Anda di halaman 1dari 12

Klasifikasi, Sifat dan Pengujian Material Teknik

Klasifikasi Material Teknik:


Secara garis besar material teknik dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Material logam
2. Material non logam
Berdasarkan pada komposisi kimia, logam dan paduannya dapat dibagi menjadi dua golongan
yaitu:
1. Logam besi / ferrous
2. Logam non besi / non ferrous
Logam-logam besi merupakan logam dan paduan yang mengandung besi (Fe) sebagai unsur
utamanya.
Logam-logam non besi merupakan meterial yang mengandung sedikit atau sama sekali tanpa
besi. Dalam dunia teknik mesin, logam (terutama logam besi / baja) merupakan material yang
paling banyak dipakai, tetapi material-material lain juga tidak dapat diabaikan. Material non
logam sering digunakan karena meterial tersebut mempunyai sifat yang khas yang tidak dimiliki
oleh material logam.
Material non logam dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu:
1. Keramik
2. Plastik (polimer)
3. Komposit
Material keramik merupakan material yang terbentuk dari hasil senyawa (compound) antara satu
atau lebih unsur-unsur logam (termasuk Si dan Ge) dengan satu atau lebih unsur-unsur non
logam. material jenis keramik semakin banyak digunakan, mulai berbagai abrasive, pahat
potong, batu tahan api, kaca, dan lain-lain, bahkan teknologi roket dan penerbangan luar angkasa
sangat memerlukan keramik.
Plastik (polimer) adalah material hasil rekayasa manusia, merupakan rantai molekul yang sangat
panjang dan banyak molekul MER yang saling mengikat. Pemakaian plastik juga sangat luas,
mulai peralatan rumah tangga, interior mobil, kabinet radio/televisi, sampai konstruksi mesin.
Komposit merupakan material hasil kombinasi dari dua material atau lebih, yang sifatnya sangat
berbeda dengan sifat masing-masing material asalnya. Komposit selain dibuat dari hasil rekayasa
manusia, juga dapat terjadi secara alamiah, misalnya kayu, yang terdiri dari serat selulose yang
berada dalam matriks lignin. Komposit saat ini banyak dipakai dalam konstruksi pesawat
terbang, karena mempunyai sifat ringan, kuat dan non magnetik.
Sifat mekanik adalah sifat yang menyatakan kemampuan suatu material / komponen untuk
menerima beban, gaya dan energi tanpa menimbulkan kerusakan pada material/komponen
tersebut.

Beberapa sifat mekanik yang penting antara lain:


1. Kekuatan (strength)
Merupakan kemampuan suatu material untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan material
menjadi patah. Berdasarkan pada jenis beban yang bekerja, kekuatan dibagi dalam beberapa
macam yaitu kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan
lengkung.
2. Kekakuan (stiffness)
Adalah kemampuan suatu material untuk menerima tegangan/beban tanpa mengakibatkan
terjadinya deformasi atau difleksi.
3. Kekenyalan (elasticity)
Didefinisikan sebagai kemampuan meterial untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan, atau dengan kata lain
kemampuan material untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah mengalami deformasi
(perubahan bentuk).
4. Plastisitas (plasticity)
Adalah kemampuan material untuk mengalami deformasi plastik (perubahan bentuk secara
permanen) tanpa mengalami kerusakan. Material yang mempunyai plastisitas tinggi dikatakan
sebagai material yang ulet (ductile), sedangkan material yang mempunyai plastisitas rendah
dikatakan sebagai material yang getas (brittle).
5. Keuletan (ductility)
Adalah sutu sifat material yang digambarkan seprti kabel dengan aplikasi kekuatan tarik.
Material ductile ini harus kuat dan lentur. Keuletan biasanya diukur dengan suatu periode
tertentu, persentase keregangan. Sifat ini biasanya digunakan dalam bidan perteknikan, dan
bahan yang memiliki sifat ini antara lain besi lunak, tembaga, aluminium, nikel, dll.
6. Ketangguhan (toughness)
Merupakan kemampuan material untuk menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan
terjadinya kerusakan.
7. Kegetasan (brittleness)
Adalah suatu sifat bahan yang mempunyai sifat berlawanan dengan keuletan. Kerapuhan ini
merupakan suatu sifat pecah dari suatu material dengan sedikit pergeseran permanent. Material
yang rapuh ini juga menjadi sasaran pada beban regang, tanpa memberi keregangan yang terlalu
besar. Contoh bahan yang memiliki sifat kerapuhan ini yaitu besi cor.
8. Kelelahan (fatigue)
Merupakan kecenderungan dari logam untuk menjadi patah bila menerima beban bolak-balik
(dynamic load) yang besarnya masih jauh di bawah batas kekakuan elastiknya.
9. Melar (creep)
Merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastik bila pembebanan
yang besarnya relatif tetap dilakukan dalam waktu yang lama pada suhu yang tinggi.
10. Kekerasan (hardness)
Merupakan ketahanan material terhadap penekanan atau indentasi / penetrasi. Sifat ini berkaitan
dengan sifat tahan aus (wear resistance) yaitu ketahanan material terhadap penggoresan atau
pengikisan.

Pengujian Material Teknik :


1. Pengujian Tarik
Tujuan daripada pengujian ini untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dan perubahan-perubahan
dari suatu bahan uji terhadap pembebanan tarik.
Sifat mekanik yang dihasilkan dari pengujian ini adalah :
Kekuatan Tarik Maksimun
Kekuatan Luluh
Modulus Elastisitas
Ketangguhan
Elongasi / Perpanjangan material

2. Pengujian Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan material menahan deformasi plastis. Kekerasan material
menentukan:
o ketahanan aus.
o ketahanan gores.
Metode Pengujian kekerasan :
Metode Goresan Mohs
Metode Penekanan / Penusukan
Metode Pantulan Shore Schleroskop

Macam macam pengujian dengan cara penusukan :


Pengujian Rockwell
Pengujian Brinell
Pengujian Vickers
Pengujian Meyer
Material komposit

adalah pencampuran/pengabungan sekurangnya dua material yang berbeda fasa dan strktur
mikroskopiknya. Contoh material komposit adalah kuningan. Kuningan merupakan
pencampuran/pengabungan antara loga sang dengan logam kuningan. Material komposit terdiri
dari bahan penyusun dan bahan yang mengisolasi bahan lain.
Jenis-jenis material komposit
1. Material komposit serat, yaitu komposit yang terdiri dari serat dan bahan dasar yang
diproduksi secara fabrikasi, misalnya serat + resin sebagai bahan perekat, sebagai contoh adalah
FRP (Fiber Reinforce Plastic) plastik diperkuat dengan serat dan banyak digunakan, yang sering
disebut fiber glass.
2. Komposit lapis (laminated composite), yaitu komposit yang terdiri dari lapisan dan bahan
penguat, contohnya polywood, laminated glass yang seringdigunakan sebagai bahan bangunan
dan kelengkapannya.
3. Komposit partikel (particulate composite), yaitu komposit yang terdiri dari partikel dan
bahan penguat seperti butiran (batu dan pasir) yang diperkuat dengan semen yang sering kita
jumpai sebagai betin.
Kelebihan material komposit
Bahan komposit mempunyai sifat fisik dan sifat mekanik yang banyak. Beberapa kelebihan
komposit adalah :
1. Gabungan dua bahan material yang mempunyai sifat mekanik yang lebih baik dari bahan
dasarnya
2. Bahan komposit tahan terhadap kikisan
3. Priduk yang dihasilkan dari paduan logam mempunyai sifat yang menarik dalam segi fisik
Sifat-sifat Mekanis Sistem Resin Gambar dibawah memperlihatkan kurva tegangan/regangan
untuk suatu sistem resin ideal. Kurva untuk resin menunjukkan kekuatan puncak tinggi,
kekakuan tinggi (ditunjukkan dengan kemiringan awal) dan regangan tinggi terhadap kegagalan.
Hal ini berarti bahwa resin pada awalnya kaku tetapi pada waktu yang sama tidak akan
mengalami kegagalan getas.
Seharusnya dicatat dimana ketika suatu komposit di bebani tarik, untuk mencapai sifat-sifat
mekanis yang optimal dari komponen serat, resin harus mampu berubah panjang paling tidak
sama dengan serat. Gambar dibawah ini memberikan regangan terhadap kegagalan yang dimiliki
untuk serat kaca-E, serat kaca-S, serat aramid, dan serat karbon berkekuatan tinggi (yaitu bukan
dalam bentuk komposit). Disini terlihat, sebagai contoh, serat kaca-S dengan perpanjangan 5,3%,
akan membutuhkan resin dengan perpanjangan paling tidak sama dengan nilai tersebut untuk
mencapai sifat tarik yang maksimum.
Jelaskan ciri-ciri patah ulet dan patah getas. Logam yang biasanya kita kenal sebagai material
ulet bisa mengalami patah getas, fenomena ini sering dikenal dengan DBT (Ductile to Brittle
Tension). Jelaskan pula faktor-faktor apa saja yang bisa mengakibatkan terjadinya DBT
tersebut.
Patah Ulet
Patah yang dikarena pembebanan yang menyebabkan material mengalami deformasi plastic. Dan
apabila beban dihilangkan maka crack akan berhenti pula. Patahan ulet ini ditandai dengan
penyerapan energy yang cukup besar contohnya seperti tembaga yang di tempa, tembaga tersebut
cenderung menerima energy sehingga menyebabkan deformasi plastic dan apabila telah
menyampai titik tolenransinya maka akan timbul crack.
Ciri-ciri :
1. Didahului deformasi plastic
2. Apabila pembebanan dihilangkan/dihentikan maka retak akan berhenti pula
3. Temperature
4. Permukaan yang mengalami retak berwarna berbeda dari semula
Patah Getas
Patah getas terjadi lebih cepat dari pada patah ulet, karena patah getas sering tidak awali dengan
deformasi plastic. Patah getas dapat mengikuti batas butir ataupun memotong butir. Bila bidang
patahannya mengikuti batas butir, maka disebut patah getas intergranular, sedangkan bila
patahannya memotong butir maka disebut patah getas transgranular.
Cirri-ciri :
1. Biasanya terjadi pada temperatur rendah
2. Sering tidak diawali deformasi plastic
3. Memerlukan energy patahan yang relative kecil
Faktor yang mempengaruhi patah getas :
Tegangan tiga sumbu
Laju regangan
Temperature

Terdapat 3 faktor dasar yang mendukung terjadinya patah dari benda ulet menjadi patah getas:
1. Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
2. Suhu yang rendah.
3. Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.
Fatik merupakan ketahanan suatu material menerima pembebanan dinamik. Benda yang tidak
tahan terhadap fatik akan mengalami kegagalan pada kondisi pembebanan dinamik (beban
berfluktuasi ). Mengalami kegagalan ( patah ) pada tegangan jauh di bawah tegangan yang
diperlukan untuk membuatnya patah pada pembebanan tunggal ( statis ). Kegagalan fatik
biasanya terjadi pada tempat yang konsentrasi tegangannya besar, seperti pada ujung yang tajam
atau notch. Tidak ada indikasi awal terjadinya patah fatik dan retakan fatik yang terjadi bersifat
halus, maka patah fatik sulit untuk dideteksi dari awal.
Jenis beban dinamik sinusoidal ditunjukkan pada gambar berikut:
1. Beban tegangan bolak-balik ( reversed stress )
2. Beban tegangan berulang ( repeated stress )
3. Beban tegangan tidak beraturan ( random stress ).

grafik fatigue
Dalam merancang suatu komponen, untuk menentukan tegangan aman yang di izinkan, para
perekayasa sering menggunakan cara estimasi umur fatik dengan menggunakan pendekatan
tegangan. Metode ini merupakan cara konvensional dan paling simpel, mudah dilakukan untuk
aplikasi perencanaan, sangat baik diterapkan pada kondisi pembebanan elastis, mampu
menunjukan batas rentang pakai yang aman (safe life) bahkan tak hingga (infinite life).
serta sangat tepat untuk perencanaan komponen pada kondisi fatik siklus tinggi. Namun perlu
diperhatikan bahwa metode ini tidak cocok untuk kondisi fatik siklus rendah karena metode ini
tidak dapat menghitung pengaruh tegangan-regangan sebenarnya pada saat terjadi deformasi
peluluhan lokal, terbatas hanya pada material logam terutama baja karena pada material tertentu
tidak dapat menunjukan respon data yang tepat bila menggunakan pendekatan ini.
Syarat utama untuk menggunakan metode pendekatan tegangan mengacu pada asumsi
perhitungan mekanika benda padat bahwa komposisi material idealnya homogen, kontinyu dan
bebas cacat atau bebas retak. Tujuan utama menggunakan pendekatan ini pada perencanaan
komponen adalah untuk mendapatkan umur pakai aman bahkan tak hingga.
Teknik Pengujian Material Tanpa Merusak Benda Ujinya. pengujian Non Destructive atau sering
kita dengar dengan NonDestructive Testing atau NDT, pengujian ini dilakukan untuk menjamin
bahwa material yang kita gunakan masih aman dan belum melewati batas toleransi kerusakan.
NDT biasanya dilakukan paling tidak dua kali. Pertama, selama dan diakhir proses fabrikasi, hal
ini berguna untuk menentukan suatu komponen dapat diterima setelah melalui tahap-tahap
fabrikasi, Hasil NDT ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu komponen. Kedua, NDT
dilakukan setelah komponen digunakan dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah
menemukan kegagalan parsial sebelum melampaui damage tolerance-nya.
Dari tipe keberadaannya crack, kerusakan atau cacat pada material NDT dapat dibedakan dalam
2 macam, yaitu: surface crack dan inside crack. Sebaiknya Pada saat pen
gujian maka harus sudah ditentukan dahulu targetnya (misal surface crack atau inside crack),
baru digunakan metoda NDT yang tepat.
Pengujian suatu material yang mengakibatkan kerusakan pada material biasanya dalam
penggujian digunakan sample dari material yang akan diuji, ada beberapa macam pengujian
merusak, yaitu :
1. Tensile Testing
2. Torsion Testing
3. Fatigue Testing
4. Bend Testing
5. Impact Testing
Tensile Testing
Apa yang dimaksud dengan Tensile Test ?
Tensile test atau disebut juga tension test, adalah mechanical test yang paling dasar yang dapat
dilakukan untuk mengetahui kemampuan mekanik dari suatu material. Tensile tests sangat
simple, relatif tidak mahal dan memenuhi standarad. Dengan menarik benda uji tersebut akan
segera mengetahui bagaimana kemampuan suatu material mampu menahan suatu beban yang
diberikan. Dengan cara menarik benda uji tersebut akan didapatkan strength dari material dan
bagaimana batas ulur-nya.
Mengapa Melakukan Tensile Test atau Tension Test?
Untuk mendapatkan substansi tensile testing. Apabila diteruskan menarik material hingga
putus, maka akan didapatkan kurva bagaimana material tersebut bereaksi sewaktu diberikan
beban. Titik dimana terjadi kegagalan disebut Ultimate Strength atau UTS.
Adalah daerah linier dari kurva mengenai

hubungan antara beban atau gaya dan kemuluran (elongation). Dimana perbandingan / ratio
stress dan strain adalah konstan (E = stress () / strain () ) dan disebut Modulus of Elasticity
atau Youngs Modulus.
Yield Strength
Adalah stress yang terjadi pada material yang mulai mengalami plastic deformation pada waktu
material dibebani.
Strain
Kemuluran yang terjadi pada waktu benda uji dibebani
Dalam keadaaan murni Al sangat lemah dan lunak, terutama kekuatan sangat rendah untuk dapat
digunakan pada berbagai keperluan teknik. Tetapi apabila dipadu dengan sejumlah kecil logam
lain maka sifat-sifat mekanik alumunium yang asli dapat diperbaiki. Logam-logam yang sering
dipadukan dengan Al adalah: Cu, Si, Mg, Ni, Mn dll.
Dengan pebaikan sifat ini sering kali sifat tahan korosi dan pengahantar panas dan listriknya
menurun, demikian juga keuletannya. Pengaruh unsur dalam paduan Al sangat komplek.

Penggolongan Paduan Alumunium


Paduan Al banyak dipakai dalam industri yang dapat dibagi dalam dua golongan utama yaitu.
Wrought Alloy
Paduan ini dibuat dengn melalui proses rolling, forming, drawing, forging, dan press working.
Hasil ini berupa barang setengah jadi misalnya batang, palat, lembaran dll. Paduan ini dapat
diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimianya.
Casting Alloy
Paduan ini dibuat melalui pengecoran ( paduan tuang ). Paduan ini merupakan paduan yang
komplek dari Al dengan Cu, Ni, Fe, Si, dan unsur lainnya. Paduan alumunium tempa mem[unyai
kekuatan mekanik yang tinggi mendekati baja. Paduan ini dapat dibedakan berdasarkan:
a. Heat Treatment : Al-Cu, Al-Cu-Mg, Al-Mg-Si, Al-Zn-Mg
b. Non Heat Treatment : Al-Mn (1,3% Mn), Al-Mg-Mn (2,5% Mg), Al-Si. Paduan ini memiliki
kekuatan mekanik yang tinggi, ductile, tahan korosi dan sifat mampulas baik.
Baja dikatakan padu jika kompesisi unsur-unsur paduannya secara khusus, bukan
baja karbon biasa yang terdiri dari unsur silisium dan mangan. Baja paduan semakin banyak
digunakan.Unsur yang paling banyak digunakan untuk baja paduan, yaitu: Cr,Mn, Si, Ni, W, Mo,
Ti, Al, Cu, Nb dan Zr.
A. Pembuatan
Proses dalam Dapur Tinggi
Prinsip dari proses dapur tinggi adalah prinsip reduksi. Pada proses ini zat
karbon monoksida dapat menyerap zat asam dari ikatan-ikatan besi zat asam
pada suhu tinggi.
Perlakuan Panas pada ALDEC 5TH
Lebih lengkapnya, proses yang disebut sebagai perlakuan panas ini bertujuan untuk
meningkatkan sifat mekanik material seperti tensile strength, resistance, elongation, impact
resistance, dan hardness. Tidak seperti pada logam ferrous, paduan logam non ferous seperti
alumunium hanya dapat dikeraskan secara signifikan melalui proses yang disebut sebagai
precipitation hardening, yaitu proses tambahan yang bertujuan untuk menambah kekuatan
material melalui penghalusan butir.
Pada proses ini, sifat mekanik paduan alumunium ditingkatkan dengan cara pembentukan lattice
defect yang akan berlaku sebagai penghambat gerak dislokasi. Pada hasil proses precipitation
hardening, defect tersebut berbentuk partikel-partikel halus yang terdistribusi merata, disebut
sebagai presipitat. NOV 30TH
Daerah elastis adalah luas kurva di bawah titik sesaat sebelum perubahan bentuk pada material
tersebut terjadi. Disini, titik tersebut dinamakan Yield Stress, atau titik luluh. Pada daerah ini, jika
suatu material diberikan perubahan bentuk yang kecil, maka material itu akan kembali ke
kondisi semula. Konvensi dari daerah ini adalah 0.001% regangan untuk logam. Di dalam
daerah ini juga, terdapat Modulus of Elasticity, yang menjelaskan tentang ukuran keuletan dan
kemampu-bentukan suatu material. MOE ini dihubungkan dengan persamaan matematis antara
tegangan dan regangan tariknya.
Jika modulus elastisitasnya besar, maka tegangan yang dibutuhkan untuk membuat perubahan
bentuk sangat besar, dan material tersebut cenderung getas, begitu pula sebaliknya.
Daerah plastis
Daerah plastis adalah luas kurva di bawah titik Yield Stress hingga Fracture. Di dalam daerah ini,
ada tiga fenomena yang terjadi : luluh (Yielding), pengerasan-regang (Strain-Hardening), dan
pengecilan penampang setempat (Necking). Luluh artinya adalah perubahan bentuk yang
permanen dan homogen di semua tempat, sedangkan Necking adalah perubahan bentuk
permanen setempat.

Anda mungkin juga menyukai