Anda di halaman 1dari 13

BAB II

BRONKITIS

Bronkitis merupakan proses peradangan pada bronkus dengan manifestasi


utama berupa batuk yang produktif. Proses ini dapat disebabkan karena perluasan
dari proses penyakit yang terjadi dari saluran napas atas maupun bawah. (3) Definisi
klinis dari bronchitis pada anak sampai saat ini masih belum jelas, tetapi banyak
para klinisi membuat diagnosis bronchitis untuk anak dengan gejala batuk, dengan
atau tanpa demam serta adanya produksi dahak/sputum. Meskipun etiologi dari
bronchitis masih sukar dijelaskan secara spesifik, dan beberapa studi menunjukkan
bahwa bronchitis merupakan penyakit yang self-resolving, tetapi bronkitis ini pada
umumnya disebabkan oleh patogen virus. Secara praktis, diagnosa bronkitis sering
tercermin dari hasil pemberian resep berupa antibiotika tertentu yang diyakini
membasmi jenis bakteri penyebab penyakit ini.(4) Jaringan teriritasi dan memproduksi
banyak lendir. Hal ini banyak terjadi pada anak-anak yang menjadi perokok baik
perokok primer maupun sekunder dan tinggal di lingkungan yang banyak terpolusi. (2)

Bronkitis dibagi 2 berdasarkan proses berlangsungnya (3)


1. Bronkitis Akut
2. Bronkitis Kronik

Etiologi
Infeksi
Virus : Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV), Para influenza, influenza, Adeno,
Morbilli, dan Coxsackie virus
Bakteri : H. Influenza B, Stafilokokus, Streptokokus, Pertusis, Tuberculosisi, Mikroplasma.
Alergi : Asma
Kimiawi :
- Aspirasi susu, aspirasi isi lambung
- Asap rokok
- Uap/gas yang merangsang

BAB III
BRONKITIS AKUT

III.1 Batasan(3,5)
Proses keradangan pada bronkus dengan manifestasi utama berupa batuk
yang produktif yang berlangsung < 3 minggu.

III.2 Etiologi
Virus merupakan penyebab tersering (rhinovirus, respiratoru sincytial virus
(RSV), para influenza, influenza, adeno, morbilli, dan coxsackie virus). Selain itu
bronkitis akut selalu terdapat pada anak yang menderita morbilli, pertusis, dan
infeksi mycoplasma pneumonia.(2). Penumokokus, stafilokokus, haemophilus
influenzae dan berbagai streptokokus dapat diisolasi dari sputum (dahak mungkin
kental dan kuning) tetapi keberadaannya tida menyatakan penyebab bakteria atau
infeksi bakteri sekunder. Beberapa anak tampak jauh lebih rentan terhadap bronkitis
akut daripada yang lain. Alasannya tidak diketahui, tetapi alergi, iklim, polusi udara,
dan infeksi kronis saluran pernapasan atas, terutama sinusitis, dapat merupakan
faktor-faktor yang turut menyebabkan.(2,6)

III.3 Gejala Klinis


Bronkitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) (2,3,6)
Khasnya anak datang dengan batuk yang sering, kering, tidak produktif, dan
timbulnya relative bertahap, 3-4 hari sesudah munculnya rhinitis (setelah 2-3 hari,
batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara adanya lender) (2,6). Batuk dapat
disertai muntah.(3)
Rasa nyeri atau panas pada daerah substernal bawah atau dada depan sering ada
dan dapat diperparah oleh batuk(3,6)
Dalam beberapa hari, batuk menjadi produktif dan sputum berubah dari jernih ke
purulen setelah 10 hari mukus menjadi encer dan batuk menghilang secara bertahap
batuk dapat disertai muntah(6). Biasanya hilang setelah 1 atau 2 minggu. (2)

III.4 Pemeriksaan Fisik


Pada mulanya, keadaan umum baik, anak tidak tampak sakit, anak biasanya tidak
demam atau demam ringan (subfebris), dan ada tanda-tanda nasofaringitis, kadang
konjungtivitis(3,6)
Auskultasi menunjukkan adanya suara pernapasan yang kasa, ronki basah kasar
dan halus, dan ronki yang dapat bernada tinggi, menyerupai mengi pada asma. (6)
Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada penderita bronkitis akut tetapi perlu
juga diingat kemungkinan manifestasi asma pada anak tersebut. (2)

III.5 Pemeriksaan Penunjang(3)


Foto thoraks dapat normal atau peningkatan corak bronkovaskular
Pada pemeriksaan lab, leukosit dapat normal atau meningkat
Kultur sputum(6)

III.6 Penatalaksanaan
Karena penyebab utamanya virus maka belum ada obat yang kausal (2). Tidak
ada terapi spesifik, sebagian besar penderita sembuh tanpa banyak masalah, tanpa
pengobatan apapun. Pada bayi-bayi yang kecil, drainase paru dipermudah dengan
cara sering melakukan pergeseran posisi. Anak yang lebih tua lebih enak dengan
kelembaban tinggi, tetapi tidak ada bukti bahwa ini memperpendek lama penyakit (6,9)

Batuk iritatif dan paroksismal dapat menyebabkan distres berat dan menganggu
tidur. Walaupun penekanan batuk dapat menambah kemungkinan supurasi,
penggunaan penekan batuk yang bijaksana (termasuk koderin) mungkin memadai
untuk pengurangan gejala (6). Obat penekan batuk tidak boleh diberikan pada batuk
yang banyak lendir.
Mukolitik tidak lebih baik daripada banyak minum.(2)
- Koderin, efek samping mual, muntah, pusing dan bingung. Pada anak kecil dapat
terjadi konvulsi dan depresi pernapasan. Dosis : oral sebagai pereda batuk 3-5 dd
10-40 mg dan maksimum 200 mg/hari. Pada diare 3-4 dd 25-40 mg.
- Dekstrometorfan, sama kuatnya dengan kodein. Mekanisme kerjanya berdasarkan
ambang pusat batuk diotak. Dosis anak-anak 2-6 tahun 3-4 dd 8 mg, 6-12 tahun 3-4
dd 15 mg
Antitusif (bromheksin dan ambroksol) dan antihistamin (dipenhidramin dan
prometazin, yang mengeringkan sekresi tidak boleh digunakan karena menimbulkan
atelektasis atau pneumonia(3,5) (9)
- Bromheksin dan ambroksol, memiliki khasiat mukolitis, efek sampingnya gangguan
saluran cerna, perasaan pusing, berkeringat. Pada inhalasi dapat terjadi
bronkokonstriksi ringan. Dosis anak 3 dd 1,6-8 mg
- Dipenhidramin, mengeringkan selaput lendir karena efek kolinergis, dosis anak : 3-4
dd 25-50 mg
- Prometazin, obat ini terutama digunakan pada batuk malam yang mengganggu
anak-anak. Tidak boleh diberikan pada anak usia dibawah 1 tahun karena dapat
menyebabkan depresi pernapasan dan kematian mendadak. Dosis : anak di atas 1
tahn 2-4 dd 0,2 mg/kgBB.
Fisioterapi dada bila perlu(3)
Antibiotika diberikan apabila diharapkan adanya kecurigaan infeksi bakteri
sekunder, dengan pilihan antibiotika : ampisilin, kloksasilin, klomrafenikol, eritromisin
(3) (9)

- Ampisilin, kerjanya broad spektrum meliputi banyak kuman yang negatif. Banyak
digunakan pada infeksi saluran napas (bronkitis(, saluran cerna dan saluran kemih,
kuping (otitis media), gonorhoe, kulit, dan bagian lunak (otot dan sebagainya). Efek
sampingnya gangguan lambung usus (karena penyerapan yang kurang baik) aleri
kulit (rush, ruam). Dosis anak : oral 50-100 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4x
pemberian 1m/iv 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 x pemberian
- Kloksasilin, khusus digunakan pada infeksi dengan kuman yang memproduksi
laktamase. Dosis anak : oral 4-6 dd 500 mg a.c, im/iv 4-6 x sehari 250-1000 mg
(garam Na).
- Kloramfenikol, broad spektrum antibiotik, berguna pada hampir semua kuman gram
positif dan sebagian kuman gram negatif. Efek, sampingnya gangguan lambung-
usus, neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mukosa mulut, depresi sum-sum
tulang (penghambatan pembentukan sel-sel darah, anemia aplastik). Pada
pemakaian jangka panjang dapat timbul resistensi. Tidak boleh diberikan pada
kehamilan dan laktasi. Dosis anak : 25-50 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis. Pada
infeksi parah (meningitis, bases otak) iv 4 dd 500-1.500 mg (Na-suksinat).
- Eritromisin, bakteriostatis terutama terhadap kuman gram positif. Merupakan pilihan
utama pada infeksi paru terutama Legionella pneumophila (penyakit veteran) dan
mycoplasma pneumoniae (radang paru tidak khas), kadang juga digunakan pada
infeksi usus. Efek samping : diare, nyeri perut, nausea, kadang muntah. Pada
pemberian dosis tinggi dapat menyebabkan ketulian yang revesibel. Dosis anak :
oral 20-40 mg/kgBB/hari dibagi 2 4x pemberian. Maksimal pemberian 7 hari.

III.7 Komplikasi
Komplikasi bronkitis akut jarang didapatkan. Pada anak dengan status gizi
kurang dapat terjadi komplikasi berupa(3) :
- Otitis media
- Pneumonia
- Sinusitis
Anak dengan serangan bronkitis akut berulang harus dievaluasi dengan
cermat untuk kemungkinan adanya (2,36) :
- Kelainan saluran napas
- Benda asing
- Bronkiektasis
- Difisiensi imun
- Hiperaktivitas bronkus
- Tuberkulosis
- Alergi
- Sinusitis
- Tonsilitis
- Adenoiditis
- Kistik fibrosis
- Kelainan kongenital

III.8 Prognosis(2)
Bila tidak ada komplikasi umumnya baik. Pada bronkitis akut berulang disertai
paparan asap rokok secara teratur cenderung menjadi bronkitis kronik pada waktu
dewasa.

BAB IV
BRONKITIS KRONIK

IV.1 Batasan
Bronkitis kronik pada orang dewasa didefinisikan sebagai batuk produktif
selama 3 bulan atau lebih dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut atau lebih,
namun tidak ada standar demikian yang dapat diterima pada anak (6). Belum ada
persesuaian pendapat mengenai definisi bronkitis kronik pada anak. Kesepakatan
definisi batuk produktif kronis atau sering kumat (batuk kronik berulang BKB) ialah
keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang
berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang
paling sedikit 3x dalam 3 bulan dengn atau tanpa disertai gejala respiratorik dab
bibreospirtorik lainnya (NOKIA, 1981). Batasan ini secara klinis jelas terlihat bahwa
bronkitis kronik termasuk dalam BKB, untuk menegakkan diagnosa bronkitis kronik
pada anak setelah menyingkirkan penyebab lainnya dari BKB (2)

IV.2 Etiologi
1) Etiologi Spesifik(2)
a. Asma (hiperaktivitas saluran napas)
b. aInfeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis)
c. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma,
chlaymydia, pertusis, tuberculosis, jamur
d. Penyakit paru yang telah ada, misalnya bronkiektasis
e. Sindrom aspirasi
f. Penekanan pada saluran napas
g. Benda asing
h. Kelainan jantung bawaan
i. Kelainan silia primer
j. Defisiensi imunologis
k. Kekurangan alfa-1-1antitripsin
l. Fibrosis kistik
m. Psikis

2) Iritasi non spesifik saluran napas(2,6,7)


(faktor yang menambah terjadinya BKB)
a. Asap rokok, penelitian menunjukkan bahwa paparan asap rokok dalam waktu lama
dapat menimbulkan gangguan pergerakan silia, sehingga menghambat fungsi
makrofaq alveolar, dan akhirnya menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia kelenjar
pengsekresi mukus, sehingga timbul resistensi jalan napas.
b. Polusi Udara, angka insiden dan kematian tinggi di daerah urban yang padat
industrialisasi. Eksaserbasi bronkitis jelas berhubungan dengan periode polusi berat
sulfur dioksida (SO2) dan unsur kecil lainnya.
c. Infeksi, banyak usaha telah dilakukan untuk menghubungkan bronkitis kronik
dengan infeksi virus, mikoplasma, dan bakteri. Akan tetapi, hanya rhinovirus yang
lebih sering menyebabkan eksaserbasi.

IV.3 Patologi dan Patofisiologi(2)


Gambaran patologi bronkitis kronik pada dewasa :
- Penebalan dinding bronkus
- Hipertrifi kelenjar mukosa
- Hipertrofi sel goblet
- Epitel mengalami metaplasi skuamosa dan inflamasi kronik
Gambaran patologi bronkitis kronik pada anak belum jelas, akan tetapi
berdasarkan hasil biopsi 59 anak dengan gejala inflamasi kronik bronkus tanpa
disertai asma, yang dilakukan oleh Szekely dan Farkas (1978), didapatkan
gambaran patologis bronkitis kronis pada anak sangat mirip dengan gambaran
patologis asma.(2,6)
- Infiltrasi sel bulat
- Eosinofil
- Hipertrofi kelenjar submukosa
- Mukus bertambah
- Metaplasia epitel
- Epithelium utuh
Kelainan klinis yang lama pada bronkitis kronis menimbulkan dugaan adanya
reaksi inflamasi yang berlebihan pada saluran napas atau paparan bahan berbahaya
yang terus menerus dari lingkungan, hal ini menimbulkan kerusakan pada saluran
napas sehingga terjadi(2) :
- Ganguan pembersihan lendir
- Produksi lendir meningkat
- Batu basah
- Penyempitan saluran napas sehingga timbul suara mengi dan turunya daya tahan
saluran napas terhadap virus

IV.4 Gejala Klinis(2,6)


- Gejala utamanya adalah batuk produktif yang sudah berlangsung lama
- Anak biasanya mengeluh nyeri dada
- Gejala-gejala ini menjelek pada malam hari
- Reaktivitas otot bronkus kurang, produksi lendirnya banyak, inflamasi saluran napas
(pada asma yang menonjol adalah reaktivitas otot bronkus)

IV.5 Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang


Sama dengan bronkitis akut

IV.6 Penatalaksanaan
Karena kemiripannya dengan asma, maka pengobatannya dimasukkan ke dalam
varian asma dan dikelola seperti asma. Akan tetapi perlu disingkirkan dahulu
kemungkinan-kemungkinan penyakit lain yang termasuk dalam diagnosa banding (2).

Tata laksana serangan asma(3,6)


KLINIK/IGD

Serangan ringan Serangan sedang Serangan berat


(nebulisasi 1x, respon baik, gejala (nebulisasi 2-3x, respon parsial) (nebulisasi 3x, respon buruk)
hilang) Berikan oksigen Sejak awal beri oksigen
Obsevasi 1-2 jam Nilai kembali derajat serangan saat/diluar nebulisasi
Jika efek bertahan, boleh pulang jika sesuai dengan serangan Pasang jalur parenteral
Jika gejala timbul lagi, perlakukan sedang, observasi di ruang rawat Nilai kembali derajat serangan,
sebagai serangan sedang sehari jika sesuai dengan serangan
Pasang jalur parenteral berat, rawat di rawat inap
Foro roentgen thoraks

Boleh Pulang Ruang rawat sehari Ruang rawat inap


Bekali obat agonis (inhalasi Oksigen teruskan Oksigen teruskan
atau oral) Berikan steroid oral Atasi dehidrasi dan asidosis jika
Jika sudah ada obat pengendali, Nebulisasi tiap 2 jam ada
teruskan jika infeksi virus sebagai Bila dalam 8-12 jam perbaikan Steroid IV tidap 6-8 jam
pencetus, dapat diberi steroid oral klinis s tabil, boleh pulang Nebulisasi tiap 1-2 jam
Dalam 24-48 jam control ke klinik Jika dalam 12 jam klinis tetap Aminofilin iv awal, lanjutkan
rawat jalan, untuk reevaluasi belum membaik, alih rawat ke rumatan
ruang rawat inap Jika membaik dalam 4-6x
nebulisasi, interval jadi 4-6 jam
Jika dalam 24 jam perbaikan
klinis stabil, boleh pulang
Jika dengan steroid dan aminofilin
parenteral tidak membaik, bahkan
timbul ancaman henti napas, alih
rawat ke ruang intensif
Catatan :

1. Jika menurut penelitian serangannya berat, nebulisasi cukup 1x langsung dengan agonis +
antikolinergi

2. Jika tidak ada alat, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin 1 : 1.000 subkutan 0,01 ml / kgBB / x
maks. 0,03 ml / x

3. untuk serangan sedang dan terutama berat, O2 2-4 ml/menit diberikan sejak awal

Tabel 1. Tekanan Obat, cairan dan waktu untuk nebulisasi


Cairan, Obat, Waktu Nebulisasi Jet Nebulisasi Ultrasonic
Garam faali (NaCI 0,9%) 5 ml 10 ml
B-agonis/antikolinergik/steroid Lihat tabel 2
Waktu 10-15 menit 3-5 menit

Tabel 2. Obat untuk nebulisasi, jenis dan dosis


Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Nebulisasi
Golongan - agonis
Fenoterol Berotec Solution 0,1% 5-10 tetes
Salbutamol Ventolin Nebule 2,5 mg 1 nebule (0,1-0,15 mg/kg)
Terbutalin Bricasma Reapulw 1 reapule
Golongan antikolinergik
Ipratopium briomide Atroven Solution > 6 thn : 8-10 tetes
0,025% < 6 thn : 4-10 tetes
Golongan steroid
Budesonide Pulmicort Respule
Fluticasone Flixotide Nebule

Tabel 3. Sediaan steroid yang dapat digunakan untuk serangan asma


Steroid oral :
Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis
Prednisolon Medrol, medixon, lameson, Tablet 1-2 mg/kg BB/hari-tiap 6 jam
urbason 4 mg
Prednison Hostacortin, Tablet 1-2 mg/kg BB/hari-tiap 6 jam
Pehacort, Dellacorta 5 mg
Triamsinolon Kenacort Tabel 1-2 mg/kg BB/hari-tiap 6 jam
4 mg
Steroid Injeksi :
Nama Generik Nama Dagang Sediaan Jalur Dosis
M. prednisolon suksinat Solu-medrol Medixon Vial 125 mg IV/IM 1-2 mg/kg BB/hari tiap 6 jam
Vial 500 mg
Hidrokortison-Suksinat Solu-Cortef Silacort Vial 100 mg IV/IM 4 mg/kg BB/hari tiap 6 jam
Vial 100 mg
Deksamethasone Oradexon Ampul 5 mg IV/IM 0,5-1 mg/kg BB bolus,
Kalmetasone Ampul 4 mg dilanjutkan 1 mg/kg BB/hari
Fortecortin Ampul 4 mg diberikan tiap 6-8 jam
Corsona Ampul 5 mg
Betamethasone Celestone Ampul 4 mg IV/IM 0,05-0,1 mg/kg BB/hari tiap 6
jam

Penilaian Derajat Serangan Asma


Parameter klinis, fungsi Ancaman henti
Ringan Sedang Berat
paru laboratorium nafas
Sesak timbul pada saat Berjalan Berbicara Istirahat
(breathless) Bayi : Bayi : Bayi :
- Menangis keras - Tangis pendek dan - Berhenti
lemah makan/minum
- Kesulitan
makan/minum
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang
lengan
Kesadaran Mungkin iritable Biasanya iritable Biasanya iritable Bingung dan
mengantuk
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata/jelas
Mengi Sedang, sering Nyaring, sepanjang Sangat nyaring
hanya pada akhir ekspir, + inspirasi terdengar tanpa
ekspirasi stetoskop
Sesak nafas Minimal Sedang Berat
Obat bantu nafas Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradok
torako-abdominal
Retraksi Dangkal, retraksi Sedang, ditambah Dalam Dangkal/hilang
interkostal retraksi
Laju nafas Meningkat Meningkat Meningkat Menurun
Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :
Usia Laju Nafas Normal
< 2 bulan < 60 / menit
2 12 bulan < 50 / menit
1 5 tahun < 40 / menit
6 8 tahun < 30 / menit
Laju nadi Normal Takikardi Lakikardi Bradikardi
Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :
Usia Laju Nafas Normal
2 12 bulan < 160 / menit
1 2 tahun < 120 / menit
3 8 tahun < 110 / menit
Pulsus paradoksus Tidak ada Ada Ada Tidak ada, tanda
Pemeriksaannya : < 10 mmHg 10-20 mmHg > 20 mmHg kelelahan otot
napas
PERF atau FEV1 (% nilai dugaan / % nilai terbaik)
Pra b. Dilator > 60 % 40 60% < 40%
Pasca b. dilator > 80 % 60 80 % < 40%
Respon < 2 jam
SaO2 % > 95% 91-95% < 90 %
PaO2 Normal biasanya > 60 mmHg < 60 mmHg
tidak perlu
PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg
(6)
IV.7 Prognosis
Prognosis penyakit ini tergantung pada manajemen yang tepat atau
pelenyapan setiap penyakit yang mendasari. Komplikasi yang ada berasal dari
penyakit yang mendasarinya.

Anda mungkin juga menyukai