Anda di halaman 1dari 4

DISKUSI

TOPIK: RINOSINUSITIS

1. Apa saja klasifikasi rinosinusitis secara klinis? Dan jelaskan.


Secara klinis rinosinusitis dapat dibedakan menjadi tipe akut dan kronis
o Rinosinusitis akut (RSA), apabila memenuhi kriteria berikut:
Gejala berlangsung kurang dari 12 minggu
Episode akut berlangsung < 4 kali/tahun
Reversibilitas mukosa: normal kembali setelah tatalaksana medik adekuat
Gejala
Mayor: Ingus purulent, post nasal drip (PND) purulent dan batuk
Minor: sakit kepala, nyeri wajah, edema periorbita, nyeri telinga, halitosis,
nyeri gigi, nyeri tenggorok, peningkatan wheezing dan demam

Diagnosis: 2 gejala mayor atau 1 gejala mayor dan >= 2 gejala minor

o Rinosinusitis kronis.
Gejala berlangsung selama lebih dari 12 minggu
Episode akut 4kali/tahun
Revsibilitas mukosa: abnormal menetap kembali setelah tatalaksana medik
adekuat
Gejala:
Mayor: nyeri wajah/rasa tekanan, obstruksi nasal/kongesti nasal, ingus
purulent, hiposmia/anosmia, dan batuk bukan karena asma (hanya pada
anak)
Minor: nyeri kepala, demam, halitosis, fatigue, nyeri gigi, batuk (pada
dewasa), gejala otologik

Diagnosis: >2 gejala mayor, 1 gejala mayor dan 1 gejala minor (nyeri wajah saja
tanpa mayor lain tidak dianggap sebagai gejala mayor). Jika hanya ditemukan 1
gejala mayor atau 2 gejala minor maka dianggap sugestif.

2. Bagaimana perbedaan dari rinosinusitis virus dan non virus/bakteri akut?


Rinosinusitis virus (common cold) umumnya durasi gejala <10 hari
Rinosinusitis non viral: perburukan gejala setalah 5 hari atau gejala menetap
setelah 10 hari dengan durasi <12 minggu. Kasus yang disebabkan oleh bakteri
disebut juga sebagai rinosinusitis bakterialis akut, yang secara klinis dapat
ditegakkan apabila ditemukan minimal tiga gejala atau lebih dari gejala tanda
berikut:
o Ingus purulent (biasanya unilateral)
o Nyeri berat local (biasanya unilateral)
o Demam >38C
o Peningkatan laju endap darah (LED) atau C-Reactive Protein (CRP)
o Adanya perburukan gejala setelah 5 hari

3. Apa sajakah etiologi yang menyebabkan rinosinusitis?


ISPA virus dan infeksi sekunder bakteri
Rinogenik: rhinitis alergi, rhinitis infeksi, rhinitis vasomotor, rhinitis
medikamentosa
Pajanan lingkungan: polusi udara, iritan, dan rokok
Obstruksi rongga hidung (hipertrofi konka, deviasi septum, benda asing) atau
meatus medius
Kelainan anatomi hidung: infundibulum lebih sempit dari normal, obstruksi koana
oleh jaringan adenoid jinak
Trauma sinus, fraktur dan adanya luka tembak
Tonilitis atau adenoiditis
Kelainan keadaan umum: pasien imunokompromais, gangguan silia atau
mukosilier
Berenang/menyelam: air terhisap ke sinus
Resitensi obat: amoksilin

4. Bagaimana patofisiologi terjadinya rinosinusitis?


Invasi mikroorganisme atau benda asing melalui saluran napas dapat memicu proses
inflamasi pada mukosa hidung dan sinus paranasal proses patologis yang terjadi antara
lain kerusakan epitel mukosa, pengurangan jumlah sel silia serta peningkatan
produktivitas sel Goblet menghasilkan secret mucus. Adanya obstruksi juga membuat
sekret yang seharusnya keluar tersebut terperangkap didalam sinus paranasal.

5. Apa saja yang bisa ditemukan dalam pemeriksaan fisik pada pasien yang menderita
rinosinusitis?
Apabila suhu >38C, maka perlu dicurigai infeksi bakteri
Inspeksi dan palpasi luar hidung dan sinus: bengkak (dahi, kelopak mata atas dan
bawah), nyeri sinus
o Sinus maksila: nyeri pipi
o Sinus etmoid: nyeri di antara atau belakang kedua bola mata
o Sinus frontal: nyeri dahi atau seluruh kepala
o Sinus sfenoid: nyeri di vertex, oksipital, belakang kepala dan mastoid
Rinoskopi anterior: konka edema, mukosa hiperemis, dan terdapat pus purulent.
o Pus pada meatus medius: mengenai sinus maksila, etmoid anterior dan
frontal
o Pus pada meatus superior: mengenai etmoid posterior dan sfenoid
Rinoskopi posterior: post nasal drip, infeksi gigi.

6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis rinosinusitis?


Transluminasi
Laboratorium: CRP (C-Reactive Protein: meningkat pada infeksi bakteri), LED
(Laju Endap Darah: tanda inflamasi)
Pencitraan radiologis
o Foto polos posisi Waters: menilai air fluid level pada rinosinusitis akut
o CT-Scan: sering digunakan pada rinosinusitis kronis, terutama untuk menilai
adanya kelainan anatomis seperti olip. Indikasi: keraguan dalam diagnosis
dan terapi, riwayat tidak berespon terhadap terapi adekuat (minimal 2
minggu pemberian terapi), dan dilakukan sebelum terapi pembedahan
sinus.
o Nasoendoskopi, sinuskopi (bila tersedia)

7. Bagaimana tatalaksana pada rinosinusitis?


a. Rinosinusitis akut
Common cold: pengobatan simptomatis, seperti dekongestan (oral
(pseudoefedrin dan fenilefrin) atau topical (pseudoefedrin HCl) selama 14
hari. Jika tidak ada perbaikan, sebaiknya pasien dirujuk ke dokter spesialis
THT.
Rinosinusitis non viral akut
- Gejala sedang: tanpa demam dan nyeri hebat: steroid topical. Tujuan dari
pemberian kortikosteroid ialah meredakan gejala akut. Jika dalam 48 jam
terjadi perbaikan, terapi diteruskan hingga 7 14 hari. Namun bila tidak ada
perbaikan setelah 14 hari pasien sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis THT.
- Gejala berat (dengan demam >38Cdan nyeri hebat): pemberian antibiotic
dan steroid topical. Pilihan antibiotic yang diberikan dapat berupa amoksilin
3 x 500 mg PO atau Cotrimoxazo (Lini I), amoksisilin-klavulanat 3 x 625
mg PO, atau sefalsporin (cefradine, cefixime, cefaclor, cefprozil, cefotiam,
cefuroxime) (Lini II). Jika dalam 48 jam terjadi perbaikan, terapi diteruskan
hingga 10 14 hari. Namun bila tidak ada perbaikan setelah 14 hari pasien
segera rujuk ke dokter spesialis THT.
b. Rinosinusitis kronis
Jika endoskopi tidak tersedia: steroid topical, obat cuci hidung (NaCl 0,9%),
dan antihistamin jika alergo (antihistamin H-1 secara tunggal atau kombinasi
dengan dekongestan PO). Terapi dievaluasi selama 4 minggu, jika perbaikan
lanjutkan terapi. Jika tidak ada perbaikan, segera rujuk pasien ke dokter
spesialis THT.

8. Apa saja kriteria untuk merujuk pasien rinosinusitis?


Pada gejala unilateral, ada perdarahan, krusta, kakosmia, gejala orbita, bengkak
mata/palpebral, mata merah, perubahan bola mata, pengelihatan ganda, penurunan
visus, nyeri frontal berat dan unilateral, bengkak daerah frontal, gejala meningitis,
deficit neurolgiss dan gejala sistemik.

9.

Anda mungkin juga menyukai