3
MASA DEPAN ILMU PENYAKIT DALAM DAN
SPESIALIS PENYAKIT DALAM
Wiguno Prodjosudjadi
Perkembangan ilmu penyakit dalam tidak terlepas
dari pengaruh perubahan yang terjadi di berbagai negara
maju. Seperempat akhir abad ke-20, kesemrawutan
dan disfungsi pelayanan kedokteran yang terjadi di
‘Amerika berdampak menurunnya keinginan mengikuti
pendidikan ilmu penyakit dalam, Pada periode yang sama
perkembangan spesialisasi pendukung misalnya anestesi,
radiologi dan patologi serta kecenderungan pendidikan
sub-spesialisasi semakin meningkat. Perkembangan
‘ersebut akan berpengaruh pada pelayanan, pendidikan
dan penelitian ilmu penyakit dalam.
Disfungsi pelayanan dapat cilhat sebagai tantangan
dan pemacu untuk mengadakan inovasi ilmu penyakit
dalam, Diskusi masa depan ilmu penyakit dalam
‘mempunyai rentang waktu yang relatif pendek hanya
dalam beberapa tahun. Perubahan jangka panjang yang
terkait dengan demografi, teknologi dan lingkungan
sosial ikut menentukan perkembangan dan pelayanan
kedokteran.
Berbagai hal yang terkait dengan masa depan ilu
penyakit dalam mulai dipertanyakan. Praktisiilmu penyakit
dalam sepakat untuk memberikan pelayanan dengan
kualitas tinggi dalam hubungannya dengan pasien.
Masalah yang membuat ketidakpuasan dokter dan pasien
merupakan beban yang tidak pernah ada akhirnya,
MASA DEPAN ILMU PENYAKIT DALAM
Di Amerika, Society of General Internal Medicine (SIGM)
bertanggung jawab memperbaiki pelayanan, pendidikan
dan penelitian ilmu penyakit dalam. Perbaikan pelayanan
dilakukan dengan mempertegas ranah dan mengubah
paradigma ilmu penyakit dalam, Perubahan paradigma
ditujukan untuk meningkatkan dan memperbaiki
pelayanan, Keadaan ini sejalan dengan pesan Francis
Peabody bahwa "The secret of the care of the patient isin
caring for the patient’. Dengan memperbaiki pelayanan
‘akan dapat mengarahkan perkembangan ilmu penyakit
dalam dan menuntun upaya terbaik untuk kepentingan
pasien dan masyarakat.
Pendidikan spesialisasi ilmu penyakit dalam, sub:
spesialisasi, tantangan kedokteran yang berkelanjutan
dan pelayanan pasien berpengaruh pada perkembangan
imu penyakit dalam dan spesialis penyakit dalam. Kualitas
pelayanan spesialis penyakit dalam juga mencerminkan
tingkat perkembangan ilmu penyakit dalam.
Pendidikan Spesialisasi Penyakit Dalam
Pendidikan spesialisasi penyakit dalam menghasilkan
dokter spesialis penyakit dalam atau internis yang
mempunyai kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan
‘orang dewasa (dactors for adults). Membedakan interns
dengan spesials lain dapat dilhat dari nilai inti (core
value) yang dikuasainya, Nila inti terciriatas kompetensi
untuk mendapatkan dan membagi pengetahuan
(acquiring and sharing knowledge), serta kepemimpinan
dan profesionalisme. Nila inti merupakan kekuatan dari
imu penyakit dalam yang diuraikan dalam berbagal
kompetensi.
Perubahan waktu rawat inap, peningkatan pelayanan
Unit intensif pelayanan diagnostk di luar rumah sakit,
dan pergeseran populasi pasien akan memengaruhi
pendidikan spesialisasi mu penyakit dalam. Keterlibatan
residen penyakit dalam pada kegiatan diagnostik dan
pengobetan akan berkurang dengan pemendekan
wakdu rawat inap akibat pembatasan pihak asuransi atau
pihak ketiga sebagai pembayer. Keadaan ini juge dapatTabel 1. Ni
Nilai-nilat utara
Keahlian tinggi dolom
‘merawat pasien dewasa*
‘Mencari dan membagi
pengetahuan
bberpusat pada pasien
‘Mengoboti penyakit kompleks dan kronik
Utama Dalam Ilmu Penyakit Dalam Umum
\Nilai Utama Terkait dan Kompetensi
FILSAFATILMU PENYAKIT DALAM.
‘Menyediakan perawatan longitudinal, Komprehensif dan Mempraktekkan kedokteran
(pengetahuan) berbasis bukti
Tantangan intelektual
‘Melakukan keordinasi perowatan dalam system kesehaton Mangjemen informasi
Berkamitmen terhadap hasil yang berkualitas Edukasi
Berkomitmen untuk melakukan perawatan prevent
Keohlian tinggi dalam kedokteran geriatri
Praktek pencegahan penyakit yang berbasis bukti dan
‘melakukan promosi kesehatan
Menggunakan keablian komunikasi yang baik
Komitmen terhadap pembelajaran
sepanjang hidup
Memberikan edukasi kepada
pasien, kaum professional (ain
ddan anak magang (trainee)
Membina hubungan dokter-pasien yang bersifat personal Kemampuan adaptasi
‘dan berkelanjutan
Kepekaan dan kompetensi budaya
Pengetahuan yang luas dan dalam
Kepemimpinan Memahami konteks
Pengetahuan baru, penyakit baru,
pengobatan,teknologi_ teknologi
informosi, kerogaman budaya
dan komunikast
Komitmen terhadap kualitas, perbaikan kualitas dan
Kebaikan untuk masyarakat
Altruisme
‘Akuntabilitas
Aksesbiltas
Profesionalisme
Komitmen terhadap kesempurnaan
“Tugas dan layanan
Kemuliaan dan integritas
Menghargai orang lain
Kesetaraan
*Huruf yang dicetak miring menandakan nila utama dan kompetensi yang secara khusus membedakan ilmu penyakit dalam umum
menghalangi kesempetan peserta didik untuk mengenal
pasien, kebiasaan dan keluarganya dengan lebih baik.
Pergeseran populasi pasien usia lanjut mengubah
sarana pendidikan. Residen penyakit dalam akan lebih
sering mengelola kasus geriatri disertai penyakit kronis,
‘melibatkan multiorgan dan kondisikecacatan.Pengetahuan
patofisiologi dan perubahan siklus kehidupan dewasa
harus dikuasai di samping keterampilan pengelolaan
pasien. Penyebaran human immunodeficiency virus (HIV)
yang mulai marak juga berpengaruh pada komposisi
pasien sebagai sarana pendidikan. Pengetahuan infeksi
HIV serta keterampilan diagnostik dan pengobatan
merupakan kompetensi yang dipertukan.
imu penyakit dalam yang luas dan mendalam
dibutuhkan bagi intemis umum yang akan melakukan
pelayanan primer. Keterampilan dasar sub-spesiais ilmu
penyakit dalam dan keterampilan umum lainnya perlu
juga untuk dikuasai. Internis umum diharapkan dapat
memberikan pelayanan bernilai tinggi, menyeluruh,
Jangka panjang dan mengkoordinasi pengobatan yang
kkompleks. Keterampilan melakukan pelayanan rawat jalan
dan rawat inap kedua-duanya harus dikuasai selama dalam
pendiikan,
Pencapaian ilmu penyakit dalam secara luas dan
mendalam sulitdilaksanakan apalagi bersifat penguasaan
(mastery), Penguasaan satu bidang imu dengan mendalam
dapat dicapai sebagai tambahan untuk kepentingan
pelayanan. Latihan pengetolaan praktik dan kepemimpinan,
kurang didapat selama pendicikan sehingga keterampilan
berkembang tidak sesuai harapan. Pelayanan berorientasi
komunitas (community-oriented) dan berdasar rumah
sakit (hospitol-based) juga berpengaruh pada pendidikan
spesialisasiilmu penyakit dalam, Kebethasilan pendidikan
spesialisasi ilmu penyakit dalam bergantung pada
penguasaan keterampilan rawat jalan. Untuk mendapatkan
ppengalaman yang nyata dan luas diperlukan latihan di
berbagai rumah sakit. Perawatan di rumah sakit akan
memberikan kesempatan residen penyakit dalam terpajan
dengan kemajuan teknologi, sumber pengelolaan dan
pengalaman konsultasi medik.
‘Sub-spesialisasi Penyakit Dalam
Persepsi dan sikap masyarakat serta pandangan profesiikut
menentukan perkembangan ilmu pengetahuan. Keahlian
satu area bidang kedokteran secara mendalam, misalnya
hematologi atau onkologi-medik mendapat perhatian
dan pengakuan lebih dibanding keahlian yang bersifat
umum, Keadaan ini dapat merupakan pemicu muncul dan
bberkembangnya pendidikan sub-spesialiasiilmu penyakit,
dalam, Sub-spesialisasi ilmu penyakit dalam indonesia
mulai berkembang tahun 1970-an, diawali pendidikan
hematologi pada 1963. Kurikulum sub-spesialisasi imu[MASA DEPAN ILMU PENYAKIT DALAM DAN SPESIALIS PENVAKIT DALAM 9
penyakit dalam disusun oleh PAPDI (Perhimpunan Dokter
‘Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) pada tahun 2002 dan
direvist 2005. Sub-spesialisasi di lingkungan Kolegium
IImu Penyakit Dalam (KIPD) meliputi alergi-imunologi,
4gastro-enterologi, geriatri, ginjal-hipertensi, hepatologi,
hematologi-onkologi medik, kardiovaskular, metabolik-
endokrin, psikosomatik, pulmunologi, rematologi dan
tropik-infeksi
Munculnya spesialisasi dan sub-spesialisasi didorong
oleh perkembangan ilmu atau dari berbagai penemuan
dan penelitian biomedik. Pandangan praktik klinik yang
‘menggantungkan pada keablian sub-spesialistikjuga akan
berpengaruh. Kapasitas internis uum dalam pengelolaan
penyakit serius dan kompleks yang berkurang akibat
pengetahuan dasar klinik yang semakin berkembang, juga
berpengaruh pada perkembangan sub-spesialisasi
‘Sub-spesialisasi ilmu penyakit dalam menyebabkan
kecenderungan fragmentasi pelayanan dan difusi
tanggung jawab pasien. Penggunaan alat dan teknologi
canggih pada diagnosis dan pengobatan membuat
pelayanan mahal, sulit terjangkau bagi yang kurang
beruntung, membosankan dan kurang manusiawi
Ketergantungan kemajuan teknologi akan mendorong
terjadinya rujukan tambahan ke sub-spesialis lain sehingga
biaya semakin melonjak. Hubungan dokter pasien menjadi
renggang dan keterampilan anarnesis, pemeriksaan fisik
dan pemikiran analits secara bertahap makin terasa tidak
akurat, tidak efisien dan menyita banyak waktu.
Kebutuhan pelayanan bergeser ke populasi usialanjut
dengan penyakit kronik, yang melibatkan multi organ
atau kombinasi berbagai penyakit. Untuk melakukan
pendekatan menyeluruh, dibutuhkan pengetahuan dan
keterampilan yang luas dan mendalam, tidak terbatas
pada sub-spesialisasi tertentu. Internis umum telah
dididik dan dilatih keterampilan dasar sub-spesialisasi dan
terbiasa menghadapi pasien dengan masalah kompleks.
Pelayanan internis sub-spesialis faktanya belum terbulti
secara meyakinkan selalu menghasilkan luaran lebih baik
dibanding pelayanan internis umum,
Peran dan tanggung jawab internis umum pada
pelayanan dipertanyakan di era perkembangan sub-
spesialis. Internis umum diharapkan berperan sebagai
pengelola sumber daya yang terbiasa dengan epidemiologi
klinik dan membuat keputusan serta evaluasi dan
pengelolaan yang bijaksana, Sebagai pengelola informasi
Klinik, internis diharapkan dapat memanfaatkan data
clektronik dan berkomunikasi dengan teknik modern,
Di sisi lain, internis sub-spesialis diperlukan untuk
memberikan nasehat formal dan informal, konsultasi medik
dan menerima pelimpahan tanggung jawab perawatan
atau pelayanan. Selain sebagai praktisiklinis, internis sub-
spesialis dinarapkan berperan sebagai ilmuwan kedokteran
dasar dan peneliti untuk mengembangkan ilmu
Tantangan Berkelanjutan
Pengobatan pasien keadaan terminal, penghentian
resusitasi, transplantasi organ, terapi gen, penelitian
sel punca (stem cells), perkembangan human genome
dan teknologi cloning masih merupakan masalah yang
belum terselesaikan. Masalah tersebut akan merupakan
‘tantangan berkelanjutan dan akan berpengaruh terhadap
perkembangan ilmu penyakit dalam.
Internis umum memiliki kisaran pelayanan yang luas
pada populasi dewasa dan beberapa isu belum dapat