle anterior mudah
dipalpasi dari anterior diraba karena adanya defleksi
Bunyi denyut jantung
kepala.
terdengar dari
samping
Presentasi Dahi Lebih dari setengah Fontanelle anterior dan
bagian kepala di atas lingkarannya teraba.
simfisis pubis
Muka Lekukan teraba antara Muka dipalpasi, mulut
kepala dan punggung mudah dibuka. Dagu dan
tulang rahang,bisa dipaipasi.
Sungsang Kepala teraba di Pantat dan/atau kaki bisa
bagian atas perut diraba. Mekonium kental
Sungsang teraba di berwarna gelap pada
bibir panggul sungsang bawah adalah
Bunyi denyut janin
normal.
terdengar lebih tinggi
dari presentasi kepala
Lintang Kepala atau pantat Bahu atau lengan biasanya
tidak bisa diraba pada bisa diraba. Bahu bisa
simfisis pubis dan dibedakan dari pantat dengan
kepala biasanya cara meraba iga.
teraba di satu sisi
3.5 Pelvimetri Radiologis

Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh


keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalam dengan tangan dapat
diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu
bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.2

Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat
ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan
pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan
pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika. 3
Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin sehingga jarang
dilakukan. Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan
lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga
dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,
pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan
karena biaya yang mahal.1 Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul,
ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya
akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.

Untuk pelvimetri dibuat 2 buah foto: 10

1. Foto pintu atas panggul


Ibu dalam posisi setengah duduk (THOMS), sehingga tabung Rontgen tegak lurus
diatas pintu atas panggul
2. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horisontal pada trochanter mayor
dari samping.

Dari kedua foto tersebut dapat dilihat:10

- Diameter transversa
- Distansia interspinarum
- Jenis pelvis
- Conjugata diagonalis
- Diameter AP pintu bawah
- Diameter sagital posterior
- Bentuk sacrum

3.6 Luas bidang, kapasitas, dan daya akomodasi panggul

3.6.1 Luas Bidang Panggul.

Untuk menentukan luasnya suatu bidang panggul dipergunakan index MENGERT,


yaitu diameter AP dikalikan diameter transversa. Luas bidang panggul wanita indonesia,
standartnya ialah: 10

1. Pintu atas panggul 10 x 12 = 120 cm2


2. Pintu tengah panggul 10x 11,5 = 115 cm2

Untuk tiap-tiap pangggul yang dibuat pelvimetri, diukur luas bidang menurut index
mengert, kemuadian dibandingkan dengan luas standart tadi.

3.6.2 Kapasitas Panggul

Perbandingan antara luas bidang yang didapat itu dengan luas standart dalam persen
dinamakan kapasitas daripada bidang: 10
Contoh:

Pintu atas : Konjugata vera 10 cm

Diameter transversa 11 cm

Luas bidang panggul = 10 x 11 cm = 110

Kapasitasnya = 110 : 120 cm2 = 92%

3.6.3 Daya Akomodasi

Daya akomodasi suatu pelvis adalah volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat
dilahirkan secara spontan dan normal melalui panggul yang dinyatakan dalam gram.

Suatu panggul dengan kapasitas 100% harus dapat melahirkan bayi dengan beratnya
4000 gram. Daya akomodasi turun seimbang dengan kapasitasnya. 10

Contoh: Untuk panggul dengan kapasitas 92% dapat diperhitungkan daya akomodasi

92% x 4000 gram = 3680 gram

3.7 Penatalaksanaan

Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan
dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan
menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada
kepala untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller
Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke
arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan
seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina
memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.2

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan
panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat
2,3
dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya
akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum
persalinan berlangsung beberapa waktu.2
3.7.1 Persalinan Percobaan

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada
letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah
umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga
sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi
penyulit persalinan percobaan.2, 11

Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau setelah anak
lahir pervaginam.11 Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of
labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour
sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena test of labour baru dimulai pada
pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Test of labor dikatakan berhasil jika dalam
1 jam sesudahnya kepala turun sampai Hodge III. 11 Saat ini test of labour jarang digunakan
karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan
komplikasi yang sering ialah infeksi, ruptur uteri, dan kematian anak yang tinggi sekitar
25%.3,11

Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir spontan per vaginam atau
dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila
pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada
lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak mampu
melewati pintu atas panggul dalam 2 jam meskipun his baik. Pada keadaan ini dilakukan
seksio sesarea.11 Partus percobaan dapat berlangsung 6 sampai 18 jam, jarang sampai 24 jam.
Namun, lamanya partus percobaan yang pasti untuk kasus tertentu memerlukan pertimbangan
dan hanya dapat ditentukan oleh ahli kebidanan dan konsulennya. 3

3.7.2 Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan
aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. 3,4 Seksio sesarea sekunder (sesudah
persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan percobaan dianggap gagal
atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat
persalinan per vaginam belum dipenuhi. 3, 11
3.7.3 Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.2, 3

3.7.4 Kraniotomi dan Kleidotomi

Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila
panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio
sesarea. 2,3

3.8 Komplikasi 1,9

Komplikasi pada ibu

1 Fistula
2 Partus lama dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, serta infeksi intrapartum
3 Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul
regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi patologik yang
dapat berakhir pada terjadinya ruptur uteri.
4 Post partum hemoragik hingga syok.
Komplikasi pada janin

1 Meningkatkan kematian perinatal


2 Prolapsus funukuli
3 Perdarahan intrakrania bila janin lahir dengan mengadakan Moulage berat
4 Kejang
5 Asfiksia
6 Cedera fasial
PEMBAHASAN

Diagnosis

Anamnesis

Teori Kasus
Riwayat Obstetri: pernah Merupakan kehamilan pertama
mengalami persalinan lama, pasien dengan usia kehamilan 40-
janin besar, CPD 41 minggu
Riwayat penyakit TB tulang Pasien tidak pernah mengalami
Riwayat trauma pelvis penyakit TB tulang ataupun
kecelakaan

Pemeriksaan Fisik

Teori Kasus
Antropometri Ibu Tinggi badan ibu 143 cm
- CPD dicurigai pada wanita dengan
tinggi badan kurang dari 158 cm. 7
- Wanita dengan dwarfisme yaitu
tinggi badan < 147 cm setelah
dewasa, umumnya melahirkan
dengan sectio sesarea dengan
janin yang cukup besar yaitu
Pada Palpasi didapatkan TFU= 35
3
2.600 gram.
cm
Taksir berat badan janin: (35-12)
Pemeriksaan Abdomen
- Ukuran janin > 4 kg x 155 = 3565 gram
- Kepala masih diatas PAP
Pemeriksaan leopold
Leopold I : teraba bokong
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : teraba kepala
Leopold IV : belum masuk PAP
Pemeriksaan Dalam

Teori Kasus
Kesempitan PAP, PTP, PBP pada Pemeriksaan panggul dalam
pengukuran panggul dalam Promontorium : tidak teraba
CV < 10 Spina ischiadica agak menonjol
Distansia Interspinarum < 9 cm
Distansia intertuberosum : 7 cm
atau spina ischiadika yang besar
(kurang dari 1 kepalan tangan)
dan menonjol
Distansia intertuberosum < 8 cm

Umumnya CPD juga disebabkan oleh VT : vulvovagina normal, portio lunak,


malpresentasi dan malposisi janin pembukaan 10 cm, ketuban (-), bagian
terdepan kepala, caput (+), penurunan
Terbentuknya caput dan molase berat
hodge 2, pelepasan lendir dan darah (+).

Kemajuan Persalinan

Teori Kasus
Pasien sudah mengalami pembukaan
Distosia adalah persalinan yang
lengkap sejak pukul 00.30 a.m. namun
abnormal atau sulit dan ditandai
belum melahirkan hingga pukul 11.00
dengan terlalu lambatnya kemajuan
a.m
persalinan. 30% ibu dengan
persalinan berkepanjangan mengalami
disproporsi sefalopelvik.

Penunjang Diagnostik

Teori Kasus
Diameter biparietal janin Pasien hanya melakukan ANC
ditentukan melalui beberapa kali selama kehamilan
pemeriksaan USG ketika pasien sedang dalam
Kepastian CPD harus keadaan sakit.
Pada pasien tidak dilakukan
dilakukan partus percobaan
pemeriksaan pelvimetri radiologis
dan pelvimetri radiologi untuk
ataupun partus percobaan.
mengukur kapasitas panggul
secara pasti

Tatalaksana

Teori Kasus
Partus Percobaan Pada pasien dilakukan sectio sesarea
- Trial of labor
- Test of labor
Seksio sesarea

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.G, Leveno, K.J, et al. 2010. Abnormal Labor in Williams Obstetry 23 rd
Edition. Philadelphia : Mc-Graw-Hill.
2. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina Pustaka.
3. Oxorn, H & William R. Forte. 1990. Ilmu Kebidanan: patologi dan Fisiologi persalinan.
Yogyakarta: Essentia Medica.
4. Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & laparotomi kelainan adneksa. Jakarta:
Sagung Seto.
5. Depkes RI. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif. Jakarta.
6. Decherney, Alan & Lauren Nathan. 2003. Current Obstetri and Gynecologic Diagnosis
and Treatment, ninth Edition. Los Angeles: Mc-Graw hill.
7. Hamilton, Diana. 2004. Lecture Notes: Obstetrics and gynaecology, second edition.
Australia: Blackwell.
8. Chan, Paul & Susan Johnson. 2004. Gynecology and Obstetrics 2004 Edition New
ACOG Treatment Guidelines. California: Current Clinical Strategies.
9. Labour and Delivery Care HEAT Module.
http://labspace.open.ac.uk/mod/oucontent/view.php?id=452296&section=1.4. Di akses
tanggal 22 September 2013
10. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. ECG: Jakarta
11. Martaadisoebrata, Djamhoer. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi Edisi
2. ECG : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai