Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FARKLIN

Derri Tresnawati Kusumah

1516.4.008

Penggunaan obat pada geriatri : resiko bagi pasien, alternatif, penyesuaian dosis untuk
geriatric

ANTIHIPERTENSI GOL VASODILATOR DAN BETA ADRENERGIK

GOLONGAN VASODILATOR
Obat jenis ini merupakan obat yang poten terutama jika dikombinasi dengan beta bloker dan
tiazid.

1. Beraprost

Indikasi:
hipertensi paru primer; perbaikan tukak, nyeri dan rasa dingin yang disebabkan oleh
oklusi arteri kronik.

Peringatan:
meningkatkan risiko perdarahan pada kondisi menstruasi; pengobatan sebaiknya
dihentikan jika terjadi efek samping yang bermakna secara klinis; lansia; menyusui;
anak.

Interaksi:
meningkatkan risiko perdarahan pada penggunaan bersama dengan antikoagulan
(misal warfarin), antiplatelet (misal asetosal, tiklopidin), fibrinolitik (misal
urokinase); peningkatan efek penurunan tekanan darah pada penggunaan bersama
dengan golongan prostaglandin I2.

Kontraindikasi: pendarahan; kehamilan.

Efek Samping:
perdarahan, syok, pneumonia interstisial, gangguan fungsi hati, angina pektoris, infark
miokard, reaksi hipersensitivitas, sakit kepala, pusing, hot flushes, diare, mual, nyeri
abdomen, anoreksia, peningkatan bilirubin, AST, ALT, LDH, trigliserida.

Dosis:
hipertensi paru primer: dosis awal, 60 mcg sehari dalam 3 dosis terbagi, sesudah
makan, dapat ditingkatkan hingga maksimum 180 mcg sehari dalam 3-4 dosis terbagi;
perbaikan tukak, nyeri dan rasa dingin yang disebabkan oleh oklusi arteri kronik:
Dewasa, dosis lazim 120 mcg sehari dalam 3 dosis terbagi.

2. Hidralazin hydrochlorida

Indikasi:
hipertensi sedang hingga berat (sebagai terapi tambahan); gagal jantung (dengan nitrat
kerja panjang, tapi kombinasi ini sering tidak dapat ditoleransi); krisis hipertensi
(sebagai terapi alternatif pada kehamilan).

Peringatan:
gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, penyakit arteri koroner (dapat
menyebabkan angina, hindari penggunaannya setelah infark miokard, tunggu hingga
stabil), penyakit serebrovaskular; kadang, menyebabkan penurunan tekanan darah
terlalu cepat walaupun pada dosis rendah, kehamilan menyusui

Kontraindikasi:
lupus eritematosus sistemik idiopatik, takikardia berat, gagal jantung curah tinggi,
insufisiensi miokard akibat obstruksi mekanik, cor pulmonale, aneurism aorta,
porfiria.

Efek Samping:
takikardi, palpitasi, wajah memerah, hipotensi, retensi cairan, gangguan saluran cerna,
sakit kepala, pusing, sindroma seperti lupus eritematosus sistemik setelah penggunaan
jangka panjang dengan dosis lebih dari 100 mg per hari (atau dengan dosis yang lebih
rendah pada wanita dan individu dengan asetilator lambat); jarang terjadi: kulit
kemerahan, demam, neuritis perifer, polineuritis, parestesia, artralgia, mialgia,
lakrimasi yang meningkat, kongesti nasal, dispnea, agitasi, ansietas, anoreksia; ada
laporan gangguan darah (termasuk leukopenia, trombositopenia, anemia hemolitik),
abnormalitas fungsi hati, jaundice, kreatinin plasma meningkat, proteinuria dan
hematuria.

Dosis:
Oral, hipertensi, 25 mg dua kali sehari, dapat ditingkatkan hingga maksimal 50 mg
dua kali sehari; gagal jantung (dosis awal dilakukan di rumah sakit) 25 mg 3-4 kali
sehari, jika diperlukan dosis dapat ditingkatkan setiap 2 hari; dosis penunjang lazim
50-75 mg empat kali sehari.
Injeksi intravena lambat, hipertensi dengan komplikasi ginjal dan krisis , 5-10 mg
diencerkan dengan 10 mL NaCl 0,9%; dapat diulangi setelah 20-30 menit (lihat
peringatan).
Infus intravena, hipertensi dengan komplikasi ginjal dan krisis hipertensi, dosis awal
200-300 mcg/menit; dosis penunjang 50-150 mcg/menit.

3. Iloprost

Indikasi:
Hipertensi paru primer atau sekunder yang disebabkan penyakit jaringan ikat
(connective tissue disease) atau akibat obat, pada tahap sedang sampai berat. Sebagai
tambahan, pengobatan hipertensi paru yang disebabkan tromboembolisme paru kronik
yang tidak bisa dilakukan pembedahan.

Peringatan:
hipertensi paru tidak stabil dengan gagal jantung kanan yang lanjut; hipotensi (jangan
dimulai pemberian obat jika tekanan sistolik di bawah 85 mmHg), infeksi paru akut,
kerusakan hati, gagal ginjal yang memerlukan dialisis.

Interaksi:
heparin, kumarin, asam asetilsalisilat, AINS, tiklodipin, klopidogrel dan glikoprotein
IIb/IIIa antagonis (absiksimab, eftifibatid dan tirofiban).
Kontraindikasi:
kehamilan dan menyusui, kondisi yang akan meningkatkan resiko pendarahan (tukak
lambung aktif, trauma, perdarahan intrakranial), angina tidak stabil atau penyakit
jantung koroner berat, infark miokard dalam 6 bulan terakhir, gagal jantung
dekompensasi (kecuali jika di bawah pengawasan dokter), aritmia berat, kongesti
paru, kejadian serebrovaskular dalam 3 bulan terakhir (serangan iskemik transien atau
stroke), hipertensi paru akibat penyakit oklusif vena, kelainan katup jantung
kongenital atau yang didapat dengan gejala klinis fungsi miokard yang relevan namun
tidak terkait dengan hipertensi paru, hipersensitif.

Efek Samping:
sangat umum: sakit kepala, vasodilatasi, peningkatan batuk, mual, nyeri
rahang/trismus; umum: pusing, hipotensi, sinkop, dispnea, diare, muntah, iritasi mulut
dan lidah, ruam kulit, nyeri punggung; frekuensi tidak diketahui: hipersensitivitas,
bronkospasme/wheezing, disgeusia.

Dosis:
melalui inhalasi: 2,55 mcg, 69 kali sehari, dapat ditambah tergantung respon dan
tolerabilitas.

4. Minoksidil

Indikasi:
hipertensi berat, sebagai tambahan pada terapi diuretika dan beta bloker.
Peringatan:
lihat keterangan diatas; angina; setelah infark miokard (tunggu hingga stabil); dosis
rendah pada pasien dialisis; porfiria; kehamilan

. Kontraindikasi: feokromositoma.

Efek Samping:
retensi cairan dan natrium, berat badan meningkat, edema perifer, takikardi,
hipertrikosis, peningkatan kreatinin yang reversibel; kadang-kadang, gangguan
saluran cerna, payudara menegang, kulit kemerahan.

Dosis:
Dosis awal 5 mg (lansia, 2,5 mg), dalam 1-2 dosis, ditingkatkan menjadi 5-10 mg
setiap 3 hari atau lebih; maksimal 50 mg sehari.

5. Natrium nitropusid

Indikasi:
krisis hipertensi, untuk mendapatkan penurunan tekanan darah yang terkontrol pada
anestesi; gagal jantung kronik atau akut.

Peringatan:
hipotiroidism, hiponatremia, penyakit jantung iskemik, sirkulasi serebral yang
terganggu, lansia, hipotermia, monitor tekanan darah dan kadar sianida dalam darah,
jika terapi berlangsung lebih dari 3 hari, juga perlu dimonitor kadar tiosianat dalam
darah; hindari penghentian secara mendadak - hentikan infus selama 15-30 menit;
gangguan fungsi hati gangguan fungsi ginjal kehamilan menyusui

Kontraindikasi:
defisiensi vitamin B12 berat, atropi optik Leber; hipertensi sekunder.

Efek Samping:
disebabkan oleh pengurangan tekanan darah yang terjadi secara cepat (kurangi
kecepatan infus): sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, nyeri lambung,
berkeringat, palpitasi, rasa was-was, rasa tidak nyaman pada bagian retrosternal;
jarang terjadi: penurunan jumlah platelet, flebitis transien akut.

Dosis:
Krisis hipertensi, secara infus intravena, dosis awal 0,5-1,5 mcg/kg bb/menit,
kemudian ditingkatkan bertahap 500 nanogram/kg bb/menit setiap 5 menit dalam
kisaran 0,5-8 mcg/kg bb/menit (dosis lebih rendah jika sudah mendapat antihipertensi
lain); penggunaan dihentikan jika dalam 10 menit, respons tidak memuaskan dengan
dosis maksimal. Telah digunakan dosis awal lebih rendah 300 nanogram/kg bb/menit;
menjaga tekanan darah diastolik 30-40% lebih rendah dari sebelum terapi, 20-400
mcg/menit (dosis lebih rendah untuk pasien yang sudah mendapat antihipertensi lain);
mengontrol hipotensi saat pembedahan, dengan infus intravena, maksimal 1,5 mcg/kg
bb/menit; gagal jantung, dengan infus intravena, dosis awal 10-15 mcg/menit,
ditingkatkan setiap 5-10 menit sesuai kebutuhan; dosis lazim 10-200 mcg/menit,
maksimal 3 hari.

BETA ADRENERGIK
Obat golongan ini bekerja dengan cara mencegah pelepasan noradrenalin dari saraf
adrenergik pasca ganglion. Obat-obat golongan ini tidak mengendalikan tekanan darah pada
posisi berbaring dan dapat menyebabkan hipotensi postural. Karena itu, obat-obat ini sudah
jarang sekali digunakan, tetapi mungkin masih diperlukan bersama terapi lain pada hipertensi
yang resisten. Jarang digunakan pada anak-anak.

1. Reserpin

Indikasi: hipertensi ringan sampai sedang.

Peringatan:
ulkus peptik; kolitis ulserativa; asma bronkial; kehamilan dan menyusui; usia lanjut.
Kontraindikasi: depresi; gagal ginjal berat.

Efek Samping:
depresi (sampai bunuh diri) akibat dosis yang terlalu tinggi; atau akibat akumulasi
dari penggunaan setiap hari untuk jangka waktu lama (waktu paruhnya 1-2 minggu);
bronkospasme; eksaserbasi gagal jantung kongestif atau tercetusnya gagal jantung
yang laten; gejala-gejala ekstrapiramidal (parkinsonisme, diskinesia, distonia);
memburuknya ulkus peptikum; mengantuk di siang hari, gangguan tidur di malam
hari, mimpi buruk; berat badan naik (nafsu makan bertambah, retensi cairan);
kongesti nasal; dispepsia; kehilangan libido dan impotensi; menstruasi tidak teratur,
amenorea, galaktorea.

Dosis:
0,05-0,10 mg sebagai obat lini kedua yang ditambahkan 1-2 minggu setelah
pemberian tiazid/diuretika sebagai obat lini pertama. Sebagai dosis awal dapat
digunakan 0,25 mg selama 1 minggu.

Peresepan Reserpin untuk pengobatan hipertensi pada dosis tinggi dapat


menyebabkan depresi dan efek extra piramidal, dosi rendah dapat menimbulkan
hipotensi ortostatik
Peresepan obat penghambat beta adrenergik untuk pasien hipertensi dengan
sejarah asma atau PPOK, dapat memperburuk penyakit pernafasan, alternatifnya
diberikan kelas lain dari obat hipertensi
Peresepan obat penghambat beta adrenergik untuk angina pada pasien dengan
sejarah asma atau PPOK atau gagal jantung, dapat memperburuk penyakit
pernafasan atau gagal jantung
Peresepan obat penghambat beta adrenergik untuk hipertensi pada pasien dengan
sejarah gagal jantung, dapat memperburuk keadaan gagal jantungnya,
alternatifnya diberikan pengobatan hipertensi dengan golongan diuretik atau ACE
inhibitor atau pemberian penghambat beta adrenergik dengan dosis rendah
Peresepan jangka panjang penghambat beta adrenergic untuk angina atau
hipertensi pada pasien dengan sejarah penyakit Reynaund, dapat memperparah
penyakit Reynaund nya, alternatifnya psien diberikan pengobatan dengan
golongan calsium channel blocker
Dosis obat hipertensi perlu disesuaikan berdasarkan pengontrolan tekanan darah
dengan cara diturunkan dosis atau pengaturan interval dosis lazim atau
pertahankan dosis obat dan perpanjang interval penggunaan

Anda mungkin juga menyukai