Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya


hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita diabetes melitus yaitu
polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, kesemutan.1
Diabetes melitus (DM) merupakan penyebab utama dari penyakit ginjal
stadium akhir dan nefropati diabetik (ND) merupakan 30 40% dari penderita
penyakit ginjal kronik (PGK) dan merupakan resiko tinggi dari cardiovascular
disease (CVD).2
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi
Diabetes Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai
penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian
diabetes melitus di dunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian
diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes
melitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi
DM di Indonesia membesar sampai 57%. Diabetes melitus telah menjadi
penyebab dari 4,6 juta kematian. Selain itu pengeluaran biaya kesehatan untuk
diabetes melitus telah mencapai 465 miliar USD. IDF memperkirakan bahwa
sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sebesar
80% orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia
Tenggara. Jumlah penderita DM terbesar berusia antara 40-59 tahun.1,3
Kasus diabetes yang terbanyak dijumpai adalah DM tipe 2, yang umumnya
mempunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin. Kasus DM tipe 1
yang mempunyai latar belakang kelainan berupa kurangnya insulin secara absolut
akibat proses autoimun tidak begitu banyak ditemukan di Indonesia. 4
Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor risiko
yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang
kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok tingkat
pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol,

1
2

Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang dan umur. Diabetes Melitus disebut dengan
the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara
lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi
seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan
pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah
parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan. Untuk
menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka dilakukan
pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral
hiperglikemik dan insulin.1
Pada keadaan normal glukosa diatur sedemikian rupa oleh insulin yang
diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga kadarnya di dalam darah selalu dalam
batas aman, baik pada keadaan puasa maupun sesudah makan. Kadar glukosa
darah selalu stabil sekitar 70140 mg/dL. Pada keadaan DM, tubuh relatif
kekurangan insulin sehingga pengaturan kadar glukosa darah menjadi kacau.
Walaupun kadar glukosa darah sudah tinggi, pemecahan lemak dan protein
menjadi glukosa (glukoneogenesis) di hati tidak dapat dihambat (karena insulin
kurang/relatif kurang) sehingga kadar glukosa darah dapat semakin meningkat.
Akibatnya terjadi gejala-gejala khas DM, yaitu poliuria, polidipsia, lemas, berat
badan menurun. Kalau hal ini dibiarkan terjadi berlarut-larut, dapat berakibat
terjadinya kegawatan diabetes melitus, yaitu ketoasidosis diabetik yang sering
mengakibatkan kematian. 4
Pembuatan referat ini dimaksudkan untuk menjabarkan lebih lanjut
mengenai diabetes melitus dan dikaitkan dengan temuan kasus yang didapatkan di
rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai