Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Kultur
Jaringan yang berjudul Media & Preparasi Media Kuljar. Shalawat dan salam
penulis sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah merubah
paradigma berpikir umat manusia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Novri Kandowangko,
M.P atas bimbingan sehingga penulis dapat melaksanakan makalah ini dengan
baik dan benar. Semoga segala bantuan dan doa yang telah diberikan mendapat
balasan dari Allah Swt. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak dijumpai kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran
serta kritikan yang bersifat membangun, sehingga kekuragan tersebut tidak
terulang lagi pada hari-hari yang akan datang.
Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan masyarakat luas.

Gorontalo, Februari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Pengertian Media............................................................................................3
2.2 Komponen Media dan Kegunaannya..............................................................3
2.3 Formulasi Media.............................................................................................6
2.4 Menentukan PH larutan..................................................................................8
2.5 Menentukan Jenis dan omponen Larutan Stok...............................................9
2.6 Menyimpan Larutan Stok...............................................................................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................10
3.1 Kesimpulan...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-
bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril.
Salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan kerja kultur jaringan
adalah pemberian nutrisi dalam jumlah dan perbandingan yang benar pada
medium kultur. Medium yang dipergunakan pada kultur in vitro tumbuhan ada
bermacam-macam. Pemilihan medium tergantung pada jenis tanaman yang
digunakan, selera, tujuan serta perhitungan masing-masing peneliti. Isi dan
komposisi dari medium kultur dirancang secara khusus untuk tujuan yang
berbeda. Medium MS, singkatan dari nama penemunya, Murashige dan Skoog
atau LS singkatan dari Linsmaier dan Skoog merupakan medium yang sangat
banyak digunakan untuk kultur kalus dan regenerasi berbagai tanaman, medium
ini mengandung garam-garam mineral dengan konsentrasi tinggi dan senyawa N
dalam bentuk ammonium dan nitrat ; medium B5 (Gamborg) banyak digunakan
untuk kultur suspensi sel tanaman leguminosae; Nitsch & Nitsch, N6 (Chu)
banyak digunakan untuk serealia dan tanaman lain; medium WPM (Lloyd dan
McCown) untuk kultur jaringan tanaman berkayu; Vacin dan Went (VW) dan
Knudson C banyak digunakan untuk anggrek; medium Kao dan Michayluk
digunakan untuk kultur protoplas Cruciferae, Gramineae dan Leguminosae. Pada
dasarnya tidak ada satu macam medium kultur yang dapat memberikan
pertumbuhan optimal untuk semua sel, penggantian medium atau salah satu
komponen medium seringkali diperlukan untuk merespon setiap type
pertumbuhan dari satu macam eksplan. Studi literature sangat diperlukan untuk
mengembangkan atau memodifikasi medium kultur, modifikasi dari medium
kultur yang telah ada umumnya didasarkan pada trial and error.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Media kultur jaringan?
1.2.2 Apa saja komponen media dan kegunaannya?
1.2.3 Bagaimana Formulasi Media tanam kultur jaringan?
1.2.4 Bagaimana cara menetukan pH larutan media?
1.2.5 Bagaimana cara menetukan jenis dan komponen larutan stok?
1.2.6 Bagaimana cara menyimpan larutan stok?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Pengertian Media kultur jaringan.
1.3.2 Untuk mengetahui Komponen media dan kegunaannya.
1.3.3 Untuk mengetahui media tanam kultur jaringan.
1.3.4 Untuk mengetahui cara menentukan pH larutan media.
1.3.5 Untuk mengetahui cara menentukan jenis dan komponen larutan stok.
1.3.6 Untuk mengetahui cara menyimpan larutan stok.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Media


Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman
yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti
agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga
bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur
jaringan yang dilakukan.
Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri dari
hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di
dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil yang
lebih baik akan dapat kita peroleh bila, ke dalam media tersebut, ditambahkan
vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat media (agar), glukosa dalam
bentuk gula maupun sukrosa, air destilata (akuades), dan bahan organik tambahan.
2.2 Komponen-komponen Media dan Kegunaannya
Media tanam kultur jaringan terdiri dari sejumlah unsur yang diperlukan
untuk pertumbuhan eksplan dalam lingkungan buatan, unsur-unsur ini umumnya
tedapat di tanah. Komponen media kultur jaringan dapat dikelompokkan kedalam
berikut ini.
a. Unsur hara makro adalah hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
banyak. terdiri dari unsur-unsur: nitrogen (N), fosfor (P), kalium(K), kalsium
(Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Kegunaan unsur hara makro tersebut
dalam kultur jaringan adalah sebagai berikut:
1) Nitrogen (N) diberikan dalam bentuk NH4NO3, NH2PO4, NH2SO4.
Berfungsi untuk membentuk protein, lemak, dan berbagai senyawa
organik lain, morfogenesis (pertumbuhan akar dan tunas), pertumbuhan
dan pembentukan embrio, pembentukan embrio zigotik dan pertumbuhan
vegetatif.
2) Fosfor (P), diberikan dalam bentuk KH 2PO4 Berfungsi untuk metabolisme
energi, sebagai stabilitor membran sel, pengaturan metabolisme tanaman,
pengaturan produksi pati/amilum, pembentukan karbohidrat, sangat
penting dalam transfer energi, protein, dan sintesis asam amino serta
konstribusi terhadap struktur dan asam nukleat.
3) Kalium (K), diberikan dalam bentuk CaCl2.2H2O Berfungsi untuk
pemanjangan sel tanaman, memperkuat tubuh tanaman, memperlancar
metabolisme dan penyerapan makanan, ion kalsium ditransfer secara cepat
menyebrangi membran sel dan mengatur pH dan tekanan osmotik di antara
sel.
4) Kalsium (Ca), diberikan dalam bentuk CaCl2.2H2O. Berfungsi untuk
merangsang bulu-bulu akar, penggandaan atau perbanyakan sel dan akar,
pembentukan tabung polen, dinding dan membran sel lebih kuat, tahan
terhadap serangan patogen, mengeraskan batang, memproduksi cadangan
makanan
5) Sulfur (S). Unsur S merupakan unsur yang penting untuk pembentukan
beberapa jenis protein, seperti asam amino dan vitamin B1. Unsur S juga
berperan penting dalam pembentukan bitil-bintil akar.
6) Magnesium (Mg), diberikan dalam bentuk MgSO4.7H2O. Berfungsi untuk
meningkatkan kandungan fosfat, pembentukan protein.
7) Besi (Fe), diberikan dalam bentuk Fe2(SO4)3;FeSO4.7H2O. Berfungsi
sebagai penyangga (chelatin agent) yang sangat penting untuk menyangga
kestabilan pH media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan
tanaman.Pada tanaman, Fe berfungsi untuk pernapasan dan pembentukan
hijau daun.
b. Unsur hara mikro adalah hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit.
Terdiri dari: boron(B), cobalt(Co), tembaga (Cu), Iodium(I), besi (Fe),
mangan (Mn), molybdenum (Mo), dan seng (Zn).
c. Vitamin (vitamin B1) dan Myo-inositol, pada beberapa formula media
terkenal juga menambahkan niasin dan piridoksin (B6). Vitamin yang paling
sering digunakan dalam media kultur jaringan tanaman adalah thiamine
(vitamin B1), nicotinic acid (niacin), pyridoxine (vitamin B6). Thiamine
merupakan vitamin yang esensial dalam kultur jaringan tanaman karena
thiamine mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel.
d. Gula (sukrosa), sebagai sumber energi. Gula digunakan sebagai sumber energi
dalam media kultur, karena umumnya bagian tanaman atau eksplan yang
dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah. Oleh
sebab itu tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidart yang cukup
sebagai sumber energi.Sukrosa adalah sumber karbohidrat penghasil energi
yang terbaik melebihi glukosa, maltosa, rafinosa. Namun jika tidak terdapat
sukrosa, sumber karbohidrat tersebut dapat digantikan dengan gula pasir. Gula
pasir cukup memenuhi syarat untuk mendukung pertumbuhan kultur. Selain
sebagai sumber energi, gula juga berfungsi sebagai tekanan osmotik media.
e. Zat pengatur tumbuh, untuk merangsang dan mengontrol pertumbuhan. Zat
pengatur tumbuh terdiri dari golongan sitokinin dan auksin. Auksin
mempunyai peran ganda tergantung pada struktur kimia, konsentrasi, dan
jaringan tanaman yang diberi perlakuan. Pada umumnya auksin digunakan
untuk menginduksi pembentukan kalus, kultur suspensi, dan akar, yaitu
dengan memacu pemanjangan dan pembelahan sel di dalam jaringan kambium
(Pierik dalam Endang lestari, 2010). Kombinasi antara sitokinin dengan
auksin dapat memacu morfogenesis dalam pembentukan tunas (Flick et al
dalam Endang lestari, 2010).
Aktivitas zat pengatur tumbuh di dalam pertumbuhan tergantung dari jenis,
struktur kimia, konsentrasi, genotipe tanaman serta fase fisiologi tanaman
(Satyavathi et al., 2004; George, 1993; Dodds dan Roberts, dalam Endang
lestari, 2010). Dalam proses pembentukan organ seperti tunas atau akar ada
interaksi antara zat pengatur tumbuh eksogen yang ditambahkan ke dalam
media dengan zat pengatur tumbuh endogen yang diproduksi oleh jaringan
tanaman (Winata dalam Endang Lestari, 2010).
f. Agar, sebagai pemadat media. Agar-agar adalah campuran media polisakarida
yang diperoleh dari beberapa spesies algae. Dalam analisa unsur, diperoleh
data bahwa agar-agar mengandung sedikit unsur Ca, Mg, K, dan Na
Keuntungan dari pemakaian agar-agar adalah :
1) Agar-agar membeku pada suhu 45 C dan mencair pada suhu 100
sehingga dalam kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada dalam
keadaan beku yang stabil.
2) Tidak dicerna oleh enzim tanaman.
3) Tidak bereaksi dengan persenyawaan-persenyawaan penyusun media.
g. Arang aktif, sebagai penyerap senyawa racun (jika diperlukan).
h. Air (aquades), sebagai pelarut.
2.3 Formulasi Media
Terdapat banyak formula media tanam kultur jaringan yang pada umumnya
diberi nama sesuai dengan nama penemunya, antara lain:
a. Murashige dan Skoog (MS), memiliki kisaran pemakaian yang paling
luas. Media ini mengandung konsentrasi garam dan nitrat yang lebih
tinggi dibandingkan media lain, dan telah sukses digunakan pada
berbagai tanaman dikotil.
b. Gamborg atau B-5, cocok untuk kultur suspensi sel kedelai dan legume.
Pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan
konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan media MS.
Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan
suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi
seluruh bagian tanaman.. Pada masa ini media B5 juga digunakan untuk
kultur-kultur lain. Media ini dikembangkan dari komposisi PRL-4, media
ini menggunakan konsentrasi NH4+ yang rendah, karena konsentrasi
yang lebih tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan sel kedelai.
Fosfat yang diberikan setelah 1 mM, Ca2+ antara 1-4 mM, sedangkan
Mg2+ antara 0.5-3 mM
c. Vacin Went (VW), digunakan untuk media anggrek. Media ini
dikembangkan khusus untuk kultur anggrek. Tanaman yang ditanam di
kebun dapat tumbuh dengan baik dengan pemupukan yang hanya
mengandung N dari Nitrat.
d. Nitsch dan Nitsch, digunakan untuk kultur tepung sari dan kultur sel.
e. Schenk dan Hildebrandt (SH) digunakan untuk media tanam dikotil.
Merupakan media yang juga cukup terkenal, untuk kultur kalus tanaman
monokotil dan dikotil (Trigiano & Gray, 2000). Konsentrasi ion-ion
dalam komposisi media SH sangat mirip dengan komposisi pada media
Gamborg dengan perbedaan kecil yaitu level Ca2+, Mg2+, dan PO4-3
yang lebih tinggi.
f. Woody plant Plant Medium (WPM) digunakan untuk media tanaman
berkayu. Media diperuntukkan khusus tanaman berkayu, dan
dikembangkan oleh ahli lain, tetapi sulfat yang digunakan lebih tinggi
dari sulfat pada media WPM. Saat ini WPM banyak digunakan untuk
perbanyakan tanaman hias berperawakan perdu dan pohon-pohon. Pada
umumnya media kultur jaringan dibedakan menjadi media dasar dan
media perlakuan. Resep media dasar adalah resep kombinasi zat yang
mengandung hara esensial (makro dan mikro), sumber energi dan
vitamin.
Tabel 1. Komposisi bahan kimia pada beberapa formulasi media (mg/l)
Unsur makro VW SH MS B-5 WPM Nitsch
KNO3 80 2500 1900 2500 - 950
NH4NO3 - - 1650 - 400 -
(NH4)2 SO4 - - - 134 - -
NH4H2PO4 - 300 - - - -
CaCl2 2H2O - 151 332,2 150 96 166
Ca(NO3)24H2O 285 - - - 556 -
KCl 65 - - - - -
KH2 PO4 - - 170 - 170 68
MgSO47H2O 740 400 370 250 370 185
Na2SO4 200 - - - - -
NaH2PO4 H2O 16,5 - - 130,5 - -
Unsure Mikro
MnSO4.4H2O 7 13,2 16,9 10 29,4 25
ZnSO4.7H2O 2,67 1 8,6 2 8,6 10
H3BO3 1,5 5 6,2 3 6,2 10
KI 0,75 0,1 0,83 0,75 - -
CuSO4 5H2O 0,01 0,2 0,025 0,025 0,25 0,025
NaMoO3 0,001 - - - - -
NaMoO4.2H2O - 0,1 0,25 0,25 0,25 0,25
CoCl2 6H2O - 0,1 0,025 0,025 - -
FeSO4 7H2O - 15 27,8 27,8 27,8 27,8
Fe2(SO4)3 2,5 - - - - -
Na2 EDTA - 20,1 37,3 37,3 37,3 37,3
Vitamin
Mio-inositol - 1000 100 100 100 100
Tiamin HCl 0,1 5 0,1 10 0,1 0,5
Piridoksin HCl 0,1 0,5 0,5 0,1 0,5 0,5
Asam nicotin 0,5 5 0,5 1 0,5 5
Glisin 3 - 2 - 2 2
Biotin - - - - - 0,2
Sumber; Sutter EG dalam trigiano, RN dan DJ gray (1996).
2.4 Menentukan pH larutan media
Tingkat keasamaan larutan media juga menentukan keberhasilan dalam
perbanyakan secara kultur jaringan. pH yang dibutuhkan tanaman berkisar antara
5,6 - 5,8. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter, atau bila
menginginkan yang lebih praktis dan murah dapat digunakan kertas pH (kertas
lakmus). Akan tetapi penggunaan kertas lakmus kurang akurat dibandingkan
dengan penggunaan pH meter. Apabila pH larutan media dibawah ketentuan di
atas maka perlu ditambahkan NAOH 1-2 tetes sedangkan apabila pH larutan
media di atas ketentuan maka perlu ditambahkan HCl 1-2 tetes. Media yang
mempunyai pH asam atau basa sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman di
dalamnya. Keadaan media yang terlalu asam akan membuat media menjadi tidak
padat, sehingga tanaman tidak akan dapat berdiri dengan tegak dan tidak dapat
menyerap nutrisi secara optimal. Sedangkan media yang terlalu basa akan
membuat tanaman yang tumbuh di dalamnya menjadi keriting atau bahkan mati.
Oleh karena itu pengukuran pH perlu diperhatikan, Untuk menjaga keseimbangan
larutan media.
Manfaat pH dalam media tanam adalah untuk :
a. Menjaga kestabilan membrane sel dan sitoplasma
b. Membantu penyerapan unsur hara
c. Mengatur sifat padat pada agar (dalam media padat)
2.5 Menentukan Jenis Dan Komponen Larutan Stok
Sebelum melakukan kegiatan pembuatan media, perlu dilaksanakan
pembuatan larutan stok. Larutan stok adalah larutan yang konsentrasinya
dipekatkan atau ditinggikan dari konsentrasi dalam media. Biasanya dinyatakan
dalam kelipatan konsentrasi media, misalnya 10x, 20x, 100x, bahkan 1000x
konsentrasi media. Tujuan pembuatan larutan stok adalah untuk menghindari
penimbangan yang berulang-ulang setiap kali membuat media. Disamping itu,
kadang-kadang timbangan untuk menimbang bahan-bahan dalam jumlah yang
sangat kecil tidak tersedia di laboratorium. Pembuatan larutan stok didasarkan
pada pengelompokan-pengelompokan yaitu: stok makro, stok mikro, stok Fe
(besi), stok vitamin dan stok hormon. Stok hormon dapat disimpan antara 2- 4
minggu, sedangkan hara dapat disimpan 4 8 minggu. Dengan adanya larutan
stok, pembuatan media selanjutnya tinggal mengencerkan larutan stok saja.
2.6 Menyimpan larutan stok
Kondisi penyimpan larutan stok perlu diperhatikan, karena ada beberapa
bahan yang tidak tahan dalam suhu tinggi atau cahaya. Larutan stok kadang-
kadang juga ditumbuhi oleh mikroorganisme, larutan stok yang terkontaminasi ini
tidak dapat digunakan lagi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman
yang akan diperbanyak. Komponen media kultur jaringan dapat dikelompokkan
kedalam unsur hara makro, unsur hara mikro, vitamin (B1), gula, zat pengatur
tumbuh, agar, arang aktif, air. Formula media tanam kultur jaringan yang pada
umumnya diberi nama sesuai dengan nama penemunya.
Tingkat keasamaan larutan media juga menentukan keberhasilan dalam
perbanyakan secara kultur jaringan. Sebelum melakukan kegiatan pembuatan
media, perlu dilaksanakan pembuatan larutan stok. Kondisi penyimpan larutan
stok perlu diperhatikan, karena ada beberapa bahan yang tidak tahan dalam suhu
tinggi atau cahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Djusna dan K. Novri. 2017. Bahan Ajar/Kultur Jaringan Tumbuhan.
UNG. Gorontalo

Hendaryono. D.P.S dan Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan, Pengenalan
dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Penerbit
Kanisius. Jakarta.

Lestari, Endang 2010. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan


Tanaman melalui Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen. Vol.7 no. 1

Anda mungkin juga menyukai