PENDAHULUAN
Tidak ada data pasti yang tersedia pada insiden dan prevalensi, tetapi penyakit
ini diyakini lebih banyak ditemukan daripada psoriasis, misalnya, mempengaruhi
minimal 2-5 % dari populasi. Dermatitis seboroik sedikit lebih sering terjadi pada
laki-laki dan berusia kepala dua, satu di bayi dalam 3 bulan pertama kehidupan dan
yang kedua sekitar dekade keempat sampai ketujuh kehidupan. Prevalensinya 40-80
% pada pasien dengan acquired immunodeficiency syndrome.3 Sedangkan di Amerika
Serikat prevalensi dari Dermatitis seboroik adalah sekitar 1-3% dari jumlah populasi
umum, dan 3-5% terjadi pada dewasa muda.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Epidemiologi
Tidak ada data pasti yang tersedia pada insiden dan prevalensi, tetapi penyakit
ini diyakini lebih banyak ditemukan daripada psoriasis, misalnya, mempengaruhi
minimal 2-5 % dari populasi. Dermatitis seboroik sedikit lebih sering terjadi pada
laki-laki dan berusia kepala dua, satu di bayi dalam 3 bulan pertama kehidupan dan
yang kedua sekitar dekade keempat sampai ketujuh kehidupan. Prevalensinya 40-80
2
% pada pasien dengan acquired immunodeficiency syndrome.3 Sedangkan di Amerika
Serikat prevalensi dari Dermatitis seboroik adalah sekitar 1-3% dari jumlah populasi
umum, dan 3-5% terjadi pada dewasa muda.4
2.1.2 Etiopatogenesis
3
dewasa sebaliknya, tidak ada hubungan yang erat antara peningkatan produksi sebum
dengan dermatitis seboroik, jika terjadi puncak aktivitas kelenjar sebasea pada masa
awal pubertas, dermatitis seboroik mungkin terjadi pada waktu kemudian. Meskipun
kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor predisposisi timbulnya
Dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara
keaktifan kelenjar tersebut dengan sukseptibilitas untuk memperoleh Dermatitis
seboroik.2, 3, 4
4
sitostatik dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah mempunyai factor
predisposisi, timbulnya D.S. dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stress,
emosional, infeksi, atau defisiensi imun.2
2.1.4 Histopatologis
5
parakeratosis, nekrotik keratinosites dalam epidermis dan sel plasma dalam dermis.
Ragi kadang tampak dalam keratinosites dengan pengecatan khusus. 11
Gambar 1. Hiperkeratosis
Gambar 2. Akantosis
6
2.1.5 Gejala Klinis
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Dermatitis seboroik yang ringan hanya
mengenai kulit kepala berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil
yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus
dan kasar. Kelaianan tersebut pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang
berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta
yang tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di
bagian vertex dan frontal.
7
Gambar 4. Dermatitis seboroik pada wajah
Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan
berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga
postaurikular dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya sering cembung.
Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta
yang kotor, dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama-skuama yang kekuningan dan
kumpulan debris-debris epitel yang lekat pada kulit kepala disebut cradle cap.
8
bibir bias kemerahan dan berbintik-bintik (marginal blefaritis). Daerah konjungtiva
pada saat bersamaan juga dapat terkena. Lipatannya dapat berwarna kekuningan,
dengan kerak, dengan batas yang tidak jelas. Pruritus juga bias terlihat. Jika area
glabela juga terkena, disana juga mungkin terdapat kerak pada kerutan mata yang
berwarna kemerahan. Pada lipatan bibir mungkin terdapat perubahan warna berupa
kerak yang kekuningan atau kemerahan, kadang-kadang dengan lubang-lubang. Pada
pria, radang folikel rambut pada kumis juga bisa terjadi.
9
Gambar 7. Dermatitis seboroik pada lipatan nasolabial pipi, alis mata, dan
hidung.
10
Gambar 8. Dermatitis seboroik pada telinga
Dermatitis seboroik pada wajah juga bisa berbentuk erupsi popular pada pipi,
hidung dan dahi. Kemerahan yang tampakpada area alar-malar disebut dyssebacea.
Sodium sulfacetamide, bisa digunakan pada 10% krim yang cocok diantaranya
desonide (Tridesilon), hamper menajdi pengobatan yang spesifik untuk dyssebacea.
Pada bibir dan mukosa tidak biasanya terkena, tapi kadang-kadang terdapat
perubahan pada bibir, yang disebut cheilits exfoliativa. Tampak bibir berwarna merha
terang, kering, terkelupas, dan berlobang.
Dermatitis seboroik biasa pada lipat paha dan bokong, dimana terlihat seperti
kurap, psoariasis, atau jamuran. Garinya terlihat seperti kulit terkelupas pada
keduanya dan simetris. Pada lokasi ini lobang-lobang dapat ditemukan dan mungkin
juga terdapat garis psoariformis dengan kulit kering pada beberapa kasus.
Dermatitis seboroik dapat bersama-sama dengan akne yang berat. Jika meluas
dapat menjadi eritroderma, pada bayi disebut penyakit Leiner.
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit dari dermatitis seboroik berbeda pada
bayi dan orang dewasa.
11
A.
Dermatitis seboroik pada bayi (usia 2 minggu 10 minggu)3
Penyakit ini terjadi pada bayi didominasi pada bulan-bulan pertama kehidupan
sebagai penyakit inflamasi yang terutama mempengaruhi rambut dan kulit
kepala dengan lipatan intertriginosa berminyak yang disertai sisik dan kerak.
Daerah lainnya seperti wajah, dada, dan leher juga dapat terpengaruh.
1. Pada kepala (kulit kepala daerah frontal dan parietal) khas disebut cradle
crap, dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa ada dasar
kemerahan dan kurang / tidak gatal
2. Pada lokasi lain seperti lipatan belakang telinga, pinna telinga, dan leher,
lesi tampak kemerahan atau merah kekuningan yang tertutup dengan
skuama yang berminyak, kurang / tidak gatal.
Komplikasi dari dermatitis pada bayi ini pertama kali dijelaskan oleh Leiner
pada tahun 1908 dimana waktu itu penyakit ini ditemukan pada bayi yang
baru lahir dan pada saat perwatan di rumah sakit dari umur bayi 6 sapai 20
minggu yang terlihat sebagai dermatitis exfoliativa pada seluruh tubuh dengan
12
tanda kemerahan dan kulit yang terkelupas, biasanya sama seperti beberapa
type dari dermatitis seboroik.
Penyakit ini biasanya dimulai dari bagian sekitar anus dan daerah ketiak, lalu
terlihat kulit terkelupas, area intertriginosa, leher, dan ekstremitas. Awal
mulanya ditemukan infalmasi kemerahan yang menyebar, yang meliputi
seluruh tubuh. Semakin lama kulit akan diliputi tumpukan kulit kering yang
berwarna putih keabu-abuan. Pada faktanya, dalam proses yang terjadi akan
terjadi exfoliasi umum, dan penipisan dari kulit. Kulit kepala selalu terlihat
krusta tipis dan kulit yang hancur. Terdapat pembesaran kelenjar.
Menyerang pada bayi yang baru lahir yang kebanyakan ditemukan pada
masyarakat yang miskin. Diare, muntah, dan infeksi berkelanjutan pasti akan
terjadi.
13
Gambar 10. Penyakit Leiner
B. Dermatitis seboroik pada dewasa (pada usia pubertas, rata-rata pada usia
18-40 tahun, dapat pada usia tua)3
Gambaran klinis dan perjalanan dari penyakit ini berbeda antara remaja dan
bayi.
1. Umumnya gatal
2. Pada area seboroik berupa makula atau plakat, folikular, perifolikular, atau
papulae, kemerahan atau kekuningan, dengan derajat ringan sampai berat,
inflamasi, skuama dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah atau
berminyak.
14
Perjalanan penyakit biasanya berlangsung dalam waktu yang lama. Periode
perbaikan pada musim panas dan kambuh kembali pada musim dingin.
Pembesaran lesi dapat terjadi sebagai akibat dari perubahan musim terutama
efek dari paparan sinar matahari.
Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang
berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat seboroik. Diagnosis
banding dermatitis seboroik tergantung pada lokasi dari kelainan dan umur dari
pasien. Pada anak, diferensial diagnosisnya adalah dermatitis atopik, tinea kapitis dan
psoriasis.
1. Psoriasis Vulgaris
Psoriasis vulgaris meskipun jarang pada bayi, memiliki ciri yang mirip dengan
dermatitis seboroik. Bedanya terdapat skuama yang tebal, kasar, dan berlapis-lapis,
disertai tanda tetesan lilin, Kobner dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda,
psoriasis sering terdapat di ekstremitas bagian ekstensor terutama siku, lutut, kuku
dan daerah lumbosakral. Jika psoriasis mengenai scalp, maka sukar dibedakan dengan
DS. Perbedaannya ialah skuamanya lebih tebal dan putih, seperti mika. Psoriasis
inversa yang mengenai daerah fleksor juga dapat menyerupai DS. Selain itu, pada
pemeriksan histopatologis terdapat papilomatosis.
2. Pitiriasis Rosea
Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai
dengan lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Lesi awal berupa herald
patch, umumnya di badan, soliter, bentuk oval dan terdiri atas eritema serta skuama
15
halus dan tidak berminyak di pinggir. Lesi berikutnya lebih khas yang dapat
dibedakan dengan DS, yaitu lesi yang menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat
predileksinya juga berbeda, lebih sering pada badan, lengan atas bagian proksimal
dan paha atas, jarang pada kulit kepala.
3. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
spesies dermatofit dan biasanya menyerang anakanak. Kelainan pada tinea kapitis
dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi
gambaran klinis yang lebih berat, yaitu kerion. Bercak-bercak seboroik pada kulit
kepala yang berambut kadang-kadang membingungkan. Biasanya lesi DS pada kulit
kepala lebih merata dan mempunyai lesi kulit yang simetris distribusinya. Pada tinea
kapitis dan tinea kruris, eritema lebih menonjol di pinggir dan pinggirannya lebih
aktif dibandingkan di tengahnya. Pada pemeriksaan didapatkan KOH positif dimana
terlihat hifa yang bersekat, bercabang, serta spora. Untuk menyingkirkan tinea kapitis
dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit pada kultur jamur.
Liken simpleks kronikus adalah peradangan kulit kronis yang gatal, sirkumskrip
ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenfikasi). Tidak
biasa terjadi pada anak tetapi pada usia ke atas, berbeda dengan DS yang sering juga
terjadi pada bayi dan anak-anak. Timbul sebagai lesi tunggal pada daerah kulit kepala
bagian posterior atau sekitar telinga. Tempat predileksi di kulit kepala dan tengkuk,
sehingga kadang sukar dibedakan dengan DS. Yang membedakannya ialah adanya
likensifikasi pada penyakit ini.
5. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal.
Biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak. Skuama kering dan difus, berbeda dengan
16
DS yang skuamanya berminyak dan kekuningan. Selain itu, pada dermatitis atopik
dapat terjadi likenfikasi. Ciri khas yang paling berguna sebagai pembeda dermatitis
seboroik dari dermatitis atopik adalah adanya lesi yang makin meningkat jumlahnya
di daerah dahi dan dagu pada tahap awal, dan di axilla pada tahap lebih lanjut. Selain
itu dermatitis seboroik biasanya hilang spontan dalam usia 6-12 bulan. Tes-tes dengan
bahan-bahan allergen dan pemeriksaan kadar IgE merupakan tanda khas dermatitis
atopik.
SLE adalah penyakit yang basanya bersifat akut, multisistemik dan menyerang
jaringan konektif dan vaskular. SLE sulit dibedakan dengan DS, oleh karena pada
SLE juga dapat dijumpai skuama. Yang dapat membedakan ialah lesi SLE berbentuk
seperti kupu-kupu, tersering di area molar dan nasal dengan sedikit edema, eritema
dan atrofi. Terdapat gejala demam, malaise, serta tes antibodi-antinuklear (+).
7. Rosasea
Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada derah sentral wajah (yang menonjol/
cembung). Gambaran histopatologi terdapat daerah ektasia vaskular, edema dermis
dan diorganisasi jaringan konektif dermis. Ditandai dengan kemerahan pada kulit dan
talangiektasis, disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi, papul, pustul
dan edema.
8. Kandidosis
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida, biasanya
oleh Candida albicans. Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan DS jika mengenai
lipatan paha dan perianal. Lesi dapat berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik dan
basah. Perbedaannya ialah pada kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah
berbatas tegas dengan satelit-satelit di sekitarnya. Predileksinya juga bukan pada
daerah-daerah yang berminyak, tetapi lebih sering pada daerah yang lembab. Selain
17
itu, pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10 %, terlihat sel ragi, blastospora atau
hifa semu.
Secara umum terbagi atas tiga tingkat : akut, sub akut dan kronik. Pada akut
dan sub akut, terdapat sedikit infiltrat perivaskuler berupa limfosit dan histiosit, ada
spongiosis dan hiperplasia psoriasiformis. Dapat pula ditemukan folikel yang
tersumbat oleh proses ortokeratosis dan parakeratosis ataupun oleh krusta-skuama
yang mengandung neutropil yang menutupi ostium folikularis.
18
dan vena pada pleksus superfisial selain dari gambaran yang telah disebutkan di atas
yang hamper sama dengan gambaran psoriasis. 10
Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan tinea kapitis
maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.
2.1.8 Pengobatan
Pada Bayi3
1. Kulit kepala
Pengobatan terdiri dari 3-5% asam salisilat dalam minyak zaitun atau air,
diaplikasikan emollientngan glukokortikosteroid dalam cream atau lotion selama
beberapa hari, sampo bayi, perawatan kulit yang teratur dengan emollient, cream, dan
pasta.
2. Area intertriginosa
19
Pengobatan meliputi lotion pengering, seperti 0,2-0,5 % clioquinol dalam zinc lotion
atau zinc oil. Pada kandidiasis lotion atau cream nistatin atau amphotericin B dapat
dicampur dengan pasta lembut.
Pada dewasa
1. Kulit kepala
Dermatitis seboroik adalah salah satu manifestasi klinis yang sering terjadi pada
pasien dengan AIDS. Sehingga merupakan salah satu lesi tanda dan harus lebih hati-
hati dalam menangani pasien dengan resiko tinggi.
3. Antifungal
Pengobatan antifungal seperti imidazole dapat memberikan hasil yang baik. Biasanya
digunakan 2 % dalam sampo dan cream. Dalam pengujian yang berbeda
menunjukkan 75-95 % terdapat perbaikan. Dalam percobaan ini hanya ketokonazol
dan itakonazol yang dipelajari, imidazole yang lain seperti econazole, clotrimazol,
miconazol, oksikonazol, isokonazol, siklopiroxolamin mungkin juga efektif. Imidazol
20
seperti obat antifungal lainnya, memiliki spektrum yang luas, anti inflamasi dan
menghambat sintesis dari sel lemak.3
4. Metronidazole
Pada D.S. yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB (TL-01)
yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8
minggu, sebagian besar penderita mengalami perbaikan.
Bila pada sediaan langsung terdapat P. ovale yang banyak dapat diberikan
ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.
21
2.1.8 Pengobatan Topical
Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2 3 kali scalp dikeramasi selama 5
15 menit, misalnya dengan selenium sufida (selsun). Jika terdapat skuama dan
krusta diberi emolien, misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk
D.S. ialah :
2.1.9 Prognosis
22
BAB III
23
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. A
Umur : 35 Tahun
Alamat : Bukittinggi
Pekerjaan : Guru SD
Status : Menikah
3.2. Anamnesa
Keluhan Utama
24
Tidak ada riwayat alergi kosmetik dan minyak rambut
Riwayat Pengobatan
Status Generalisata
Berat Badan : 55 Kg
Status Dermatologikus
Lokasi : Dahi, pelipis kiri dan kanan, daun telinga bagian tengah
Distribusi : Terlokalisir
Susunan : Berkelompok
25
Ukuran : Milier dan lentikular
26
Gambar 3.2. Makula eritema, papul dan skuama
Status Venereologikus
Dermatitis seboroik
27
3.6. Pemeriksaan Anjuran
3.7. Penatalaksanaan
Umum
Khusus
Cetirizine 10mg 1x1
Topikal
Desoximetason salp 2x1
3.8.Prognosis
Qua ad vitam: Bonam.
Qua ad sanationam: Dubia ad Bonam.
Qua ad functionam: Bonam.
28
RSUD dr. Achmad Moechtar
dr. Hendra Paijo
Sip : 16092016
Bukit Tinggi
Pro : Ny. A
Umur : 35thn
BAB IV
29
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamator kulit yang biasanya dimulai
pada kulit kepala dan kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan badan. Pada
pasien di diagnosa dermatitis seboroik . Hal ini berdasarkan keluhan dan riwayat
penyakit pasien: kulit kepala berketombe dan gatal sejak 2 minggu yang lalu, disertai
rasa gatal, bercak merah muncul pertama daerah dahi depan , pelipis kiri dan kanan
serta daun telinga bagian dalam. Pasien bekerja dari jam 7 5 sore , sering telat tidur,
pasien suka makan goreng, pedas, dan berminyak. Penyakit ini sering diobati tapi
kambuh lagi. Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan efloresensi : makula
eritema, papul, dan skuama. Pada pasien diberikan edukasi: Istirahat dan makan
yang cukup dan dilarang menggaruk. Pengobatan yang diberikan:
cetirizine 10mg 1x1 dan Desoximetason salp 2x1. Prognosis pada bonam.
DAFTAR PUSTAKA
30
1. Juanda A, Dermatosis eritroskuamosa. Dalam Juanda A, Hamzah M, Aisah S,
Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi keempat. Cetakan kedua. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2005 : 200-2
6. Arnold HL, Odom RB, James WD. Seborrheic dermatitis. Diseases of the
skin. Eighth edition. Philadelphia : WB Saunders Company ; 1990 : 194-98
8. Clark AF, Hopkins TT. Dermatitis seboroik. In Moscella SL, Hurley HJ,
Dermatology, third edition. Fourth edition. United states of america : WB
Saunders Company ; 1992 : 465-72
31
10. Siregar, R., S., Dermatitis Seboroika, dalam Atlas Berwarna Saripati
Penyakit Kulit, Edisi Kedua, Hal 104-106, Balai Penerbit EGC, Jakarta, 2002.
11. Schwartz, R. A., Janusz, C. A., Janniger, C. K., 2006, Seborrheic Dermatitis:
An Overview, University of Medicine and Dentistry at New Jersey-New
Jersey Medical School, Newark, New Jersey, American Family Physician,
Volume 74, Number 10 July 1, 2006
32