Anda di halaman 1dari 10

1.

Definisi
Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau konjungtiva
yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah kornea. Timbunan atau
benjolan ini membuat penderitanya agak kurang nyaman karena biasanya akan
berkembang dan semakin membesar dan mengarah ke daerah kornea, sehingga bisa
menjadi menutup kornea dari arah nasal dan sampai ke pupil, jika sampai menutup
pupil maka penglihatan kita akan terganggu. Suatu pterygium merupakan massa
ocular eksternal superficial yang mengalami elevasi yang sering kali terbentuk diatas
konjungtiva perilimbal dan akan meluas ke permukaan kornea. Pterygia ini bisa
sangat bervariasi, mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak begitu jelas sampai
yang besar sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang tumbuhnya sangat cepat yang bisa
merusakkan topografi kornea dan dalam kasus yang sudah lanjut, jejas ini kadangkala
bisa menutupi pusat optik dari kornea
2. Etiologi
Penyebab pterigium belum dapat dipahami secara jelas, diduga merupakan suatu
neoplasma radang dan degenerasi. Namun, pterigium banyak terjadi pada mereka
yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan banyak terkena panas terik
matahari. Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tinggal di daerah yang banyak
terkena sinar matahari, daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya besar. Penyebab
paling umum adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang
diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, dan angin (udara panas)
yang mengenai konjungtiva bulbi berperan penting dalam hal ini. Selain itu dapat pula
dipengaruhi oleh faktor2 lain seperti zat allegen, kimia dan zat pengiritasi lainnya.
Pterigium Sering ditemukan pada petani, nelayan dan orang-orang yang tinggal di
dekat daerah khatulistiwa. Jarang menyerang anak-anak
3. Patofisiologi
Patofisiologi pterygium ditandai dengan degenerasi elastotik kolagen dan ploriferasi
fibrovaskular, dengan permukaan yang menutupi epithelium, Histopatologi kolagen
abnormal pada daerah degenerasi elastotik menunjukkan basofilia bila dicat dengan
hematoksin dan eosin. Jaringan ini juga bisa dicat dengan cat untuk jaringan elastic
akan tetapi bukan jaringan elastik yang sebenarnya, oleh karena jaringan ini tidak bisa
dihancurkan oleh elastase.
Secara histopalogis ditemukan epitel konjungtiva irrekuler kadang-kadang berubah
menjadi gepeng. Pada puncak pteregium, epitel kornea menarik dan pada daerah ini
membran bauma menghilang. Terdapat degenerasi stauma yang berfoliferasi sebagai
jaringan granulasi yang penuh pembuluh darah. Degenerasi ini menekan kedalam
kornea serta merusak membran bauma dan stoma kornea bagian atas.
4. Manifestasi Klinis
a. Mata iritatatif, merah, gatal, dan mungkin menimbulkan astigmatisme.
b. Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke kornea (Zone
Optic).
c. Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat kering) dan garis
besi yang terletak di ujung pteregium

5. Klasifikasi Dan Grade


a. Klasifikasi Pterygium:
Pterygium Simpleks; jika terjadi hanya di nasal/ temporal saja.
Pterygium Dupleks; jika terjadi di nasal dan temporal.
b. Grade pada Pterygium :
Grade 1
Tipis (pembuluh darah konjungtiva yang menebal dan konjungtiva sklera
masih dapat dibedakan), pembuluh darah sklera masih dapat dilihat.
Grade 2
Pembuluh darah sklera masih dapat dilihat.
Grade 3
Resiko kambuh, hiperemis, pada orang muda (20-30), mudah kambuh
Grade 4
Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehinggah mengganggu
penglihatan
6. Pemeriksaan Dan Penegakan Diagnostik
a. Anamnesis
Menanyakan pasien tentang keluhan yang diderita, durasi keluhan, faktor risiko
seperti pekerjaan, paparan sinar matahari dan lain-lain.
b. Pemeriksaan Fisik
Melihat kedua mata pasien untuk morfologi pterygium, serta memeriksa visus
pasien. Diagnosa dapat didirikan tanpa pemeriksaan lanjut. Anamnesa positif
terhadap faktor risiko dan paparan serta pemeriksaan fisik yang menunjang
anamneses cukup untuk membuat suatu diagnosa pterygium.
c. Pemeriksaan Slit Lamp
Jika perlu, dokter akan melakukan Pemeriksaan Slit Lamp untuk memastikan
bahwa lesi adalah pterygium dan untuk menyingkirkannya dari diagnosa banding
lain. Pemeriksaan slit lamp dilakukan dengan menggunakan alat yang terdiri dari
lensa pembesar dan lampu sehingga pemeriksa dapat melihat bagian luar bola
mata dengan mengnifikasi dan pantulan cahaya memungkinkan seluruh bagian
luar untuk terlihat dengan jelas.
7. Penatalaksanaan
Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila
Pterygium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan.
Pengobatan Pterygium adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan
bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau
Pterygium yang telah menutupi media penglihatan.
Lindungi mata dengan Pterygium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan
kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air mata buatan dan bila perlu
dapat diberi steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata dalam bentuk
salep. Bila diberi vasokontriktor (prednisone asetat) mata perlu kontrol dua minggu
dan bila terdapat perbaikan maka pengobatandihentikan.
Tindakan Operatif :
Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang dilakukan bila
pterygium telah mengganggu penglihatan. Pterygium dapat tumbuh menutupi seluruh
permukaan kornea atau bola mata. Tindakan operasi, biasanya bedah kosmetik, akan
dilakukan untuk mengangkat pterygium yang membesar ini apabila mengganggu
fungsi penglihatan atau secara tetap meradang dan teriritasi. Paska operasi biasanya
akan diberikan terapi lanjut seperti penggunaan sinar radiasi B atau terapi lainnya.
8. Komplikasi
Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut:
a. Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan
b. Kemerahan
c. Iritasi
d. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea
Keterlibatan yang luas otot extraocular dapat membatasi penglihatan dan memberi
kontribusi terjadinya diplopia. Bekas luka yang berada ditengah otot rektus umumnya
menyebabkan diplopia pada pasien dengan pterygium yang belum dilakukan
pembedahan. Pada pasien dengan pterygia yang sudah diangkat, terjadi pengeringan
focal kornea mata akan tetapi sangat jarang terjadi.
Komplikasi postooperasi pterygium meliputi:
a. Infeksi
b. Reaksi material jahitan
c. Diplopia
d. Conjungtival graft dehiscence
e. Corneal scarring
f. Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola mata perdarahan vitreous,
atau retinal detachment.
Komplikasi akibat terlambat dilakukan operasi dengan radiasi beta pada pterygium
adalah terjadinya pengenceran sclera dan kornea. Sebagian dari kasus ini dapat
memiliki tingkat kesulitan untuk mengatur.

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan pterygium adalah :
1. Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Pekerjaan, Status perkawinan, Alamat,
Pendidikan.
2. Keluhan utama
Biasanya penderita mengeluhkan adanya benda asing pada matanya, penglihatan
kabur.
3. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada
pasien dengan pterygium adalah penurunan ketajaman penglihatan. Sejak kapan
dirasakan, sudah berapa lama, gambaran gejala apa yang dialami, apa yang
memperburuk atau memperingan, apa yang dilakukan untuk menyembuhkan
gejala.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya
memicu resiko pterygium
5. Riwayat penyakit keluarga
Ada atau tidak keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama seperti
pasien.
6. Data Bio Psiko Sosial Spiritual
a. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya
atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur /
tidak jelas.
c. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan mata menjadi merah sekali,
pembengkakan mata, mata gatal, iritasi, dan pandangan kabur.
d. Rasa Aman
Yang harus dikaji adalah kecemasan pasien akan penyakitnya maumun
tindakan operatif yang akan dijalaninya.
e. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( pterigium ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.
7. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data fokus pada mata : adanya jaringan yang tumbuh
abnormal pada mata biasanya tumbuh menuju ke kornea

B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Perubahan rasa nyaman (sensasi benda asing) berhubungan dengan adanya
penebalan konjungtiva bulbi yang menjalar ke kornea.
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma okuler
3. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
4. Ansietas berhubungan dengan tindakan operatif yang akan dijalani

Post Operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri akut) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
akibat pembedahan.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan port de entry sebagai akibat diskontinuitas
jaringan.
3. Perubahan dalam presepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post
operasi.
4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.

C. Perencanaan
Pre Operasi
1. Perubahan rasa nyaman (rasa kemeng, sensasi benda asing) berhubungan dengan
adanya penebalan konjungtifa bulbi yang menjalar ke kornea.
a. Tujuan :
setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien merasa nyaman, dan
dapat memahami penjelasan perawat.
b. Kriteria Hasil :
Pasien merasa nyaman.
Pasien dapat rileks
intervensi rasional
1) Kaji dan dokumentasikan keluhan 1) Untuk mengetahui penyebab penyakit
pasien. pasien.
2) Beri pemahaman kepada pasien 2) Agar pasien paham dan mengerti
tentang penyakitnya. dengan penyakitnya sehingga mampu
3) Beri penjelasan kepada pasien menjalani pengobatan sesuai saran
mengenai tindakan yang dapat dokter.
membantu pasien agar merasa lebih 3) Untuk mengurangi pemaparan sunar
nyaman seperti: memakai kaca mata ultraviolet maupun debu pada mata.
gelap pada siang hari, beerusaha 4) Untuk mengetahui perkembangan
memperkecil kemunginan kontak penyakit mata yang pasien alami.
dengan angin, asap, debu, dan sinar 5) Untuk mempercepat proses penyembuhan
matahari.
4) Sarankan kepada pasien agar segera
berkonsultasi dengan dokter bila
terjadi perubahan yang signifikan
pada matanya.
5) Sarankan kepada pasien untuk
memakai obat yang telah diresepkan
oleh dokter.
6) Kolaborasi dalam pelaksanaan
eksterpasi pterygium.

2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma okuler


a. Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu,
mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
b. Kriteria Hasil :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
intervensi rasional
1) Tentukan ketajaman penglihatan, 1) Penemuan dan penanganan awal
kemudian catat apakah satu atau komplikasi dapat mengurangi
dua mata terlibat dan observasi resiko kerusakan lebih lanjut.
tanda-tanda disorientasi. 2) Meningkatkan keamanan mobilitas
2) Orientasikan klien tehadap dalam lingkungan.
lingkungan. 3) Cahaya yang kuat menyebabkan
3) Perhatikan tentang suram atau rasa tak nyaman setelah penggunaan
penglihatan kabur dan iritasi mata, tetes mata dilator.
dimana dapat terjadi bila 4) Membantu penglihatan pasien.
menggunakan tetes mata.
4) Ingatkan klien menggunakan
kacamata.
3. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
a.Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak
mengalami cedera.
b.Kriteria Hasil:
Pasien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh, tergores, tertusuk, dsb).
intervensi rasional
1) Orientasikan pasien dengan 1) Agar pasien terbiasa dan hafal
lingkungannya. dengan situasi disekelilingnya.
2) Awasi pasien selama proses 2) Mencegah terjadinya risiko cidera
pemeriksaan berlangsung. pada pasien.
3) Bimbing pasien berjalan selama 3) Agar pasien merasa aman dan
pemeriksaan bila pengelihatannya mencegah terjadinya cidera pada
sangat kabur. pasien.
4) Bersihkan jalan yang dilewati 4) Untuk menghindari risiko cidera, dan
pasien dan yakinkan ruangan lebih memperjelas penglihatan
dalam keadaan terang. pasien.
5) Libatkan keluarga dalam 5) Mencegah terjadinya cidera pada
pengawasan pasien sehari-hari. pasien.
6) Anjurkan untuk menjauhkan 6) Mencegah terjadinya cidera pada
benda-benda yang berbahaya di pasien.
sekitar lingkungan pasien. 7) Mencegah terjadinya cidera/jatuh
7) Anjurkan untuk menghindari pada pasien
pasien melintasi lantai licin.
4. Ansietas berhubungan dengan tindakan operatif yang akan dijalani

a. Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan kecemasan pasien


berkurang.
b. Kriteria Evaluasi
Pasien tidak cemas
Pasien tampak rileks
intervensi rasional
1) Kaji tingkat ansietas, derajat 1) Factor ini mempengaruhi persepsi
pengalaman nyeri/ timbulnya gejala pasien terhadap ancaman diri,
tiba-tiba dan pengetahuan kondisi potensial siklus ansietas, dan dapat
saat ini. mempengaruhi upaya medic untuk
2) Berikan informasi yang akurat dan mengontrol TIO.
jujur. Diskusikan kemungkinan 2) Menurunkan ansietas sehubungan
bahwa pengawasan dan pengobatan dengan ketidaktahuan/harapan yang
dapat mencegah kehilangan akan datang dan memberikan dasar
penglihatan tambahan. fakta untuk membuat pilihan
3) Dorong pasien untuk mengakui informasi tentang pengobatan.
masalah dan mengekspresikan 3) Memberikan kesempatan untuk
perasaan. pasien menerima situasi nyata,
4) Jelaskan dengan jujur mengenai mengklarifikasi salah konsepsi dan
prosedur tindakan operatif yang pemecahan masalah.
akan dijalaninya. 4) Pasien mengerti tentang prosedur
5) Identifikasi sumber/ orang yang operasi sehingga kecemasan pasien
menolong. akan berkurang.
5) Memberikan keyakinan bahwa pasien
tidak sendiri dalam menghadapi
masalah.
Post operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri akut) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
akibat pembedahan.
a. Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan nyeri pasien berkurang atau
terkontrol.
b. Kriteria hasil :
Pasien mengeluh tidak nyeri
Skala nyeri 0 dari skala 0-10 yang diberikan.
intervensi rasional
1) Monitor TTV pasien 1) Mengetahui keadaan umum
2) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien.
oleh klien. 2) Untuk mengetahui tingkat nyeri
3) Berikan posisi yang nyaman. pasien.
4) Ajarkan kepada klien tekhnik 3) Membantu pasien untuk rileks.
distraksi / relaksasi. 4) Untuk mengurangi rasa nyeri.
5) Anjurkan pasien untuk tidak 5) Vasokontraksi dapat
melakukan aktifitas yang dapat meningkatkan tekanan bola mata
meningkatkan vasokontraksi, sehinggan dapat meningkatkan
seperti mengedan dan batuk nyeri yang dirasakan.
beruntun. 6) Memberikan kenyamanan pada
6) Ciptakan tempat tidur yang Pasien
nyaman. 7) Mengurangi nyeri secara
7) Kolaborasi dengan tim medis farmakokinetik
untuk pemberian analgetik

2. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur (invasif) bedah.


a. Tujuan: setelah diberikan askep diharapkan tidak terjadi infeksi pada pasien.
b. Kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada pasien: kalor, dolor, rubor, tumor,
Fungsiolaesa
intervensi rasional
1) Kaji karakteristik luka, pantau 1) Mengetahui keadaan umum luka
adanya tanda infeksi (rubor, dan mengidentifikasi adanya
kalor, dolor, tumor, dan tanda-tanda infeksi.
fungsiolaesa). 2) Untuk mencegah terjadinya
2) Gunakan tehnik aseptik dalam kontaminasi terhadap mikroba
perawatan post operatif. 3) Mencegah terjadinya infeksi.
3) Beri tahu klien tentang Bila tangan yang menyentuh
pentingnya kebersihan dan cara daerah mata kotor maka akan
mencuci tangan yang baik. mempermudah jalan masuknya
Yaitu cuci tangan dibawah air mikrooorganisme pathogen ke
mengalir dan gunakan 6 langkah dalam luka.
cuci tangan yang baik dan benar. 4) Air hangat-hangat kuku dapat
Informasikan untuk melakukan membunuh beberapa jenis dibasahi dengan
cuci tangan yg benar sebalum air hangat-
dan sesudah menyentuh daera hangat kuku bila mata tersa
mata. gatal.
4) Ajarkan untuk membersihkan 5) Kolaborasi dalam pemberian
mata dengan kapas yang antibiotika.
dibasahi dengan air hangat-
hangat kuku bila mata tersa
gatal.
5) Kolaborasi dalam pemberian
antibiotika.

3. Perubahan dalam pesepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post


operasi.
a. Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu,
mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
b. Kriteria Hasil :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
dibasahi dengan air hangat-
hangat kuku bila mata tersa
gatal.
5) Kolaborasi dalam pemberian
antibiotika.
mikroorganisme pathogen
5) Membantu membunuh
mikroorganisme patogen.
3. Perubahan dalam pesepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post
operasi.
a. Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu,
mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
b. Kriteria Hasil :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
intervensi rasional
1) Tentukan ketajaman penglihatan. 1) Mengetahui tingkat ketajaman
2) Orientasikan klien pada pengeliatan pasien.
lingkungan, staf, orang lain di 2) Memudahkan pasien
sekitar. berkomunikasi dengan orang
3) Letakkan barang yang sering disekitar.
diperlukan dalam jangkauan . 3) Memudahkan pasien
4) Anjurkan klien untuk mengambil barang-barang yang
mengkonsumsi nutrisi yang sering digunakan.
bergizi, misalnya buah-buahan 4) Buah-buahan yang berwarna
yang berwarna kuning, seperti kuning memiliki kandungan
pepaya, wortel dan lain-lain. vit. A yang tinggi dan baik
5) Berikan obat-obatan sesuai terapi. untuk mata. Dan asupan nutrisi
yang baik dapat mempercepat proses
penyembuhan luka.
5) Mempercepat penyembuhan
secara farmakokinetik

4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.


c.Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak
mengalami cedera.
d.Kriteria Hasil:
Pasien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh, tergores, tertusuk, dsb)
intervensi rasional
1) Orientasikan pasien dengan 1) Agar pasien terbiasa dan hafal
lingkungannya. dengan situasi disekelilingnya.
2) Bimbing pasien berjalan selama 2) Agar pasien merasa aman dan
pemeriksaan bila pengelihatannya mencegah terjadinya cidera pada
sangat kabur. pasien.
3) Bersihkan jalan yang dilewati pasien 3) Untuk menghindari risiko cidera,
dan yakinkan ruangan dalam dan lebih memperjelas penglihatan
keadaan terang. pasien.
4) Anjurkan pasien tidak melakukan 4) Peningkatan tekanan pada bola mata
aktifitas yang dapat meningkatkan yang terdapat luka berisiko
tekanan pada bola mata seperti memperparah cidera pada mata yang
menunduk, mengedan, dan batuk luka.
beruntun. 5) Tidur kearah mata yang sakit dapat
5) Anjurkan pasien agar tidak miring kearah menyebabkan meningkatnya tekanan
mata yang sakit/ luka pada pada bola mata yang sakit, sehingga
saat tidur. berisiko menyebabkan cidera/
6) Anjurkan pasien untuk makan pendarahan pada luka.
makanan tinggi serat (sayur-sayuran 6) Pencernaan yang lancar mengurangi
dan buah-buahan) agar pencernaan kemungkinan pasien mengedan saat
menjadi lancar. BAB, sehingga mengurangi risiko
7) Libatkan keluarga dalam cidera.
pengawasan pasien dan membantu 7) Mencegah terjadinya cidera pada
pasien memenuhi kebutuhan sehari- pasien.
hari. 8) Mencegah terjadinya cidera pada
8) Anjurkan keluarga untuk pasien.
menciptakan lingkungan yang aman 9) Mencegah terjadinya cidera/jatuh
bagi pasien misalnya menjauhkan pada pasien
benda-benda yang berbahaya di
sekitar lingkungan pasien dan
gunakan tempat tidur yang rendah
dengan pagar pengaman di tepi
tempat tidur untuk pasien.
9) Anjurkan untuk menghindari pasien
melintasi lantai licin

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai


perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
a. Tujuan: setelah diberikan askep diharapkan pasien mengetahui tentang
penyakitnya.
b. Kriteria hasil: pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya dan cara
perawatannya
intervensi rasional
1) Berikan penjelasan mengenai 1) Menambah pengetahuan pasien
kondisi penyakit, proses tentang penyakitnya.
sebelumnya dan sesudah dilakukan 2) Menambah pengetahuan pasien
pembedahan. tentang cara perawatannya.
2) Jelaskan dan ajarkan perawatan 3) Memudahkan dalam membantu
secara teratur di pelayanan pasien dalam melakukan ADL
kesehatan terdekat.
3) Libatkan orang terdekat klien dalam
melaksanakan aktivitas kehidupan
sehari-hari.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus,
dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.
E. EVALUASI
1. Pasien merasa nyaman, dan dapat memahami penjelasan perawat.
2. Tidak terjadi infeksi pada mata pasien.
3. Pasien tidak mengalami cedera.

Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Salim S Anissa (2005), Asuhan Keperawatan pada Pasien Pterigium,
www.google.com,

Anda mungkin juga menyukai