BAB I
PENDAHULUAN
Tumor jinak di kulit yang terbentuk sebagai akibat tersumbatnya muara kelenjar sabasea/kelenjar
minyak sehingga ditemukan puncta sebagai muara kelenjar di kulit yang tersumbat.
Sekret kelenjar sebacea yaitu sebum dan sel-sel mati tertimbun dan berkumpul dalam kantung
kelenjar. Lama kelamaan membesar dan terlihat sebagai massa tumor yang berbentuk lonjong
sampai bulat, lunak-kenyal, berbatas tegas, berdinding tipis, tidak terfiksir ke dasar, umumnya tidak
nyeri, tetapi melekat pada dermis di atasnya. Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas
yang disebut puncta (titik kehitaman yang letaknya biasanya di permukaan kulit tepat di tengah
massa). Isi kista adalah bubur eksudat berwarna putih abu-abu yang berbau asam.
Predileksi di bagian tubuh yang berambut (kepala, wajah, belakang telinga, leher, punggung,
ekstremitas, dan daerah genital).
Terapi Terapi antibiotik diberikan jika ada tanda infeksi yaitu kemerahan dan inflamasi, yang
tersering oleh bakteri staphylococci. Tanpa keadaan terinfeksi kista dapat tetap sangat berbau.
Ekstirpasi menyertakan kulit dan puncta untuk mengangkat seluruh bagian kista hingga ke
dindingnya secara utuh. Bila terjadi infeksi sekunder dan terbentuk abses, dilakukan insisi,
evakuasi dan drainase.
TIVA
A. Pendahuluan
Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang
berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot. Setelah berada didalam pembuluh darah
vena, obat obat ini akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya
akan menuju target organ masing masing dan akhirnya diekskresikan sesuai dengan
farmakodinamiknya masing-masing.
Anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta mengembalikan kesadaran dengan
cepat segera sesudah pemberian dihentikan. Selain itu batas keamanan pemakaian harus cukup
lebar dengan efek samping yang sangat minimal. Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan
efek samping yang sangat minimal. Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan efek yang
diharapkan tanpa efek samping, bila diberikan secara tunggal.
Pemilihan teknik anestesi merupakan hal yang sangat penting, membutuhkan pertimbangan yang
sangat matang dari pasien dan faktor pembedahan yang akan dilaksanakan, pada populasi umum
walaupun regional anestesi dikatakan lebih aman daripada general anestesi, tetapi tidak ada bukti
yang meyakinkan bahwa teknik yang satu lebih baik dari yang lain, sehingga penentuan teknik
anestesi menjadi sangat penting.
RM01
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
Pemahaman tentang sirkulasi darah sangatlah penting sebelum obat dapat diberikan secara
langsung ke dalam aliran darah, kedua hal tersebut yang menjadi dasar pemikiran sebelum
akhirnya anestesi intravena berhasil ditemukan.
B. Definisi
TIVA adalah teknik anestesi umum dengan hanya menggunakan obat-obat anestesi yang
dimasukkan lewat jalur intravena tanpa penggunaan anestesi inhalasi termasuk N2O. TIVA
digunakan buat mencapai 4 komponen penting dalam anestesi yang menurut Woodbridge (1957)
yaitu blok mental, refleks, sensoris dan motorik. Atau trias A (3 A) dalam anestesi yaitu : Amnesia,
Arefleksia otonomik, Analgesik, +/- relaksasi otot.
Jika keempat komponen tadi perlu dipenuhi, maka kita membutuhkan kombinasi dari obat-obatan
intravena yang dapat melengkapi keempat komponen tersebut. Kebanyakan obat anestesi intravena
hanya memenuhi 1 atau 2 komponen di atas kecuali Ketamin yang mempunyai efek 3 A
menjadikan Ketamin sebagai agen anestesi intravena yang paling lengkap.
Kelebihan TIVA:
Kombinasi obat-obat intravena secara terpisah dapat di titrasi dalam dosis yang lebih akurat sesuai
yang dibutuhkan.
Tidak menganggu jalan nafas dan pernafasan pasien terutama pada operasi sekitar jalan nafas atau
paru-paru.
Anestesi yang mudah dan tidak memerlukan alat-alat atau mesin yang khusus.
Dalam perkembangan selanjutnya terdapat beberapa jenis obat obat anestesi dan yang digunakan
di indonesia hanya beberapa jenis obat saja seperti, Tiopenton, Diazepam , Dehidrobenzoperidol,
Fentanil, Ketamin dan Propofol.
C. Indikasi
Cara pemberian
Sebagai obat tunggal : Induksi anestesi
Suntikan berulang :
D. Obat Anestesi IV
Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan lebih dikenal
dengan nama dagang Diprivan. Pertama kali digunakan dalam praktek anestesi pada tahun
1977 sebagai obat induksi.
Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada pasien
dewasa dan pasien anak anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin, glycerol dan
minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya asam
etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik pembuat
obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonik
dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg) dan pH 7-8 Obat ini juga kompatibel dengan D5W.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerjanya sampai saat ini masih kurang diketahui,tapi diperkirakan efek primernya
berlangsung di reseptor GABA A (Gamma Amino Butired Acid).
Farmakokinetik
Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat protein plasma,
eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif, waktu paruh
propofol diperkirakan berkisar antara 2 24 jam. Namun dalam kenyataanya di klinis jauh
lebih pendek karena propofol didistribusikan secara cepat ke jaringan tepi. Dosis induksi cepat
menyebabkan sedasi ( rata rata 30 45 detik ) dan kecepatan untuk pulih juga relatif
singkat. Satu ampul 20ml mengandung propofol 10mg/ml. Popofol bersifat hipnotik murni
tanpa disertai efek analgetik ataupun relaksasi otot.
Farmakodinamik
Dosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dimana dalam dosis yang kecil dapat
menimbulkan efek sedasi, tanpa disetai efek analgetik, pada pemberian dosis induksi
(2mg/kgBB) pemulihan kesadaran berlangsung cepat. Dapat menyebabkan perubahan mood
tapi tidak sehebat thiopental. Dapat menurunkan tekanan intrakranial dan tekanan intraokular
sebanyak 35%.
Induksi bolus 2-2,5 mg/kg dapat menyebabkan depresi pada jantung dan pembuluh darah
dimana tekanan dapat turun sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi. Ini diakibatkan
Propofol mempunyai efek mengurangi pembebasan katekolamin dan menurunkan resistensi
vaskularisasi sistemik sebanyak 30%. Pengaruh pada jantung tergantung dari :
Pemberian drip lewat infus, mengurangi depresi jantung dibanding pemberian secara bolus
Umur makin tua usia pasien makin meningkat efek depresi jantung
Dapat menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa kasus dapat
menyebabkan henti nafas kebanyakan muncul pada pemberian diprivan. Secara lebih detail
konsentrasi yang menimbulkan efek terhadap sistem pernafasan adalah seperti berikut:
Pada 25%-40% kasus Propofol dapat menimbulkan apnoe setelah diberikan dosis induksi yang
bisa berlangsung lebih dari 30 saat.
Pemberian 2,4 mg/kg:
-Memperlambat frekuensi pernafasan selama 2 menit -Volume tidal (VT) menurun selama 4
menit.
Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 - 150 g/kg/min IV (titrate to effect).
Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila digabung
penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.
Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yang minimal 0,2%
Propofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalam lingkungan yang
steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka lebih dari 6 jam untuk mencegah
kontaminasi dari bakteri.
RM04
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
Efek Samping
Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri ini bisa muncul akibat
iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat dihilangkan dengan menggunakan
lidokain (0,5 mg/kg) dan jika mungkin dapat diberikan 1 sampai 2 menit dengan pemasangan
torniquet pada bagian proksimal tempat suntikan, berikan secara I.V melaui vena yang besar. Gejala
mual dan muntah juga sering sekali ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan propofol.
Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati hati pada pasien dengan
gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan pankreatitis. Pada sesetengah kasus dapat
menyebabkan kejang mioklonik (thiopental < propofol < etomidate atau methohexital). Phlebitis juga
pernah dilaporkan terjadi setelah pemberian induksi propofol tapi kasusnya sangat jarang. Terdapat
juga kasus terjadinya nekrosis jaringan pada ekstravasasi subkutan pada anak-anak akibat pemberian
propofol
BAB II
KASUS
IDENTITAS
Umur : 46 tahun
Bangsal : Bugenvil
ANAMNESIS
Benjolan bulat di bahu di bahu dirasakan timbul sejak sebulan yang lalu. Lama kelamaan membesar,
lunak-kenyal, berbatas tegas, berdinding tipis, tidak terfiksir ke dasar, tidak nyeri.
Riwayat DM (-)
RM05
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
Riwayat DM (-)
Anamnesis Sistem
Sistem SSP
: demam (-), pusing (-)
Sistem kardiovaskuler
: nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
Sistem respirasi
: nyeri telan (-) sesak nafas (-),batuk (-), pilek (-)
Sistem gastrointestinal
: mual (-), muntah (-), nyeri perut(-), diare (-), sembelit (-)
Sistem urogenital
: nyeri berkemih (-)
Sistem integumentum
: pucat (-), kuning (-), bengkak-bengkak (-)
Sistem muskuloskeletal
: gerakan otot dan tulang bebas (+), nyeri sendi/otot (-).
II. DATA OBJEKTIF
A. PEMERIKSAAN FISIK
1.
Kesan Umum : Baik, compos mentis
2.
Tanda Utama : TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 100 x/menit, isi & tegangan cukup, teratur, simetris
Suhu
: 36,7 C per axilla
Pernapasan
: 19x/menit
3. Status Lokalis bahu kanan
Tampak benjolan dengan puncak ukuran diameter sekitar15cm, terlihat sebagai massa tumor yang
berbentuk bulat, lunak-kenyal, berbatas tegas, berdinding tipis, tidak terfiksir ke dasar, tidak nyeri,
tetapi melekat pada dermis di atasnya, puncta (+)
4. Pemeriksaan Umum
Kepala
-
Bentuk
: Mesosefal, rambut hitam
-
Mata
: CA -/-, SI -/-, edema palpebra -/-
-
Hidung
: rhinorea -/-, epistaksis -/-
-
Sinus
: tanda peradangan (-)
RM06
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
-
Mulut
: mukosa bibir basah (+), stomatitis (-), gusi berdarah (-),
Leher
Simetris (+), pembesaran limfonodi (-), pembesaran kelenjar gondok (-), pembesaran massa (-)
Thorak
Cor
Pulmo
Inspeksi:
Inspeksi:
- Iktus kordis tidak tampak
- Bentuk dada simetris (+) N
- Retraksi (-)
Palpasi:
Palpasi:
- Ictus kordis tidak teraba
- Fremitus suara hemithorak dextra =
sinistra(+)
Auskultasi:
Auskultasi:
- Suara jantung:
- Suara paru: Suara dasar vesikuler +/+,
S1-S2 reguler, bising jantung (-),
suara tambahan -/-.
gallop (-)
Abdomen
Ekstremitas
Pemeriksaan
Superior
Inferior
Perfusi akral
Dextra/Sinistra
Dextra/Sinistra
Hangat
Hangat
Pulsasi a. Brachialis
+/+, kuat
-
Kekuatan
5/5
5/5
Reflek fisiologis
+/+, N
+/+, N
5. Status Anestesi
RM07
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
Airway: Jalan nafas bersih, buka mulut > 3 jari, gigi palsu (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
Malampati 1
Breathing: Nafas spontan, suara dasar vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-, sesak
(-), RR = 20 x/m
Circulation: Nadi 86 x/menit, s1-s2 reguler, bising (-), gallop (-), akral hangat nadi kuat
dengan CRT < 2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
PARAMETER
HASIL
NILAI
UNIT
HEMATOLOGI
RUJUKAN
Leukosit
7
4.0-10
10e3/ul
Eritrosit
4,36
4.00-5.50
10e3/ul
Hemoglobin
12,9
11.0-16.0
gr/dl
Hematokrit
38,9
32-44
%
MCV
92,2
81-99
Fl
MCH
30,5
27-31
Pg
MCHC
33,0
33-37
Gr/dl
Trombosit
248
150-450
10e3/ul
Neutrofil%
62,7
50-70
%
Lymposit%
14,7
20-40
%
Monosit%
5,1
3-12
%
Eosinofil%
1,0
0,5-5,0
%
Basofil%
0,3
0-1
%
Neutrofil#
7,55
2-7
10e3/ul
Lymposit#
3,33
0,8-4
10e3/ul
Monosit#
0,32
0,12-1,2
10e3/ul
Eosinofil#
0,21
0,02-0,50
10e3/ul
Basofil#
0,03
0-1
10e3/ul
Golongan Darah
O
Rhesus
Positif (+)
Masa Perdarahan
300
<6
Masa Penjendalan
900
<12
KIMIA
RM08
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA 2015
DIAGNOSIS KERJA
Nama : Bp.DJ
Umur : 46 tahun
ASA :I
Pemeliharaan : O2
Jumlah Cairan
Infus:
a. Infus : RL 20 tpm
b. Antibiotika :-
RM09
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
c.
Analgesik
: Ketorolac 30mg/8 jam
d.
Anti muntah
: Ondansentron 4 mg (k/p)
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
Said A. Latif dkk, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi kedua, Bagian Anestesiologi dan
http://www.metrohealthanesthesia.com/edu.htm
http://anesthesiologyinfo.com/intravenousanesthetic
RM010