Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang
berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh
mikroorganisme air. Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20
26 oC). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur diatas atau dibawah temperatur
udara berarti mengandung zat-zat tertentu, atau sedang terjadi proses tertentu yang mengeluarkan
atau menyerap energi dalam air. Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan yang
terapung di dalam air. Walaupun jernih, tetapi bila air mengandung padatan yang terapung maka
tidak baik digunakan sebagai air minum. Apabila air di didihkan maka zat padat tersebut dapat
larut sehingga menurunkan kualitas air minum.
a. PH Netral
Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam maupun basa. Air yang
mempunyai PH rendah akan terasa asam. Air murni mempunyai PH 7, apabila PH air dibawah 7
berarti bersifat asam, sedangkan bila PH nya diatas 7 bersifat basa.
d. Kesadahan rendah
Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama Ca
dan Mg.
Derajat bau air dapat ditentukan dengan cara pengenceran. Misalnya air bau kemudia diencerkan
dua kali menjadi tidak bau, berarti derajat bau air itu rendah, sebaliknya jika diencerkan berulang
kali, tetapi masih saja tetap bau berarti derajat baunya tinggi.
Analisis kualitas air dapat dilakukan di laboratorium ataupun secara sederhana. Pemeriksaan di
laboratorium akan menghasilkan data yang lengkap dan bersifat kuantitatif, sedangkan
pemeriksaan sederhana hanya bersifat kualitatif. Pemeriksaan sederhana mempunyai keuntungan
karena murah dan mudah sehingga setiap orang dapat melakukannya tanpa memerlukan bahan
dan peralatan yang mahal.
Di laboratorium, kualitas air diperiksa sifat fisik dan kimia, secara fisik diperiksa derajat
kekeruhan, daya hantar listrik, derajat warna, dan derajat bau. Indikator kimia meliputi
pengukuran PH, kesadahan, dan kandungan bahan-bahan lainnya yang terlarut.
Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat secara fisik, kimia, dan biologi
air baku agar memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai air minum.
Tujuan dan kegiatan pengolahan air minum adalah untuk menurunkan kekeruhan, mengurangi
bau, rasa dan warna, menurunkan dan mematikan miro organisme, mengurangi kadar bahan-
bahan yang terlarut dalam air, menurunkan kesadahan, dan memperbaiki derajat keasaman.
Pengolahan air dapat dilakukan secara individu maupun kolektif. Dengan berkembangnya
penduduk dan teknologi di perkotaan, pengolahan air khusus dilakukan oleh Perusahaan Air
Minum (PAM) selain mengolah air PAM juga mendistribusikannya ke rumah-rumah penduduk.
Namun sebaliknya, di desa belum ada perusahaan yang khusus mengolah dan mendistribusikan
air bersih. Oleh karena itu, jika terdapat air yang kualitasnya kurang baik dan perlu dilakukan
pengolahan dengan teknik sederhana dan tepat guna sesuai dengan bahan yang ada di daerah
tersebut/lokasi.
Proses kimia pada pengolahan air minum diantaranya meliputi koagulasi, air aerasi, reduksi dan
oksidasi. Semua proses kimia tersebut dapat dilakukan secara sederhana ataupun dengan
menggunakan teknik modern.
Pengolahan air secara biologi untuk mematikan patogen dapat berlangsung bersama-sama
dengan reaksi kimia dan fisika ataupun secara khusus dengan pemberian desinfektan. Cara yang
paling sederhana untuk mematikan miro organisme yaitu dengan pemanasan sampai 100 O C.
3.1. Koagulasi
Koagulasi merupakan proses penggumpalan melalui reaksi kimia. Reaksi koagulasi dapat
berjalan sesuai dengan zat yang terlarut. Koagulasi yang banyak digunakan adalah kapur, tawas,
dan kaporit. Pertimbangannya karena garam-garam Ca, Fe, dan Al bersifat tidak larut dalam air
sehingga mampu mengendap bila bertemu dengan sisa-sisa basa.
Banyaknya koagulasi tergantung pada jenis dan konsentrasi ion-ion yang larut dalam olahan
serta konsentrasi yang diharapkan sesuai dengan standar baku. Untuk mempercepat proses
koagulasi dalam air limbah dilakukan pengadukan dengan mixer statis maupun rafid mixer.
3.2. Aerasi
Aerasi merupakan suatu sistem oksigenasi melalui penangkapan oksigen dari udara pada air
olahan yang akan diproses. Pemasukan oksigen ini bertujuan agar oksigen di udara dapat
bereaksi dengan kation yang ada di dalam air olahan. Reaksi kation dan oksigen menghasilkan
logam yang sukar larut dalam air sehingga dapat mengendap.
1.3. Penggunaan
a. Kran pemasukan dibuka, sedangkan kran pengeluaran ditutup hingga seluruh bagian pasir
penyaringan terendam air.
b. Setelah penuh, kran pengeluaran dibuka terus hingga mendapatkan air bersih.
c. Apabila masih agak keruh air terus dikeluarkan hingga diperoleh air bersih.
d. Setelah diperoleh air yang cukup bersih, kran pengeluaran ditutup dan bagian pasir dibiarkan
sampai penuh barulah kran pemasukan ditutup. Dengan demikian, bagian penyaring (pasir) tetap
dalam keadaan terendam.
1.4. Pemeliharaan
Pemeliharaan perlu dilakukan melalui pencucian pasir apabila air yang keluar dari saringan
sudah keruh atau mengalir lambat. Pasir dan kerikil dikeluarkan kemudian dicuci sampai bersih,
setelah itu pasir dan kerikil dimasukkan drum kembali.
Proses pengendapan cukup dengan menampung air dalam bak, ember, atau periuk tanah
(gentong). Air ini didiamkan selama sehari semalam sehingga diperoleh air bersih yang dapat
diciduk dari bagian atas secara pelan-pelan. Untuk memenuhi kebutuhan air dalam rumah tangga
dapat digunakan bak atau drum yang dilapisi semen/cat.
Pengendapan dilakukan dengan dua buah bak/drum yang digunakan secara bergantian. Bak
pertama diisi air untuk keperluan hari ini. Hal ini dilakukan sambil mengisi bak kedua esok hari,
begitu seterusnya secara bergantian.