Anda di halaman 1dari 31

Hujan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Artikel ini berisi tentang presipitasi. Untuk kegunaan lain, lihat Hujan (disambiguasi).

Corong hujan di bawah badai petir.

Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti
salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat
menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di Bumi, hujan
adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh
dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong
udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke
udara. Virga adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum mencapai
daratan; inilah satu cara penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir
air atau kristal es dengan awan. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam mulai dari pepat,
mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil).

Kelembapan yang bergerak di sepanjang zona perbedaan suhu dan kelembapan tiga dimensi
yang disebut front cuaca adalah metode utama dalam pembuatan hujan. Jika pada saat itu ada
kelembapan dan gerakan ke atas yang cukup, hujan akan jatuh dari awan konvektif (awan
dengan gerakan kuat ke atas) seperti kumulonimbus (badai petir) yang dapat terkumpul
menjadi ikatan hujan sempit. Di kawasan pegunungan, hujan deras bisa terjadi jika aliran atas
lembah meningkat di sisi atas angin permukaan pada ketinggian yang memaksa udara lembap
mengembun dan jatuh sebagai hujan di sepanjang sisi pegunungan. Di sisi bawah angin
pegunungan, iklim gurun dapat terjadi karena udara kering yang diakibatkan aliran bawah
lembah yang mengakibatkan pemanasan dan pengeringan massa udara. Pergerakan truf
monsun, atau zona konvergensi intertropis, membawa musim hujan ke iklim sabana. Hujan
adalah sumber utama air tawar di sebagian besar daerah di dunia, menyediakan kondisi cocok
untuk keragaman ekosistem, juga air untuk pembangkit listrik hidroelektrik dan irigasi
ladang. Curah hujan dihitung menggunakan pengukur hujan. Jumlah curah hujan dihitung
secara aktif oleh radar cuaca dan secara pasif oleh satelit cuaca.

Dampak pulau panas perkotaan mendorong peningkatan curah hujan dalam jumlah dan
intensitasnya di bawah angin perkotaan. Pemanasan global juga mengakibatkan perubahan
pola hujan di seluruh dunia, termasuk suasana hujan di timur Amerika Utara dan suasana
kering di wilayah tropis. Hujan adalah komponen utama dalam siklus air dan penyedia utama
air tawar di planet ini. Curah hujan rata-rata tahunan global adalah 990 milimeter (39 in).
Sistem pengelompokan iklim seperti sistem pengelompokan iklim Kppen menggunakan
curah hujan rata-rata tahunan untuk membantu membedakan kawasan-kawasan iklim.
Antartika adalah benua terkering di Bumi. Di daerah lain, hujan juga pernah turun dengan
kandungan metana, besi, neon, dan asam sulfur.

Bagian dari seri Alam tentang

Cuaca
Musim kalender
Semi Panas

Gugur Dingin

Musim tropis

Kemarau Hujan

Badai

Badai petir Supersel


Downburst Petir
Tornado Waterspout
Siklon tropis (Hurikan)
Siklon ekstratropis
Badai musim dingin Blizzard
Badai es Badai debu
Badai api Awan

Presipitasi

Gerimis Hujan Salju Graupel


Hujan beku Butir es Hujan es

Topik

Meteorologi Iklim
Prakiraan cuaca
Gelombang panas Polusi udara

Portal cuaca

b
s

Daftar isi
1 Pembentukan

o 1.1 Udara lembap

o 1.2 Koalesensi

2 Sebab

o 2.1 Aktivitas frontal

o 2.2 Konvektif

o 2.3 Efek orografis

o 2.4 Wilayah tropis

o 2.5 Pengaruh manusia

3 Karakteristik

o 3.1 Pola

o 3.2 Keasaman

o 3.3 Pengelompokan iklim Kppen

4 Pengukuran

o 4.1 Alat ukur

o 4.2 Sensor jarak jauh

o 4.3 Intensitas

o 4.4 Periode kembali

5 Prakiraan hujan

6 Dampak

o 6.1 Pertanian
o 6.2 Budaya

7 Klimatologi global

o 7.1 Gurun

o 7.2 Wilayah basah

o 7.3 Dampak Westerlies

o 7.4 Daerah terlembap

8 Lihat pula

9 Catatan

10 Referensi

11 Pranala luar

Pembentukan
Udara lembap

Udara berisikan uap air dan sejumlah air dalam massa udara kering, disebut Rasio
Pencampuran, diukur dalam satuan gram air per kilogram udara kering (g/kg).[1][2] Jumlah
kelembapan di udara juga disebut sebagai kelembapan relatif; yaitu persentase total udara uap
air yang dapat bertahan pada suhu udara tertentu.[3] Jumlah uap air yang dapat ditahan udara
sebelum melembap (100% kelembapan relatif) dan membentuk awan (sekumpulan air kecil
dan tampak dan partikel es yang tertahan di atas permukaan Bumi)[4] bergantung pada
suhunya. Udara yang lebih panas memiliki lebih banyak uap air daripada udara dingin
sebelum melembap. Karena itu, satu-satunya cara untuk melembapkan udara adalah dengan
mendinginkannya. Titik embun adalah suhu yang dicapai dalam pendinginan udara untuk
melembapkan udara tersebut.[5]

Ada empat mekanisme utama dalam pendinginan udara hingga titik embunnya: pendinginan
adiabatik, pendinginan konduktif, pendinginan radiasional, dan pendinginan evaporatif.
Pendinginan adiabatik terjadi ketika udara naik dan menyebar.[6] Udara dapat naik karena
konveksi, gerakan atmosfer berskala besar, atau perintang fisik seperti pegunungan
(pengangkatan orografis). Pendinginan konduktif terjadi ketika udara bertemu permukaan
yang lebih dingin,[7] biasanya tertiup dari satu permukaan ke permukaan lain, misalnya dari
permukaan air ke daratan yang lebih dingin. Pendinginan radiasional terjadi karena emisi
radiasi inframerah yang muncul akibat udara ataupun permukaan di bawahnya.[8] Pendinginan
evaporatif terjdai ketika kelembapan masuk dalam udara melalui penguapan, sehingga
memaksa suhu udara mendingin hingga suhu bulb basah, atau mencapai titik kelembapan.[9]

Cara utama uap air dapat bergabung dengan udara adalah ketika angin berkonvergensi ke
wilayah gerakan ke atas,[10] presipitasi atau virga yang jatuh dari atas,[11] pemanasan siang hari
yang menguapkan air dari permukaan laut, badan air atau tanah basah,[12] transpirasi
tumbuhan,[13] udara dingin atau kering yang bergerak di perairan panascool or dry air moving
over warmer water,[14] dan udara yang naik di pegunungan.[15] Uap air biasanya mulai
mengembun di nuklei kondensasi seperti debu, es, dan garam untuk membentuk awan.
Bagian-bagian tinggi front cuaca (tiga dimensi)[16] memaksa wilayah luas melakukan gerakan
ke atas di atmosfer Bumi sehingga membentuk dek awan seperti altostratus atau sirostratus.[17]
Stratus adalah dek awan stabil yang terbentuk ketika udara dingin dan stabil terperangkap di
bawah massa udara panas. Awan ini juga dapat terbentuk akibat pengangkatan kabut adveksi
ketika kondisi berangin.[18]

Koalesensi

Bentuk butir hujan menurut ukurannya

Koalesensi terjadi ketika butir air bergabung membentuk butir air yang lebih besar, atau
ketika butir air membeku menjadi kristal es yang dikenal sebagai proses Bergeron. Resistensi
udara mengakibatkan butiran air mengambang di awan. Ketika turbulensi udara terjadi,
butiran air bertabrakan dan menghasilkan butiran yang lebih besar. Butiran air besar ini turun
dan koalesensi terus berlanjut, sehingga butiran menjadi cukup berat untuk melawan
resistensi udara dan jatuh sebagai hujan. Koalesensi umumnya sering terjadi di awan atas titik
beku dan dikenal sebagai proses hujan hangat.[19] Di awan bawah titik beku, kristal es mulai
jatuh ketika memiliki massa yang cukup. Umumnya, kristal membutuhkan massa yang lebih
besar daripada koalesensi yang terjadi antara kristal dan butiran air sekitarnya. Proses ini
bergantung kepada suhu, karena butiran air superdingin hanya ada di awan bawah titik beku.
Selain itu, karena perbedaan suhu yang besar antara awan dan permukaan, kristal-kristal es
ini bisa mencair ketika jatuh dan menjadi hujan.[20]

Butiran hujan memiliki beragam ukuran mulai dari diameter rata-rata 0.1 milimeter
(0.0039 in) hingga 9 milimeter (0.35 in), di atas itu butiran akan terpisah-pisah. Butiran kecil
disebut butiran awan dan berbentuk bola. Butiran hujan besar semakin pepat di bawah seperti
roti hamburger, butiran terbesar berbentuk mirip parasut.[21] Berbeda dengan kepercayaan
masyarakat, bentuk butir hujan yang asli justru tidak mirip air mata.[22] Butiran hujan terbesar
di Bumi tercatat di Brasil dan Kepulauan Marshall pada tahun 2004beberapa di antaranya
sebesar 10 milimeter (0.39 in). Ukuran besar ini disebabkan oleh pengembunan partikel asap
besar atau tabrakan antara sekelompok kecil butiran dengan air tawar yang banyak.[23]

Intensitas dan durasi hujan biasanya berkaitan terbalik yang berarti badai intensitas tinggi
memiliki durasi pendek dan badai intensitas rendah memiliki durasi panjang.[24][25] Butir hujan
pada hujan es cair cenderung lebih besar daripada butiran hujan lain.[26] Butir hujan jatuh pada
kecepatan terminalnya, lebih besar untuk butiran besar karena massanya yang lebih besar
terhadap rasio tarikan. Di permukaan laut tanpa angin, gerimis 0.5 milimeter (0.020 in) jatuh
dengan kecepatan 2 meters per second (4.5 mph), sementara butiran besar 5 milimeter
(0.20 in) jatuh pada kecepatan 9 meters per second (20 mph).[27] Suara butir hujan menabrak
air disebabkan oleh gelembung air berosilasi di bawah air.[28][29] Kode METAR untuk hujan
adalah RA, sementara kode untuk hujan deras adalah SHRA.[30]

Sebab
Aktivitas frontal

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Front cuaca

Hujan stratiform (perintang hujan besar dengan intensitas yang relatif sama) dan dinamis
(hujan konvektif yang alaminya deras dengan perubahan intensitas besar dalam jarak pendek)
terjadi sebagai akibat dari naiknya udara secara perlahan dalam sistem sinoptis (satuan
cm/detik), seperti di sekitar daerah front dingin dan dekat front panas permukaan. Kenaikan
sejenis juga terjadi di sekitar siklon tropis di luar dinding mata, dan di pola hujan sekitar
siklon lintang tengah.[31] Berbagai jenis cuaca dapat ditemukan di sepanjang front tutupan
dengan kemungkinan terjadinya badai petir, namun biasanya jalur mereka dikaitkan dengan
penguapan massa air. Front tutupan biasanya terbentuk di sekitar daerah bertekanan rendah.
[17]
Hal yang memisahkan curah hujan dari presipitasi lainnya, seperti butir es dan salju,
adalah adanya lapisan tebal udara yang tinggi dengan suhu di atas titik cair es, yang
mencairkan hujan beku sebelum mencapai tanah. Jika ada lapisan dangkal dekat permmukaan
yang suhunya di bawah titik beku, hujan beku (hujan yang membeku setelah bersentuhan
dengan permukaan di lingkungan sub-beku) akan terjadi.[32] Hujan es semakin jarang terjadi
ketika titik beku di atas atmosfer melebihi ketinggian 11,000 feet (3,400 m) di atas
permukaan laut.[33]

Konvektif

Hujan konvektif
Hujan konvektif, atau hujan deras, berasal dari awan konvektif seperti kumulonimbus atau
kumulus kongestus. Hujan ini jatuh deras dengan intensitas yang cepat berubah. Hujan
konvektif jatuh di suatu daerah dalam waktu yang relatif singkat, karena awan konvektif
memiliki bentangan horizontal terbatas. Sebagian besar hujan di daerah tropis bersifat
konvektif; namun, selain hujan konvektif, hujan stratiform juga diduga terjadi.[31][34] Graupel
dan hujan es menandakan konveksi.[35] Di lintang tengah, hujan konvektif berselang-seling
dan sering dikaitkan dengan batasan baroklinis seperti front dingin, garis squall, dan front
panas.[36]

Efek orografis

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengangkatan orografis, Jenis hujan (meteorologi),
dan Klimatologi hujan Amerika Serikat

Hujan orografis

Hujan orografis terjadi di sisi atas angin pegunungan dan disebabkan oleh gerakan udara
lembap berskala besar ke atas melintasi pegunungan, mengakibatkan pendinginan dan
kondensasi adiabatik. Di daerah berpegunungan dunia yang mengalami angin relatif tetap
(misalnya angin dagang), iklim yang lebih lembap biasanya lebih menonjol di sisi atas angin
gunung daripada sisi bawah angin gunung. Kelembapan tidak ada karena pengangkatan
orografis, meninggalkan udara yang lebih kering (lihat angin katabatik) di sisi bawah angin
yang menurun dan menghangatkan serta menjadi tempat pengamatan bayangan hujan.[15]

Di Hawaii, Gunung Wai'ale'ale, di pulau Kauai, terkenal karena curah hujannya yang ekstrem
dan memiliki curah hujan rata-rata tahunan tertinggi kedua di dunia, 460 inches (12,000 mm).
[37]
Sistem badai Kona membasahi negara bagian ini dengan hujan deras antara Oktober dan
April.[38] Iklim setempat bervariasi di masing-masing pulau karena topografinya, terbagi
menjadi kawasan atas angin (Koolau) dan bawah angin (Kona) berdasarkan lokasi relatif
terhadap pegunungan tinggi. Sisi atas angin memaparkan wilayah timur terhadap angin
dagang timur laut dan menerima lebih banyak hujan; sisi bawah angin lebih kering dan cerah,
dengan sedikit hujan dan cakupan awan.[39]

Di Amerika Selatan, untaian pegunungan Andes menghalangi kelembapan Pasifik yang


datang ke benua ini, mengakibatkan iklim gurun di bawah angin melintasi Argentina Barat.[40]
Pegunungan Sierra Nevada menciptakan efek yang sama di Amerika Utara denngan
membentuk Great Basin dan Gurun Mojave.[41][42]

Wilayah tropis
Penyebaran hujan bulanan di Cairns memperlihatkan batas musim hujan di daerah tersebut
Lihat pula: Monsun dan Siklon tropis
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Musim hujan

Musim hujan adalah masa dalam suatu tahun yang terjadi selama satu atau beberapa bulan
ketika sebagian besar hujan rata-rata tahunan suatu daerah jatuh di tempat tersebut.[43] Istilah
musim hijau juga kadang digunakan sebagai eufemisme oleh pihak pariwisata.[44] Wilayah
dengan musim hujan tersebar di beberapa kawasan tropis dan subtropis.[45] Iklim dan wilayah
sabana dengan cuaca monsun memiliki musim panas hujan dan musim dingin kemarau.
Hutan hujan tropis teknisnya tidak memiliki musim kemarau atau hujan, karena hujan
tersebar merata sepanjang tahu.[46] Sejumlah daerah dengan musim hujan akan mengalami
jeda dalam pertengahan musim hujan ketika zona konvergensi intertropis atau truf monsun
bergerak ke kutub dari lokasinya selama pertengahan musim panas.[24] Ketika musim hujan
terjadi selama musim panas, hujan lebih sering turun selama akhir sore dan awal malam.
Musim hujan adalah masa ketika kualitas udara[47] dan air segar membaik,[48][49] dan tanaman
tumbuh subur.

Siklon tropis, sumber curah hujan sangat deras, terdiri dari massa udara besar beberapa ratus
mil dengan tekanan rendah di pusatnya dan angin bertiup ke pusat searah jarum jam (belahan
Bumi selatan) atau berlawanan arah jarum jam (belahan Bumi utara).[50] Meski siklon dapat
mengakibatkan kematian dan kerusakan properti yang besar, inilah faktor penting dalam
penguasaan hujan atas suatu daerah, karena siklon dapat membawa hujan yang sangat
dibutuhkan di wilayah kering.[51] Wilayah di sepanjang jalurnya dapat menerima jatah hujan
setahun penuh melalui satu kali peristiwa siklon tropis.[52]

Pengaruh manusia

Citra Atlanta, Georgia memperlihatkan penyebaran suhu, warna biru berarti suhu dingin,
merah hangat, dan putih panas.
Lihat pula: Pemanasan global dan Pulau panas perkotaan
Zat partikulat yang dihasilkan oleh gas buang mobil dan sumber-sumber polusi lain
membentuk nuklei kondensasi awan, yang mendorong pembentukan awan dan meningkatnya
kemungkinan hujan. Akibat polusi lalu lintas penglaju dan komersial menumpuk sepanjang
minggu, kemungkinan hujan meningkat: hujan memuncak pada Sabtu setelah lima hari
penumpukan polusi. Di daerah padat penduduk dekat pesisir, seperti Pesisir Timur Amerika
Serikat, dampaknya bisa dramatis: ada kemungkinan hujan 22% lebih tinggi pada hari Sabtu
daripada Senin.[53] Dampak pulau panas perkotaan memanaskan kota sebesar 0.6 C (1.1 F)
hingga 5.6 C (10.1 F) di atas kawasan pinggiran kota dan pedesaan sekitarnya. Panas
tambahan ini mendorong gerakan yang lebih besar ke atas dan menyebabkan aktivitas hujan
deras dan badai petir tambahan. Tingkat curah hujan di bawah angin kota meningkat antara
48% dan 116%. Sebagai akibat pemanasan ini, curah hujan bulanan 28% lebih besar antara
20 mile (32 km) hingga 40 mile (64 km) di bawah angin kota, jika dibandingkan dengan atas
angin.[54] Sejumlah kota mengakibatkan curah hujan total meningkat sebesar 51%.[55]

Anomali suhu permukaan rata-rata pada periode 1999 hingga 2008 dibandingkan dengan
suhu rata-rata dari 1940 hingga 1980

Suhu yang meningkat cenderung meningkatkan penguapan yang dapat mendorong lebih
banyak hujan. Jumlah peristiwa hujan meningkat di daratan sebelah utara 30N sejak 1900
hingga 2005, namun mulai menurun di kawasan tropis sejak 1970-an. Di seluruh dunia, tidak
ada kecenderungan presipitasi keseluruhan secara statistik dalam satu abad terakhir, meski
kecenderungan hujan bervariasi menurut daerah dan waktunya. Wilayah timur Amerika Utara
dan Selatan, Eropa Utara, dan Asia Tengah semakin basah, Sahel, Mediterania, Afrika bagian
Selatan, dan beberapa bagian Asia Selatan semakin kering. Terjadi peningkatan jumlah
peristiwa hujan deras di berbagai daerah dalam satu abad terakhir, termasuk peningkatan
sejak 1970-an akibat banyaknya kekeringankhususnya di wilayah tropis dan subtropis.
Perubahan curah hujan dan penguapan di samudra diakibatkan oleh berkurangnya salinitas di
perairan lintang tengah dan tinggi (berarti lebih banyak hujan) dan meningkatnya salinitas di
lintang rendah (berarti sedikit hujan dan/atau banyak penguapan). Di daratan Amerika
Serikat, total curah hujan tahunan meningkat dengan tingkat rata-rata 6,1 persen per abad
sejak 1900, dengan peningkatan tertinggi terjadi di wilayah iklim Tengah Utara Timur (11,6
persen per abad) dan Selatan (11,1 persen). Hawaii adalah satu-satunya wilayah yang
mengalami penurunan (-9,25 persen).[56]

Upaya mempengaruhi cuaca yang paling sukses adalah penyemaian awan yang melibatkan
teknik peningkatan presipitasi musim dingin di atas pegunungan dan mengurangi hujan es.[57]

Karakteristik
Pola

Ikatan badai petir terlihat di tampilan radar cuaca


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan hujan

Ikatan hujan adalah wilayah awan dan presipitasi yang panjang. Gelombang hujan dapat
bersifat stratiform atau konvektif,[58] dan terbentuk akibat perbedaan suhu. Jika dilihat melalui
pencitraan radar cuaca, perpanjangan presipitasi ini disebut sebagai struktur terikat.[59] Ikatan
hujan mendahului front tutupan panas dan front panas dikaitkan dengan gerakan lemah ke
atas,[60] dan cenderung lebar serta bersifat stratiform.[61]

Ikatan hujan yang muncul dekat dan mendahului front dingin bisa jadi merupakan garis
squall yang mampu menghasilkan tornado.[62] Ikatan hujan yang dikaitkan dengan front
dingin dapat dibelokkan oleh pegunungan lurus terhadap orientasi front karena pembentukan
jet penghalang tingkat rendah.[63] Ikatan badai petir dapat terbentuk bersama angin laut dan
angin darat jika kelembapan yang diperlukan untuk membentuknya ada pada saat itu. Jika
ikatan hujan angin laut cukup aktif mendahului front dingin, mereka mampu menutupi lokasi
front dingin tersebut.[64]

Ketika siklon menutupi langit, sebuah truf udara panas tinggi (trough of warm air aloft), atau
"trowal", akan terjadi akibat angin selatan yang kuat di perbatasan timurnya berputar-putar
tinggi mengitari kawasan timur lautnya, dan mengarah ke periferi (juga disebut sabuk
pengangkut panas) barat lautor, memaksa truf permukaan berlanjut ke sektor dingin
lengkungan yang sama menuju front tutupan. Trowal menciptakan bagian dari siklon tutupan
yang disebut sebagai kepala koma, karena bentuk awan pertengahan troposfer seperti koma
yang menyertai fenomena ini. Ini juga bisa menjadi fokus atas presipitasi lokal yang deras,
dengan kemungkinan badai petir jika atmosfer di sepanjang trowal cukup stabil untuk
menciptakan konveksi.[65] Pengikatan di dalam pola presipitasi kepala koma suatu siklon
ekstratropis dapat menandakan hujan deras.[66] Di balik siklon ekstratropis pada musim gugur
dan dingin, ikatan hujan dapat terbentuk di bawah angin permukaan air panas seperti Danau-
Danau Besar. Di bawah angin kepulauan, ikatan hujan deras dan badai petir dapat terbentuk
karena konvergensi angin tingkat rendah di bawah angin batas pulau. Di lepas pantai
California, hal ini terjadi ketika adanya peningkatan front dingin.[67]

Ikatan hujan dengan siklon tropis memiliki orientasi melengkung. Siklon tropis berisikan
hujan deras dan badai petir yang, bersama dinding mata dan mata, membentuk hurikan atau
badai tropis. Batas ikatan hujan di sekitar siklon tropis dapat membantu menentukan
intensitas siklon tersebut.[68]

Keasaman
Siklus hujan asam
Lihat pula: Hujan asam

pH hujan selalu bervariasi yang umumnya dikarenakan daerah asal hujan tersebut. Di pesisir
timur Amerika, hujan yang berasal dari Samudra Atlantik biasanya memiliki pH 5,0-5,6;
hujan yang berasal dari seberang benua (barat) memiliki pH 3,8-4,8; dan badai petir lokal
memiliki pH serendah 2,0.[69] Hujan menjadi asam karena keberadaan dua asam kuat, yaitu
asam belerang (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3). Asam belerang berasal dari sumber-sumber
alami seperti gunung berapi dan lahan basah (bakteri penghisap sulfat); dan sumber-sumber
antropogenik seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pertambangan yang mengandung
H2S. Asam nitrat dihasilkan oleh sumber-sumber alami seperti petir, bakteri tanah, dan
kebakaran alami; selain itu juga sumber-sumber antropogenik seperti pembakaran bahan
bakar fosil dan pembangkit listrik. Dalam 20 tahun terakhir, konsentrasi asam nitrat dan asam
belerang dalam air hujan telah berkurang yang dikarenakan adanya peningkatan amonium
(terutama amonia dari produksi ternak) yang berperan sebagai penahan hujan asam dan
meningkatkan pH-nya.[70]

Pengelompokan iklim Kppen

Peta iklim Kppen-Geiger terbaru[71]


Af BWh Csa Cwa Cfa Dsa Dwa Dfa ET
Am BWk Csb Cwb Cfb Dsb Dwb Dfb EF
Aw BSh Cfc Dsc Dwc Dfc
BSk Dsd Dwd Dfd
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengelompokan iklim Kppen
Klasifikasi Kppen bergantung pada nilai suhu dan presipitasi rata-rata bulanan. Bentuk
klasifikasi Kppen yang umum digunakan memiliki lima jenis utama mulai dari A hingga E.
Jenis utama tersebut adalah A, tropis; B, kering; C, sejuk lintang menengah; D, dingin lintang
menengah; dan E, kutub. Lima klasifikasi utama ini dapat dibagi lagi menjadi klasifikasi
sekunder seperti hutan hujan, monsun, sabana tropis, subtropis lembap, daratan lembap, iklim
lautan, iklim mediterania, stepa, iklim subarktik, tundra, daratan es kutub, dan gurun.

Hutan hujan ditandai dengan curah hujan tinggi yang minimum normal tahunnya antara 1,750
milimeter (69 in) dan 2,000 milimeter (79 in).[72] Sebuah sabana tropis adalah bioma daratan
rumput yang terletak di kawasan iklim semi-gersang hingga semi-lembap di lintang subtropis
dan tropis dengan curah hujan antara 750 milimeter (30 in) dan 1,270 milimeter (50 in) per
tahun. Sabana tropis tersebar di Afrika, India, wilayah utara Amerika Selatan, Malaysia, dan
Australia.[73] Zona iklim subtropis lembap adalah daerah yang hujan musim dinginnya
dikaitkan dengan badai besar yang diarahkan angin westerlies dari barat ke timur.
Kebanyakan hujan musim panas terjadi selama badai petir dan siklon tropis.[74] Iklim
subtropis lembap terletak di daratan sebelah timur, antara lintang 20 dan 40 derajat dari
khatulistiwa.[75]

Iklim lautan (atau oseanik/maritim) dapat dijumpai di sepanjang pesisir barat di lintang
tengah seluruh benua di dunia, berbatasan dengan lautan dingin dan wilayah tenggara
Australia, dan memiliki presipitasi besar sepanjang tahun.[76] Iklim mediterania membentuk
iklim benua di Cekungan Mediterania, sebagian wilayah barat Amerika Utara, sebagian
Australia Barat dan Selatan, wilayah barat daya Afrika Selatan dan sebagian wilayah tengah
Chili. Iklim ini ditandai oleh musim panas yang panas dan kering dan musim dingin yang
dingin dan basah.[77] Stepa adalah daratan rumput kering.[78] Iklim subarktik bersifat dingin
dengan permafrost abadi dan presipitasi kecil.[79]

Pengukuran
Alat ukur
Pengukur hujan standar

Stasiun Curah Hujan Telemetri


Lihat pula: Pengukur hujan, Disdrometer, dan Pengukur salju

Cara standar untuk mengukur curah hujan atau curah salju adalah menggunakan pengukur
hujan standar, dengan variasi plastik 100-mm (4-in) dan logam 200-mm (8-in).[80] Tabung
dalam diisi dengan 25 mm (0.98 in) hujan, limpahannya mengalir ke tabung luar. Pengukur
plastik memiliki tanda di tabung dalam hingga resolusi 0.25 mm (0.0098 in), sementara
pengukur logam membutuhkan batang yang dirancang dengan tanda 0.25 mm (0.0098 in).
Setelah tabung dalam penuh, isinya dibuang dan diisi dengan air hujan yang tersisa di tabung
luar sampai tabung luar kosong, sehingga menjumlahkan total keseluruhan sampai tabung
luar kosong.[81] Jenis pengukuran lain adalah pengukur hujan sepatu yang populer (pengukur
termurah dan paling rentan), ember miring, dan beban.[82] Untuk mengukur curah hujan
dengan cara yang murah, kaleng silindris dengan sisi tegak dapat dipakai sebagai pengukur
hujan jika dibiarkan berada di tempat terbuka, namun akurasinya bergantung pada penggaris
yang digunakan untuk mengukur hujan. Semua pengukur hujan tadi dapat dibuat sendiri
dengan pengetahuan yang memadai.[83]

Ketika penghitungan curah hujan dilakukan, berbagai jaringan muncul di seluruh Amerika
Serikat dan tempat lain ketika penghitungan curah hujan dapat dikirimkan melalui Internet,
seperti CoCoRAHS atau GLOBE.[84][85] Jika jariingan Internet tidak tersedia di daerah tempat
tinggal, stasiun cuaca terdekat atau kantor meteorologi akan melakukan penghitungan.[86]

Satu milimeter curah hujan sama dengan satu liter air per meter persegi. Ini
menyederhanakan penghitungan kebutuhan air untuk pertanian.[87]

Sensor jarak jauh

Lihat pula: Radar cuaca

Akumulasi curah hujan 24 jam di radar Val d'Irne, Kanada Timur. Zona tanpa data di timur
dan barat daya disebabkan adanya sorotan sinar dari pegunungan. (Sumber: Environment
Canada)

Salah satu kegunaan utama radar cuaca adalah mampu menilai jumlah curah hujan yang jatuh
di cekungan besar untuk keperluan hidrologis.[88] Misalnya, pengendalian banjir sungai,
pengelolaan selokan bawah tanah, dan pembangunan bendungan adalah semua bidang yang
memerlukan data akumulasi curah hujan. Perhitungan curah hujan radar melengkapi data
stasiun darat yang dapat digunakan untuk kalibrasi. Untuk menghasilkan akumulasi radar,
tingkat hujan di satu titik dihitung menggunakan nilai data reflektivitas pada satu titik
jaringan. Persamaan radar kemudian dipakai, yaitu

Z berarti reflektivitas radar, R berarti tingkat curah hujan, dan A dan b adalah konstanta.[89]
Perhitungan curah hujan satelit memakai instrumen gelombang mikro pasif di atas orbit kutub
serta satelit cuaca geostasioner untuk mengukur tingkat curah hujan secara tidak langsung.[90]
Untuk menghasilkan akumulasi curah hujan pada satu periode waktu tertentu, semua
akumulasi dari masing-masing kotak jaringan di dalam gambar pada waktu itu harus
dijumlahkan.

Intensitas

Heavy rain in Glenshaw, PA

Suara hujan deras di permukiman pinggiran kota

Kesulitan mendengarkan berkas ini? Lihat bantuan.

Intensitas curah hujan dikelompokkan menurut tingkat presipitasi:

Gerimis ketika tingkat presipitasinya < 2.5 milimeter (0.098 in) per jam

Hujan sedang ketika tingkat presipitasinya antara 2.5 milimeter (0.098 in) - 7.6
milimeter (0.30 in) atau 10 milimeter (0.39 in) per jam[91][92]

Hujan deras ketika tingkat presipitasinya > 7.6 milimeter (0.30 in) per jam,[91] atau
antara 10 milimeter (0.39 in) dan 50 milimeter (2.0 in) per jam[92]

Hujan badai ketika tingkat presipitasinya > 50 milimeter (2.0 in) per jam[92]

Periode kembali

Lihat pula: Banjir 100 tahun

Kemungkinan suatu peristiwa dengan intensitas dan durasi tertentu disebut frekuensi atau
periode kembali.[93] Intensitas badai dapat diperkirakan untuk periode kembali dan durasi
badai apapun dengan melihat grafik yang didasarkan pada data historis lokasi hujan.[94] Istilah
badai 1 dalam 10 tahun menjelaskan peristiwa hujan yang jarang dan hanya mungkin terjadi
sekali setiap 10 tahun, sehingga hujan ini memiliki kemungkinan 10 persen setiap tahun.
Hujan akan lebih deras dan banjir akan lebih buruk daripada badai terburuk yang terjadi
dalam satu tahun. Istilah badai 1 dalam 100 tahun menjelaskan peristiwa hujan yang sangat
jarang dan akan terjadi dengan kemungkinan sekali dalam satu abad, sehingga hujan ini
memiliki kemungkinan 1 persen setiap tahun. Hujan akan menjadi ekstrem dan banjir lebih
parah daripada peristiwa 1 dalam 10 tahun tersebut. Seperti semua peristiwa kemungkinan,
"badai 1 dalam 100 tahun" bisa saja terjadi berkali-kali dalam satu tahun saja.[95]

Prakiraan hujan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Prakiraan presipitasi kuantitatif
Contoh prakiraan hujan lima hari dari Hydrometeorological Prediction Center

Prakiraan Presipitasi Kuantitatif (disingkat PPK; QPF dalam bahasa Inggris) adalah perkiraan
jumlah presipitasi cair yang terkumpul dalam periode tertentu di suatu daerah.[96] PPK akan
diperinci ketika jenis presipitasi terukurkan yang mencapai batas minimal merupakan
prakiraan untuk setiap am selama periode sah PPK. Prakiraan presipitasi cenderung dibatasi
oleh jam sinoptis seperti 0000, 0600, 1200 dan 1800 GMT. Relief daratan juga termasuk
dalam PPK melalui pemakaian topografi atau berdasarkan pola presipitasi iklim dari hasil
observasi dengan rincian jelas.[97] Dimulai pada pertengahan hingga akhir 1990-an, PPK
digunakan dalam model prakiraan hidrologi untuk mensimulasikan dampak terhadap sungai
di seluruh Amerika Serikat.[98] Model prakiraan memperlihatkan sensitivitas tertentu terhadap
tingkat kelembapan di lapisan pelindung planet, atau di tingkat terendah atmosfer yang
menurun seiring ketinggiannya.[99] PPK dapat dibuat dengan dasar prakiraan jumlah
kuantitatif atau kemungkinan prakiraan jumlah kualitatif.[100] Teknik prakiraan citra radar
memperlihatkan kemampuan yang lebih tinggi daripada prakiraan model dalam 6 hingga
7 jam waktu citra radar. Prakiraan dapat diverifikasi melalui pemakaian pengukur hujan,
prakiraan radar cuaca, atau keduanya. Berbagai skor kemampuan dapat ditentukan untuk
mengukur nilai prakiraan curah hujan.[101]

Dampak
Pertanian

Prakiraan hujan untuk Jepang Selatan dan sekitarnya pada 2027 Juli 2009.

Presipitasi, khususnya hujan, memiliki dampak dramatis terhadap pertanian. Semua


tumbuhan memerlukan air untuk hidup, sehingga hujan (cara mengairi paling efektif) sangat
penting bagi pertanian. Pola hujan biasa bersifat vital untuk kesehatan tumbuhan, terlalu
banyak atau terlalu sedikit hujan dapat membahayakan, bahkan merusak panen. Kekeringan
dapat mematikan panen dan menambah erosi,[102] sementara terlalu basah dapat mendorong
pertumbuhan jamur berbahaya.[103] Tumbuhan memerlukan beragam jumlah air hujan untuk
hidup. Misalnya, kaktus tertentu memerlukan sedikit air,[104] sementara tanaman tropis
memerlukan ratusan inci hujan per tahun untuk hidup.

Di daerah musim hujan dan kemarau, nutrien tanah tersapu dan erosi meningkat selama
musim hujan.[24] Hewan memiliki strategi adaptasi dan bertahan hidup di wilayah basah.
Musim kemarau sebelumnya mengakibatkan kelangkaan makanan menjelang musim hujan,
karena tanaman panen harus tumbuh terlebih dahulu.[105] Negara-negara berkembang
mencatat bahwa penduduknya memiliki fluktuasi berat badan musiman karena kelangkaan
makanan sebelum panen pertama yang terjadi pada akhir musim hujan.[106] Hujan dapat
ditampung menggunakan tangki air hujan; diolah agar dapat dikonsumsi, non-konsumsi
dalam ruang atau irigasi.[107] Hujan berlebihan dalam waktu singkat dapat menyebabkan
banjir bandang.[108]

Budaya

Tanggapan budaya terhadap hujan berbeda-beda di seluruh dunia. Di daerah beriklim sedang,
masyarakat, terutama pria, cenderung kesal ketika cuaca tidak stabil atau berawan.[109] Hujan
juga dapat membawa kebahagiaan dan dianggap menenangkan serta memiliki estetika yang
dinikmati masyarakat. Di daerah kering seperti India,[110] atau ketika terjadi kekeringan di
daerah lain,[111] hujan memperbaiki suasana hati masyarakat. Di Botswana, kata 'hujan' dalam
bahasa Setswana, "pula", digunakan sebagai nama mata uang nasional karena pentingnya
hujan terhadap ekonomi negara gurun ini.[112] Beberapa budaya mengembangkan cara
menghadapi hujan dengan berbagai alat lindung seperti payung dan jas hujan, serta alat
pengalihan seperti talang air dan drainase badai yang mengalirkan air hujan ke selokan.[113]
Banyak orang mencium adanya bau yang menenangkan selama dan sesaat setelah hujan.
Sumber bau ini adalah petrikor, minyak yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan, kemudian
diserap bebatuan dan tanah dan dilepaskan ke udara selama hujan berlangsung.[114]

Klimatologi global
Lihat pula: Klimatologi curah hujan Bumi

Air sebanyak 505,000 cubic kilometer (121,000 cu mi) jatuh sebagai hujan setiap tahunnya di
seluruh dunia, 398,000 cubic kilometer (95,000 cu mi) jatuh ke lautan.[115] Jika dibandingkan
dengan luas permukaan Bumi, curah hujan rata-rata tahunan secara global mencapai 990
milimeter (39 in). Padang pasir ditetapkan sebagai wilayah dengan curah hujan rata-rata
tahunan kurang dari 250 milimeter (10 in) per tahun,[116][117] atau sebagai wilayah ketika air
lebih banyak yang menguap akibat evapotranspirasi daripada yang jatuh sebagai presipitasi.
[118]

Gurun

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gurun

Gurun-gurun terbesar
Setengah benua Afrika di bagian utara didominasi gurun pasir atau wilayah gersang,
termasuk Gurun Sahara. Di Asia, wilayah yang curah hujan minimum tahunannya besar,
sebagian besar terdiri dari gurun pasir mulai dari Gurun Gobi di barat-barat daya Mongolia
melintasi barat Pakistan (Balochistan) dan Iran hingga Gurun Arab di Saudi Arabia. Sebagian
besar Australia semi-gersang atau terdiri dari gurun pasir,[119] sehingga menjadikannya benua
berpenghuni terkering di dunia. Di Amerika Selatan, untaian pegunungan Andes menahan
kelembapan Samudra Pasifik yang tiba di benua ini, sehingga memunculkan iklim mirip
gurun di wilayah barat Argentina.[40] Wilayah kering di Amerika Serikat adalah wilayah
tempat gurun Sonora menyapu Desert Southwest, Great Basin, dan Wyoming bagian tengah.
[120]

Wilayah basah

Lihat pula: Monsun dan Truf monsun

Wilayah khatulistiwa dekat Zona Konvergensi Intertropis (ITCZ), atau truf monsun, adalah
wilayah terbasah di dunia. Setiap tahun, sabuk hujan di wilayah tropis bergerak ke utara pada
bulan Agustus, kemudian bergerak kembali ke selatan menuju Belahan Bumi Selatan pada
bulan Februari dan Maret.[121] Di Asia, hujan tersebar di seluruh wilayah selatan benua ini dari
kawasan timur dan timur laut India hingga Filipina dan Cina selatan sampai Jepang karena
monsun mengadveksikan kelembapan dari Samudera Hindia ke wilayah ini.[122] Truf monsun
dapat memanjang ke utara hingga garis paralel ke-40 di Asia Timur pada bulan Agustus
sebelum bergerak ke selatan. Pergerakannya ke kutub ini didorong oleh monsun musim panas
yang ditandai dengan munculnya tekanan udara rendah (tekanan rendah panas) di kawasan
terpanas Asia.[123][124] Sirkulasi monsun sejenis, namun lebih lemah, terjadi di Amerika Utara
dan Australia.[125][126] Pada musim panas, monsun Barat Laut bersama kelembapan Teluk
California dan Teluk Meksiko bergerak mengitari pegunungan subtropis di Samudera
Atlantik, mengangkut badai petir sore dan malam di wilayah selatan Amerika Serikat dan
Dataran Besar.[127] Daratan Amerika Serikat di sebelah timur meridian ke-98, pegunungan
Barat Laut Pasifik, dan Sierra Nevada adalah wilayah terbasah di negara ini, dengan curah
hujan rata-rata melebihi 30 inches (760 mm) per tahun.[120] Siklon tropis mendorong
terjadinya hujan di seluruh wilayah selatan Amerika Serikat,[128] serta Puerto Riko, Kepulauan
Virgin Amerika Serikat,[129] Kepulauan Mariana Utara,[130] Guam, dan Samoa Amerika.

Dampak Westerlies

Hujan rata-rata jangka panjang menurut bulan


Lihat pula: Westerlies
Westerly bergerak dari garis depan sejuk Atlantik Utara ke daerah lembap di Eropa Barat,
terutama Britania Raya, yang pesisir baratnya menerima curah hujan antara 1,000 mm (39 in)
di permukaan laut dan 2,500 mm (98 in) di pegunungan setiap tahunnya. Bergen, Norwegia
adalah salah satu kota hujan terkenal di Eropa dengan curah hujan rata-rata tahunan mencapai
2,250 mm (89 in). Selama musim gugur, dingin, dan semi, sistem badai Pasifik mengangkut
sebagian besar hujan untuk Hawaii dan Amerika Serikat bagian barat.[127] Di puncak
pegunungan, arus jet membawa hujan maksimum musim panas ke Danau-Danau Besar.
Kawasan badai petir besar bernama kompleks konvektif skala meso bergerak ke Dataran
Besar, Barat Tengah, dan Danau-Danau Besar selama musim panas, sehingga menyumbang
10% hujan tahunan di wilayah ini.[131]

Osilasi Selatan-El Nio mempengaruhi persebaran hujan dengan mengacaukan pola hujan di
seluruh Amerika Serikat bagian Barat,[132] Barat Tengah,[133][134] Tenggara,[135] dan wilayah
tropis. Ada pula bukti bahwa pemanasan global mendorong peningkatan hujan di Amerika
Utara bagian timur, sementara kekeringan semakin sering terjadi di wilayah tropis dan
subtropis.

Daerah terlembap

Cherrapunji, terletak di lereng selatan Himlaya Timur di Shillong, India adalah salah satu
kawasan terlembap atau terbasah di Bumi, dengan curah hujan rata-rata tahunan mencapai
11,430 mm (450 in). Curah hujan tertinggi yang tercatat dalam satu tahun adalah 22,987 mm
(905.0 in) pada 1861. Rata-rata 38 tahun di Mawsynram, Meghalaya, India adalah
11,873 mm (467.4 in).[136] Daerah terlembap di Australia adalah Mount Bellenden Ker di
timur laut negara ini yang memiliki curah hujan rata-rata 8,000 milimeter (310 in) per tahun.
Pada 2000, curah hujan di daerah ini mencetak rekor tertinggi yaitu 12,200 mm (480.3 in).[137]
Mount Waialeale di pulau Kaua'i di Kepulauan Hawaii memiliki curah hujan rata-rata lebih
dari 11,680 milimeter (460 in) dalam 32 tahun terakhir, dengan rekor 17,340 milimeter
(683 in) tahun 1982. Puncaknya dianggap sebagai salah satu daerah terbasah di Bumi. Daerah
ini telah dipromosikan dalam literatur wisata selama beberapa tahun sebagai tempat terbasah
di Bumi.[138] Llor, sebuah kota di Choc, Kolombia, dianggap seabgai daerah dengan curah
hujan terukur terbesar di dunia, rata-rata mencapai 13,300 mm (520 in) per tahun.[139]
Departemen Choc sangat lembap. Tutunendo, sebuah kota di departemen ini merupakan
salah satu tempat yang diperkirakan terlembap di Bumi, rata-rata tahunannya mencapai
11,394 mm (448.6 in); pada tahun 1974, kota ini memiliki curah hujan 26,303 mm (86 ft
3.6 in), curah hujan tahunan terbesar yang pernah diukur di Kolombia. Tidak seperti
Cherrapunji yang hujan antara April dan September, Tutunendo mengalami hujan tersebar
merata sepanjang tahun.[140] Quibd, ibu kota Choc, mengalami hujan paling banyak di Bumi
di antara kota-kota lebih dari 100.000 jiwa, yaitu 9,000 milimeter (350 in) per tahun.[139]
Badai di Choc dapat menghasilkan curah hujan 500 mm (20 in) dalam satu hari. Jumlah ini
lebih banyak daripada curah hujan di berbagai kota di dunia dalam satu tahun.

Rata-rata
Ketinggian Tahun
Benua tertinggi Wilayah
(kaki/m) Pencatatan
(inci/mm)

Amerika 523.6 in 520 ft (158 m)


Llor, Kolombia[a][b] [c] 29
Selatan (13,299 mm)
467.4 in Mawsynram, India[a] 4,597 ft
Asia [d] 39
(11,872 mm) (1,401 m)

460.0 in Mount Waialeale, 5,148 ft


Oseania 30
(11,684 mm) Kauai, Hawaii (AS)[a] (1,569 m)

405.0 in Debundscha,
Afrika 30 ft (9.1 m) 32
(10,287 mm) Kamerun

Amerika 354.0 in 120 ft


Quibdo, Kolombia 16
Selatan (8,992 mm) (36.6 m)

340.0 in Mount Bellenden 5,102 ft


Australia 9
(8,636 mm) Ker, Queensland (1,555 m)

Amerika 256.0 in Henderson Lake,


12 ft (3.66 m) 14
Utara (6,502 mm) British Columbia

183.0 in 3,337 ft
Eropa Crkvice, Montenegro 22
(4,648 mm) (1,017 m)

Sumber (tanpa konversi): Global Measured Extremes of Temperature and Precipitation,


National Climatic Data Center. August 9, 2004.[141]

Curah hujan
Benua Wilayah Referensi
tertinggi

Curah hujan rata-


467.4 in [142]
rata tahunan Asia Mawsynram, India
(11,872 mm)
tertinggi

Tertinggi dalam satu 1,042 in [143]


Asia Cherrapunji, India
tahun (26,467 mm)

Tertinggi dalam satu 366 in [143]


Asia Cherrapunji, India
bulan (9,296 mm)

Tertinggi dalam 24 Samudra Fac Fac, Pulau La 73 in [144]


jam Hindia Reunion (1,854 mm)

Tertinggi dalam 12 Samudra Belouve, Pulau La 53 in [143]


jam Hindia Reunion (1,346 mm)

Tertinggi dalam satu Amerika Guadeloupe, [144]


1.5 in (38 mm)
menit Utara Kepulauan Karibia

Lihat pula

Johad Debu hujan


Tarian hujan Hujan merah di Kerala

Sensor hujan Luapan selokan bawah tanah

Pelangi Curah hujan sedimen

Hujan hewan Sumber air

Cuaca

Pembekuan hujan

Catatan
abc
Nilai yang diberikan adalah yang tertinggi di benua ini dan bisa jadi di dunia
tergantung cara, prosedur dan periode pengukuran berbagai pencatatan.

^
Curah hujan rata-rata tahunan tertinggi resmi di Amerika Selatan adalah 354 inci di
Quibdo, Kolombia. Rata-rata 523.6 inci di Lloro, Kolombia [14 mil tenggara dan
ketinggian lebih tinggi dari Quibdo] hanyalah jumlah perkiraan.

^
Perkiraan ketinggian.

^
Dianggap "Tempat Terlembap di Bumi" oleh Guinness Book of World Records.[142]

Referensi
1. ^ Steve Kempler (2009). "Parameter information page". NASA Goddard
Space Flight Center. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 26, 2007. Diakses
tanggal 2008-12-27.

2. ^ Mark Stoelinga (2005-09-12). Atmospheric Thermodynamics (PDF).


University of Washington. p. 80. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-06-02.
Diakses tanggal 2010-01-30.

3. ^ Glossary of Meteorology (June 2000). "Relative Humidity". American


Meteorological Society. Diakses tanggal 2010-01-29.

4. ^ Glossary of Meteorology (June 2000). "Cloud". American Meteorological


Society. Diakses tanggal 2010-01-29.

5. ^ Naval Meteorology and Oceanography Command (2007). "Atmospheric


Moisture". United States Navy. Diakses tanggal 2008-12-27.[pranala nonaktif]
6. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Adiabatic Process". American
Meteorological Society. Diakses tanggal 2008-12-27.

7. ^ TE Technology, Inc (2009). "Peltier Cold Plate". Diakses tanggal 2008-12-


27.

8. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Radiational cooling". American


Meteorological Society. Diakses tanggal 2008-12-27.

9. ^ Robert Fovell (2004). "Approaches to saturation" (PDF). University of


California in Los Angelese. Diakses tanggal 2009-02-07.

10. ^ Robert Penrose Pearce (2002). Meteorology at the Millennium. Academic


Press. p. 66. ISBN 978-0-12-548035-2. Diakses tanggal 2009-01-02.

11. ^ National Weather Service Office, Spokane, Washington (2009). "Virga and
Dry Thunderstorms". Diakses tanggal 2009-01-02.

12. ^ Bart van den Hurk and Eleanor Blyth (2008). "Global maps of Local Land-
Atmosphere coupling" (PDF). KNMI. Diakses tanggal 2009-01-02.

13. ^ Krishna Ramanujan and Brad Bohlander (2002). "Landcover changes may
rival greenhouse gases as cause of climate change". National Aeronautics and Space
Administration Goddard Space Flight Center. Diarsipkan dari versi asli tanggal June
3, 2008. Diakses tanggal 2009-01-02.

14. ^ National Weather Service JetStream (2008). "Air Masses". Diakses tanggal
2009-01-02.

15. ^ a b Dr. Michael Pidwirny (2008). "CHAPTER 8: Introduction to the


Hydrosphere (e). Cloud Formation Processes". Physical Geography. Diakses tanggal
2009-01-01.

16. ^ Glossary of Meteorology (June 2000). "Front". American Meteorological


Society. Diakses tanggal 2010-01-29.

17. ^ a b David Roth. "Unified Surface Analysis Manual" (PDF).


Hydrometeorological Prediction Center. Diakses tanggal 2006-10-22. Kesalahan
pengutipan: Invalid <ref> tag; name "DR" defined multiple times with different
content

18. ^ FMI (2007). "Fog And Stratus - Meteorological Physical Background".


Zentralanstalt fr Meteorologie und Geodynamik. Diakses tanggal 2009-02-07.

19. ^ Glossary of Meteorology (June 2000). "Warm Rain Process". American


Meteorological Society. Diakses tanggal 2010-01-15.

20. ^ Paul Sirvatka (2003). "Cloud Physics: Collision/Coalescence; The Bergeron


Process". College of DuPage. Diakses tanggal 2009-01-01.
21. ^ Alistair B. Fraser (2003-01-15). "Bad Meteorology: Raindrops are shaped
like teardrops.". Pennsylvania State University. Diakses tanggal 2008-04-07.

22. ^ United States Geological Survey (2009). "Are raindrops tear shaped?".
United States Department of the Interior. Diakses tanggal 2008-12-27.

23. ^ Paul Rincon (2004-07-16). "Monster raindrops delight experts". British


Broadcasting Company. Diakses tanggal 2009-11-30.

24. ^ a b c J . S. 0guntoyinbo and F. 0. Akintola (1983). "Rainstorm characteristics


affecting water availability for agriculture" (PDF). IAHS Publication Number 140.
Diakses tanggal 2008-12-27. Kesalahan pengutipan: Invalid <ref> tag; name "JS"
defined multiple times with different content

25. ^ Robert A. Houze Jr (October 1997). "Stratiform Precipitation in Regions of


Convection: A Meteorological Paradox?" (PDF). Bulletin of the American
Meteorological Society 78 (10): 21792196. doi:10.1175/1520-
0477(1997)078<2179:SPIROC>2.0.CO;2. ISSN 1520-0477. Diakses tanggal 2008-
12-27. [pranala nonaktif]

26. ^ Norman W. Junker (2008). "An ingredients based methodology for


forecasting precipitation associated with MCSs". Hydrometeorological Prediction
Center. Diakses tanggal 2009-02-07.

27. ^ "Falling raindrops hit 5 to 20 mph speeds". Weather Quest. Diakses tanggal
2008-04-08.

28. ^ Andrea Prosperetti and Hasan N. Oguz (1993). "The impact of drops on
liquid surfaces and the underwater noise of rain" (PDF). Annual Review of Fluid
Mechanics 25: 577602. Bibcode:1993AnRFM..25..577P.
doi:10.1146/annurev.fl.25.010193.003045. Diakses tanggal 2006-12-09.

29. ^ Ryan C. Rankin (June 2005). "Bubble Resonance". The Physics of Bubbles,
Antibubbles, and all That. Diakses tanggal 2006-12-09.

30. ^ Alaska Air Flight Service Station (2007-04-10). "SA-METAR". Federal


Aviation Administration. Diakses tanggal 2009-08-29.

31. ^ a b B. Geerts (2002). "Convective and stratiform rainfall in the tropics".


University of Wyoming. Diakses tanggal 2007-11-27.

32. ^ MetEd (2003-03-14). "Precipitation Type Forecasts in the Southeastern and


Mid-Atlantic states". University Corporation for Atmospheric Research. Diakses
tanggal 2010-01-30.

33. ^ "Meso-Analyst Severe Weather Guide". University Corporation for


Atmospheric Research. 2003-01-16. Diakses tanggal 2009-07-16.

34. ^ Robert Houze (October 1997). "Stratiform Precipitation in Regions of


Convection: A Meteorological Paradox?". Bulletin of the American Meteorological
Society 78 (10): 2179. doi:10.1175/1520-0477(1997)078<2179:SPIROC>2.0.CO;2.
ISSN 1520-0477.

35. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Graupel". American Meteorological


Society. Diakses tanggal 2009-01-02.

36. ^ Toby N. Carlson (1991). Mid-latitude Weather Systems. Routledge. p. 216.


ISBN 978-0-04-551115-0. Diakses tanggal 2009-02-07.

37. ^ Diana Leone (2002). "Rain supreme". Honolulu Star-Bulletin. Diakses


tanggal 2008-03-19.

38. ^ Steven Businger and Thomas Birchard, Jr. A Bow Echo and Severe Weather
Associated with a Kona Low in Hawaii. Retrieved on 2007-05-22.

39. ^ Western Regional Climate Center (2002). "Climate of Hawaii". Diakses


tanggal 2008-03-19.

40. ^ a b Paul E. Lydolph (1985). The Climate of the Earth. Rowman & Littlefield.
p. 333. ISBN 978-0-86598-119-5. Diakses tanggal 2009-01-02.

41. ^ Michael A. Mares (1999). Encyclopedia of Deserts. University of Oklahoma


Press. p. 252. ISBN 978-0-8061-3146-7. Diakses tanggal 2009-01-02.

42. ^ Adam Ganson (2003). "Geology of Death Valley". Indiana University.


Diakses tanggal 2009-02-07.

43. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Rainy season". American Meteorological


Society. Diakses tanggal 2008-12-27.

44. ^ Costa Rica Guide (2005). "When to Travel to Costa Rica". ToucanGuides.
Diakses tanggal 2008-12-27.

45. ^ Michael Pidwirny (2008). "CHAPTER 9: Introduction to the Biosphere".


PhysicalGeography.net. Diakses tanggal 2008-12-27.

46. ^ Elisabeth M. Benders-Hyde (2003). "World Climates". Blue Planet Biomes.


Diakses tanggal 2008-12-27.

47. ^ Mei Zheng (2000). "The sources and characteristics of atmospheric


particulates during the wet and dry seasons in Hong Kong". University of Rhode
Island. Diakses tanggal 2008-12-27.

48. ^ S. I. Efe, F. E. Ogban, M. J. Horsfall, E. E. Akporhonor (2005). "Seasonal


Variations of Physico-chemical Characteristics in Water Resources Quality in Western
Niger Delta Region, Nigeria" (PDF). Journal of Applied Scientific Environmental
Management 9 (1): 191195. ISSN 1119-8362. Diakses tanggal 2008-12-27.
49. ^ C. D. Haynes, M. G. Ridpath, M. A. J. Williams (1991). Monsoonal
Australia. Taylor & Francis. p. 90. ISBN 978-90-6191-638-3. Diakses tanggal 2008-
12-27.

50. ^ Chris Landsea (2007). "Subject: D3) Why do tropical cyclones' winds rotate
counter-clockwise (clockwise) in the Northern (Southern) Hemisphere?". National
Hurricane Center. Diakses tanggal 2009-01-02.

51. ^ Climate Prediction Center (2005). "2005 Tropical Eastern North Pacific
Hurricane Outlook". National Oceanic and Atmospheric Administration. Diakses
tanggal 2006-05-02.

52. ^ Jack Williams (2005-05-17). "Background: California's tropical storms".


USA Today. Diakses tanggal 2009-02-07.

53. ^ R. S. Cerveny and R. C. Balling (1998-08-06). "Weekly cycles of air


pollutants, precipitation and tropical cyclones in the coastal NW Atlantic region".
Nature 394 (6693): 561563. doi:10.1038/29043.

54. ^ Dale Fuchs (2005-06-28). "Spain goes hi-tech to beat drought". London:
The Guardian. Diakses tanggal 2007-08-02.

55. ^ Goddard Space Flight Center (2002-06-18). "[[NASA]] Satellite Confirms


Urban Heat Islands Increase Rainfall Around Cities". National Aeronautics and Space
Administration. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 12, 2008. Diakses tanggal
2009-07-17. Wikilink embedded in URL title (bantuan)

56. ^ Climate Change Division (2008-12-17). "Precipitation and Storm Changes".


United States Environmental Protection Agency. Diakses tanggal 2009-07-17.

57. ^ American Meteorological Society (1998-10-02). "Planned and Inadvertent


Weather Modification". Diakses tanggal 2010-01-31.

58. ^ Glossary of Meteorology (2009). Rainband. Retrieved on 2008-12-24.

59. ^ Glossary of Meteorology (2009). Banded structure. Retrieved on 2008-12-


24.

60. ^ Owen Hertzman (1988). Three-Dimensional Kinematics of Rainbands in


Midlatitude Cyclones. Retrieved on 2008-12-24

61. ^ Yuh-Lang Lin (2007). Mesoscale Dynamics. Retrieved on 2008-12-25.

62. ^ Glossary of Meteorology (2009). Prefrontal squall line. Retrieved on 2008-


12-24.

63. ^ J. D. Doyle (1997). The influence of mesoscale orography on a coastal jet


and rainband. Retrieved on 2008-12-25.
64. ^ A. Rodin (1995). Interaction of a cold front with a sea-breeze front
numerical simulations. Retrieved on 2008-12-25.

65. ^ St. Louis University (2003-08-04). "What is a TROWAL? via the Internet
Wayback Machine". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-16. Diakses tanggal
2006-11-02.

66. ^ David R. Novak, Lance F. Bosart, Daniel Keyser, and Jeff S. Waldstreicher
(2002). A Climatological and composite study of cold season banded precipitation in
the Northeast United States. Retrieved on 2008-12-26.

67. ^ Ivory J. Small (1999). An observation study of island effect bands:


precipitation producers in Southern California. Retrieved on 2008-12-26.

68. ^ University of WisconsinMadison (1998).Objective Dvorak Technique.


Retrieved on 2006-05-29.

69. ^ Joan D. Willey (1988-01). "Effect of storm type on rainwater composition in


southeastern North Carolina". Environmental Science & Technology.

70. ^ Joan D. Willey (2006-08-19). "Changing Chemical Composition of


Precipitation in Wilmington, North Carolina, U.S.A.: Implications for the Continental
U.S.A". Environmental Science & Technology.

71. ^ Peel, M. C. and Finlayson, B. L. and McMahon, T. A. (2007). "Updated


world map of the Kppen-Geiger climate classification". Hydrol. Earth Syst. Sci. 11:
16331644. ISSN 1027-5606. (direct:Final Revised Paper)

72. ^ Susan Woodward (1997-10-29). "Tropical Broadleaf Evergreen Forest: The


Rainforest". Radford University. Diakses tanggal 2008-03-14.

73. ^ Susan Woodward (2005-02-02). "Tropical Savannas". Radford University.


Diakses tanggal 2008-03-16.

74. ^ "Humid subtropical climate". Encyclopdia Britannica. Encyclopdia


Britannica Online. 2008. Diakses tanggal 2008-05-14.

75. ^ Michael Ritter (2008-12-24). "Humid Subtropical Climate". University of


WisconsinStevens Point. Diakses tanggal 2008-03-16.

76. ^ Lauren Springer Ogden (2008). Plant-Driven Design. Timber Press. p. 78.
ISBN 9780881928778.

77. ^ Michael Ritter (2008-12-24). "Mediterranean or Dry Summer Subtropical


Climate". University of WisconsinStevens Point. Diakses tanggal 2009-07-17.

78. ^ Brynn Schaffner and Kenneth Robinson (2003-06-06). "Steppe Climate".


West Tisbury Elementary School. Diakses tanggal 2008-04-15.
79. ^ Michael Ritter (2008-12-24). "Subarctic Climate". University of Wisconsin
Stevens Point. Diakses tanggal 2008-04-16.

80. ^ National Weather Service Office, Northern Indiana (2009). "8 Inch Non-
Recording Standard Rain Gauge". Diakses tanggal 2009-01-02.

81. ^ Chris Lehmann (2009). "10/00". Central Analytical Laboratory. Diakses


tanggal 2009-01-02.

82. ^ National Weather Service (2009). "Glossary: W". Diakses tanggal 2009-01-
01.

83. ^ Discovery School (2009). "Build Your Own Weather Station". Discovery
Education. Diakses tanggal 2009-01-02.

84. ^ "Community Collaborative Rain, Hail & Snow Network Main Page".
Colorado Climate Center. 2009. Diakses tanggal 2009-01-02.

85. ^ The Globe Program (2009). "Global Learning and Observations to Benefit
the Environment Program". Diakses tanggal 2009-01-02.

86. ^ National Weather Service (2009). "NOAA's National Weather Service Main
Page". Diakses tanggal 2009-01-01.

87. ^ FAO.org

88. ^ Kang-Tsung Chang, Jr-Chuan Huang, Shuh-Ji Kao, and Shou-Hao Chiang
(2009). "Radar Rainfall Estimates for Hydrologic and Landslide Modeling". Data
Assimilation for Atmospheric, Oceanic and Hydrologic Applications: 127145.
doi:10.1007/978-3-540-71056-1_6. ISBN 978-3-540-71056-1. Diakses tanggal 2010-
01-15.

89. ^ Eric Chay Ware (August 2005). "Corrections to Radar-Estimated


Precipitation Using Observed Rain Gauge Data: A Thesis" (PDF). Cornell University.
p. 1. Diakses tanggal 2010-01-02.

90. ^ Pearl Mngadi, Petrus JM Visser, and Elizabeth Ebert (October 2006).
"Southern Africa Satellite Derived Rainfall Estimates Validation" (PDF). International
Precipitation Working Group. p. 1. Diakses tanggal 2010-01-05.

91. ^ a b Glossary of Meteorology (June 2000). "Rain". American Meteorological


Society. Diakses tanggal 2010-01-15.

92. ^ a b c Met Office (August 2007). "Fact Sheet No. 3: Water in the Atmosphere"
(PDF). Crown Copyright. p. 6. Diakses tanggal 2011-05-12.

93. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Return period". American Meteorological


Society. Diakses tanggal 2009-01-02.
94. ^ Glossary of Meteorology (2009). "Rainfall intensity return period".
American Meteorological Society. Diakses tanggal 2009-01-02.

95. ^ Boulder Area Sustainability Information Network (2005). "What is a 100


year flood?". Boulder Community Network. Diakses tanggal 2009-01-02.

96. ^ Jack S. Bushong (1999). "Quantitative Precipitation Forecast: Its Generation


and Verification at the Southeast River Forecast Center" (PDF). University of Georgia.
Diakses tanggal 2008-12-31.

97. ^ Daniel Weygand (2008). "Optimizing Output From QPF Helper" (PDF).
National Weather Service Western Region. Diakses tanggal 2008-12-31.

98. ^ Noreen O. Schwein (2009). "Optimization of quantitative precipitation


forecast time horizons used in river forecasts". American Meteorological Society.
Diakses tanggal 2008-12-31.

99. ^ Christian Keil, Andreas Rpnack, George C. Craig, and Ulrich Schumann
(2008-12-31). "Sensitivity of quantitative precipitation forecast to height dependent
changes in humidity". Geophysical Research Letters 35 (9): L09812.
Bibcode:2008GeoRL..3509812K. doi:10.1029/2008GL033657.

100. ^ P. Reggiani and A. H. Weerts (February 2008). "Probabilistic Quantitative


Precipitation Forecast for Flood Prediction: An Application". Journal of
Hydrometeorology 9 (1): 7695. doi:10.1175/2007JHM858.1. Diakses tanggal 2008-
12-31.

101. ^ Charles Lin (2005). "Quantitative Precipitation Forecast (QPF) from


Weather Prediction Models and Radar Nowcasts, and Atmospheric Hydrological
Modelling for Flood Simulation" (PDF). Achieving Technological Innovation in Flood
Forecasting Project. Diakses tanggal 2009-01-01.

102. ^ Bureau of Meteorology (2010). "Living With Drought". Commonwealth of


Australia. Diakses tanggal 2010-01-15.

103. ^ Robert Burns (2007-06-06). "Texas Crop and Weather". Texas A&M
University. Diakses tanggal 2010-01-15.

104. ^ James D. Mauseth (2006-07-07). "Mauseth Research: Cacti". University of


Texas. Diakses tanggal 2010-01-15.

105. ^ A. Roberto Frisancho (1993). Human Adaptation and Accommodation.


University of Michigan Press, pp. 388. ISBN 978-0-472-09511-7. Retrieved on 2008-
12-27.

106. ^ Marti J. Van Liere, Eric-Alain D. Ategbo, Jan Hoorweg, Adel P. Den Hartog,
and Joseph G. A. J. Hautvast (1994). "The significance of socio-economic
characteristics for adult seasonal body-weight fluctuations: a study in north-western
Benin" (PDF). British Journal of Nutrition (Cambridge University Press) 72 (3): 479
488. doi:10.1079/BJN19940049. PMID 7947661.
107. ^ Texas Department of Environmental Quality (2008-01-16). "Harvesting,
Storing, and Treating Rainwater for Domestic Indoor Use" (PDF). Texas A&M
University. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-07-04. Diakses tanggal
2010-01-15.

108. ^ Glossary of Meteorology (June 2000). "Flash Flood". American


Meteorological Society. Diakses tanggal 2010-01-15.

109. ^ A. G. Barnston (1986-12-10). "The effect of weather on mood, productivity,


and frequency of emotional crisis in a temperate continental climate". International
Journal of Biometeorology 32 (4): 134143. doi:10.1007/BF01044907. Diakses
tanggal 2010-01-15.

110. ^ IANS (2009-03-23). "Sudden spell of rain lifts mood in Delhi". Thaindian
news. Diakses tanggal 2010-01-15.

111. ^ William Pack (2009-09-11). "Rain lifts moods of farmers". San Antonio
Express-News. Diakses tanggal 2010-01-15.

112. ^ Robyn Cox (2007). "Glossary of Setswana and Other Words". Diakses
tanggal 2010-01-15.

113. ^ Allen Burton and Robert Pitt (2002). Stormwater Effects Handbook: A
Toolbox for Watershed Managers, Scientists, and Engineers (PDF). CRC Press, LLC.
p. 4. Diakses tanggal 2010-01-15.

114. ^ Bear, I.J.; R.G. Thomas (March 1964). "Nature of argillaceous odour".
Nature 201 (4923): 993995. doi:10.1038/201993a0.

115. ^ Dr. Chowdhury's Guide to Planet Earth (2005). "The Water Cycle". WestEd.
Diakses tanggal 2006-10-24.

116. ^ Publications Service Center (2001-12-18). "What is a desert?". United States


Geologic Survey. Diakses tanggal 2010-01-15.

117. ^ According to What is a desert?, the 250 mm threshold definition is attributed


to Peveril Meigs.

118. ^ "desert". Encyclopdia Britannica online. Diakses tanggal 2008-02-09.

119. ^ "About Biodiversity". Department of the Environment and Heritage.


Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-02-05. Diakses tanggal 2007-09-18.

120. ^ a b NationalAtlas.gov (2009-09-17). "Precipitation of the Individual States


and of the Conterminous States". United States Department of the Interior. Diakses
tanggal 2010-01-15. Kesalahan pengutipan: Invalid <ref> tag; name "USatl" defined
multiple times with different content

121. ^ Todd Mitchell (October 2001). "Africa Rainfall Climatology". University of


Washington. Diakses tanggal 2010-01-02.
122. ^ W. Timothy Liu, Xiaosu Xie, and Wenqing Tang (2006). "Monsoon,
Orography, and Human Influence on Asian Rainfall" (PDF). Proceedings of the First
International Symposium in Cloud-prone & Rainy Areas Remote Sensing (CARRS),
Chinese University of Hong Kong (National Aeronautic and Space Administration Jet
Propulsion Laboratory). Diakses tanggal 2010-01-04.

123. ^ National Centre for Medium Range Forecasting (2004-10-23). "Chapter-II


Monsoon-2004: Onset, Advancement and Circulation Features" (PDF). India Ministry
of Earth Sciences. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-07-21. Diakses
tanggal 2008-05-03.

124. ^ Australian Broadcasting Corporation (1999-08-11). "Monsoon". Diakses


tanggal 2008-05-03.

125. ^ David J. Gochis, Luis Brito-Castillo, and W. James Shuttleworth (2006-01-


10). "Hydroclimatology of the North American Monsoon region in northwest
Mexico". Journal of Hydrology 316 (14): 5370. doi:10.1016/j.jhydrol.2005.04.021.
Diakses tanggal 2010-01-05.

126. ^ Bureau of Meteorology. Climate of Giles. Retrieved on 2008-05-03.

127. ^ a b J. Horel. Normal Monthly Precipitation, Inches. Retrieved on 2008-03-19.

128. ^ Kristen L. Corbosiero, Michael J. Dickinson, and Lance F. Bosart (2009).


"The Contribution of Eastern North Pacific Tropical Cyclones to the Rainfall
Climatology of the Southwest United States". Monthly Weather Review (American
Meteorological Society) 137 (8): 24152435. doi:10.1175/2009MWR2768.1.
ISSN 0027-0644.

129. ^ Central Intelligence Agency. The World Factbook Virgin Islands.


Retrieved on 2008-03-19.

130. ^ BBC. Weather Centre - World Weather - Country Guides - Northern Mariana
Islands. Retrieved on 2008-03-19.

131. ^ Walker S. Ashley, Thomas L. Mote, P. Grady Dixon, Sharon L. Trotter,


Emily J. Powell, Joshua D. Durkee, and Andrew J. Grundstein. Distribution of
Mesoscale Convective Complex Rainfall in the United States. Retrieved on 2008-03-
02.

132. ^ John Monteverdi and Jan Null. Western Region Technical Attachment NO.
97-37 November 21, 1997: El Nio and California Precipitation. Retrieved on 2008-
02-28.

133. ^ Southeast Climate Consortium (2007-12-20). "SECC Winter Climate


Outlook". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-04. Diakses tanggal 2008-02-29.

134. ^ Reuters (2007-02-16). "La Nina could mean dry summer in Midwest and
Plains". Diakses tanggal 2008-02-29.
135. ^ Climate Prediction Center. El Nio (ENSO) Related Rainfall Patterns Over
the Tropical Pacific. Retrieved on 2008-02-28.

136. ^ A. J. Philip (2004-10-12). "Mawsynram in India" (PDF). Tribune News


Service. Diakses tanggal 2010-01-05.[pranala nonaktif]

137. ^ Bureau of Meteorology (2010). "Significant Weather - December 2000


(Rainfall)". Commonwealth of Australia. Diakses tanggal 2010-01-15.

138. ^ "USGS 220427159300201 1047.0 Mt. Waialeale rain gauge nr Lihue, Kauai,
HI". USGS Real-time rainfall data at Waialeale Raingauge. Diakses tanggal 2008-
12-11.

139. ^ a b National Climatic Data Center (2005-08-09). "Global Measured Extremes


of Temperature and Precipitation". National Oceanic and Atmospheric Administration.
Diakses tanggal 2007-01-18.

140. ^ Alfred Rodrguez Picdate (2008-02-07). "Tutunenda, Choco: la ciudad


colombiana es muy lluviosa". El Peridico.com. Diakses tanggal 2008-12-11.[pranala
nonaktif]

141. ^ "Global Measured Extremes of Temperature and Precipitation#Highest


Average Annual Precipitation Extremes". National Climatic Data Center. August 9,
2004.

142. ^ a b UFL - Dispute between Mawsynram and Cherrapunji for the rainiest
place in the world

143. ^ a b c World Rainfall Extremes

144. ^ a b Deluges

Anda mungkin juga menyukai