Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6 1

Analisa Pengoperasian Dan Upaya Peningkatan Kinerja


Incenerator Dengan Metode Keseimbangan Energi
(Studi Kasus Di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya)
Sarwening Trias A, Dr. Ridho Hantoro,ST.MT, dan Dr. Totok Soehartanto, DEA
Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: hantoro@ep.its.ac.id

Abstrak Telah dilakukan analisa penggunaan Analisa Penggunaan Dan Upaya Peningkatan Kinerja
incinerator di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya, Incenerator Dengan Metode Keseimbangan Energi.
secara umum sudah memenuhi ketentuan Undang- II TINJAUAN PUSTAKA
Undang peraturan pemerintah No. 12 tahun 1995. A. Manajemen Sampah
Dalam sehari-hari untuk melakukan pembakaran Limbah rumah sakit atau limbah medis merupakan bagian
sampah rata-rata 111,12 kg, menggunakan bahan bakar dari limbah Bahan Bahan Berbahaya (B3) memerlukan
solar 33,33 liter dan menyisakan abu 17,52 kg dengan penanganan khusus, salah satu cara dengan dibakar atau
efisiensi 86 %. Ini masih memerlukan perbaikan sistem dihancurkan dengan menggunakan incenerator dan tidak
pembakaran sehingga dapat dapat mendekati DRE dan diperbolehkan dibuang di Tempat Pembuangan Akhir.
Bahaya utama dari limbah medis adalah risiko infeksi dari
POHC 99,99 %. Dari keseimbangan energy incenerator
mikroorganisme yang ada di limbah tersebut, infeksi biasanya
yang digunakan belum memanfaatkan energy yang terjadi karena terkena tusukan benda tajam atau cedera jarum.
dihasilkan dari proses pembakaran untuk dikonversikan Virus melalui darah (hepatitis B, hepatitis C) adalah ancaman
menjadi energy lain dan dimanfaatkan seperti pemanas yang paling serius (Blenkharn, 2006)
awal penghasil uap. Dari analisa ekonomis diperoleh Menurut PP no 18 tahun 1999 juncto no 85 tahun 1999
keuntungan per bulan untuk melakukan jasa atau usaha harus dilakukan pengelolaan khusus limbah B3 yang bertujuan
incinerator diperoleh Rp 10.306.522 /bulan. prospek untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau
keuntungan lebih baik jika energy dihasilkan dapat kerusakan lingkungan. Pengelolaan limbah B3 adalah
dimanfaatkan. Perhitungan yang dilakukan digunakan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, pewadahan
untuk munurunkan secara kapasitas 8m3. Menggunakan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan,
pengolahan dan penimbunan.
bahan bakar solar 200 liter dua minggu, ruang bakar
Berdasarkan pengertian dan peraturan limbah B3 yang ada
1300 0C, suhu cerobong 50 0C, mampu menghancurkan RSUH Surabaya, sebagai salah satu rumah sakit tipe B
sampah medis dan menghasilkan abu maksimal 0,1 % berdasarkan pengamatan didapatkan bahwa pengelolaan
dari sampah yang dibakar. limbah padat B3 masih perlu dilakukan dengan baik. Oleh
Kata kunci : incenerator, limbah medis, DRE, POHC, karena itu RSUH Surabaya masih selalu melakukan kajian
prospek ekonomi sistem pengelolaan khusus untuk limbah padat B3 yang sesuai
dengan peraturan yang ada.
I. PENDAHULUAN

L imbah rumah sakit ( limbah medis ) memiliki sifat


dan perilaku khusus dibanding limbah rumah tangga,
industri, dan sebagainya penanganan harus
dimusnahkan menggunakan alat incenerator ( sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan No.1204 tahun 2004 tentang
B. Incenerator
Incenerator merupakan alat pemusnah sampah yang
dilakukan dengan cara pembakaran pada suhu tinggi, secara
sistematis dan nyaman bagi lingkungan. M udah dan aman,
dioperasikan.
Persyaratan kesehatan rumah sakit Prinsip kerja incenerator akan berlangsung melalui 3 tahap,
Bahan Bahan Berbahaya ( B3 ) memerlukan penanganan yaitu. Tahapan pertama membuat air dalam sampah menjadi
khusus dengan dibakar atau dihancurkan menggunakan uap air, hasilnya limbah menjadi kering dan siap terbakar.
incenerator dan tidak diperbolehkan dibuang di Tempat Tahap kedua terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak
Pembuangan Akhir ( TPA ). Berbagai macam incenerator sempurna, dimana temperature belum terlalu tinggi. Tahap
telah dipergunakan oleh rumah sakit maupun puskesmas; ketiga pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama digunakan
ternyata banyak yang sudah kurang berfungsi, kurang efisien, sebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400oC ~
kurang terawat, operator yang tidak memahami Standart 600oC. Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asap
Opeerasional Prosedur ( SOP ). dan bau dengan suhu antara antara 600oC ~ 1200oC.
Dengan mengambil studi kasus penggunaan incenerator Di Dua buah incenerator di rumah sakit umum haji surabaya
Rumah Sakit Haji Surabaya, maka dilakukan penelitian berupa terdiri dari 2 tipe berdasarkan metode pembakarannya yaitu,
tipe kontinyu dan tipe batch. Pada alat pembakar sampah tipe
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2

kontiyu sampah dimasukkan terus menerus dan bergerak Diperoleh persamaan keseimbangan energi sebagai
secara kontinyu dengan melewati proses pembakaran dan berikut:
pembuangan sisa pembakaran. Sedangkan pada tipe batch, ( b + O 2 ) 1 Q 1 +a ( Energi pemula
sampah dimasukkan hingga mencapai kapasitas dari ruang )
pembakar dan akan mengalami proses pembakaran hingga s + O 2 Q 2 + a + ( Energi proses )
didapat sisa pembakaran dalam satu waktu. Incenerator yang ( b+O 2 ) 1 +(s+O 2 ) Q 1 +Q 2 +(a+a) ( Energi
sekarang masih digunakan adalah yang tipe batch karena yang total)
tipe kontinyu masih diperbaiki dan belum dapat digunakan Terdapat 2 hukum termodinamika yang langsung
(rusak). Incenerator dalam pengoperasian pembakaran dapat berhubungan dengan teknologi insinerasi. Pertama bahwa
menghasilkan temperatur sebesar 815oC hingga 1095oC energi tersebut adalah kekal. Artinya dalam setiap proses
(Pichtel, 2005). insenerasi, output dalam sistem harus selalu sama dengan
input dari sistem tersebut.
C. Efisiensi Pembakaran
Hukum termodinamika yang kedua adalah
Berdasarkan ketentuan Rumah Sakit, incenerator mendapat
mengekspresikan kenyataan bahwa setiap proses yang hanya
perhatian yang sangat ketat, dengan kriteria yang diberikan
terdiri dari transfer panas dari sebuah temperatur ke
adalah :
temperatur lain akan menghasilkan transfer panas dari daerah
a. Efisiensi destruksi dan penyisihan (destruction and
temperatur lebih tinggi ke daerah temperaturlebih rendah.
removal efficiency atau DRE) adalah 99,9999 % yang
Temperatur akan berfungsi sebagai penggerak (driving force)
merupakan total penyisihan limbah padat dari masuk
dari transfer energi panas. Laju transfer akan proposional
sampai ke cerobong.
dengan perbedaan temperature antara dua media. Satuan
b. Efisiensi pembakaran paling tidak sebesar 99,99 % yang
kuantitatif energi di dasarkan atas perubahan temperatur dalam
dihitung sebagai :
satuan massa air, yaitu kalori.
Efisiensi pembakaran =[ C CO2 /(C CO2 + C CO )] x 100 % (2.5)
C CO2 = konsentrasi karbondioksida II. METODOLOGI
C CO = konsentrasi karbon monoksida Dalam melakukan analisa beberapa asumsi batasan yang
c. Monitoring emisi pada cerobong yang dilakukan adalah digunakan untuk menyederhanakan perumusan dan
terhadap : oksogen (O 2 ), karbon monoksida (CO), oksida perhitungan, antara lain:
nitrogen (NOx), hidrogen khlorida (HCl), total organik- 1. Incenerator merek kamine (PWR-INC-KMN-10) dengan
berkhlor, dan total materi partikulat. spesifikasi dan Standart Operasional Prosedur yang telah
Aturan lain yang berlaku bagi limbah cair PCB juga ditentukan dari pabrik.
diberlakukan di sini. Untuk insinerasi limbah B-3 lainnya, 2. Manajemen pengelolaan sampah medis sesuai dengan
maka aturan umum adalah : ketentuan manajemen Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.
Incenerator harus mempunyai kemampuan DRE bagi 3. Operator incenerator sesuai dengan kondisi yang
setiap konstituen organik utama yang berbahaya (principal ditentukan oleh manajemen Rumah Sakit Umum Haji
organic hazardous constituent atau POHC) sebesar 99,99 Surabaya
% ; dalam hal ini Untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan, disusun
POHC = [(Win Wout)/Win] x 100 % (2.6) diagram logika perhitungan seperti pada Gambar Flowchart di
Win = laju massa POHC yang di masukkan bawah ini.
Wout = laju massa POHC keluar dari cerobong
Sebuah incenerator yang menginsinerasi limbah B-3 dan
menghasilkan emisi HCl lebih besar dari 1,8 kg/jam harus
melengkapi pengontrol-pengontrol pencemaran udara
sehingga emisinya tidak melebihi (di pilih yang terbesar)
1,8 kg/jam atau 1 % atau 1 % HCl.
D. Keseimbangan Energi

Gambar proses pembakaran dalam incenerator


JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3

Mulai dibuat modifikasi dari incenerator yang diharapkan. Setelah


itu, mempelajari proses fisis dan membuat model matematis,
Incenerator
standart
dengan ketentuan syarat batas tentang incenerator yang
o dan Qo diharapkan. Kemudian menghitung efisiensi harapan.
Incenerator
real di RSU
Selanjutnya dilakukan analisa apakah H > R > o dan Q H >
Tidak Haji R dan QR Q O . efisiensi harapan sudah lebih baik dan efisien maupun
efisiensi awal dengan aspek yang menyertainya
R o 4. Incenerator Ideal ( S dan Q S )
Langkah keempat, upaya untuk mendesain incinerator yang
Incenerator
ideal dengan cara melakukan perhitungan. Untuk itu perlu
LEGENDA : harapan mencari kajian pustaka incenerator ideal di jurnal atau buku
o = Efisiensi awal Ya
tentang sistem kerja incenerator yang baik. Kemudian mencari
Menghitung
Qo = Panas Awal H dan QH model matematis dan persamaan energi yang diperlukan untuk
R = Efisiensi nyata Tidak
incenerator yang ideal. Setelah itu, melakukan perhitungan
QR = Panas Nyata desain untuk perencanaan incenerator yang ideal. Dan
H = Efisiensi H > R > o
memasukan beberapa variabel diantaranya kecepatan angin
QH Qo
Harapan dan kecepatan bahan bakar kemudian menghitung S dan Q S
QH = Panas Harapan dan dilakukan analisa apakah S > H dan Q S = Q S
S = Efisiensi ideal Perhitungan
incenerator ideal 5. Analisa data dan Rekomendasi
QS = Panas ideal Langkah kelima, melakukan analisa dengan
Menghitung
S dan QS
membandingkan efisiensi awal : efisiensi real : efisiensi
Tidak harapan : efisiensi ideal. Setelah dibandingkan didapatkan
S> H
rekomendasi untuk mengambil suatu keputusan terhadap hasil
QS QH dan olahan data secara teknis ekonomis, efisiensi serta panas
yang dihasilkan. Langkah terakhir adalah pembuatan laporan
Analisa
S > H dan rekomendasi yang akan dapat dipergunakan untuk
S < H
mendesain incenerator yang baru.
Rekomendasi
Laporan IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Incenerator KAMINE PWR 10
Selesai Tabel 4.1 Data primer dan spesifikasi KAMINE PWR 10
No. Variabel Satuan
1. Volume ruang bakar 8 m3
Gambar Flowchart Penelitian 2. Suhu cerobong Tidak tercantum
Langkah pengerjaan penelitian dimulai dengan sebagai 3. Bahan bakar / solar 10 25 liter/jam
berikut pada: maksimum
1. Incenerator Plan Kamine PWR 10 ( O dan Q O ) 4. Kapasitas sampah yang 100 kg/jam
Langkah pertama, melakukan kajian pustaka incenerator dibakar
yang meliputi garis besar incenerator dan mempelajari Waste 5. Kebutuhan udara 8,6 m/s dua blower
manajemen limbah medis, proses fisis dan model matematis, pembakaran
hubungan antar variable fisis, efisiensi dengan metode 6. Sistem pembakaran Tertutup dengan dua
keseimbangan energi pada beberapa jurnal sebagai kajian blower
pustaka. Mengetahui spesifikasi dan kinerja incenerator 7. Temperatur Ruang Bakar 600 12000C
KAMINE PWR 10 yang terdapat di Rumah Sakit Umum Haji 8. Konsumsi listrik 750 watt/ 220 v/ 1 phase/
Surabaya, selanjutnya mencari dan menghitung efisiensi maksimum 50 Hz
standart. 9. Abu 100%
2. Operasional Incenerator di Rumah Sakit Umum Haji Tabel 4.2 Hasil Analisa Uji Kualitas Udara emisi Cerobong
( R dan Q R ) Incenerator KAMINE PWR 10
Langkah kedua, melakukan dan mencari data awal No Parameter Satuan Hasil Baku
incenerator RSU Haji Surabaya, berupa data dan peran Analisa Mutu
operator dengan segala kelengkapan aturan sangat diperlukan. 1 Partikel Mg/Nm3 37.64 50
Setelah itu, mencari model matematis keseimbangan energi 2 Sulfur Dioksida Mg/Nm3 214.84 250
untuk menghitung efisiensi real dan energi real. Kemudian (SO 2 )
dilakukan analisa apakah R O dan Q R Q O 3 Nitrogen Dioksida Mg/Nm3 263.76 300
3. Upaya Peningkatan Kinerja Incenerator Harapan ( H (NO 2 )
dan Q H )
4 Hidrogen Florida Mg/Nm3 Ttd 10
Langkah ketiga, setelah diketahui dari data O yang tidak
(HF)
sama dengan R dan Q O Q R, maka dilakukan kajian pustaka
5 Karbon Monoksida Mg/Nm3 187.62 100
untuk peningkatan kinerja incenerator dengan melihat data
(CO)
awal dan data dari pengoperasian atau kondisi real agar dapat
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4

6 Hidrogen Clorida Mg/Nm3 0.041 70 Tabel 4.6 Data Harapan Incenerator Di Rumah Sakit Umum
(HCL) Haji Surabaya
7 Total Hidrokarbon Mg/Nm3 0.083 35 No. Variabel Keterangan
(CH 4 ) 1. Manajemen Sampah medis harus
8 Arsen (As) Mg/Nm3 Ttd 1 pengelolaan dimusnahkan 100%
9 Kadmium (Cd) Mg/Nm3 0.004 0.2 limbah medis berdasarkan Undang Undang
10 Kromium (Cr) Mg/Nm3 0.002 1 Pemerintah Nomor 12 Tahun
11 Timbal (Pb) Mg/Nm3 0.051 5 1995 menggunakan
12 Merkuri (Hg) Mg/Nm3 0.017 0.2 incenerator
13 Talium Mg/Nm3 Ttd 0.2 2. Kriteria Ramah lingkungan
14 Opasitas % 5 10 lingkungan
SESUAI HASIL UJI NOMOR 3769498 3. Operasional Mudah pengoperasiannya
4.2 DATA OPERASIONAL INCENERATOR 4. Kinerja Efektif, efisiensi, dan ekonomi
Data ini diperoleh dari lapangan melalui pengukuran 5. Sistem Tertutup dan sempurna
terhadap incenerator dan cara mengoperasikan incenerator pembakaran
sesuai Standart Operasional Prosedur (SOP) yang djalankan 6. Suhu pembakaran Memenuhi titik limbah medis
oleh operator, selain itu permasalahan yang timbul diperoleh diantaranya : keramik, gelas,
dari operator serta Kepala Bagian Instalasi Sanitasi Rumah kaca dan alumunium
Sakit Umum Haji Surabaya. 7. Suhu cerobong Tidak terlalu beda jauh dengan
Tabel 4.3 Data Primer Dan Data Sekunder KAMINE PWR 10 suhu lingkungan
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya 8. Volume ruang 8 m3
No. Variabel Satuan bakar
1. Volume ruang bakar 8 m3 9. Bahan bakar Solar dan listrik
2. Suhu cerobong 118 - 1980C 10. Sisa pembakaran 100% abu
3. Bahan bakar / solar 8,68 liter/jam Tabel 4.7 Syarat Batas Untuk Merencanakan Incenerator
maksimum No. Variabel Satuan
4. Kapasitas sampah yang 28,94 kg/jam 1. Volume ruang 8 m3
dibakar bakar
5. Kebutuhan udara 8,6 m/s (dua blower) 2. Suhu cerobong 500C
pembakaran 3. Bahan bakar / solar 200 lt
6. Sistem pembakaran Tertutup (dengan 4. Kapasitas sampah 100 kg
dua blower) yang dibakar
7. Temperatur Ruang Bakar 922,360C 5. Kebutuhan udara 0,5 lt/detik
8. Konsusi listrik maksimum 750 watt/ 220 V/ 1 pembakaran
phase/ 50 Hz 6. Sistem pembakaran Tertutup
9. Abu 4,56 kg/jam 7. Suhu Ruang Bakar 13000C
10. Jenis Abu Kaca, botol, 8. Efisiensi DRE = 99,9%
keramik, logam, 9. Kelebihan Mudah dioperasikan, mudah
seng dan alumunium dirawat, dan ramah
11. Satandart Operasional Operator telah lingkungan
Prosedur (SOP) menjalankan SOP 10. Abu 0,1%
yang sudah 11. Tipe Incenerator Kontinyu
ditentukan 4.4 Analisa Spesifikasi Dan Operasional
Tabel 4.4 Data Pengukuran Pada Incenerator KAMINE PWR KAMINE PWR 10
10 Di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Bulan Februari 2012 Dari data spesifikasi yang ada tidak banyak memberi
(lampiran) informasi tentang data teknis dan hubungan antara variabel
4.3 DATA INCENERATOR HARAPAN fisis, sehingga tidak cukup untuk mengetahui misalnya,
Data ini diperoleh dari pengembangan olahan data spesifikasi dari blower, burner dan kipas angin ini
spesifikasi incenerator KAMINE PWR 10 dan data menunjukkan bahwa spesifikasi yang ada bukan spesifikasi
pengoperasional oleh operator dan masukan dari Unit Instalasi teknis tetapi berupa spesifiksi dagang (pasar). Kinerja
Sanitasi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Selanjutnya data incinerator KAMINE PWR 10 belum dapat ditentukan,
ini akan dipergunakan untuk memodifikasi incenerator yang sebagai efisiensi maupun hubungan antar variabel fisis yang
sudah ada. Saat ini terdapat sebuah incenerator yang rusak. lain. Kapasitas ruang bakar yaitu 100 kg/jam tetapi dalam
Pihak rumah sakit berharap dapat diperbaiki dan atau pengoperasian yang dilakukan operator ternyata hanya mampu
dimodifikasi untuk dapat dioperasikan. 28,94 kg/jam. Ini dimungkinkan karena menyesuaikan dengan
volume sampah dan volume ruang bakar.
Besarnya suhu operasional antara ruang bakar dan
cerobong menunjukkan besaran energy yang dihasilkan oleh
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5

incinerator. Energy yang sangat besar ini langsung di buang Jumlah sampah medis yang terbakar 2340 kg/hari atau
melalui cerobong. Seharusnya energi panas ini dapat rata-rata 93,6 kg/jam. Sebagai contoh pada tanggal 1 February
dipergunakan antara lain sebagai pemanas atau dikonversikan 2012 didapatkan sampah yang dibakar 106 kg/hari dan
dalam bentuk energi yang lain. Sebagai contoh untuk pemanas ternyata sampah yang terbakar hanya 91 kg/hari. Berarti masih
awal sampah yang akan dibakar sebagai pemanas air untuk ada 15 kg yang masih belum terbakar dalam bentuk abu yang
cuci, masak dan menghasilkan uap air tidak terbakar, terdiri dari kaca, botol, keramik, logam, seng
Pembakaran yang terjadi kurang sempurna hal ini dapat dan alumunium.
terlihat dari hasil uji analisa kualitas udara emisi cerobong Sedangkan perbandingan antara sampah medis yang
incinerator terhadap gas buang dimana tingkat konsentrasi CO terbakar dengan sisa abu = 0,836 : 0,164 atau 83:17. Ini berarti
melebihi batas ambang yang ditentukan, hasil analisa yang efisiensi pembakaran incenerator sebesar 86%.
diperoleh 187,62 mg./Nm3 dengan baku mutu yang ditentukan 106 15 91
= 100% = 100% = 100% = 86%
106 106
100 mg/Nm3. Hal ini bisa terjadi dikarenakan pembakaran
Jumlah bahan bakar solar 833 lt/bulan dan rata-rata 33,32
tidak sempurna, kurang udara pembakaran atau lebih udara
liter/hari, dimana pada saat pembakaran membutuhkan 8,68
pembakaran. Padahal seharusnya menurut manajemen
liter/jam untuk membakar sampah rata rata 28,94 kg/jam.
pengelolaan limbah, incinerator harus memiliki Efisiensi
Dalam spesifikasi incinerator KAMINE PWR 10 mampu
destruksi dan penyisihan (destruction and removal efficiency
membakar100 kg/jam sampah dengan bahan bakar 10 25
atau DRE) adalah 99,9999 % yang merupakan total penyisihan
liter/jam. Sehingga dapat diketahui bahwa pengoperasian
limbah padat dari masuk sampai ke cerobong dan ini berarti
incinerator tidak sama dengan apa yang telah di harapkan.
memerlukan pembakaran sempurna dan sisa pembakaran
4.6 Analisa Ekonomis Terhadap Pengembangan
semua berupa abu (murni 100%).
Ternyata suhu ruang bakar mencapai suhu rata rata yaitu Incenerator
kurang lebih 12000C dan jika dibandingkan dengan spesifikasi Untuk membakar sampah medis 28,94 kg/jam diperlukan
masih memenuhi kriteria dengan demikian maka proses bahan bakar solar 6,68 liter/jam. Atau untuk membakar 1 kg
pembakaran masih dapat diperbaiki. sampah diperlukan bahan bakar solar sebanyak 0,2308 liter.
Dari pengukuran terhadap pengoperasian incinerator Untuk saat ini harga solar industri Rp. 8.000,. maka 0,2308
KAMINE PWR 10 di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya X Rp. 8.000,. = Rp. 1.846,58,. Beaya bahan bakar untuk
oleh operator yang menjalankan Standart Operasional membakar sampah 1 kg.
Prosedur dapat dilakukan analisa sebagai berikut: Sedang untuk harga solar per liter Rp. 4.500,. maka 0,2308
a) Saat ini termokopel di incinerator KAMINE PWR10 rusak X Rp. 4.500,. =Rp. 1.038,60,. Adalah beaya bahan bakar
sehingga operator tidak mengetahui pasti suhu ruang untuk membakar sampah 1 kg.
bakar, walaupun pengoprasian tetap dilakukan sesuai SOP Analisa ini diperlukan untuk menentukan tarip jika pihak
b) Kebutuhan udara untuk pembakaran yang disuplay oleh luar RSUH Surabaya ingin membakar sampah di incenerator.
dua blower tidak memberikan nilai tertentu, sehingga tidak Dengan tarip rata-rata pembakaran sampah saat ini Rp.
diketahui berapa laju udara yang diperlukan 5.000,./kg. Maka margin keuntungan (Rp. 5.000,. Rp.
c) Jumlah sampah yang dibakar lebih berdasar pada volume 1.038,60) = Rp. 3.961,. jika satu hari jumlah sampah yang
pada berat sampah. (sesuai dengan volume ruang bakar dibakar 2.602 kg/bulan maka, keuntungan yang diperoleh ini
dari incenerator) akan lebih besar lagi sebesar Rp. 10.306.522,./bulan. Prospek
d) Berat sampah dipergunakan untuk menentukan beaya keuntungan jika energi panas yang dihasilkan dari pembakaran
pembakaran dari luar RSUH Surabaya dapat dimanfaatkan sebagai pemanas, maupun dikonversi
4.5 Analisa Modifikasi dan Pengembangan Incenerator di kebentuk energi lain. Ini memberikan peluang untuk
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya berwiraswasta di industri jasa persewaan incenerator.
Sampah medis RSUH Surabaya berasal dari limbah V. KESIMPULAN
infeksius limbah 14,23 kg (39%), dari limbah benda tajam 1. Dari segi keselamatan dan lingkungan penggunaan
8,25 kg (22%), dari limbah farmasi 12,93 kg (35%), dan incenerator untuk pemusnah sampah medis merupakan
limbah patologis 1,35 kg (4%). Sehingga total 36,76 kg pilihan yang tepat.
(100%) per hari, atau bisa menghasilkan sampah medis 103 2. Secara teoritis penggunaan incenerator di Rumah Sakit
kg/bulan.sedangkan bila dinyatakan dalam volume (liter). Umum Haji Surabaya sudah memenuhi ketentuan, namun
Sampah medis RSUH Surabaya berasal dari limbah infeksius secara keseimbangan energi masih belum memenuhi
limbah 84,5 lt (34%), dari limbah benda tajam 35,47 lt (14%), penghematan energi. Dalam sehari untuk pembakaran
dari limbah farmasi 124,55 lt (50%), dan limbah patologis 4 lt sampah rata-rata 111,12 kg /hari sampah medis masih
(2%). Sehingga dalam satu hari total sampah yang dihasilkan membuang abu sebesar 17,52/kg dan menggunakan bahan
248,52 lt (100%). Realisasi sampah medis yang di bakar bakar + 33.32 liter/harinya
adalah 2778 kg/bulan. Pada spesifikasi incinerator KAMINE 3. Dari perhitungan dapat direncanakan desain incenerator
PWR 10 mampu membakar 100 kg/jam sampah jika dilakukan yang berkapasitas 8m3 dengan bahan bakar solar 200
pembakaran 4 kali sehari., seharusnya dalam sehari mampu lt/minggu temperatur ruang bakar 13000C yang mampu
membakar sampah 400 kg/jam. Tetapi kenyataannya sampah menghancurkan sampah medis dan menghasilkan abu
yang mampu dibakar oleh operator rata-rata hanya 111,12 maksimal 0,5% dari sampah yang dibakar
kg/hari atau rata-rata 28,94 kg/jam. 4. Dari perhitungan ekonomisnya margin keuntungan
perbulan untuk melakukan usaha ini keuntunan yang
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6

diperoleh sebesar Rp. 10.306.522,. Prospek keuntungan


lebih baik lagi, jika energi yang dihasilkan dari
pembakaran dapat dimanfaatkan sebagai pemanas, maupun
dikonversikan kebentuk lain
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA, selaku Ketua Jurusan
Teknik Fisika ITS.
2. Dr. Ridho Hantoro, ST., MT. dan Dr. Totok Soehartanto,
DEA selaku pembimbing.
3. Bapak dan Ibu dosen Teknik Fisika yang telah banyak
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat
menyelesaikan jenjang kuliah sampai tugas akhir ini.
4. Bapak Sarwono, Ibu Sugiyati, Adik Pundi, Mas Bima,
Mbak Arti, Ponaan Wijdan dan Ponaan Donita yang telah
menjadi inspirator dan motivator.
5. Huda yang telah memberi motivasi.
6. Teman teman Kelompok Studi Energi Laboratorium
Rekayasa Energi dan Pengkondisian Lingkungan, terima
kasih segala bantuan dan hiburannya.
7. Seluruh mahasiswa Teknik Fisika, terutama angkatan
2008, terima kasih atas segalanya.
8. Semua pihak yang turut membantu terselesaikannya tugas
akhir ini, terima kasih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Walter R. Niessen, 2002. Combustion And
Incinerator Processes, Third Edisson, Revissed
Expanded.
[2] James E. Welp, PE, 2009. Wastewater Solid
Incinerator Systems. Manual Of Practice No.40.
Incinerator Task Force Of The Water Environment.
Hans Tammemagi, 1999. The Waste Crisis Landfills,
[3] Incinerator, And The Search For A Sustainable
Future. Oxford University Press.
A. J. Chandler,etc, 1997. Studies In Environment
[4] Science 67 Municipal Solid Waste Incinerator
Residues. Elsevier.
[5] Budi Utomo Kukuh Widodo, Ir, ME., Dan Eddy
Harmadi Tjokrowisastro, MEng., 1996. Teknik
Pembakaran dan Bahan Bakar, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai