TONSILITIS
Oleh :
Preseptor :
PADANG
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Science Session (CSS) ini dengan judul Tonsilitis sebagai salah satu syarat
Penulis menyadari naskah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak yang membaca demi
seluruh pihak yang turut membantu. Semoga naskah ini dapat memberikan
lainnya.
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
tonsila yang biasanya disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati,
tonsilitis membranosa dan tonsilitis kronis. Tonsilitis akut dibagi lagi menjadi
bagi menjadi tonsilitis difteri, tonsilitis septik, Angina plaut vincet dan tonsilitis
disertai gejala anoreksia, demam, malaise, dan gejala klinis sesuai etiologi
tonsilitis tersebut.1 Menegakkan diagnosis tonsilitis dapat diliat dari gejala klinis,
tonsilitis tersebut.
3
1.3. Tujuan penulisan
Penulisan clinical science session ini merujuk pada berbagai kepustakaan dan
literatur.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang terdiri dari tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil
lingual (tosil pangkal lidah) dan tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring
/ gerlachs tonsil).1,2
Tonsil dalah massa jaringan limfoid yang terletak di fosa tonsil pada kedua
sudut orofaring. Tonsil dibatasi dari anterior oleh pilar anterior yang dibentuk otot
medial oleh ruang orofaring, bagian lateral dibatasi oleh otot konstriktor faring
superior, bagian superior oleh palatum mole, bagian inferior oleh tonsil lingual.
Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh jaringan alveolar yang tipis dari fasia
5
faringeal dan permukaan bebas tonsil ditutupi oleh epitel yang meluas ke dalam
merupakan lapisan membran tipis yang bersifat semipermiabel, sehingga epitel ini
berfungsi sebagai akses antigen baik dari pernafasan maupun pencernaan untuk
tertarik sehingga semakin panjang. Inflamasi dan epitel kripta yang semakin
longgar akibat peradangan kronis dan obstruksi kripta mengakibatkan debris dan
dorsal dan A. faringeal asenden. Sumber perdarahan daerah kutub bawah tonsil
anterior (A. lingualis dorsal), posterior (A. palatina asenden) dan diantara
6
Arteri tonsilaris berjalan ke atas pada bagian luar otot konstriktor superior
dan memberikan cabang untuk tonsil dan palatum mole. Arteri palatina asenden,
bagian luar otot konstriktor faring superior. Arteri lingualis dorsal naik ke
pangkal lidah dan mengirim cabangnya ke tonsil, plika anterior dan plika
tonsil dan palatum mole dari atas dan membentuk anastomosis dengan a. palatina
bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus
mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus glosofaringeal) dan juga
dari cabang desenden lesser palatine nerves. 2 Tonsil tonsil bagian atas mendapat
sensasi dari serabut saraf ke V melalui ganglion sfenopalatina dan bagian bawah
fungsi utama yaitu menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif
dan sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan
antigen spesifik.4
Limfosit terbanyak ditemukan dalam tonsil adalah limfosit B. Bersama-
sama dengan adenoid limfosit B berkisar 50-65% dari seluruh limfosit pada kedua
7
organ tersebut. Limfosit T berkisar 40% dari seluruh limfosit tonsil dan adenoid.
sel mukosa ( sel M ), antigen presenting cells (APCs), sel makrofag dan sel
sel Th ini akan melepaskan mediator yang akan merangsang sel B. Sel B
IgA. Sebagian sel B menjadi sel memori. Imunoglobulin (Ig)G dan IgA secara
fasif akan berdifusi ke lumen. Bila rangsangan antigen rendah akan dihancurkan
imun merupakan fungsi limfosit T yang akan mengontrol proliferasi sel dan
pembentukan immunoglobulin.4
Aktivitas tonsil paling maksimal antara umur 4 sampai 10 tahun. Tonsil
mulai mengalami involusi pada saat puberitas, sehingga produksi sel B menurun
dan rasio sel T terhadap sel B relatif meningkat. Pada Tonsilitis yang berulang
stratified yang mengakibatkan rusaknya aktifitas sel imun dan menurunkan fungsi
transport antigen. Perubahan ini menurunkan aktifitas lokal sistem sel B, serta
berkurang.4
8
2.2 Tonsilitis
tonsila yang biasanya disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati,
palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer.1 Fungsi cincin waldeyer
adalah sebagai benteng bagi saluran makanan maupun saluran napas terhadap
serangan kuman-kuman yang ikut masuk bersama makanan/ minuman dan udara
2.3.1 Etiologi
Tonsilitis akut dapat disebabkan oleh bakteri dan virus.1 Tonsilitis bakterial
Streptokokus viridans, juga dapat ditemukan pada biakan, biasanya pada kasus-
kasus berat1,5. Beberapa virus yang paling banyak dikaitkan dengan kejadian
tonsilitis eksudatif akut pada anak adalah adenovirus, enterovirus (coxsackie A,B,
9
2.3.2Patofisiologi
detritus.1 Detritus ini merupakan kumpulan lekosit, bakteri yang mati, dan epitel
yang terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kripta tonsil dan tampak sebagai
bercak kuning.1 Perbedaan strain atau virulensi dari penyebab tonsilitis dapat
menimbulkan variasi dalam fase patologi peradangan biasa pada area tonsil saja,
folikularis, bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur alur
maka akan terjadi tonsillitis lakunaris. Bercak detritus ini juga dapat melebar
Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada tonsillitis viral lebih
menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Pemeriksaan rongga
mulut akan tampak luka- luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri
dirasakan pasien.1
Pada tonsilitis bakterialis, gejala yang muncul setelah masa inkubasi 2-4
hari.1 Gejala dapat berupa nyeri tenggorokan, nyeri waktu menelan dan pada
kasus berat penderita menolak makan dan minum melalui mulut. Biasanya
disertai demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa nyeri pada sendi-sendi, tidak
10
nafsu makan dan nyeri pada telinga. Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih
detritus berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh membrane semu. Kelenjar
2.3.4 Penatalaksanaan
tirah baring, pemberian cairan adekuat serta diet ringan.5 Analgetik oral efektif
untuk mengurangi nyeri. Tonsilitis yang disebabkan oleh virus tidak dianjurkan
untuk diberikan antibiotik, karna pada tonsilitis viral antibiotik tidak dapat
tonsilitis bakterialis dan dikaitkan dengan biakan dan sensitivitas yang sesuai.
dan pada dewasa 3x500mgselama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain
perbaikan klinis yang dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat di
berikan berupa deksametason 3x0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-
11
Efektivitas obat kumur masih dipertanyakan, terutama apakah cairan dapat
berkontak dengan dinding faring, karena dalam beberapa hal cairan ini tidak
mengenai lebih dari tonsila palatina. Akan tetapi pengalaman klinis menunjukkan
bahwa dengan berkumur yang dilakukan secara rutin menambah rasa nyaman
penyakit.5
2.3.5 Komplikasi
akut, miokarditis, artritis serta septicemia akibat infeksi vena jugularis interna
melalui mulut, tidur mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadinya sleep
selaput atau membran pada permukaan tonsil yang dapat meluas kesekitarnya.
membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna
membranosa adalah Tonsilitis difteri, Tonsilitis septik (septic sore throat), Angina
plaut Vincent, Penyakit kelainan darah seperti leukemia akut, anemia pernisiosa,
12
tuberculosis, Infeksi jamur moniliasis, aktinomikosis dan blastomikosis, Infeksi
2.4.1Tonsilitis difteri
dan anak. Penyebab penyakit ini adalah kuman Coryne bacterium diphteriae,
kuman gram positif dan hidup di saluran nafas bagian atas (hidung, laring, faring).
Seseorang akan terinfeksi tergantung pada keadaan titer anti toksin dalam darah
seseorang. Titer anti toksin sebesar 0,03 satuan per cc darah dapat dianggap cukup
memberikan dasar imunitas. Hal inilah yang dipakai dalam tes Schick. Penyakit
ini sering ditemui pada anak usia < 10 tahun dan frekuensi antara 2 5 tahun
walau pun pada orang dewasa masih mungkin menderita penyakit ini1,5.
1. Gejala umum, sama seperti gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu, nyeri
kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri
menelan.
2. Gejala lokal, tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor
yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran semu.
trakea dan bronkus sehingga dapat menghambat saluran nafas. Membran semu
ini melekat pada dasarnya, sehinggabila diangkat akan mudah berdarah. Bila
penyakit ini berkembang terus, kelenjar limfe leher akan membengkak dan
13
3. Gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman akan menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai
preparat langsung kuman yang diambil dari permukaan bawah membran semu dan
Terapi berupa Anti difteri serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu
hasil kultur dengan dosis 20.000 100.000 unit tergantung dari umur dan berat
simtomatis. Karena penyakit ini menular, pasien harus diisolasi. Perawatan pasien
menjalar ke laring dan menyebabkan sumbatan. Makin muda usia pasien makin
palatum mole, otot mata untuk akomodasi, otot faring serta otot laring sehingga
sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak
14
dulu sebelum dikonsumsi dengan cara pasteurisasi maka penyakit ini jarang
ditemukan. Gejala antara lain demam tinggi, sakit sendi, malaise, nyeri kepala,
mual dan muntah. Tanda klinis : mukosa faring dan tonsil hiperemis, bercak putih,
edema sampai uvula, mulut bau. Terapi yaitu berupa pemberian antibiotik dan
terapi simptomatik.1
pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. gejala
semam sampai 39C, nyeri kepala, badan lemah dan kadang-kadang terdapat
gangguan pencernaan, rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah
berdarah.1
atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau
(foetor ex ore) dan kelenjar sub mandibula membesar. Terapi dengan antibiotika
vitamin B kompleks.1
infeksi mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu.
1. Leukemia akut.
15
Gejala utama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan
ditutupi membran semua tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri hebat di
tenggorok.
2. Angina agranulositosis
arsen. Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa mulut dan faring serta di
sekitar ulkus tampak gejala radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan di
3. Infeksi mononukleosis
khas yaitu terdapat leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khas lain
ialah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah
2.5.1 Etiologi
infeksi akut atau subklinis yang berulang. Ukuran tonsil membesar akibat
16
namun dapat juga ditemukan tonsil yang relatif kecil akibat pembentukan sikatrik
yang kronis.7,9
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak
2.5.2 Patologi
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa
limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga
kripti melebar.Secara klinik kritpi ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan
dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
Gejala klinis tonsilitis kronis didahului gejala tonsilitis akut seperti nyeri
tenggorok yang tidak hilang sempurna. Halitosis akibat debris yang tertahan di
dalam kripta tonsil, yang kemudian dapat menjadi sumber infeksi berikutnya. 1,4
pemeriksaan fisik dapat ditemukan tonsil yang membesar dalam berbagai ukuran,
17
dengan pembuluh darah yang dilatasi pada permukaan tonsil, arsitektur kripta
yang rusak seperti sikatrik, eksudat pada kripta tonsil dan sikatrik pada pilar.1,4
mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan
medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:8
2. T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas
medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar anterior uvula.
pilar anterior-uvula.
pilar anterior-uvula.
5. T4: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau
atau lebih.
18
Gambar. Ukuran Tonsil 8
2.5.4 Tatalaksana
cor pulmonale.
hemolitikus.
19
Sementara itu berdasarkan Kriteria Paradise seseorang dapat dilakukan
tonsilektomi jika:10
kali setiap tahun selama 2 tahun, atau 3 kali setiap tahun selama 3 tahun.
2. Gejala klinis nyeri tenggorokan disertai dengan adanya satu atau lebih
limfatikus atau ukuran >2cm atau eksudat tonsil atau kultur positif dari
4. Tiap episode penyakit dan gejalanya harus tercatat dalam medical record
2.5.5 Komplikasi
Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul
20
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
yang biasanya disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, dan
yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Tonsilitis paling sering disebabkan
oleh adanya infeksi virus atau bakteri, dengan gejala terbanyak tonsilitis sakit
membranosa dan tonsilitis kronis. Tonsilitis akut dibagi lagi menjadi tonsilitis
tonsilitis difteri, tonsilitis septik, Angina plaut vincet dan tonsilitis akibat
penyakit darah.
21
Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahaan mengangkat tonsil
bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada jaringan sekitarnya seperti
uvula dan pilar. Tonsilektomi dilakukan jika criteria untuk tindakan tersebut telah
terpenuhi.
3.2 Saran
dengan benar di layanan primer. Selain itu juga agar menjadi referensi untuk
pembelajaran lebih lanjut. Saran dari penulis adalah perlunya referensi yang lebih
22
DAFTAR PUSTAKA
23
Veterans General Hospital, Taichung, Taiwan, Journal of Microbiology
Immunology and Infection, 2011 ; 328-332.
8. Menkes. PermenkesNomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di FaslitasPelayananKesehatan Primer. 2014;311-16.
9. Chan KH, Ramakrishnan VR. Diseases of the Oral Cavity, Oropharynx
and Nasopharynx. In :Snow JB, Wackym PA, editor. Ballengers
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 16th Edition. Chicago :
Williams & Wilkin. 2009:775-82.
10. Baugh RF, Archer SM, Meetchll RB, Rosenfeld RM, Amin R, Burn JJ, et
al., Clinical Practice GuidlineTonsilectomy in Children. 2010:58.
24