Anda di halaman 1dari 1

TIPE ERUPSI GUNUNG MERAPI

Gunung Merapi (ketinggian puncak 2.968 mdpl) adalah gunung berapi di bagian
tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Gunung ini
terbentuk karena aktivitas dizona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke
bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian
tengah Pulau Jawa.

Gunung Merapi sendiri di dalam catatan pengamatan memiliki tipe letusan merapi.
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah. Akibatnya,
tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan memecahkan sumbatan lava. Sumbatan
yang pecah-pecah terdorong ke atas dan akhirnya terlempar keluar. Material ini menuruni
lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine. Selain itu, terjadi pula awan panas (gloedwolk)
atau sering disebut wedhus gembel. Wedhus gem sendiri berupa campuran material
berukuran debu hingga blok yang bersuhu sangat tinggi. Dan pada puncak letusan tipe ini
umumnya berupa penghancuran kubah yang awalnya didahului dengan letusan eksplosif
disertai awan panas, dan kemudian secara bertahap akan embentuk kubah lava baru.

Masih teringat bahwa pada tahun 2010 Gunung Merapi sempat mengalami erupsi
yang cukup dahsyat. Letusan menyemburkan material vulkanik yang menyebabkan wilayah
DIY dan sekitarnya mengalami hujan abu (pyroclastic fall). Akibatnya kondisi pasca erupsi
agaknya perlu dicermati, lontaran lontaran material yang keluar yang berupa material tuff,
pasir hingga yang berbentuk block yang tersebar di sekitaran Gunung Merapi nantinya akan
tertransportasi ke arah hilir. Disitu merupakan letak ancamannya, melimpahnya material hasil
letusan nantinya akan terbawa bersama air dan berpotensi terjadinya banjir lahar dingin.
Selain itu juga material hasil letussan akan menyebabkan pendangkalan sungai sungai
disekitarnya yang pastinya juga akan berpotensi ancaman banjir

Anda mungkin juga menyukai