Dosen Pembimbing :
Dr. Ginting Jalu Kusuma
Disusun Oleh :
Sylvana Anethe
NIM : 22113029
I. PENDAHULUAN
Industri pertambangan mineral dan batubara di Indonesia telah ada sejak puluhan tahun yang
lalu, namun eksploitasi besar-besaran baru terjadi dalam kurun waktu beberapa tahun
belakangan ini. Pada umumnya penambangan dapat dilakukan dengan tambang terbuka (open
pit mining) atau tambang bawah tanah (underground mining) tergantung kepada aspek
teknik, aspek ekonomi serta aspek-aspek penting lainnya. Kegiatan penambangan,
khususnya tambang terbuka (open pit mining), mengakibatkan perubahan bentang alam
berupa lubang bukaan yang besar (void) dan air asam tambang. Air asam tambang adalah air
yang berasal dari kegiatan tambang terbuka atau bawah tanah atau timbunan mineral atau
batubara yang dicirikan oleh tingkat keasaman yang tinggi (pH rendah) dan peningkatan
kandungan logam terlarut. Air asam terbentuk karena teroksidasinya mineral sulfida oleh
udara saat batuan terkupas dan kemudian terlindikan bersama dengan air baik air hujan, air
permukaan, air limpasan maupun air tanah. Air asam tambang dapat terakumulasi pada void
menjadikannya seperti danau dengan kualitas air yang asam dan dikenal dengan istilah pit
lake atau kolam bekas tambang. Secara geologis, daerah cebakan mineral Pb (Lead)-Zn
(Zinc) didominasi oleh batuan yang mengandung mineral sulfida, baik pada bijih (ore)
maupun batuan penutup (country rock). Batuan yang mengandung mineral sulfida ini
berpotensi menghasilkan air asam tambang (AAT) apabila kontak dengan udara dan air. Perlu
dilakukan upaya-upaya preventif oleh perusahaan industri perttambangan untuk
meminimalisasi dampak negatif lingkungan yang ditimbulkan oleh adanya air asam tambang
(AAT).
Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan upaya prediksi pembentukan
air asam tambang (AAT) menggunakan uji karakteristik geokimia batuan baik di
laboratorium maupun di lapangan. Hasil dari karakterisasi ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan pada saat perencanaan penambangan, seperti jenis batuan, pemindahan material,
serta penimbunan.
Adapun tujuan dari laporan ini adalah membuat skenario mixing yang mungkin terjadi sesuai
dengan data-data yang tersedia ditambah asumsi bila perlu, dengan menggunakan Program
PHREEQC.
Sampel batuan yang digunakan adalah sampel batuan bijih (ore) dan batuan penutup (country
rock 1) yang berasal dari daerah cebakan bijih Pb (Lead)-Zn (Zinc) dengan tipe endapan
sulfida masif yang kaya akan pirit dan berlapis-lapis dengan kandungan Pb (Lead)-Zn (Zinc)
yang tinggi.
1
Sampel yang dibuat simulasi sebanyak 2 buah dengan keterangan mineralisasi batuannya
sebagai berikut :
Waste rock 1 merupakan batuan dolostone yang mengandung sejumlah breksi.
Ore 3 merupakan batuan bijih sphalerite/galena vein yang berada dalam karbonat
shale.
PHREEQC adalah program komputer yang ditulis dalam bahasa pemprograman C yang
didesain untuk berbagai perhitungan geokimia cairan pada temperatur rendah. Dalam laporan
ini, PHREEQC digunakan untuk melakukan simulasi inverse geochemical modeling dan
forward modeling. Inverse modeling digunakan untuk merekonstruksi proses geokimia yang
terjadi selama periode pelindian (leaching), sedangkan forward modeling dilakukan untuk
verifikasi kualitas air lindian hasil simulasi inverse geochemical modeling dengan hasil uji
kinetik laboratorium dan untuk prediksi kualitas air di void maupun AAT tailing.
Data hasil uji karakterisasi geokimia batuan sampel baik Kualitas Air Lindian Uji Kinetik,
Mineral Content berupa data hasil uji XRD serta Kualitas Air Tanah danAir Hujan digunakan
sebagai input dalam simulasi pemodelan PHREEQC. Database llnl.dat digunakan sebagai
database terpilih karena memiliki data mineral yang cukup lengkap dan uncertainty yang
digunakan sebesar -0.02.
IV. DATA
Kualitas air lindian uji kinetik digunakan sebagai input PHREEQC (ditunjukkan pada Tabel
1). Kualitas air lindian pada Tabel 1 tersebut merupakan kualitas air lindian hasil uji kinetik.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa meskipun sampel ore 3 memiliki pH yang tinggi yaitu 6,4
dan cenderung tergolong kategori netral, tetapi menunjukkan konsentrasi sulfat yang tinggi
yaitu 410.95. Hal ini bisa dimungkinkan karena konsentrasi sulfat yang terbentuk berasal
dari mineral sulfida yang kurang reaktif dalam menghasilkan asam, atau kandungan sulfat
tersebut berasal dari mineral yang mengandung garam sulfat, atau bisa juga dikarenakan
reaksi penetralan asam terjadi lebih cepat dibandingkan dengan reaksi pembentukan asam
sehingga meskipun konsentrasi sulfat tinggi tetapi asam (ion H+) yang terbentuk segera
ternetralkan.
2
Pada Tabel 2 dapat dilihat Mineral Content dimana pada sampel batuan penutup country
rock 1 terdiri dari mineral-mineral karbonat dan sampel ore 3 yang terdiri dari mineral
sulfida dan mineral karbonat.
V. PEMBAHASAN
A. Inverse Modeling
Inverse modeling merupakan salah satu fitur yang dapat dilakukan program PHREEQC.
Inverse modeling didasarkan pada prinsip kesetimbangan mol atau kesetimbangan massa.
Adapun hal-hal yang merupakan input masukan dalam program PHREEQC untuk melakukan
inverse modeling adalah input solution 1 yaitu kualitas air tanah dengan pH netral 6.87 dan
tidak mengandung logam berat, input solution 2 yaitu country rock 1 (Tabel 1), input mineral
(Tabel 2), uncertainties, dan balances.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa mineral yang berperan dalam pembentukan air asam
tambang (AAT) pada sampel batuan country rock 1 terdiri dari mineral sulfida pyrite,
chalcopyrite, arsenopyrite, galena, sphalerite, dan greenockite dengan transfer mol untuk
masing-masing mineral sebesar 3,19E-06; 1,54E-09; 1,31E-10; 1,3E-06; 4,84E-04; dan
2,18E-08 mol secara berturut-turut. Mineral dolomite sebagai mineral penyusun utama batuan
penutup country rock 1 ini juga ikut bereaksi dengan transfer mol sebesar 6,42E-05 mol.
Selain dolomite, mineral karbonat lainnya yang ikut bereaksi adalah calcite. Mineral silikat
juga ikut bereaksi dalam pembentukan AAB pada sampel batuan country rock 1 ini. Kedua
3
jenis mineral baik itu mineral karbonat maupun mineral silikat, sama-sama dikenal sebagai
mineral penetral asam yang mampu mengikat ion H+ dalam larutan.
Tabel 3. Model Terpilih Hasil Simulasi Inverse Modeling PHREEQC pada sampel batuan
country rock 1
Phase mole transfer Redoks mol transfer
Mineral Rumus kimia Transfer mol element Transfer mol
Dolomite CaMg(CO3)2 6,42E-05 As(-3) 6,55E-11
Quartz SiO2 2,40E-04 As(3) -6,55E-11
Calcite CaCO3 2,04E-05 Cu (1) -1,53E-09
O2 (g) O2 9,82E-04 H(0) -4,49E-10
CO2 (g) CO2 -1,93E-05 O(0) 1,96E-03
Pyrite FeS2 3,19E-06 S(-2) 4,91E-04
Chalcopyrite CuFeS2 1,54E-09
Arsenopyrite FeAsS 1,31E-10
Galena PbS 1,30E-06
Sphalerite ZnS 4,84E-04
Willemite Zn2SiO4 -2,40E-04
Greenockite CdS 2,18E-08
Sampel batuan ore 3 yang memiliki pH air lindian yang lebih tinggi dibandingkan dengan air
lindian sampel batuan lainnya, dimana pada sampel ore 3 ini mineral yang paling banyak
bereaksi dan berperan dalam menghasilkan kualitas air lindian dengan pH tinggi tersebut
kebanyakan merupakan mineral karbonat seperti dolomite (CaMg(CO3)2), cerussite (PbCO3),
smithsonite (ZnCO3), dan calcite (CaCO3) yang dikenal sebagai mineral penetral asam (lihat
Tabel 4). Disamping mineral karbonat, mineral sulfida sphalerite (ZnS), chalcopyrite
(CuFeS2), arsenopyrite (FeAsS), pyrite (FeS2), dan greenockite (CdS) juga ikut bereaksi
dalam pembentukan kualitas air lindian tersebut. Akan tetapi, meskipun sampel batuan ini
mengandung mineral sulfida penghasil asam, akan tetapi kecepatan reaksi pembentukan asam
mineral-mineral tersebut lebih lambat daripada kecepatan reaksi penetralan asam oleh
mineral penetral yang ada didalam sampel batuan ore 3 tersebut.
Tabel 4. Model Terpilih Hasil Simulasi Inverse Modeling PHREEQC pada sampel batuan ore
3
Phase mole transfer Redoks mol transfer
Mineral Rumus kimia Mineral Rumus kimia Mineral
Dolomite CaMg(CO3)2 6,55E-05 As (-3) 1,34E-09
Sphalerite ZnS 4,22E-04 As (3) -1,34E-09
O2 (g) O2 8,55E-04 Cu (1) -1,57E-09
CO2 (g) CO2 3,99E-04 H(0) -1,98E-08
Chalcopyrite CuFeS2 1,58E-09 O(0) 1,71E-03
Arsenopyrite FeAsS 2,67E-09 S(-2) 4,27E-04
4
Pyrite FeS2 3,25E-06
Cerussite PbCO3 5,66E-07
Smithsonite ZnCO3 -4,19E-04
Greenockite CdS 8,90E-10
Calcite CaCO3 2,08E-05
Setelah dilakukan inverse modeling menggunakan PHREEQC, model hasil dari inverse
modeling tersebut harus diverifikasi menggunakan forward modeling PHREEQC. Hal ini
dilakukan untuk memastikan dan meyakinkan apakah kualitas air lindian yang dihasilkan dari
hasil simulasi inverse modeling tersebut sesuai dengan hasil kualitas air lindian uji kinetik
laboratorium. Adapun yang menjadi acuan verifikasi kualitas air lindian dalam hal ini adalah
nilai pH dari larutan tersebut. Simulasi forward modeling untuk verifikasi kualitas air lindian
ini dilakukan untuk semua model pembentukan AAT yang dihasilkan dari hasil simulasi
inverse modeling. Dari keseluruhan model tersebut, kemudian akan dipilih satu model yang
mampu mewakili proses pembentukan AAT untuk masing-masing sampel batuan yang diuji.
Adapun hasil verifikasi untuk model simulasi inverse modeling PHREEQC terpilih masing-
masing sampel dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Verifikasi Model Terpilih Hasil Simulasi inverse modeling PHREEQC dan Hasil Uji
Kinetik Laboratorium untuk masing-masing sampel
Sample pH persentase
uji lab PHREEQC error
country rock 1 5,510 5,858 0,348 6,32%
ore 3 6,390 6,29 0,1 1,56%
Dari Tabel 5 diatas, dapat dilihat persentase error pH dari masing-masing sampel batuan
masih berada dibawah 10% dengan persentase error terbesar dimiliki oleh sampel country
rock 1 dengan nilai sebesar 6,3%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kualitas air
lindian hasil simulasi PHREEQC tidak terlalu menyimpang dari kualitas air lindian hasil uji
kinetik laboratorium, sehingga model terpilih dari hasil simulasi inverse modeling dapat
digunakan untuk melakukan prediksi kualitas air baik itu mine water maupun AAT tailing.
Dalam simulasi ini, forward modeling PHREEQC selain dilakukan untuk memverifikasi hasil
antara uji kinetik laboratorium dengan hasil simulasi inverse modeling PHREEQC,
digunakan pula untuk melakukan prediksi kualitas air. Adapun kualitas air yang diprediksi
adalah kualitas air tambang (mine water) yang biasa dihasilkan dari kegiatan open pit mining
dan kualitas AAT yang berasal dari pembuangan tailing. Proses penambangan ini akan
dilakukan dengan jenis penambangan open pit mining (penambangan terbuka). Oleh karena
itulah, penting kiranya untuk memprediksi bagaimana kualitas air tambang yang akan timbul
5
pada saat melakukan kegiatan open pit mining tersebut. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, ada dua hal yang ingin diprediksi dalam simulasi ini, yaitu :
Prediksi Mine Water (Air Tambang) yaitu air yang hadir di tambang yang harus diangkat
ke permukaan oleh metode pengelolaan air untuk memungkinkan melakukan kegiatan
pertambangan. Prediksi mine water ini dilakukan dengan melakukan beberapa skenario
pencampuran antara air tanah dengan sampel batuan bijih (ore) dan sampel batuan
penutup (country rock) dalam PHREEQC software.
Prediksi Air Asam Tambang (AAT ) dari tailing yang dilakukan dengan melakukan
pencampuran air hujan dengan sampel batuan bijih (ore) dalam PHREEQC software.
6
Skenario 1 Prediksi Mine Water
Prediksi mine water skenario 1 dilakukan dengan cara mereaksikan air tanah dengan mineral
yang ada pada sampel batuan bijih (ore 3). Proses pelindian air tanah dengan mineral yang
ada didalam batuan bijih (ore) dilakukan karena dalam prediksi mine water dan dalam proses
perjalanan air tanah, air tanah dapat bereaksi dengan batuan apapun. Salah satunya dengan
batuan bijih (ore). Hasil prediksi mine water skenario 1 (lindian air tanah dan batuan bijih) ini
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kualitas lindian air tanah dan sampel batuan bijih (ore) (mine water skenario 1)
Parameter Nilai
air tanah + ore 3
pH 6,19
Dari Tabel 8 diatas, dapat dilihat pH air lindian dari proses pelindian air tanah dan batuan
bijih ore 3 secara 6,19. Hal ini menunjukkan bahwa air lindian tersebut tidak bersifat asam
dan cenderung tergolong netral.
Tabel 9. Kualitas lindian air tanah dan sampel batuan penutup (country rock)
Parameter Nilai
air tanah + country rock 1
pH 6,04
7
Skenario 3 Prediksi Mine Water
Prediksi mine water skenario 3 dilakukan dengan cara mencampurkan (mixing) air lindian
hasil reaksi skenario 1 dengan air lindian hasil reaksi skenario 2, dengan penggunaan fraksi
pencampuran 1:1. Prediksi ini dilakukan karena mine water yang terjadi bisa saja merupakan
pencampuran antara air lindian hasil reaksi antara air tanah dengan batuan bijih (ore) dan air
lindian hasil reaksi antara air tanah dengan batuan penutup (country rock). Adapun hasil dari
pencampuran ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kualitas mine water pencampuran air lindian hasil reaksi air tanah dan sampel
batuan bijih (ore 3) dengan air lindian hasil reaksi air tanah dengan sampel batuan penutup
(country rock) 1
Parameter Nilai
(Air tanah + ore 3) di mix (air tanah + country rock)
pH 6,13
Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa pH mine water hasil pencampuran sesuai dengan skenario
3 menunjukkan 6,13 untuk sampel dan ore 3. Hal ini menunjukkan bahwa mine water yang
dihasilkan dari skenario pencampuran ini tidak bersifat asam dan dapat dikategorikan bersifat
netral.
8
Hasil dari campuran 1 dan 2 yang merupakan hasil reaksi air hujan dengan mineral pada
batuan ore 3 dan country rock dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Kualitas lindian reaksi air hujan dengan batuan ore 3 dan Kualitas lindian reaksi air
hujan dengan Country Rock 1 dan kualitas air asam tambang hasil pencampuran semua air
lindian sampel batuan
Parameter campuran 1 campuran 2 campuran 3
(air hujan + ore 3) (air hujan (campuran 1 +campuran 2)
+country rock)
pH
F. KESIMPULAN
1. Terdapatnya pH air lindian lebih besar dari 5 (>5) yang dihasilkan dari uji kinetik
terhadap sampel batuan yang berasal dari daerah cebakan bijih Pb-Zn membuktikan
bahwa batuan di daerah tersebut tidak menghasilkan air asam batuan yang bersifat sangat
asam, melainkan bersifat asam lemah.
2. Inverse Modeling PHREEQC mampu menghasilkan model yang cukup representatif
yang terdiri dari sekumpulan mineral beserta transfer molnya dalam mensimulasikan
proses pelindian air asam batuan hasil uji kinetik geokimia, dengan tingkat persentase
kesalahan terbesar sebesar 6,3%
3. Hasil prediksi mine water menunjukkan pH mine water untuk semua skenario dan semua
sampel batuan mempunyai nilai yang hampir sama yaitu 6.
DAFTAR PUSTAKA
1. Casanova, Berry. 2012. Studi Hidrogeokimia dan Potensi Pencemaran Lingkungan Air Akibat
Penambangan Bijih Sulfida. Thesis Magister Program Studi Teknik Air Tanah. ITB. Bandung.
2. Parkhurst, D.L and Appelo, CAJ. 1999. Users Guide to PHREEQC (Version 2)-A Computer Program for
Speciation, Batch-Reaction, One-Dimensional Transport and Inverse Geochemical Modeling.