Anda di halaman 1dari 3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya dan menimbulkan


kerugian sehingga perlu dikendalikan (Monaco, 2002). Pengendalian gulmamerupakan suatu
usaha untuk mengubah keseimbangan ekologis yang bertujuan untukmenekan pertumbuhan
gulma, tetapi tidak berpengaruh negatif terhadap tanaman budidaya(Sukman dan Yakup, 2002).
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara,salah satunya dengan bahan kimia
(herbisida). Herbisida dapat dibagi menjadi herbisidasintetik dan herbisida organik
(bioherbisida). Penggunaan herbisida sintetik dapatmenimbulkan berbagai masalah, yaitu biaya
penyediaan herbisida yang mahal, pencemaranlingkungan, penurunan kadar organik tanah, dan
gulma menjadi toleran terhadap jenis herbisida tertentu. (Fitter et. al, 1991).
Babadotan (Ageratum conyzoides L.) merupakan salah satu gulma yang
dapatPenggunaan pestisida membawa bencana terhadap kesehatan petani dan konsumen akibat
mengkonsumsi produk pertanian yang mengandung residu pestisida. Dampak lain yang
tidakkalah pentingnya adalah menimbulkan pencemaran air, tanah dan udara yang dapat
mengganggu sistem kehidupan organisme lainnya di biosfer. Penggunaan pestisida alami
dipandang lebih arif mengingat penggunaan pestisida sintetis ternyata berdampak buruk antara
lain munculnya ketahanan hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya produksi untuk
membeli pestisida serta timbulnya dampak negatif penggunaan pestisida terhadap manusia,
lingkungan, dan ternak. Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida alami dapat
dijadikan pilihan paling murah dan lestari. Pestisida alami yang bersifat mudah terurai menjadi
bahan tidak berbahaya dan dapat dipergunakan sebagai bahan pengusir/ repelen terhadap
serangga dan hama tertentu, menjadikannya alternatif dalam pengendalian hama lestari yang
ramah lingkungan (Bukhari, 2010).
Babadotan yang banyak ditemui di sekitar lahan pertanian dan merupakan gulma yang
dapat menimbulkan kerugian bagi pertumbuhan tanaman pertanian, ternyata dapat dimanfaatkan
sebagai pestisida nabati. Dengan perkembangan teknologi penggunaan pestisida nabati yang
aman dan ramah lingkungan yang berasal dari bahan tumbuhan babadotan dapat menjadi
pengganti pestisida kimia yang banyak digunakan oleh petani untuk mengendalikan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT). Sekaligus dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia yang
berlebihan, biaya produksi dan dampak buruk bagi kesehatan petani dan lingkungan (Sukamto,
2007).
Sebagai pestisida nabati, ekstrak daun babadotan mampu berfungsi sebagai insektisida
nabati. Daun mengandung dua senyawa aktif precocene I dan precocene II, selain itu
mengandung saponin, flavanoid dan polifenol dan minyak atsiri. Senyawa precocene I dan
precocene II dikenal sebagai senyawa anti hormon juvenil, yaitu hormon yang diperlukan oleh
serangga selama metamorfosis dan reproduksi. Diduga senyawa precocene mengalami reaksi
kimia dalam tubuh serangga sehingga menjadi reaktif dan menyebabkan terjadinya kerusakan
protein sel dan kematian sel. Sel-sel yang mengalami kematian terutama adalah sel-sel kelenjar
corpora allata yang menghasilkan hormon juvenil (Noviza, 2002.).
Shinta et. al telah melakukan penelitian tentang potensi ekstrak basah daun dan batang
babadotan terhadap persentase perkecambahan gulma Mimosa pudica dalam petridish selama
sembilan hari, didapatkan hasil bahwa konsentrasi ekstrak 15% berpengaruh menekan paling
besar terhadap laju perkecambahan pada spesies Mimosa pudica dibandingkan konsentrasi yang
lain ( 0, 2,5, 5 dan 10% ).
DAFTAR PUSTAKA

Bukhari. 2010. Efektifitas Ekstra Daun Mimba Terhadap Pengendalian Hama Plutella Xylostella
L. Pada Tanaman Kedelai. Sains Riset 1(1) :11-14.
Sukamto. 2007. Babadotan (Ageratum conyzoides) Tanaman Multi Fungsi. WartaPuslitbangbun
Vol.13 No.3.
Noviza. 2002. Membuat dan MemanfaatkanPestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka:
Jakarta
Fitter AH dan Hay RKM. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada
Shinta dan Widiastuti. 2008. Uji Efikasi Ekstrak Daun Babadotan Sebagai Insektisida Nabati
Terhadap Lalat Rumah (Musa domestica) di Laboratorium. Hasil Penelitian, 007,
No. 02, Des: 7-10.

Anda mungkin juga menyukai