Anda di halaman 1dari 15

Bahan restorasi

00:06 Lutfan10
Bahan restorasi merupakan salah satu bahan yang banyak dipakai dibidang
kedokteran gigi. Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan merestorasi struktur
gigi yang rusak. Tujuan restorasi gigi tidak hanya membuang penyakit dan mencegah
timbulnya kembali karies, tetapi juga mengembalikan fungsinya. Bahan-bahan restorasi
gigi yang ideal pada saat ini masih belum ada meskipun berkembang pesat. Syarat untuk
bahan restorasi plastis yang baik adalah :
- Harus mudah digunakan dan tahan lama
- Kekuatan tensil cukup
- Tidak larut ileh saliva dalam rongga mulut serta tidak korosi di salam rongga mulut
- Tidak toksik dan iritatif baik pada pulpa maupun pada gingival
- Mudah dipotong dan dipoles
- Derajat keausan sama dengan email
- Mampu melindungi jaringan gigi sekitar dari karies sekunder
- Koefisien muai termis sama dengan enamel / dentin
- Daya penyerapan airnya rendah
- Bersifat adhesive terhadap jaringan gigi
- Radiopaq
Untuk dapat diterima secara klinis, kita harus mengetahui sifat-sifat bahan yang akan
kita pakai sehingga jika bahan-bahan baru keluar di pasaran, kita dapat segera mengenali
kebaikan dan keburukan dibanding dengan bahan yang lama. Dua sifat yang sangat
penting yang harus dimiliki oleh bahan restorasi adalah harus mudah digunakan dan
tahan lama. Berikut adalah klasifikasi kavitas menurut Black yang juga menentukan
penggunaan dari bahan restorasi plastis yang sesuai :
- Kavitas kelas I : kavitas meliputi pit dan fissure permukaan oklusal gigi posterior,
permukaan palatal / lingual gigi insisivus, groove bukal & lingual/palatal gigi molar.
- Kavitas kelas II : kavitas pada permukaan proksimal gigi-gigi posterior
- Kavitas kelas III : Kavitas pada permukaan proksimal gigi anterior tanpa mengenai
bagian insisal
- Kavitas kelas IV : Kavitas pada permukaan proksimal gigi anterior yang sudah mengenai
insisal
- Kavitas kelas V : kavitas pada gingival third semua gigi bagian bukal/labial/lingual
- Kavitas kelas VI : Kavitas pada insisal edge & cusp karena abrasi, atrisi, dan erosi
. Secara garis besar bahan restorasi gigi dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
bahan restorasi plastis dan non plastis atau rigid.
Yang termasuk dalam kelompok bahan plastis :
amalgam,
composite
dan glass ionomer cement (GIC),
sedangkan kelompok non plastis (rigid) :
inlay dan onlay,
mahkota full veneer,
mahkota logam porselen,
dan mahkotan jaket porselen.

Dari sekian banyak jenis bahan restorasi, bahan plastis seperti amalgam, komposit
dan GIC merupakan bahan restorasi yang paling banyak digunakan dalam dunia
kedokteran gigi.

2.1 Dental Amalgam


Merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya untuk
tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak banyak berubah,
yang mencerminkan bahwa bahan tambalan lain tidak ada yang seideal amalgam.
Komponen utama amalgam terdiri dari liquid yaitu logam merkuri dan bubuk/powder
yaitu logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari perak, timah, dan tembaga.
Selain itu juga terkandung logam-logam lain dengan persentase yang lebih kecil. Kedua
komponen tersebut direaksikan membentuk tambalan amalgam yang akan mengeras,
dengan warna logam yang kontras dengan warna gigi.
Kelemahan utama amalgam memang terletak pada warnanya dan tidak adanya adhesi
terhadap jaringan gigi. Walaupun sifat fisik dan kimia bahan tumpatan amalgam sebagian
besar telah memenuhi persyaratan ADA specification no. l, perlekatannya dengan
jaringan dentin gigi secara makromekanik seperti retention and resistence form,
dan undercut tidak dapat melekat secara kimia.
Prinsip retention and resistance form (dove tail, box form dan retention groove) pada
lesi karies daerah interproksimal, selain mengangkat jaringan karies juga mengangkat
jaringan yang sehat untuk memperoleh retensi pada kavitas. Pada kavitas kelas II dengan
isthmus dan garis sudut bagian dalam yang lebar, akan melemahkan kekuatan terhadap
beban kunyah. Akibatnya, pasien banyak yang mengeluh karena seringkali adanya fraktur
pada tumpatan kelas II, baik pada tumpatan MO (Mesial Oklusal), DO (Distal -, Oklusal),
maupun MOD (Mesial - Oklusal - Distal).

Kelebihan Amalgam :
Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan
dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian
dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik)
asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.
Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya
lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling
berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu technique
sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam
salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal
resin komposit.
Biayanya relatif lebih rendah
Kekurangan Amalgam :
Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga
tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat
diutamakan.
Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang
berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi
sehingga tampak membayang kehitaman
Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang
terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan
pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau
dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang
setelah pasien dapat beradaptasi.
Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang
dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah
memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.
Indikasi : Gigi molar (geraham) yang menerima beban kunyah paling besar, dapat
digunakan baik pada gigi tetap maupun pada anak-anak.
2.2 Komposit

Generasi resin komposit yang kini beredar mulai dikenal di akhir tahun enam puluhan.
Sejak itu, bahan tersebut merupakan bahan restorasi anterior yang banyak dipakai karena
pemakaiannya gampang, warnanya baik, dan mempunyai sifat fisik yang lebih baik
dibandingkan dengan bahan tumpatan lain. Sejak akhir tahun enam puluhan tersebut,
perubahan komposisi dan pengembangan formulasi kimianya relatif sedikit. Bahan yang
terlebih dulu diciptakan adalah bahan yang sifatnya autopolimerisasi (swapolimer),
sedangkan bahan yang lebih baru adalah bahan yang polimerisasinya dibantu dengan
sinar. Resin komposit mempunyai derajat translusensi yang tinggi. Warnanya tergantung
pada macam serta ukuran pasi dan pewarna yang dipilih oleh pabrik pembuatnya,
mengingat resin itu sendiri sebenarnya transparan. Dalam jangka panjang, warna restorasi
resin komposit dapat bertahan cukup baik. Biokompabilitas resin komposit kurang baik
jika dibandingkan dengan bahan restorasi semen glass ionomer, karena resin komposit
merupakan bahan yang iritan terhadap pulpa jika pulpa tidak dilindungi oleh bahan
pelapik. Agar pulpa terhindar dari kerusakan, dinding dentin harus dilapisi oleh semen
pelapik yang sesuai, sedangkan teknik etsa untuk memperoleh bonding mekanis hanya
dilakukan di email perifer. 2.1.1 indikasi restorasi komposit
Resin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis. Secara
umum, resin komposit digunakan untuk:
1. Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI
2. Fondasi atau core buildups
3. Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif)
4. Prosedur estetis tambahan
Partial veneers
Full veneers
modifikasi kontur gigi
penutupan/perapatan diastema
5. Semen (untuk restorasi tidak langsung)
6. Restorasi sementara
7. Periodontal splinting
8. Restorasi kavitas klas I komposit
9.
10. The American Dental Association (ADA) mengindikasikan kelayakan resin komposit
untuk digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin preventif, lesi awal kelas I dan II
yang menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi kelas I dan II yang
berukuran sedang, restorasi kelas V, restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan
estetika, dan restorasi pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam.
11. ADA tidak mendukung penggunaan komposit pada gigi dengan tekanan oklusal yang
besar, tempat atau area yang tidak dapat diisolasi, atau pasien yang alergi atau sensitif
terhadap material komposit. Jika komposit digunakan seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, ADA menyatakan bahwa "ketika digunakan dengan benar pada gigi-geligi
desidui dan permanen, resin berbahan dasar komposit dapat bertahan seumur hidup
sama seperti restorasi amalgam kelas I, II, dan V.
12. 2.3 Semen Ionomer Kaca (SIK)
13. Semen Ionomer Kaca (SIK) merupakan salah satu bahan restorasi yang banyak
digunakan oleh dokter gigi karena mempunyai beberapa keunggulan, yaitu preparasinya
dapat minimal, ikatan dengan jaringan gigi secara khemis, melepas fluor dalam jangka
panjang, estetis, biokompatibel, daya larut rendah, translusen, dan bersifat anti bakteri.
14. Komposisi semen ionomer kaca (SIK) terdiri atas bubuk dan cairan. Bubuk terdiri atas
kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut asam dan cairannya merupakan larutan
asam poliakrilik. Reaksi pengerasan dimulai ketika bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan
larutan asam poliakrilik dicampur, kemudian menghasilkan reaksi asam-basa dimana
bubuk kaca fluoroaluminosilikat sebagai basanya.
15. Pada proses pengadukan kedua komponen (bubuk dan cairan) ion hidrogen dari cairan
mengadakan penetrasi ke permukaan bubuk glass. Proses pengerasan dan hidrasi
berlanjut, semen membentuk ikatan silang dengan ion Ca2+ dan Al3+ sehingga terjadi
polimerisasi. Ion Ca2+ berperan pada awal pengerasan dan ion Al3+ berperan pada
pengerasan selanjutnya. Secara garis besar terdapat tiga tahap dalam reaksi pengerasan
semen ionomer kaca, yaitu sebagai berikut.
16. (1) Dissolution
17.
Terdekomposisinya 20-30% partikel glass dan lepasnya ion-ion dari partikel glass
(kalsium, stronsium, dan alumunium) akibat dari serangan polyacid (terbentuk cement
sol).
18. (2) Gelation/ hardening
19.
Ion-ion kalsium, stronsium, dan alumunium terikat pada polianion pada grup
polikarboksilat.
* 4-10 menit setelah pencampuran terjadi pembentukan rantai kalsium (fragile & highly
soluble in water).
* 24 jam setelah pencampuran, maka alumunium akan terikat pada matriks semen dan
membetuk rantai alumnium (strong & insoluble).
20. (3) Hydration of salts
21.
Terjadi proses hidrasi yang progresive dari garam matriks yang akan meningkatkan sifat
fisik dari semen ionomer kaca.
22. Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan fisiko-kimia
tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan ion kalsium yang
berasal dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel dari semen ionomer
kaca.
23. Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada dua permukaan
yang berkontak. Semen ionomer kaca adalah polimer yang mempunyai gugus karboksil
(COOH) multipel sehingga membentuk ikatan hidrogen yang kuat. Dalam hal ini
memungkinkan pasta semen untuk membasahi, adaptasi, dan melekat pada permukaan
email. Ikatan antara semen ionomer kaca dengan email dua kali lebih besar daripada
ikatannya dengan dentin karena email berisi unsur anorganik lebih banyak dan lebih
homogen dari segi morfologis.
24. Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan membersihkan
kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang bersih dan halus dapat
menambah ikatan semen ionomer kaca. Air memegang peranan penting selama proses
pengerasan dan apabila terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik SIK.
Saliva merupakan cairan di dalam rongga mulut yang dapat mengkontaminasi SIK
selama proses pengerasan dimana dalam periode 24 jam ini SIK sensitif terhadap cairan
saliva sehingga perlu dilakukan perlindungan agar tidak terkontaminasi. Kontaminasi
dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami pelarutan dan daya adhesinya terhadap
gigi akan menurun. SIK juga rentan terhadap kehilangan air beberapa waktu setelah
penumpatan. Jika tidak dilindungi dan terekspos oleh udara, maka permukaannya akan
retak akibat desikasi. Baik desikasi maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK
selama beberapa minggu setelah penumpatan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
maka selama proses pengerasan SIK perlu dilakukan perlindungan agar tidak terjadi
kontaminasi dengan saliva dan udara, yaitu dengan cara mengunakan bahan isolasi yang
efektif dan kedap air. Bahan pelindung yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat
dari isopropil asetat, aseton, kopolimer dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut
dengan mudah dalam beberapa jam atau pada proses pengunyahan.
25. Penggunaan varnish pada permukaan tambalan glass ionomer bukan saja bermaksud
menghindari kontak dengan saliva tetapi juga untuk mencegah dehidrasi saat tambalan
tersebut masih dalam proses pengerasan. Varnish kadang-kadang juga digunakan sebagai
bahan pembatas antara glass ionomer dengan jaringan gigi terutama pulpa karena pada
beberapa kasus semen tersebut dapat menimbulkan iritasi terhadap pulpa. Pemberian
dentin conditioner (surface pretreatment) adalah menambah daya adhesif dentin.
Persiapan ini membantu aksi pembersihan dan pembuangan smear layer, tetapi proses ini
akan menyebabkan tubuli dentin tertutup. Smear layer adalah lapisan yang mengandung
serpihan kristal mineral halus atau mikroskopik dan matriks organik.
26. Lapisan smear layer terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu lapisan luar yang mengikuti bentuk
dinding kavitas dan lapisan dalam berbentuk plugs yang terdapat pada ujung tubulus
dentin. Sedangkan plugs atau lapisan dalam tetap dipertahankan untuk menutup tubulus
dentin dekat jaringan pulpa yang mengandung air.
27. Bahan dentin conditioner berperan untuk mengangkat smear layer bagian luar untuk
membantu ikatan bahan restorasi adhesif seperti bahan bonding dentin. Hal ini berperan
dalam mencegah penetrasi mikroorganisme atau bahan-bahan kedokteran gigi yang dapat
mengiritasi jaringan pulpa sehingga dapat menghalangai daya adhesi. Permukaan gigi
dipersiapkan dengan mengoleskan asam poliakrilik 10%. Waktu standart yang diperlukan
untuk satu kali aplikasi adalah 20 detik, tetapi menurut pengalaman untuk mendapatkan
perlekatan yang baik pengulasan dentin conditioner pada dinding kavitas dapat dilakukan
selama 10-30 detik. Kemudian pembilasan dilakukan selama 30 detik pembilasan
merupakan hal penting untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, setelah itu kavitas
dikeringkan.
28. Indikasi Semen Ionomer Kaca
29. a. Lesi erosi servikal
30. Kemampuan semen glass ionomer untuk melekatkan secara kimiawi dengan dentin,
menyebabkan semen glass ionomer saat ini menjadi pilihan utama dalam merestorasi lesi
erosi servikal. Bahan ini juga memiliki kekerasan yang cukuo untuk menahan abrasi
akibat sikat gigi.
31. b. Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent)
32. Karena semen glass ionomer ini memiliki beberapa keunggulan seperti ikatannya dengan
dentin dan email. Aktivitas kariostatik, flow yang lebih baik, kelarutan yang lebih rendah
dan kekuatan yang lebih besar maka sebagai luting agent semen ini diindikasikan untuk
pasien dengan frekuensi karies tinggi atau pasien dengan resesi ginggiva yang
mememrlukan kekuatan dan aktifitas kariostatik misalnya pada pemakai mahkota tiruan
ataupun gigi tiruan jembatan.
33. c. Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan
komposit resin pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD. Bahan ini
berikatan secara mikromekanik dengan komposit resin melalui etsa asam dan member
perlekatan tepi yang baik. Perkembangan dentin bonding agents yang dapat member
perlekatan yang baik antara dentin dan resin hanya dapat digunakan pada lesi erosi
servikal. Bila kavitasnya dalam atau luas, bonding sering kali gagal. Untuk memperbaiki
mekanisme bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi, semen glass ionomer digunakan
sebagaibahan sub bonding
34. d. Sebagai base yang berikatan secara kimiawi di bawahrestorasi amalgam mempunyai
kerapatan tepi yang kurang baik sehingga dengan adanya base glass ionomer dapat
mencegah karies sekunder terutama pada pasien dengan insidens karies yang tinggi.
Dalam keadaan sperti ini, proksimal box diisi dengan semen cermet sampai ke dalam 2
mm dan sisanya diisi amalgam.
35. e. Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung mengalami
karies melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor maka semen glass
ionomer dapat mengurangi white spot yang umumnya nampak disekeliling orthondontic
brackets.
36. f. Sebagai fissure sealant karena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan
perluasan fissure sebelum semen glass ionomer diaplikasikan.
37. g. Semen glass ionomer yang diperkuat dengan logam seperti semen cermet dapat
digunakan untuk membangun inti mahkota pada gigi yang telah mengalami kerusakan
mahota yang parah.
38. h. Restorasi gigi susu.
39. Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna dalam mencegah
terjadinya karies rekuren dan melindungi email gigi permanen.
40. i. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam hal ini
semen menyekat kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singkat

41. Kelebihan Semen Ionomer Kaca:


42. 1. Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya yang dapat melepas fluor yang
sangat berperan sebagai antikaries. Dengan adanya bahan tambal ini, resiko kemungkinan
untuk terjadinya karies sekunder di bawah tambalan jauh lebih kecil dibanding bila
menggunakan bahan tambal lain
43. 2. Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak menimbulkan reaksi
merugikan terhadap tubuh)
44. 3. Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatannya
adalah secara kimia yaitu dengan pertukaran ion antara tambalan dan gigi. Oleh karena
itu pula, gigi tidak perlu diasah terlalu banyak seperti halnya bila menggunakan bahan
tambal lain. Pengasahan perlu dilakukan untuk mendapatkan bentuk kavitas yang dapat
memegang bahan tambal.
45.
46.
47. Kekurangan Semen Ionomer Kaca:
48. 1. Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga tidak
disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah besar seperti gigi
molar (geraham)
49. 2. Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara
tambalan dan permukaan gigi asli
50. 3. Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding tambalan lain

Porselen

Porselen digunakan sebagai inlay, onlay, crown atau veneer, Veneer adalah lapisan
porselan sangat tipis yang ditempatkan pada gigi menggantikan email. Biasanya
digunakan untuk memperbaiki penampilan gigi yang berwarna kurang baik. Bahan
porselen sangat baik secara estetika karena warnanya yang sangat mirip dengan warna
gigi. Pemasangan restorasi porselen beresiko pecah bila diletakkan dengan tekanan atau
bila terbentur. Kekuatannya tergantung pada ketebalan porselen dan kemampuannya
melekat pada gigi. Setelah melekat pada gigi, porselen sangat kuat, tapi akan mengikis
gigi antagonisnya bila permukaannya kasar.
Logam berlapis porselen

Dibandingkan dengan porselen, restorasi ini sangat kuat karena kombinasinya dengan
kekuatan logam, karena itu sering digunakan untuk membuat crown atau jembatan.

Banyak struktur gigi yang harus diambil untuk memberi tempat bagi restorasi jenis ini.
Kadang-kadang muncul rasa tidak nyaman bila terkena rangsang panas atau dingin di
awal penggunaan dan beberapa orang menunjukkan reaksi alergi terhadap beberapa jenis
logam yang digunakan dalam restorasi.

Alloy emas

Alloy emas terdiri dari emas, tembaga dan logam lain, terutama digunakan untuk crown,
inlay, onlay dan jembatan. Alloy ini tahan karat. Kekuatannya yang besar sehingga sulit
pecah maupun terkikis, memungkinkan dokter gigi untuk mengambil sesedikit mungkin
struktur gigi yang akan direstorasi. Alloy ini tidak merusak gigi antagonis dan tidak
pernah memunculkan reaksi alergi. Namun, warnanya tidak bagus karena tidak seperti
warna gigi.

Alloy logam

Alloy logam tampak seperti perak, digunakan sebagai crown, jembatan atau rangka gigi
palsu. Bahan ini tahan karat, sangat kuat dan tidak mudah patah atau terkikis. Beberapa
orang menunjukkan reaksi alergi terhadap bahan ini, dan merasa tidak nyaman terhadap
panas dan dingin di awal penggunaan. Warnanya pun tidak baik karena tidak seperti
warna gigi.

Crown, inlay atau onlay dari komposit

Restorasi yang terbuat dari komposit ini dibuat di laboratorium gigi. Bahan yang
digunakan sama dengan yang digunakan sebagai bahan tambalan. Keunggulannya
dibanding porselen adalah tidak menyebabkan terkikisnya gigi lawan. Selain itu restorasi
ini mudah pecah dan berubah warna.

Mengenal berbagai jenis tambalan gigi


Agustus 16, 2010 oleh gelarthedentist Tinggalkan sebuah Komentar

Teknologi produksi bahan tambalan saat ini berkembang cukup pesat dibandingkan 50
tahun yang lampau. Hal ini membuat para dokter gigi mempunyai banyak banyak pilihan
untuk merestorasi gigi berlubang, rusak, patah bahkan yang hilang sekalipun. Para periset
terus mengembangkan bahan-bahan, seperti porselen, polimer agar makin mendekati
penampakan gigi asli. Termasuk diantaranya dengan pemanfaatan teknologi nano.
Bahan-bahan baru ini tidak menggantikan bahan-bahan restorasi yang sudah ada selama
ini, seperti emas, alloy berbahan dasar logam dan amalgam. Hal ini disebabkan oleh
kekuatan dan keawetan bahan-bahan tambalan tersebut masih diperlukan dalam kondisi
tertentu, misalnya untuk menambal gigi belakang yang banyak menanggung beban
kunyah.
Kondisi mulut dan kesehatan umum pasien mempengaruhi jenis bahan tambalan yang
dipilih, dari segi penampilan, keawetan dan harga. Selain itu di mana dan bagaimana
bahan tambalan akan diletakkan, waktu dan frekuensi kunjungan yang diperlukan untuk
memepersiapkan serta menambalkan gigi juga harus dipertimbangkan dalam memilih
jenis bahan tambalan.
Berikut ini paparan mengenai keunggulan dan keburukan berbagai jenis bahan yang
umumnya digunakan untuk menambal lubang gigi. Keputusan mengenai bahan mana
yang dipilih sebaiknya didiskusikan dulu dengan dokter gigi sebelumnya.

Macam-macam restorasi gigi

Ada 2 macam restorasi gigi, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
artinya bahan tambalan diletakkan segera ke lubang gigi yang sudah dibersihkan dalam
satu kunjungan. Termasuk di dalamnya adalah amalgam, ionomer kaca, resin ionomer,
dan resin komposit. Secara tidak langsung artinya diperlukan dua atau lebih kunjungan.
Pada kunjungan pertama, dokter gigi akan mempersiapkan gigi yang akan direstorasi dan
membuat cetakan gigi yang akan direstorasi. Pada kunjungan berikutnya, restorasi yang
sudah jadi akan direkatkan pada lubang yang sudah disiapkan.
Tambalan Amalgam

Sampai saat ini amalgam merupakan bahan tambalan yang paling banyak dikembangkan
dan diuji dibandingkan bahan tambalan lain. Bahan ini awat, mudah digunakan, tidak
mudah pecah dan relaitf murah. Karena itulah amalgam hingga saat ini masih digunakan.
Amalgam merupakan campulan beberapa logam, yaitu air raksa, perak, seng, tembaga
dan beberapa logam lainnya. Banyak orang mencurigai amalgam sebagai bahan tambalan
yang berbahaya karena kandungan air raksanya. Sesungguhnya, air raksa dalam amalgam
terikat dalam ikatan yang stabil dengan logam lainnya sehingga aman untuk dipakai.
Hal ini diperkuat oleh pengakuan Perstauan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, bahwa amalgam adalah bahan tambalan yang
aman dan baik. Di tingkat duniapun, bahan ini direkomendasikan oleh WHO. Di
Amerika, Food and Drug Administration (FDA) juga merekomendasikannya.
Amalgam sangat bermanfaat untuk merestorasi gigi geraham karena kemampuannya
menahan beban kunyah yang besar. Amalgam mudah ditambalkan ke lubang yang sulit
dikeringkan, seperti lubang di bawah tepi gusi. Selain itu, jarang muncul reaksi alergi
terhadap bahan amalgam.
Segi buruk amalgam adalah warnanya yang keperakan sehingga secara estetik tidak
menarik, apalagi kalau digunakan di gigi depan. Kadangkala juga muncul sedikit rasa
sensitif terhadap panas atau dingin setelah gigi ditambal amalgam. Selain 2 keburukan di
atas, untuk menambalkan amalgam, dokter gigi harus mengambil struktur gigi lebih
banyak dibandingkan untuk bahan tambalan lainnya.
Tambalan komposit

Tambalan komposit merupakan campuran bahan kuarsa dengan resin yang menghasilkan
tambalan yang berwarna seperti gigi, bahkan dapat meniru warna transparan email. Ada
salah kaprah yang berkembang di masyarakat, bahwa tambalan komposit adalah
tambalan LASER. Yang benar adalah sinar halogen yang berwarna biru digunakan untuk
membantu proses pengerasan komposit. Tambalan komposit yang kecil ataud sedang
dapat bertahan terhadap tekanan kunyah. Perlekatan tambalan komposit pada dinding
lubang gigi sangat baik. Selain itu tidak banyak struktur gigi yang harus diambil untuk
menambalkan komposit pada lubang gigi.
Tambalan komposit relatif berharga lebih mahal dibanding bahan amalgam, bergantung
pada besar-kecilnya tambalan serta tingkat kesulitan dalam melakukan penambalan.
Diperlukan waktu yang lebih lama untuk menambalkan komposit dibanding
menambalkan amalgam. Untuk dapat menambalkan komposit, lubang harus bersih dan
kering. Karena itu sulit untuk menambal lubang yang berada di bawah tepi gusi. Selain
itu tambalan komposit akan akan berubah warna sejalan dengan waktu.

Tambalan Ionomer kaca dan ionomer resin

Ionomer kaca merupakan bahan tambalan yang berwarna seperti gigi, terbuat dari
campuran bubuk kaca dan asam akrilik. Bahan ini dapat digunakan untuk menambal
lubang, khususnya pada permukaan gigi. Ionomer kaca melepaskan sejumlah kecil
fluoride yang bermanfaat bagi pasien yang berisiko tinggi terhadap karies.
Sedikit struktur gigi yang diambil untuk menyiapkan gigi yang akan ditambal ionomer
kaca. Karena mudah pecah, bahan ini tidak dapat digunakan untuk menambal gigi
belakang yang digunakan untuk mengunyah.
Ionomer resin terbuat dari bubuk kaca dan asam akrilik dan resin akrilik. Digunakan
untuk menambal lubang yang sangat kecil pada bagian gigi yang tidak menanggung
beban kunyah, karena mudah patah.
Ionomer kaca dan ionomer resin berwarna seperti warna gigi tapi tidak dapat menyerupai
warna email yang transparan. Kedua bahan ini jarang menimbulkan reaksi alergi.
Bahan restorasi tidak langsung (2 atau lebih kunjungan)
Dalam beberapa kasus, untuk mendapatkan hasil restorasi gigi yang terbaik, digunakan
bahan logam tuang yang dikerjakan di laboratorium. Bahan restorasi seperti ini
memerlukan 2 atau lebih kunjungan, bentuknya bisa berupa crown (mahkota tiruan),
jembatan, inlay atau onlay. Crown meliputi seluruh permukaan gigi yang tampak di
rongga mulut, sedangkan inlay bentuknya lebih kecil dan melekat mengikuti bentuk gigi.
Onlay mirip dengan inlay, tapi lebih besar, meliputi sebagian atau seluruh permukaan

kunyah gigi. Sedangkan yang di maksud dengan jembatan di sini adalah restorasi
yang menggantikan satu atau lebih gigi yang sudah hilang, serta meliputi gigi-gigi di
sebelahnya yang digunakan sebagai penyangga. Gambar di samping menjelaskan
pengertian jembatan. Restorasi terdiri dari 3 unit, yaitu 2 unit crown di kedua ujung untuk
meliputi gigi penyanggah dan unit yang ditengah menggantikan gigi yang sudah hilang.

Harga yang harus dibayar untuk restorasi jenis ini umumnya lebih mahal, disebabkan
jumlah dan lama kunjungan yang diperlukan serta biaya tambahan untuk mengerjakan
restorasi di laboratorium gigi.

Bahan yang digunakan untuk restorasi ini selain logam adalah porselen, logam berlapis
porselen, alloy emas dan alloy logam lainnya.
Porselen

Porselen digunakan sebagai inlay, onlay, crown atau veneer, Veneer adalah lapisan
porselan sangat tipis yang ditempatkan pada gigi menggantikan email. Biasanya
digunakan untuk memperbaiki penampilan gigi yang berwarna kurang baik. Bahan
porselen sangat baik secara estetika karena warnanya yang sangat mirip dengan warna
gigi. Pemasangan restorasi porselen beresiko pecah bila diletakkan dengan tekanan atau
bila terbentur. Kekuatannya tergantung pada ketebalan porselen dan kemampuannya
melekat pada gigi. Setelah melekat pada gigi, porselen sangat kuat, tapi akan mengikis
gigi antagonisnya bila permukaannya kasar.
Logam berlapis porselen

Dibandingkan dengan porselen, restorasi ini sangat kuat karena kombinasinya dengan
kekuatan logam, karena itu sering digunakan untuk membuat crown atau jembatan.

Banyak struktur gigi yang harus diambil untuk memberi tempat bagi restorasi jenis ini.
Kadang-kadang muncul rasa tidak nyaman bila terkena rangsang panas atau dingin di
awal penggunaan dan beberapa orang menunjukkan reaksi alergi terhadap beberapa jenis
logam yang digunakan dalam restorasi.

Alloy emas

Alloy emas terdiri dari emas, tembaga dan logam lain, terutama digunakan untuk crown,
inlay, onlay dan jembatan. Alloy ini tahan karat. Kekuatannya yang besar sehingga sulit
pecah maupun terkikis, memungkinkan dokter gigi untuk mengambil sesedikit mungkin
struktur gigi yang akan direstorasi. Alloy ini tidak merusak gigi antagonis dan tidak
pernah memunculkan reaksi alergi. Namun, warnanya tidak bagus karena tidak seperti
warna gigi.

Alloy logam

Alloy logam tampak seperti perak, digunakan sebagai crown, jembatan atau rangka gigi
palsu. Bahan ini tahan karat, sangat kuat dan tidak mudah patah atau terkikis. Beberapa
orang menunjukkan reaksi alergi terhadap bahan ini, dan merasa tidak nyaman terhadap
panas dan dingin di awal penggunaan. Warnanya pun tidak baik karena tidak seperti
warna gigi.

Crown, inlay atau onlay dari komposit

Restorasi yang terbuat dari komposit ini dibuat di laboratorium gigi. Bahan yang
digunakan sama dengan yang digunakan sebagai bahan tambalan. Keunggulannya
dibanding porselen adalah tidak menyebabkan terkikisnya gigi lawan. Selain itu restorasi
ini mudah pecah dan berubah warna.

Diadaptasi dari: Http://www.ada.org


Ditulis oleh: Melinda

Anda mungkin juga menyukai